Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

PATOLOGI KLINIK

Nama : Jauharah Az Zahra


NPM : 09402011016
Kelompok : 3

BLOK UROGENITALIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2022
A. Pendahuluan
Urine merupakan cairan sisa dari hasil metabolisme dalam tubuh yang
dibentuk dalam ginjal melalui 3 (tiga) proses yaitu filtrasi oleh glomerulus, reabsorbsi
dan sekresi oleh tubulus. Urine merupakan hasil dari filtrasi glomerulus dan disertai
sejumlah air yang dikeluarkan oleh tubuh (Hardjono dan Mangarengi, 2011). Urine
dapat digunakan untuk menganalisis sejumlah penyakit yang ada di dalam tubuh.
Pemeriksaan atau analisis urine sering disebut dengan istilah urinalisis (Mengko,
2013).
Urinalisis dilakukan dengan tiga macam cara yaitu pemeriksaan fisik,
pemeriksaan kimia urine dan pemeriksaan mikroskopis urine (Mengko, 2013).
Urinalisis merupakan pemeriksaan uji saring yang sering diminta untuk mengetahui
gangguan ginjal dan saluran kemih atau gangguan metabolisme tubuh. Urinalisis
merupakan pemeriksaan medis yang digunakan di laboratorium klinik dan biasanya
berupa pengamatan mikroskopik sedimen urine.
Sedimen urine adalah unsur yang tidak larut di dalam urine yang berasal dari
darah, ginjal dan saluran kemih. Unsur-unsur dalam sedimen urine dibagi atas dua
golongan yaitu unsur organik (berasal dari suatu organ atau jaringan seperti sel epitel,
eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit) dan unsur
anorganik (tidak berasal dari suatu jaringan seperti urat amorf dan kristal) (Hardjono
dan Mangarengi, 2011).
Pemeriksaan carik celup urin:
1. Urobilinogen
- Tujuan : Untuk mengetahui adanya urobilinogen dalam urine.
- Prinsip : Tes ini berdasarkan pada reaksi ehrlich, perubahan warna dari
merah jingga menjadi merah gelap.
2. Glukosa
- Tujuan : Untuk mengetahui adanya glukosa dalam urine.
- Prinsip : Oksidasi glukosa dikatalis oleh glukosa oksidase menjadi
hidrogen peroksida, hidrogen peroksida yang terbentuk kemudian
dioksidasi oleh chromogen dengan adanya peroksidase.
3. Bilirubin
- Tujuan : Untuk mengetahui adanya bilirubin dalam urine.
- Prinsip : Reaksi azo coupling pada bilirubin dengan garam diazonium
dalam suasana agak asam membentuk azodye, perubahan warna dari
coklat terang menjadi merah.
4. Benda Keton
- Tujuan : Untuk mengetahui adanya benda keton dalam urine.
- Prinsip : Reaksi legais test nitroprusside asam asetat dalam suasana
agak basa bereaksi dengan nitro ferricanide menghasilkan perubahan
warna dari coklat menjadi ungu.
5. pH
- Tujuan : Untuk mengetahui pH urine.
- Prinsip : Sistem 2 indikator, indikator methyl red dan brom thymol
blue digunakan untuk memberikan perubahan warna dari oranye
menjadi hijau sampai biru.
6. Darah Samar
- Tujuan : Untuk mengetahui adanya darah dalam urine.
- Prinsip : Tes ini berdasarkan pada aktivitas pseudo peroksidase dalam
hemoglobin dan myoglobin, chromogen teroksidasi oleh
hydroperoksida yang terdapat pada hemoglobin dan mengubah warna
dari kuning menjadi biru.
7. Berat Jenis
- Tujuan : Untuk mengetahui berat jenis urine.
- Prinsip : Adanya ion dalam urine disebabkan oleh protein yang
dilepaskan dari polyelectrolyte. Proton yang disebabkan akan
mengakibatkan penurunan pH dan menghasilkan perubahan warna
oleh bromthymol blue dari biru kehijauan menjadi kuning kehijauan.
8. Protein
- Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein dalam urine.
- Prinsip : “Protein Error of Indicators” ketika pH menjadi konstan oleh
adanya buffer, indikator melepaskan ion H+ karena adanya protein dan
mengubah warna dari kuning menjadi biru kehijauan.
9. Nitrit
- Tujuan : Untuk mengetahui adanya nitrit dalam urine.
- Prinsip : Tes ini berdasarkan reaksi diazotasi dari nitrit dengan amonia
aromatik untuk menghasilkan garam diazonium, diikuti oleh reaksi azo
coupling dan garam diazonium dengan komponen aromatik pada
reaksi. Produksi diazo menyebabkan perubahan warna dari putih
menjadi merah.
10. Leukosit
- Tujuan : Untuk mengetahui adanya leukosit dalam urine.
- Prinsip : Reaksi ini mengandung ester indoxil dan garam diazonium,
diikuti oleh reaksi azo coupling oleh amine aromatik, dengan
pembentukan oleh esterase leukosit dengan garam diazonium pada
reaksi, hasil dari azodye menyebabkan perubahan warna dari coklat
menjadi ungu.
B. Alat dan Bahan
1. Urine segar
2. Wadah penampung urin
3. Tabung reaksi
4. Urinalisis reagent strip
5. Centrifuge
6. Syringe
7. Kaca objek
8. Mikroskop

C. Cara Kerja
1. Tes Carik Celup
- Keluarkan strip carik celup secukupnya.
- Lihat warna pada pita carik celup, cocokkan dengan pita yang negatif.
- Jangan lupa mengontrol carik celup dengan bahan kontrol sebelum
melakukan pemeriksaan urine.
- Homogenkan urine sebelum diperiksa.
- Celupkan carik celup dalam urine.
- Urine yang berlebihan dihilangkan dengan meletakkannya diatas tisu.
- Baca hasil dengan membandingkan warna dengan standar pembanding.
2. Tes Mikroskopis
- Masukkan 10–15 ml urin ke dalam tabung reaksi, lalu urin tersebut
disentrifuse selama 5 menit pada 1500 – 2000 rpm.
- Buang cairan di bagian atas tabung sehingga volume cairan dan
sedimen tinggal kira-kira 0,5 – 1 ml.
- Kocok tabung untuk meresuspensikan sedimen.
- Letakkan 2 tetes suspensi tersebut di atas kaca objek lalu tutup dengan
kaca penutup.
- Periksa sedimen di bawah mikroskop dengan lensa objektif 10 x untuk
Lapangan Pandang Kecil (LPK) misalnya untuk melaporkan jumlah
rata-rata sedimen, serta lensa objektif 40 x untuk Lapangan Pandang
Besar (LPB) misalnya untuk melaporkan jumlah rata-rata eritrosit dan
leukosit.
D. Hasil
1. Tes Carik Celup

- Asam Askorbat: -0
- pH: 6
- Blood/darah: -0
- Berat jenis: 1.010
- Glukosa: -0
- Protein: -0
- Bilirubin +8,6
- Urobilinogen: normal
- Nitrit: -
- Keton: -
- Leukosit: -

2. Tes Mikroskopis

Anda mungkin juga menyukai