Anda di halaman 1dari 25

ANALISISANALISIS

KUALITATIF KUALITATIF
KANDUNGAN URIN
KANDUNGAN URIN

KELOMPOK 8 :
1.CM Mulya Pakesa
2.Dola Suciana
3.Rosi Efliana
4.Yvonne Rodiana Bahri

JURUSAN KIMIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FMIPA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
A. TUJUAN

Untuk melakukan analisa kualitatif kandungan urin

B. Waktu dan Tempat

Hari, tanggal : Jumat, 11 Mei 2018


Pukul : 07.00-09.40 WIB
Tempat : Laboratorium Biokimia, FMIPA, UNP
C. Teori dasar
Urin diproduksi oleh ginjal. Sifat dan susunan urine dipengaruhi oleh
bebrapa faktor fisiologis (seperti masukan diet, suhu lingkungan, proses dalam
tubuh, stress mental dan fisik), dan faktor patologis (seperti adanya gangguan
metabolisme, penyakit ginjal). Oleh karena itu, pemeriksaan urin berguna untuk
menunjang diagnosa suatu penyakit. dalam keadaan normal pada orang dewasa
akan dibentuk 1.200-1.500 mL urin dalam satu hari. Pembentukan urin dipengaruhi
oleh cairan yang masuk dan jenis makanan.
Lanjutan Teori dasar

Diet protein tinggi akan meningkatkan pembentukan urin, sebab urea yang
terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu
lingkungan tinggi, volume urin berkurang. Poliuria (volume urin meningkat)
ditemukan pada berbagai keadaan. Pada diabetes insipidus, akibat tidak adanya
hormon antidiuretik, volume urin tiap hari mencapai 10-20 L. pada diabetes melitus,
volume urin dapat mencapai 5-6 L dalam satu hari. Oligourea (volume urin
berkurang), ditemukan pada keadaan demam, diare, gagal jantung, dll. Anuri (tidak
terbentuk urin), terjadi pada saat syok, keracunan air raksa atau batu ginjal.
Lanjutan Teori dasar
Pada keadaan normal, urin yang terbentuk berwarna kuning muda, dan jenrih
dengan bau khas. Berat jenis urin 1,003-1,030, pH bersifat asam (pH=6) dan sangat
bervariasi antara 4,9 sampai 8,0. Kandungan zat padat dalam urin 24 jam adalah
klorida sebagai NaCl, ion Ca2+ , Mg2+, Iodium, urea, kreatini, amonia, asam urat, sulfat,
fosfat, oksalat, asma amino, vitamin, hormon dan enzim.
Pada keadaan abnormal dapat ditemukan glukosa, keton, protein dan berbagai
senyawa lain seperti pigmen empedu, darah, forfirin. Pada wanita hamil dalam urin
ditemukan hCG (human Chorionic Gonadotropin) yang dihasilkan oleh plasenta.
Hormon ini memberi hasil positif pada uji kehamilan.
D. Alat dan Bahan

ALAT : BAHAN:
1. Tabung reaksi 1. Urin normal dan urin
besar patologis
2. Rak tabung reaksi 2. kristal ammonum
3. Pipet takar sulfat
3. Larutan natrium
4. Penjepit kayu nitroprusida (5%)
5. Batang pengaduk 4. Lartan natrium
6. Pipet tetes hidroksida pekat
7. Sendok plastik 5. Asam nitrat oekat
8. Penangas air 6. Larutan benedict
7. Larutan glukosa
9. Botol semprot (0,5%,1%,2% dan 5%)
8. Aquades
9. Larutan albumin
E. Prosedur Kerja
1. Uji Benedict
Ke masing-masing 5 buah tabung reaksi masukkan 2,5 mL benedict
+ 10 tetes urin normal

tambahkan 5 tetes glukosa dengan konsentrasi berbeda ke tabung


2-5 (0,5%, 1%, 2% dan 5%)

panaskan selama 5 menit dalam penanas air mendidih

Dinginkan perlahan Amati warna dan endapan


2. Uji Heller

masukkan 3 mL urin normal ke dalam dua buah tabung reaksi

tambahkan 10 tetes larutan albumin pada tabung 2

tambahkan 3 mL asam nitrat pekat ke dalam kedua buah tabung


reaksi tadi

amati cincin putih yang terbentuk


3. Uji Rother

masukkan 5 mL urin normal ke dalam dua buah tabung reaksi

tambahkan 10 tetes aseton ke tabung reaksi-2

tambahkan kristal ammonium sulfat hingga jenuh pada kedua


tabung reaksi tsb

tambahkan 2-3 tetes larutan natrium nitroprusida 5% segar perhatikan warna yang terjadi

tambahkan 1 mL ammonium pekat aduk dan biarkan 30 menit


JAWABAN PERTANYAAN

1. tuliskan reaksi yang terjadi antara glukosa dengan benedict


jawab :
JAWABAN PERTANYAAN

2. berdasarkan percobaan, apakah kadar glukosa yang terdapat


dalam sampel yang dianalisis termasuk dalam keadaan normal atau
tidak?
jawab :
JAWABAN PERTANYAAN

3. apa yang menyebabkan kadar glukosa dalam urin bervariasi?


jawab : yang menyebabkannnya adalah pola kehidupan seseorang tersebut mlai
dari umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman yag
dikonsumsi, suhu, iklim dan aktivitas.
4. apakah uji heller spesifik terhadap protein ?
jawab : iya, karena uji ini menandakan adanya albumin dnegan terbentuknya
cincin yang berwarna putih pada permukaan larutan.
5. dalam kondisi bagaimanakah kadar protein tinggi dalam urin ?
jawab : dalam kondisi patalogis, bila protein yang terkandung dalam urin diatas
200 mg/hari atau 300 mg/hari
HASIL PENGAMATAN
Uji Benedict
Kadar glukosa Kontrol 0,5% 1% 2% 5%

Kuning Kuning
Urin Pagi Biru hijau Jingga
kehijauan kehijauan

Urin siang
Biru - - - -
setelah makan
Uji Heller

Urin Pagi Berwarna Kuning

Urin Pagi + albumin Terdapat cincin putih

Berwarna kuning Ada


Urin siang sesudah makan
cincin putih
Uji Rother

Urin Pagi Terdapat cincin orange

Urin pagi + aseton Terdapat cincin ungu

Urin siang setelah makan Terdapat cincin putih


PEMBAHASAN
A. Uji Glukosa (Uji Benedict)

Pereaksi Benedict

Jumlah
Kuprisulfat dalam Direduksi Cuprooksida kadar
larutan tembaga alkali oleh (Merah bata) glukosa
glukosa darah
Urine Normal Kadar glukosa > 2%
&
Urine Patologis Kadar glukosa tinggi

Tetap biru Insulin terhambat

Tidak ada glukosa yang Penderita


mereduksi kuprisulfat diabetes
mellitus
Sampel urin negatif mengandung
glukosa Adanya
glukosa
dalam urin
Kerusakan tubulus
kontortus proximal

Menyerap kadar
glukosa darah
B. Uji Protein (Uji Heller)

Memantau dan
Uji Heller
mengevaluasi fungsi ginjal

Terbentuk Terdenaturasi
Protein/albumin
cincin putih oleh HNO3
C. Uji Keton (Uji Rother)

Asam aseto-asetat dan


Natrium Berwarna
Prinsip nitroprusida
aseton
ungu
(suasana basa)
Senyawa keton

aseton Asam aseto-asetat Asam β-hidroksibutirat

Asam lemak

Terbentuk karena adanya karbohidrat untuk


sumber energi saat lapar

Ketogenesis

Saat puasa

Kadar karbohidrat rendah

Insulin sedikit

Insulin bodies Asam lemak banyak pada darah


KESIMPULAN
1. Urin merupakan cairan sisa yang diproduksi dalam organ
ginjal
2. Dalam urine, dapat menjadi acuan bagaimana kondisi
ginjal dan mendiagnosa suatu penyakit
3. Berdasarkan percobaan, sampel urin baik urin normal
ataupun urine patologis positif tidak mengandung
glukosa, protein dan keton

Anda mungkin juga menyukai