NIM : 18/425939/SV/15081
Program Studi : D3 Kesehatan Hewan
TUGAS PENGGANTI
MATA KULIAH TEKNIK LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
SUB MATERI URINALISIS
Dosen : drh. Christin Marganingsih Santosa, M.Si.
b. Warna
Metode pemeriksaannya adalah dengan mengamati urin pada sebuah
wadah gelas yang transparan atau tembus pandang dapat menggunakan
tabung reaksi atau silinder urinometer.
Warna urin normal adalah kuning pucat atau kuning terang. Warna urin
tergantung urokrom, dan terkait terhadap volume dan berat jenis urin.
Volume urin mengingkat akan menyebabkan urokrom lebih sedikit, sehingga
warna urin lebih terang dan berat jenis menurun dan sebaliknya bila volume
urin menurun akan menyebabkan warna urin lebih gelap dengan berat jenis
yang lebih tinggi.
c. Transparasi
Metode pemeriksaannya adalah dengan mengamati urin pada sebuah
wadah gelas transparan.
Urin normal tampak jernih transparan, atau terkadang keruh transparan
terutama bila konsentrasi urin meningkat. Urin yang banyak mengandung sel
darah merah, sel epitel, mukus atau bakteri menyebabkan tampak keruh atau
berawan. Pada kuda urine normalnya berwarna keruh dan berkabut karena
adanya kristal CaCO3.
e. Bau
Metode pemeriksaan bau urin adalah dengan mendekatkan hidung pada
urin atau dengan menggunakan tangan dikipas-kipaskan diarea urin dan
dapat dihirup baunya.
Untuk menilai bau urin menggunakan urin yang segar. Bau urin normal
disebabkan oleh asam-asam organik yang mudah menguap.
Yang perlu diperhatikan adalah bau abnormal urin. Bau yang berlainan
dapat disebabkan oleh makanan, obat-obatan, mentol, dan seperti ketonuria.
Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya
terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin berbau busuk
dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih
misalnya pada karsinoma saluran kemih.
f. Buih
Metode pemeriksaan buih pada urin dapat dilihat secara langsung.
Pada urin normal yang baru saja dikeluarkan tidak akan langsung
menimbulkan buih namun jika dikocok akan menimbulkan buih putih. Pada
urin yang baru saja dikeluarkan langsung membentuk buih putih maka urin
tersebut mengandung protein. Pada urin yang berbuih kuning maka urin
tersebut mengandung bilirubin.
b. Glukosa
- Kadar Glukosa
Pada urin normal tidak terdapat glukosa. Secara normal glukosa
akan difiltrasi dalam glomeruli ginjal kemudian direabsorbsi sempurna di
tubulus proksimal jika tidak melebihi ambang kemampuan ginjal.
Ambang ginjal anjing ≤ 160-180 mg/100 cc, sapi ≤ 100 mg/dL.
- Cara Pemeriksaan
Reaksi-reaksi didasarkan pada sifat mereduksi glukosa terhadap
sesuatu zat sehingga timbulah endapan. Oleh karena itu urin sebaiknya
disaring dahulu dan jika kemungkinan mengandung protein, urin harus
direbus dahulu (untuk memecah protein) sebelum disaring. Reagen yang
banyak dipakai umumnya reagen yang mengandung garam kupri (Cu).
a). Metode Fehling : didasarkan pada reaksi reduksi kupri-oksida oleh
glukosa dalam suasana basa kuat, merupakan pemeriksaan kualitatif, dan
memerlukan 2 macam reagen yang disebut Fehling A dan Fehling B.
Reaksi positif ditunjukkan dengan endapan kuning/ kuning merah.
b). Metode Benedict : lebih sensitif daripada Fehling dan merupakan
pemeriksaan semi kuantitatif, menggunakan reagen Benedict.
c). Metode Enzimatik : untuk mengatasi kelemahan uji-uji di atas (di
mana dengan Cu itu non-spesifik) maka test paling spesifik adalah
dengan enzim. Prinsipnya berdasarkan atas aktivitas enzim glukose
oksidase, yaitu glukose dalam urin akan diubah menjadi asam glukonat +
H2O2 oleh glukose oksidase.
c. Keton Bodies
Peningkatan benda keton berlebihan dalam darah (ketonemia) dan urin
(ketonuria) disebut ketosis.
Metode-metode yang dipakai untuk memeriksa kandungan benda keton
dalam urin antara lain Legal, Rothera, van Lange, Gerhardt, dan Reaksi
Ross.
Ketonuria ringan dapat dilihat pada anjing dan kucing yang kurang
makan, sering berhubungan pula dengan kasus diabetes mellitus. Bila
dominasi keton adalah β-hidroksi butirat, ketonuria mungkin tidak terdeteksi
karena reagen Strip tidak sensitif pada jenis benda keton ini. Ketonuria pada
ruminansia biasanya berhubungan dengan metabolisme karbohidrat yang
tidak normal, ada asetonasetat dan β-hidroksi butrirat yang dominan.
Reagen yang digunakan : Na Nitroprusside, asam asetat glasial, ammonia
10%
Metode yang dilakukan :
- Buatlah larutan Na Nitroprusside 5%
- Tabung reaksi diisi dengan 10 ml urin (2 tabung, kontrol dan sampel)
- Ditambahkan 0,5 ml Asam asetat Glasial
- Selanjutnya 5 tetes Larutan Na Nitroprusside
d. Protein
Sejumlah kecil protein biasanya lolos dari filtrasi glomerulus, namun
akan direabsorbsi ditubulus sehingga protein biasanya tidak ditemukan
dalam urin normal. Protein +1 dalam urin biasanya masih dianggap normal.
Reagen yang digunakan : Asam Sulfosalisilat 20 %
Metode yang dilakukan :
- Tabung reaksi diisi dengan 2,5 ml urin menggunakan makropipet
(sediakan 2 tabung, untuk kontrol dan sampel)
- Teteskan asam sulfosalisilat 20% pada kedua tabung beberapa tetes (3-5
tetes)
- Tabung kontrol diteteskan dengan albumin (3 tetes)
- Larutan menjadi keruh pada kontrol (positif)
- Jika sampel negatif maka akan bening
e. Bilirubin
Derivat empedu yang biasa muncul dalam urin adalah zat warna empedu
(bilirubin, biliverdin), asam empedu (glycholic acid), urobilin, atau
urobilinogen.
Metode pemeriksaan yang sederhana adalah uji buih (foam test). Metode
lain misalnya Gmelin, Rosin, Fouchet, percobaan Methylene Blue, Vallace
dan Diamond, Schiesinger, dan Obermeyer. Uji buih tidak sensitif dan
spesifik karena protein yang ada dalam urin pun dapat menimbulkan busa
yang banyak bila digojog. Uji Gmelin tidak disarankan untuk urin sapi
karena mengandung pigmen lain (dari tumbuh-tumbuhan). Pigmen tersebut
dapat bereaksi dengan HNO3, sehingga menimbulkan warna merah. Hal ini
akan mengacaukan warna hijau violet yang seharusnya didapat pada urin
yang mengandung empedu.
Reagen yang digunakan : asam nitrat pekat, larutan Natrium Nitrat 0,5 %
Metode yang digunakan :
- Rebuslah urin terlebih dahulu kemudian saringlah menggunakan kertas
saring untuk menghilangkan protein
- Ambilah 5 ml asam nitrat pekat dan tambahkan 2 tetes larutan natrium
nitrat masukan pada tabung reaksi (kontrol dan sampel)
- Siapkan 3 ml urine (sampel), dan 3 ml urine+1 tetes darah (kontrol )
- Alirkan perlahan larutan urine pada sampel dan kontrol sampai terbentuk
2 lapisan
- Perhatikan cincin berwarna hijau di batas keduanya, dalam suasana asam
terlihat adanya cincin warna violet merah sampai kuning ( kontrol
positif)
- Negatif tak terbentuk cincin berwarna hijau di batas keduanya, dalam
suasana asam terlihat adanya cincin warna violet merah sampai kuning
jika sampel tak mengandung bilirubin
f. Darah
Reaksi positif dalam urin mengindikasikan adanya sel darah merah (lisis
karena urin yang hipotonis), hemoglobin bebas atau myoglobin. Sebelumnya
urin perlu disentrifuge.
Myoglobinuria dapat dibedakan dengan hemoglobinuria menggunakan
test endapan ammonium sulfat. Ammonium sulfat 2,8 mg ditambahkan pada
5 mL urin, divortex kemudian disentrifus. Bila cairan supernatanya tetap
gelap, kemungkinan besar adalah myoglobin.
Reagen yang digunakan : serbuk benzidine, asam asetat glasial,
peryhidrol 3%
Metode yang dilakukan :
- Ambil sedikit serbuk benzidine ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 3
ml asam asetat glasial sehingga terbentuk larutan jenuh (Kontrol dan
sampel)
- Tambahkan 1 ml peryhidrol pada kedua tabung
- Diisikan sebanyak 1 ml urin pada tabung reaksi
- Tambahkan 1 tetes darah pada tabung kontrol
- Selanjutnya dimasukkan secara perlahan reagen benzidine sampai
terbentuk 2 lapisan
- Terbentuk cincin hijau/biru tua pada kontrol (Positif)
- Tak terbentuk cincin hijau/biru pada sampel (Negatif)