EKSPERIMEN FISIKA II
PENGUKURAN KEDALAMAN LAUT DENGAN GELOMBANG ULTRASONIK
OLEH
Simson P.taifa
PRODI FISIKA
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala kebesaran
dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “ gelombang bunyi dalam megukur kedalaman laut”.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan hati
mengucapkan terima kasih, kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada dasarnya SONAR memiliki dua bagian alat yang memancarkan gelombang
ultrasonik yang disebut transmiter (emiter) dan alat yang dapat mendeteksi datangnya
gelombang pantul (gema) yang disebut sensor (reciver). Gelombang ultrasonik dipancarkan
oleh transmiter (pemancar) yang diarahkan ke sasaran, kemudian akan dipantulkan kembali
dan ditangkap oleh pesawat penerima (reciver).
PEMBAHASAN
Gelombang bunyi merambat dengan kecepatan tertentu. Kecepatan bunyi bervariasi antara
330 m/s hingga 5.400 m/s.
Cepat rambat bunyi di udara sekitar 330 m/s. Karena bunyi adalah gelombang, cepat rambat
bunyi dapat dituliskan:
Cepat rambat bunyi dalam suatu zat padat bergantung pada modulus Young (E) dan
kerapatan atau massa jenis dari zat padat tersebut.
Cepat rambat bunyi bergantung pada medium letak bunyi tersebut berada. Di udara,
kecepatan bunyi bergantung pada suhu udara dan jenis-jenis partikel yang menyusun udara
tersebut. Rumus kecepatan bunyi di udara (gas) dapat dituliskan:
v=
Keterangan :
γ = konstanta adiabatik
Cepat rambat bunyi dalam zat cair bergantung pada modulus Bulk (B) dan kerapatan atau
massa jenis dari zat tersebut.
v=
Keterangan :
Gelombang ultrasonik yang mengenai benda padat maka akan dipantulkan. Pemantulan ini
yang dimanfaatkan oleh kelelawar yang dapat mendengar suaranya. Berdasarkan pantulan
tersebut kelelawar dapat dengan tepat memperkirakan di mana letak makanannya atau agar
dapat terbang di malam hari tanpa menabrak benda lain.
Gelombang ultrasonik yang mengenai benda lunak, seperti kain (semua bahan tekstil) dan
busa akan diserap. Bunyi tidak akan memantul (bergema atau bergaung). Bunyi yang
dikeluarkan langsung diserap dan langsung hilang.
Gelombang ultrasonik hanya ada satu macam. Hanya frekuensinya saja yang berbeda-beda.
Begitu pula dengan panjang gelombang, frekuensi, dan cepat rambat. Beberapa manusia,
seperti anak bayi diyakini dapat mendengar gelombang ultrasonik dengan frekuensi
mendekati audiosonik. Itu sebabnya bayi sering tiba-tiba menangis. Berdasarkan ilmu sains
bukan karena melihat makhluk “lain” tetapi karena mendengar suara yang sangat tinggi.
Selain kelelawar, lumba-lumba dan paus juga dapat mendengar ultrasonik. Mereka
menggunakannya sebagai alat komunikasi. Paus dan lumba-lumba dapat memperkirakan di
mana kawanannya berada. Terdapat sekitar 12 hewan yang dapat mendengar bunyi
ultrasonik.
Laut menutupi permukaan bumi kurang lebih 75 %. Batas perairan laut dengan
daratan disebut garis pantai (pertemuan permukaan laut dengan daratan). Perairan laut di
permukaan bumi tidak merata luasnya. Pada belahan bumi utara tertutup lautan sebesar 60 %,
sedangkan pada belahan bumi selatan yang tertutup lautan sekitar 80 %.
Kedalaman laut dan samudera sangat bervariasi, ada yang dangkal tetapi banyak
pula yang dalam. Dalam dan dangkalnya dasar laut menunjukkan relief dasar laut. Relief
dasar laut lebih besar dibandingkan relief di daratan. Hal ini terbukti dari kedalaman laut rata-
rata mencapai 3.800 m, sedangkan ketinggian daratan rata-rata hanya 840 m. laut yang
terdalam ada di Palung Mindanau (Palung Filipina), mencapai kedalaman 10.830 m
sedangkan daratan yang tertinggi adalah pada Gunung Everest, yang mencapai ketinggian
8.880 m.
Menentukan kedalaman laut
Penggunaan lain dari gelombang bunyi ini diantaranya adalah dapat digunakan untuk
menentukan kedalaman lautan atau sungai bahkan dapat juga digunakan untuk menentukan
lokasi dari kawanan ikan dilautan. Cara ini jelas lebih mudah daripada kita harus menyelam
ke dasar lautan untuk mengukur kedalamannya. Cara ini dilakukan dengan memancarkan
gelombang ultrasonik ke dasar laut dan bunyi pantul diterima oleh reciever (penerima) yang
terpasang di kapal. Jika bunyi pantul memerlukan selang waktu lama untuk kembali ke kapal
maka ini menunjukkan bahwa lautnya cukup dalam. Jika bunyi pantul kembali ke tempat
semula dalam selang waktu cukup singkat maka dapat dipastikan lautan itu adalah lautan
dangkal.
Misalnya, sebuah kapal hendak mengukur kedalaman dari lautan yang diarunginya.
Gelombang bunyi dpancarkan dari kapal tersebut, dan diterima kembali dalam waktu 2 detik.
Seperti yang telah diketahui bahwa, gelombang bunyi mempunyai kecepatan rambat sebesar
1.500 m/s, maka dari informasi ini kita dapat menentukan kedalaman lautan dengan cara:
Jarak yang ditempuh gelombang bunyi = kecepatan x waktu = 1.500 m/s x 2 s = 3000
meter
gelombang bunyi menempuh jarak ke bawah menuju dasar laut dan kembali lagi ke kapal,
jadi:
Kedalaman laut = jarak tempuh gelombang bunyi / 2 = 3000 meter / 2 = 1500 meter
Cara untuk mengukur kedalaman laut
Ada dua cara yang dapat ditempuh untuk mengukur kedalaman laut atau danau/waduk
yaitu dengan menggunakan teknik bandul timah hitam (dradloading) dan teknik Gema duga
atau Echo Sounder atau Echoloading.
a.Teknik Bandul Timah Hitam (dradloading)
Teknik ini ditempuh dengan menggunakan tali panjang yang ujungnya diikat dengan
bandul timah sebagai pemberat. Dari sebuah kapal tali diturunkan hingga bandul menyentuh
dasar laut. Selanjutnya panjang tali diukur dan itulah kedalaman laut. Cara ini sebenarnya
tidak begitu tepat karena tali tidak bisa tegak lurus akibat pengaruh arus laut. Di samping itu
kadang-kadang bandul tidak sampai ke dasar laut karena tersangkut karang. Cara ini juga
memerlukan waktu lama. Namun demikian cara ini memiliki kelebihan yaitu dapat
mengetahui jenis batuan di dasar laut, suhu dan juga mengetahui apakah di dasar laut masih
terdapat organisme yang bisa hidup.
b.Gema duga atau Echo Sounder atau Echoloading
Penggunaan teknik ini didasarkan pada hukum fisika tentang perambatan dan peantulan
bunyi dalam air. Isyarat bunyi yang dikeluarkan dari sebuah peralatan yang dipasang di dasar
kapal memiliki kecepatan merambat rata-rata 1600 meter per detik sampai membentur dasar
laut. Setelah membentur dasar laut bunyi dipantulkan dalam bentuk gema dan ditangkap
melalui sebuah peralatan yang juga dipasang di dasar kapal. Jarak waktu yang diperlukan
untuk perambatan dan pemantulan dapat diterjemahkan sebagai kedalaman laut. Cara ini
dianggap lebih praktis, cepat dan akurat. Namun kita tidak dapat memperoleh informasi
tentang suhu, jenis batuan dan tanda-tanda kehidupan di dasar laut.
Bandul Timah untuk Mengukur Kedalaman Laut. (Tim Geografi, Yudistiro, P. 98)
Rumus untuk mencari kedalaman laut melalui teknik gema duga adalah sebagai berikut:
Pengukuran kedalaman dasar laut dapat dilakukan dengan Conventional Depth Echo
Sounder dimana kedalaman dasar laut dapat dihitung dari perbedaan waktu antara pengiriman
dan penerimaan pulsa suara. Dengan pertimbangan sistim Side-Scan Sonar pada saat ini,
pengukuran kedalaman dasar laut (bathymetry) dapat dilaksanakan bersama-sama dengan
pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping) dan pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen
Secara garis besar pengunaan akustik bawah air dalam kelautan dan perikanan dapat
dikelompokkan menjadi lima yakni untuk survey, budidaya perairan, penelitian tingkah laku
ikan, mempelajari penampilan dan selektifitas alat-alat penangkapan ikan dan lain-lain.
Dalam survey kelautan dapat digunakan untuk menduga spesies ikan, menduga ukuran
individu ikan, kelimpahan/stok sumberdaya hayati laut (plankton dan ikan).
Untuk kegiatan aplikasi studi penampilan dan selektifitas alat penangkapan ikan
terutama dalam studi pembukaan mulut trawl, kedalam, posisi dan sebagainya. Dalam
selektifitas penangkapan (persentase ikan yang tertangkap terhadap yang terdeteksi didepan
mulut trawl atau didalam lingkaran purse seine).
Kegiatan lain yang dapat dikaji dengan teknologi akustik bawah air adalah sifat sifat-sifat
akustik dari air laut dan obyek bawah air, pendeteksian kapal selam dan obyek-obyek lainya.
Menurut Arnaya (1991) Kegunaan lain dari akustik bawah air adalah untuk penentuan
kedalaman air dalam pelayaran, jenis dan komposisi dasar laut (lumpur, pasir, kerikil, karang
dan sebagainya), untuk penentuan contour dasar laut, lokasi kapal berlabuh atau pemasangan
bangunan laut, untuk eksplorasi minyak dan mineral didasar laut, mempelajari proses
sedimentasi dan untuk pertahanan keamanan (pendeteksian kapal-kapal selam dengan
pemasangan buoy-system)
Berikut adalah penerapan teknologi akustik bawah air untuk eksplorasi dan eksploitasi
sumberdaya non-hayati laut
a. Pengukuran Kedalaman Dasar Laut (Bathymetry)
Pengukuran kedalaman dasar laut dapat dilakukan dengan Conventional Depth Echo
Sounder dimana kedalaman dasar laut dapat dihitung dari perbedaan waktu antara pengiriman
dan penerimaan pulsa suara. Dengan pertimbangan sistim Side-Scan Sonar pada saat ini,
pengukuran kedalaman dasar laut (bathymetry) dapat dilaksanakan bersama-sama dengan
pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping) dan pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen
dibawah dasar laut (subbottom profilers).
*bar check harus dilakukan setiap hari pada saat sebelum dan sesudah kegiatan pemeruman.
*koreksi bar check (Kbc) diperoleh dri selisih antara fix depth(Dfx)dngan bacaan kedalaman
echosounder yang sudah terkoreksi draft tranduser formulasinya sbagai brikut:
Kbs=Dfx-(d+t)
*fix depth(Dfx) diperoleh dengan alat bantu tali yg diberi bandul atau galah/rambu
ukur,dengan asumsi bahwa kedalaman ini bebas dari kesalahan.
*koreksi bar check sbelum pemeruman di beri notasi Kbc1 n koreksi bar check sesudah
pemeruman diberi notasi Kbc2,maka koreksi bar check diperoleh dri nilai reratanya yaitu:
Kbc=Kbc1+Kbc2/2
*pengukuran fix depth dan pengukuran echosounder untk koreksi bar chech harus dilakukan
pda lokasi titik yg sama,biasanya dilakukan pada daerah dekat pantai
*kedalaman sesaat(ds)d suatu titik di rumuskan sebagai berikut ds=d’+t+Kbc
The SV Bar Check adalah biaya-rendah,akurasi tinggi tangan memegang paket yang
dirancang untuk memungkinkan pemeriksaan yang cepat dari kecepatan suara di air
dangkal.Sistem ini meliputi sensor kecepatan suara, 20 m data / kabel listrik, dan Smart layar
Lihat dan data logger.Hal ini dapat mengukur kecepatan suara pada akurasi ± 0,05 m/s.
The Bar Check SV Sistem sangat ideal untuk melakukan pemeriksaan bar dan survei
pelabuhan dari perahu kecil. Sistem menampilkan kecepatan suara secara real-time, bisa
menghitung kecepatan rata-rata suara secara real-time dan dapat menyimpan beberapa profil
dalam memori.
Seluruh sistem disampaikan dalam kasus ukuran kotak peralatan. Smart Lihat Data Logger
dikemas dalam kandang NEMA 4X. Pilihan termasuk sensor tekanan, berbagai panjang
kabel, dan antarmuka serial untuk men-download profil ke komputer.
Prinsip metode bar check adalah membandingkan kedalaman satu titik yg telah
ditentukan dan diketahui kedalamannya dibawah permukaan laut dengan kedalam titik
tersebut dari hasil pengukuran dengan alat perum gaya yg bersangkutan. Selisih nilai
kedalaman hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya tersebut adalah besarnya kesalahan alat
yg merupakan kombinasi dari dua kesalahan alat.
Prinsip kerja echo sounder untuk pengukuran jarak digambarkan dalam Gambar
dibawah. Pulsa Ultrasonic, yang merupakan sinyal ultrasonic dengan frekwensi lebih kurang
41 KHz sebanyak 12 periode, dikirimkan dari pemancar Ultrasonic. Ketika pulsa mengenai
benda penghalang, pulsa ini dipantulkan, dan diterima kembali oleh penerima Ultrasonic.
Dengan mengukur selang waktu antara saat pulsa dikirim dan pulsa pantul diterima,
jarak antara alat pengukur dan benda penghalang bisa dihitung.
Jam Digital dalam artikel lalu yang direvisi untuk keperluan ini. Titik desimal pada
tampilan satuan dinyalakan dengan tahanan R8. Setiap kali tombol Start ditekan, AT89C2051
membangkitkan pulsa ultrasonic pada Pin P3.4 yang dipancarkan dengan rangkaian,
selanjutnya lewat pin P3.5 yang terhubung ke rangkaian penerima ultrasonic, sambil
mengukur selang waktu AT89C2051 memantau datangnya pulsa pantul. Hasil pengukuran
waktu itu, dengan sedikit perhitungan matematis ditampilkan di system penampil 7 ruas
sebagai besaran jarak, dengan satuan centimeter dan 1 angka dibelakang titik desimal.
SINGLE-BEAM ECHOSOUNDER
Single-beam echo sounder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan
pancaran tunggal sebagai pengirim dan penerima sinyal gelombang suara. Sistem batimetri
dengan menggunakan single beam secara umum mempunyai susunan :
· transciever (tranducer/reciever) yang terpasang pada lambung kapal atau sisi bantalan pada
kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air secara langsung dari kapal penyelidikan.
· Transciever yang terpasang pada lambung kapal mengirimkan pulsa akustik dengan
frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam (gelombang suara) secara langsung menyusuri
bawah kolom air. Energi akustik memantulkan sampai dasar laut dari kapal dan diterima
kembali oleh tranciever. Transciever terdiri dari sebuah transmitter yang mempunyai fungsi
sebagai pengontrol panjang gelombang pulsa yang dipancarkan dan menyediakan tenaga
elektris untuk besar frekuensi yang diberikan.
· Transmitter ini menerima secara berulang-ulang dlam kecepatan yang tinggi, sampai pada
orde kecepatan milisekon. Perekaman kedalaman air secara berkesinambungan dari bawah
kapal menghasilkan ukuran kedalamn beresolusi tinggi sepanjang lajur yang disurvei.
Informasi tambahan seperti heave (gerakan naik-turunnya kapal yang disebabkan oleh gaya
pengaruh air laut), pitch (gerakan kapal ke arah depan (mengangguk) berpusat di titik tengah
kapal), dan roll (gerakan kapal ke arah sisi-sisinya (lambung kapal) atau pada sumbu
memanjang) dari sebuah kapal dapat diukur oleh sebuah alat dengan nama Motion Reference
Unit (MRU), yang juga digunakan untuk koreksi posisi pengukuran kedalaman selam proses
berlangsung.
Range frekuensi yang dipakai pada sistem ini menurut WHSC Sea-floor Mapping
Group mengoperasikan range frekuensi dari 3.5 kHz sampai 200 kHz. Single-beam
echosounders relatif mudah untuk digunakan, tetapi alat ini hanya menyediakan informasi
kedalaman sepanjang garis trak yang dilalui oleh kapal. Jadi, ada feature yang tidak terekam
antara lajur per lajur sebagai garis traking perekaman, yang mana ada ruang sekitar 10 sampai
100 meter yang tidak terlihat oleh sistem ini.
MULTI-BEAM ECHOSOUNDER
Multi-Beam Echosounder merupakan alat untuk menentukan kedalaman air dengan
cakupan area dasar laut yang luas. Prinsip operasi alat ini secara umum adalah berdasar pada
pancaran pulsa yang dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut dan setalah itu energi
akustik dipantulkan kembali dari dasar laut (sea bed), bebrapa pancaran suara (beam) secara
elektronis terbentuk menggunakan teknik pemrosesan sinyal sehingga diketahui sudut beam.
Dua arah waktu penjalaran antara pengiriman dan penerimaan dihitung dengan algoritma
pendeteksian terhadap dasar laut tersebut. Dengan mengaplikasikan penjejakan sinar, sistem
ini dapat menentukan kedalaman dan jarak transveral terhadap pusat area liputan.
Multi-Beam Echosounder dapat menghasilkan data batimetri dengan resolusi tinggi ( 0,1 m
akurasi vertikal dan kurang dari 1 m akurasi horisontalnya).
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kedalaman laut dan samudera sangat bervariasi, ada yang dangkal tetapi banyak pula
yang dalam. Dalam dan dangkalnya dasar laut menunjukkan relief dasar laut. Relief dasar
laut lebih besar dibandingkan relief di daratan. Hal ini terbukti dari kedalaman laut rata-rata
mencapai 3.800 m, sedangkan ketinggian daratan rata-rata hanya 840 m. laut yang terdalam
ada di Palung Mindanau (Palung Filipina), mencapai kedalaman 10.830 m sedangkan daratan
yang tertinggi adalah pada Gunung Everest, yang mencapai ketinggian 8.880 m.
Penggunaan lain dari gelombang bunyi ultrasonik ini diantaranya adalah dapat
digunakan untuk menentukan kedalaman lautan atau sungai bahkan dapat juga digunakan
untuk menentukan lokasi dari kawanan ikan dilautan. Cara ini jelas lebih mudah daripada kita
harus menyelam ke dasar lautan untuk mengukur kedalamannya. Cara ini dilakukan dengan
memancarkan gelombang ultrasonik ke dasar laut dan bunyi pantul diterima oleh reciever
(penerima) yang terpasang di kapal. Jika bunyi pantul memerlukan selang waktu lama untuk
kembali ke kapal maka ini menunjukkan bahwa lautnya cukup dalam. Jika bunyi pantul
kembali ke tempat semula dalam selang waktu cukup singkat maka dapat dipastikan lautan
itu adalah lautan dangkal.
Sonar merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menentukan letak benda di bawah laut
dengan menggunakan metode pantulan gelombang. Pantulan gelombang oleh suatu
permukaan atau benda sehingga jenis gelombang yang lebih lemah terdeteksi tidak lama
setelah gelombang asal disebut gema. Gema merupakan bunyi yang terdengar tidak lama
setelah bunyi asli. Perlambatan antara kedua gelombang menunjukkan jarak permukaan
pemantul.
Penduga gema (echo sounder) ialah peralatan yang digunakan untuk menentukan
kedalaman air di bawah kapal. Kapal mengirimkan suatu gelombang bunyi dan mengukur
waktu yang dibutuhkan gema untuk kembali, setelah pemantulan oleh dasar laut. Selain
kedalaman laut, metode ini juga dapat digunakan untuk mengetahui lokasi karang, kapal
karam, kapal selam, atau sekelompok ikan.
3.2 SARAN
1. Untuk pembaca dapat menambah wawasan dan bisa memberikan kritik membangun bagi
penulis.
2. Untuk lembaga pendidikan diharap agar bisa menerapkan dalam pembelajaran.
3. Untuk lembaga penelitian diharapkan bisa menghasilkan penemuan yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
http://dendihidayat12030.blog.teknikindustri.ft.mercubuana.ac.id/?p=69
http://lilyistigfaiyah.blogspot.com/2013/03/cara-mengukur-kedalaman-laut.html
http://pustakafisika.wordpress.com/2012/11/16/pemantulan-gelombang-bunyi-sound-
reflection/
http://fisikon.com/kelas3/index.php?
option=com_content&view=article&id=108:aplikasipemanfaatan-gelombang-
bunyi&catid=13:gelombang-bunyi&Itemid=160
http://medinda09.blogspot.com/2013/09/pemanfaatan-gelombang-bunyi-dan.html
http://vaeg14.blogspot.com/2013/12/penerapan-gelombang-bunyi-dalam.html