Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

EKSPERIMEN FISIKA II
PENGUKURAN KEDALAMAN LAUT DENGAN GELOMBANG ULTRASONIK

OLEH

Simson P.taifa

PRODI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala kebesaran
dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “ gelombang bunyi dalam megukur kedalaman laut”.

Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk Untuk mengetahui perkembanagan


dan pemanfaatan gelombang bunyi dalam kehidupan sehari – hari dan dalam bidang
teknologi modern, yang lebih khusus lagi dalam mengukur kedalaman laut.. Oleh karena itu,
terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan penulis semata, namun
karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait, baik moril maupun
materil.

Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan hati
mengucapkan terima kasih, kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari pengetahuan dan pengalaman


yang sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak demi peningkatan mutu selanjutnya.

Kupang,20 April 2020

Penulis

 
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


               Dalam perkembangan dunia pengetahuan sekarang ini, gelombang bunyi terutama
Gelombang bunyi ultrasonik yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai keperluan penelitian.
Di bidang kelautan misalnya untuk mengukur kedalaman laut, di bidang industri misalnya
untuk mengetahui cacat yang terjadi pada benda-benda hasil produksinya, di bidang pertanian
untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian, dan di bidang kedokteran dapat digunakan
untuk terapi adanya penyakit dalam organ tubuh.  
Untuk keperluan tersebut digunakan suatu alat yang bekerja berdasarkan prinsip pemantulan
gelombang bunyi yang disebut SONAR (Sound Navigation Ranging). 

               Prinsip kerja SONAR berdasarkan prinsip pemantulan gelombang ultrasonik. Alat


ini diperkenalkan pertama kali oleh Paul Langenvin, seorang ilmuwan dari Prancis pada
tahun 1914. Pada saat itu Paul dan pembantunya membuat alat yang dapat mengirim
pancaran kuat gelombang bunyi berfrekuensi tinggi (ultrasonik) melalui air.  

               Pada dasarnya SONAR memiliki dua bagian alat yang memancarkan gelombang
ultrasonik yang disebut transmiter (emiter) dan alat yang dapat mendeteksi datangnya
gelombang pantul (gema) yang disebut sensor (reciver).  Gelombang ultrasonik dipancarkan
oleh transmiter (pemancar) yang diarahkan ke sasaran, kemudian akan dipantulkan kembali
dan ditangkap oleh pesawat penerima (reciver). 

               Dengan mengukur waktu yang diperlukan dari gelombang dipancarkan sampai


gelombang diterima lagi, maka dapat diketahui jarak yang ditentukan. Untuk mengukur
kedalaman laut, SONAR diletakkan di bawah kapal.  Dengan pancaran ultrasonik diarahkan
lurus ke dasar laut, dalamnya air dapat dihitung dari panjang waktu antara pancaran yang
turun dan naik setelah digemakan.

               Banyak sekali teknologi yang memanfaatkan gelombang bunyi dan gelombang


cahaya. Sebagai contoh : teknologi sederhana yang dilakukan oleh nelayan tradisional di
perairan laut jawa, yang biasa mereka sebut dengan telpon ikan. Yaitu mendeteksi
keberadaan ikan dengan mendengarkan suara-suara melalui dayung mereka. Tetapi karena
gelombang bunyi audible ( 20 Hz-20.000 Hz ) ini luas sekali jelajahnya, dan banyak sumber-
sumber gangguannya, maka orang lebih cenderung menggunakan gelombang bunyi ultra
( ultrasonic ) dengan frekuensi > 20.000 Hz. Ultasonic banyak sekali digunakan a.l. untuk
pengukuran kedalaman laut. Yakni dengan mengirimkan gelombang ke arah dasar laut, dan
mengukur waktu kembalinya pantulannya. Dengan demikian bisa diperoleh jarak tempuh
gelombang ( 2 x kedalaman laut ).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas penulis menyimpulkan rumusan-rumusan masalah yaitu :
1.2.1 Pengertian gelombang bunyi ?
1.2.2 Pengertian gelombang bunyi Ultrasonik?
1.2.3 Bagaiamana pemanfaatan gelombang bunyi dalam mengukur kedalaman laut ?

1.3 TUJUAN dan MANFAAT


               Untuk mengetahui perkembanagan dan pemanfaatan gelombang bunyi dalam
kehidupan sehari – hari dan dalam bidang teknologi modern, yang lebih khusus lagi dalam
mengukur kedalaman laut.
 Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memperkaya wawasan
pembaca tentang gelombang bunyi ultrasonik dan pemanfaatanya dalam bidang kelautan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian gelombang bunyi

Gelombang Bunyi adalah gelombang yang merambat melalui medium tertentu.


Gelombang bunyi merupakan gelombang mekanik yang digolongkan sebagai gelombang
longitudinal.

Berdasarkan rentang frekuensinya, gelombang bunyi dibedakan menjadi:

1. Infrasonik, gelombang bunyi yang memiliki frekuensi < 20 Hz.


2. Audiosonik, gelombang bunyi yang memiliki frekuensi antara 20--20.000 Hz.
Frekuensi inilah yang dapat didengar oleh telinga manusia.
3. Ultrasonik, gelombang bunyi yang memiliki frekuensi > 20.000 Hz. Hewan yang
dapat mendengar gelombang bunyi ini ialah anjing dan kelelawar.

A. Rumus Cepat Rambat Bunyi

Gelombang bunyi merambat dengan kecepatan tertentu. Kecepatan bunyi bervariasi antara
330 m/s hingga 5.400 m/s.

Cepat rambat bunyi di udara sekitar 330 m/s. Karena bunyi adalah gelombang, cepat rambat
bunyi dapat dituliskan:
Cepat rambat bunyi dalam suatu zat padat bergantung pada modulus Young (E) dan
kerapatan atau massa jenis dari zat padat tersebut.

Cepat rambat bunyi bergantung pada medium letak bunyi tersebut berada. Di udara,
kecepatan bunyi bergantung pada suhu udara dan jenis-jenis partikel yang menyusun udara
tersebut. Rumus kecepatan bunyi di udara (gas) dapat dituliskan:
v= 

Keterangan :

v = cepat rambat bunyi (m/s)

γ = konstanta adiabatik

R = konstanta umum gas (8,31 joule/mol K)

T = suhu mutlak gas (K)

M = massa relatif gas (kg/mol)

Cepat rambat bunyi dalam zat cair bergantung pada modulus Bulk (B) dan kerapatan atau
massa jenis dari zat tersebut.

v= 

Keterangan :

v = cepat rambat bunyi (m/s)

B = modulus Bulk (N/)

= massa jenis zat (kg/)

2.3 Pengertian Gelombang ultrasonik

Gelombang ultrasonik merupakan bagian dari gelombang bunyi. Gelombang yang


mempunyai frekuensi lebih dari 20.000 Hertz sehingga tidak dapat didengar oleh manusia
secara umumSelain gelombang ultrasonik, bunyi mempunyai 2 kelompok lain, yaitu
gelombang infrasonik (bunyi dengan frekuensi di bawah 20 hertz) dan gelombang audiosonik
(gelombang dengan frekuensi 20 sampai 20.000 Hertz). Hanya gelombang audiosonik yang
biasanya di dengar oleh manusia. Telah ditegaskan bahwa gelombang ultrasonik bagian dari
gelombang bunyi. Sifat dan ciri gelombang ini sama dengan bunyi, yaitu dapat dipantulkan
dan dapat diserap.

Gelombang ultrasonik yang mengenai benda padat maka akan dipantulkan. Pemantulan ini
yang dimanfaatkan oleh kelelawar yang dapat mendengar suaranya. Berdasarkan pantulan
tersebut kelelawar dapat dengan tepat memperkirakan di mana letak makanannya atau agar
dapat terbang di malam hari tanpa menabrak benda lain.

Gelombang ultrasonik yang mengenai benda lunak, seperti kain (semua bahan tekstil) dan
busa akan diserap. Bunyi tidak akan memantul (bergema atau bergaung). Bunyi yang
dikeluarkan langsung diserap dan langsung hilang.

Gelombang ultrasonik hanya ada satu macam. Hanya frekuensinya saja yang berbeda-beda.
Begitu pula dengan panjang gelombang, frekuensi, dan cepat rambat. Beberapa manusia,
seperti anak bayi diyakini dapat mendengar gelombang ultrasonik dengan frekuensi
mendekati audiosonik. Itu sebabnya bayi sering tiba-tiba menangis. Berdasarkan ilmu sains
bukan karena melihat makhluk “lain” tetapi karena mendengar suara yang sangat tinggi.

Selain kelelawar, lumba-lumba dan paus juga dapat mendengar ultrasonik. Mereka
menggunakannya sebagai alat komunikasi. Paus dan lumba-lumba dapat memperkirakan di
mana kawanannya berada.  Terdapat sekitar 12 hewan yang dapat mendengar bunyi
ultrasonik.

2.3 PEMANFAATAN GELOMBANG BUNYI DALAM MENGUKUR KEDALAMAN


LAUT

               Laut menutupi permukaan bumi kurang lebih 75 %. Batas perairan laut dengan
daratan disebut garis pantai (pertemuan permukaan laut dengan daratan). Perairan laut di
permukaan bumi tidak merata luasnya. Pada belahan bumi utara tertutup lautan sebesar 60 %,
sedangkan pada belahan bumi selatan yang tertutup lautan sekitar 80 %.

               Kedalaman laut dan samudera sangat bervariasi, ada yang dangkal tetapi banyak
pula yang dalam. Dalam dan dangkalnya dasar laut menunjukkan relief dasar laut. Relief
dasar laut lebih besar dibandingkan relief di daratan. Hal ini terbukti dari kedalaman laut rata-
rata mencapai 3.800 m, sedangkan ketinggian daratan rata-rata hanya 840 m. laut yang
terdalam ada di Palung Mindanau (Palung Filipina), mencapai kedalaman 10.830 m
sedangkan daratan yang tertinggi adalah pada Gunung Everest, yang mencapai ketinggian
8.880 m.
Menentukan kedalaman laut
Penggunaan lain dari gelombang bunyi ini diantaranya adalah dapat digunakan untuk
menentukan kedalaman lautan atau sungai bahkan dapat juga digunakan untuk menentukan
lokasi dari kawanan ikan dilautan. Cara ini jelas lebih mudah daripada kita harus menyelam
ke dasar lautan untuk mengukur kedalamannya. Cara ini dilakukan dengan memancarkan
gelombang ultrasonik ke dasar laut dan bunyi pantul diterima oleh reciever (penerima) yang
terpasang di kapal. Jika bunyi pantul memerlukan selang waktu lama untuk kembali ke kapal
maka ini menunjukkan bahwa lautnya cukup dalam. Jika bunyi pantul kembali ke tempat
semula dalam selang waktu cukup singkat maka dapat dipastikan lautan itu adalah lautan
dangkal.
Misalnya, sebuah kapal hendak mengukur kedalaman dari lautan yang diarunginya.
Gelombang bunyi dpancarkan dari kapal tersebut, dan diterima kembali dalam waktu 2 detik.
Seperti yang telah diketahui bahwa, gelombang bunyi mempunyai kecepatan rambat sebesar
1.500 m/s, maka dari informasi ini kita dapat menentukan kedalaman lautan dengan cara:
Jarak yang ditempuh gelombang bunyi = kecepatan x waktu = 1.500 m/s x 2 s = 3000
meter
gelombang bunyi menempuh jarak ke bawah menuju dasar laut dan kembali lagi ke kapal,
jadi:
Kedalaman laut = jarak tempuh gelombang bunyi / 2 = 3000 meter / 2 = 1500 meter
Cara untuk mengukur kedalaman laut
Ada dua cara yang dapat ditempuh untuk mengukur kedalaman laut atau danau/waduk
yaitu dengan menggunakan teknik bandul timah hitam (dradloading) dan teknik Gema duga
atau Echo Sounder atau Echoloading.
a.Teknik Bandul Timah Hitam (dradloading)
Teknik ini ditempuh dengan menggunakan tali panjang yang ujungnya diikat dengan
bandul timah sebagai pemberat. Dari sebuah kapal tali diturunkan hingga bandul menyentuh
dasar laut. Selanjutnya panjang tali diukur dan itulah kedalaman laut. Cara ini sebenarnya
tidak begitu tepat karena tali tidak bisa tegak lurus akibat pengaruh arus laut. Di samping itu
kadang-kadang bandul tidak sampai ke dasar laut karena tersangkut karang. Cara ini juga
memerlukan waktu lama. Namun demikian cara ini memiliki kelebihan yaitu dapat
mengetahui jenis batuan di dasar laut, suhu dan juga mengetahui apakah di dasar laut masih
terdapat organisme yang bisa hidup.
b.Gema duga atau Echo Sounder atau Echoloading
Penggunaan teknik ini didasarkan pada hukum fisika tentang perambatan dan peantulan
bunyi dalam air. Isyarat bunyi yang dikeluarkan dari sebuah peralatan yang dipasang di dasar
kapal memiliki kecepatan merambat rata-rata 1600 meter per detik sampai membentur dasar
laut. Setelah membentur dasar laut bunyi dipantulkan dalam bentuk gema dan ditangkap
melalui sebuah peralatan yang juga dipasang di dasar kapal. Jarak waktu yang diperlukan
untuk perambatan dan pemantulan dapat diterjemahkan sebagai kedalaman laut. Cara ini
dianggap lebih praktis, cepat dan akurat. Namun kita tidak dapat memperoleh informasi
tentang suhu, jenis batuan dan tanda-tanda kehidupan di dasar laut.

Bandul Timah untuk Mengukur Kedalaman Laut. (Tim Geografi, Yudistiro, P. 98)
Rumus untuk mencari kedalaman laut melalui teknik gema duga adalah sebagai berikut:

di mana d = kedalaman laut, V = kecepatan suara dalam laut dan t = waktu


Jadi misalnya diketahui waktu yang diperlukan untuk perambatan bolak-balik (t) ada 4 detik
dan kecepatan suara dalam laut (V) = 1600 m/detik, maka kedalaman laut kedalaman laut
adalah 3200 m.
Potensi sumberdaya laut di Indonesia sangatlah besar yang mencakup potensi
sumberdaya hayati dan non-hayati. Sumberdaya laut tersebut sampai sekarang belum secara
maksimal dapat dieksplorasi dan dieksploitasi selain minyak dan gas bumi pada sektor
sumberdaya non hayati. Demikian pula pada sektor sumberdaya hayati laut, eksplorasi dan
eksploitasi terhadap ikan-ikan laut dan sejenisnya membutuhkan kearifan disamping
teknologi canggih namun tidak merusak lingkungannya.Untuk menunjang eksplorasi dan
eksploitasi sumberdaya laut, dapat digunakan teknologi akustik bawah air (underwater
acoustics). Teknologi ini dikenal luas denagn sebutan teknologi akustik yang tidak lain
adalah penggunaan gelombang suara yang dalam dunia navigasi disebut Sonar atau
Echosounder dan sejenisnya. Dengan pendekatan fungsi, Sonar atau Echo sounder pada
teknologi navigasi dapat disetarakan dengan penggunaan Radar untuk pendeteksian objek di
permukaanair.

Pengukuran kedalaman dasar laut dapat dilakukan dengan Conventional Depth Echo
Sounder dimana kedalaman dasar laut dapat dihitung dari perbedaan waktu antara pengiriman
dan penerimaan pulsa suara. Dengan pertimbangan sistim Side-Scan Sonar pada saat ini,
pengukuran kedalaman dasar laut (bathymetry) dapat dilaksanakan bersama-sama dengan
pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping) dan pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen

Secara garis besar pengunaan akustik bawah air dalam kelautan dan perikanan dapat
dikelompokkan menjadi lima yakni untuk survey, budidaya perairan, penelitian tingkah laku
ikan, mempelajari penampilan dan selektifitas alat-alat penangkapan ikan dan lain-lain.

          Dalam survey kelautan dapat digunakan untuk menduga spesies ikan, menduga ukuran
individu ikan, kelimpahan/stok sumberdaya hayati laut (plankton dan ikan).

          Aplikasi dalam budidaya perairan dapat digunakan dalam penentuan/pendugaan jumlah


biomass dari ikan dalam jaring/ kurungan pembesaran (penned fish/enclosure), untuk
menduga ukuran individu ikan dalam jaring/kurungan dan untuk memantau tingkah laku ikan
(dengan telemetering tags), khususnya aktifitas makan (feeding activity).

          Sedangkan dalam penelitian tingkah laku ikan dapat digunakan untuk


pergerakan/migrasi ikan (vertical dan horizontal) dan orientasi ikan (tilt angel), reaksi
menghindar (avoidance) tewrhadap gerak kapal dan alat penangkapan ikan, respon terhadap
rangsangan (stimuli) cahaya, suara, listrik, hydrodinamika, kimia, mekanik dan sebagainya.

          Untuk kegiatan aplikasi studi penampilan dan selektifitas alat penangkapan ikan
terutama dalam studi pembukaan mulut trawl, kedalam, posisi dan sebagainya. Dalam
selektifitas penangkapan (persentase ikan yang tertangkap terhadap yang terdeteksi didepan
mulut trawl atau didalam lingkaran purse seine).
Kegiatan lain yang dapat dikaji dengan teknologi akustik bawah air adalah sifat sifat-sifat
akustik dari air laut dan obyek bawah air, pendeteksian kapal selam dan obyek-obyek lainya.

          Menurut Arnaya (1991) Kegunaan lain dari akustik bawah air adalah untuk penentuan
kedalaman air dalam pelayaran, jenis dan komposisi dasar laut (lumpur, pasir, kerikil, karang
dan sebagainya), untuk penentuan contour dasar laut, lokasi kapal berlabuh atau pemasangan
bangunan laut, untuk eksplorasi minyak dan mineral didasar laut, mempelajari proses
sedimentasi dan untuk pertahanan keamanan (pendeteksian kapal-kapal selam dengan
pemasangan buoy-system)
Berikut adalah penerapan teknologi akustik bawah air untuk eksplorasi dan eksploitasi
sumberdaya non-hayati laut
a. Pengukuran Kedalaman Dasar Laut (Bathymetry)
Pengukuran kedalaman dasar laut dapat dilakukan dengan Conventional Depth Echo
Sounder dimana kedalaman dasar laut dapat dihitung dari perbedaan waktu antara pengiriman
dan penerimaan pulsa suara. Dengan pertimbangan sistim Side-Scan Sonar pada saat ini,
pengukuran kedalaman dasar laut (bathymetry) dapat dilaksanakan bersama-sama dengan
pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping) dan pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen
dibawah dasar laut (subbottom profilers).

b. Pengidentifikasian Jenis-jenis Lapisan Sedimen Dasar Laut (Subbottom Profilers)


Seperti telah disebutkan diatas bahwa dengan teknologi akustik bawah air, peralatan
side-scan sonar yang mutahir dilengkapi dengan subbottom profilers dengan menggunakan
prekuensi yang lebih rendah dan sinyal impulsif yang bertenaga tinggi yang digunakan untuk
penetrasi kedalam lapisan-lapisan sedimen dibawah dasar laut. Dengan adanya klasifikasi
lapisan sedimen dasar laut dapat menunjang dalam menentukkan kandungan mineral dasar
laut dalam. Dengan demikian teknologi akustik bawah air dapat menunjang esplorasi
sumberdaya non hayati laut.

c. Pemetaan Dasar Laut (Sea bed Mapping)


Dengan teknologi side-scan sonar dalam pemetaan dasar laut, dapat menghasilkan
tampilan peta dasar laut dalam tiga dimensi. Dengan teknologi akustik bawah air yang
canggih ini dan dikombinasikan dengan data dari subbottom profilers, akan diperoleh peta
dasar laut yang lengkap dan rinci. Peta dasar laut yang lengkap dan rinci ini dapat digunakan
untuk menunjang penginterpretasian struktur geologi bawah dasar laut dan kemudian dapat
digunakan untuk mencari mineral bawah dasar laut.
d. Pencarian kapal-kapal karam didasar laut
Pencarian kapal-kapal karam dapat ditunjang dengan teknologi side-scan sonar baik
untuk untuk kapal yang sebagian terbenam di dasar laut ataupun untuk kapal yang
keseluruhannya terbenam dibawah dasar laut. Dengan teknologi ini, lokasi kapal karam dapat
ditentukan dengan tepat. Teknologi akustik bawah air ini dapat menunjang eksplorasi dan
eksploitasi dalam bidang Arkeologi bawah air (Underwater archeology) dengan tujuan untuk
mengangkat dan mengidentifikasikan kepermukaan laut benda-benda yang dianggap
bersejarah.
e. Penentuan jalur pipa dan kabel dibawah dasar laut.
Dengan diperolehnya peta dasar laut secara tiga dimensi dan ditunjang dengan data
subbottom profiler, jalur pipa dan kabel sebagai sarana utama atau penunjang dapat
ditentrukan dengan optimal dengan mengacu kepada peta geologi dasar laut. Jalur pipa dan
kabel tersebut harus melalui jalur yang secara geologi stabil, karena sarana-sarana tersebut
sebagai penunjang dalam eksplorasi dan eksploitasi di Laut.
f. Analisa Dampak Lingkungan di Dasar Laut
Teknologi akustik bawah air Side-Scan Sonar ini dapat juga menunjang analisa dampak
lingkungan di dasar laut. Sebagai contoh adalah setelah eksplorasi dan ekploitasi sumber
daya hayati di dasar laut dapat dilakukan, Side-Scan Sonar dapat digunakan untuk memonitor
perubahan-perubahan yang terjadi disekitar daerah eksplorasi tersebut. Pemetaan dasar laut
yang dilakukan setelah eksplorasi sumber daya non-hayati tersebut, dapat menunjang analisa
dampak lingkungan yang telah terjadi yang akan terjadi.

KALIBRASI BAR CHECK


Bar check adalah alat yag digunagkan untuk melakukan kalibrasi alat perum gema.cara
kalibrasi ini sangat membantu untuk mendapatkan ukuran kedalaman yg benar dri akibat
beberapa sumber kesalahan skaligus,utamanya akibat tdak ketidakhomogenan medium
rambat yg mengakibatkan tidak konstannya kecepatan gelombang suara.

*bar check harus dilakukan setiap hari pada saat sebelum dan sesudah kegiatan pemeruman.
*koreksi bar check (Kbc) diperoleh dri selisih antara fix depth(Dfx)dngan bacaan kedalaman
echosounder yang sudah terkoreksi draft tranduser formulasinya sbagai brikut:
Kbs=Dfx-(d+t)
*fix depth(Dfx) diperoleh dengan alat bantu tali yg diberi bandul atau galah/rambu
ukur,dengan asumsi bahwa kedalaman ini bebas dari kesalahan.
*koreksi bar check sbelum pemeruman di beri notasi Kbc1 n koreksi bar check sesudah
pemeruman diberi notasi Kbc2,maka koreksi bar check diperoleh dri nilai reratanya yaitu:
Kbc=Kbc1+Kbc2/2
*pengukuran fix depth dan pengukuran echosounder untk koreksi bar chech harus dilakukan
pda lokasi titik yg sama,biasanya dilakukan pada daerah dekat pantai
*kedalaman sesaat(ds)d suatu titik di rumuskan sebagai berikut ds=d’+t+Kbc
The SV Bar Check adalah biaya-rendah,akurasi tinggi tangan memegang paket yang
dirancang untuk memungkinkan pemeriksaan yang cepat dari kecepatan suara di air
dangkal.Sistem ini meliputi sensor kecepatan suara, 20 m data / kabel listrik, dan Smart layar
Lihat dan data logger.Hal ini dapat mengukur kecepatan suara pada akurasi ± 0,05 m/s.

          The Bar Check SV Sistem sangat ideal untuk melakukan pemeriksaan bar dan survei
pelabuhan dari perahu kecil. Sistem menampilkan kecepatan suara secara real-time, bisa
menghitung kecepatan rata-rata suara secara real-time dan dapat menyimpan beberapa profil
dalam memori.
Seluruh sistem disampaikan dalam kasus ukuran kotak peralatan. Smart Lihat Data Logger
dikemas dalam kandang NEMA 4X. Pilihan termasuk sensor tekanan, berbagai panjang
kabel, dan antarmuka serial untuk men-download profil ke komputer.

          Beberapa kesalahan alat dapat terjadi sendiri-sendiri maupun bersamaan. Untuk


mengetahui pengaruh setiap kesalahan alat terhadap hasil pengukuran kedalaman adalah sulit
sekali.pengaruh kombinasi dari beberapa kesalahan alat tersebut dapat ditentukan besarnya
melalui salah satu metode kalibrasi,yaitu metode “bar check”. Walaupun demikian hanya
kombinasi dari beberapa alat saja yg dapat ditentukan pengaruhnya, yaitu kombinasi antara
ketidaktepatan pengesetan pulsa awal, dan kesalahan pada fase pengukuran. Selebihnya harus
dilakukan dengan pengaturan dan perbaikan alat kembali.

          Prinsip metode bar check adalah membandingkan kedalaman satu titik yg telah
ditentukan dan diketahui kedalamannya dibawah permukaan laut dengan kedalam titik
tersebut dari hasil pengukuran dengan alat perum gaya yg bersangkutan. Selisih nilai
kedalaman hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya tersebut adalah besarnya kesalahan alat
yg merupakan kombinasi dari dua kesalahan alat.

                      Titik yang telah diketahui kedalamannya direpresentasikan dalam bentuk suatu


benda yang terbuat dr bahan baja.pada pelaksanaanya,batang atau piringan baja tersebut
digantungkan menggunakan rantai atau kawat baja,dan diletakkna tepat dibawah tranduser
alat perum gema yang bersangkutan. Setelah dipasang sedemikina rupa,kemudian dilakukan
pengukuran dengan menggunakan alat perum gema pada saat wahana apung dalam keadaan
berhenti untuk berapa harga kedalaman batang atau piringan yang telah ditentukan
sebelumnya.

PENGUKURAN KEDALAMAN TERKOREKSI


          Teknik echo sounder yang dipakai untuk mengukur kedalaman laut, bisa dibuat alat
pengukur jarak dengan ultra sonic. Pengukur jarak ini memakai rangkaian yang samadengan
Jam Digital dalam artikel yang lalu, ditambah dengan rangkaian pemancar dan penerima
Ultra Sonic.

          Prinsip kerja echo sounder untuk pengukuran jarak digambarkan dalam Gambar
dibawah. Pulsa Ultrasonic, yang merupakan sinyal ultrasonic dengan frekwensi lebih kurang
41 KHz sebanyak 12 periode, dikirimkan dari pemancar Ultrasonic. Ketika pulsa mengenai
benda penghalang, pulsa ini dipantulkan, dan diterima kembali oleh penerima Ultrasonic.

          Dengan mengukur selang waktu antara saat pulsa dikirim dan pulsa pantul diterima,
jarak antara alat pengukur dan benda penghalang bisa dihitung.

          Jam Digital dalam artikel lalu yang direvisi untuk keperluan ini. Titik desimal pada
tampilan satuan dinyalakan dengan tahanan R8. Setiap kali tombol Start ditekan, AT89C2051
membangkitkan pulsa ultrasonic pada Pin P3.4 yang dipancarkan dengan rangkaian,
selanjutnya lewat pin P3.5 yang terhubung ke rangkaian penerima ultrasonic, sambil
mengukur selang waktu AT89C2051 memantau datangnya pulsa pantul. Hasil pengukuran
waktu itu, dengan sedikit perhitungan matematis ditampilkan di system penampil 7 ruas
sebagai besaran jarak, dengan satuan centimeter dan 1 angka dibelakang titik desimal.

          Processor memerlukan waktu untuk melaksanakan instruksi. Bagi AT89C2051 yang


bekerja pada frekuensi 12 MHz, instruksi NOP (baris 4 sampai 12); instruksi CPL (baris13)
dilaksanakan dalam waktu 1 mikro detik, dan 2 mikro detik untuk melaksanakan instruksi
DJNZ (baris 14). Dengan demikian waktu yang diperlukan untuk melaksanakan instruksi-
instruksi di baris 3 sampai 13 adalah 12 mikro detik.
Di baris 12, nilai Ultra_Out (= pin P3.4) dibalik, kalau semula Ultra_Out bernilai 0 setelah
instruksi ini dijalankan Utltra_Out akan bernilai 1, dan sebaliknya kalau semula 1 dan
berbalik menjadi 0. Di baris 13 nilai R7 dikurangi 1, selama R7 belum mencapai 0
AT89C2051 akan mengulang lagi baris 2 dan seterusnya. Di baris 1 R7 diberi nilai 24,
dengan demikian baris 2 sampai 13 akan diulang sebanyak 24 kali, dan selama itu pin 3.4
akan berbalik dari 0 ke 1 dan 0 kembali sebanyak 12 kali. Dengan demikian, hasil kerja
Potongan Program 1 adalah pulsa ultrasonic12 gelombang dengan frekuensi 1/24 mikrodetik
=41666 Hz.

SINGLE-BEAM ECHOSOUNDER
          Single-beam echo sounder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan
pancaran tunggal sebagai pengirim dan penerima sinyal gelombang suara. Sistem batimetri
dengan menggunakan single beam secara umum mempunyai susunan :

· transciever (tranducer/reciever) yang terpasang pada lambung kapal atau sisi bantalan pada
kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air secara langsung dari kapal penyelidikan.

· Transciever yang terpasang pada lambung kapal mengirimkan pulsa akustik dengan
frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam (gelombang suara) secara langsung menyusuri
bawah kolom air. Energi akustik memantulkan sampai dasar laut dari kapal dan diterima
kembali oleh tranciever. Transciever terdiri dari sebuah transmitter yang mempunyai fungsi
sebagai pengontrol panjang gelombang pulsa yang dipancarkan dan menyediakan tenaga
elektris untuk besar frekuensi yang diberikan.

· Transmitter ini menerima secara berulang-ulang dlam kecepatan yang tinggi, sampai pada
orde kecepatan milisekon. Perekaman kedalaman air secara berkesinambungan dari bawah
kapal menghasilkan ukuran kedalamn beresolusi tinggi sepanjang lajur yang disurvei.
Informasi tambahan seperti heave (gerakan naik-turunnya kapal yang disebabkan oleh gaya
pengaruh air laut), pitch (gerakan kapal ke arah depan (mengangguk) berpusat di titik tengah
kapal), dan roll (gerakan kapal ke arah sisi-sisinya (lambung kapal) atau pada sumbu
memanjang) dari sebuah kapal dapat diukur oleh sebuah alat dengan nama Motion Reference
Unit (MRU), yang juga digunakan untuk koreksi posisi pengukuran kedalaman selam proses
berlangsung.

                 Range frekuensi yang dipakai pada sistem ini menurut WHSC Sea-floor Mapping
Group mengoperasikan range frekuensi dari 3.5 kHz sampai 200 kHz. Single-beam
echosounders relatif mudah untuk digunakan, tetapi alat ini hanya menyediakan informasi
kedalaman sepanjang garis trak yang dilalui oleh kapal. Jadi, ada feature yang tidak terekam
antara lajur per lajur sebagai garis traking perekaman, yang mana ada ruang sekitar 10 sampai
100 meter yang tidak terlihat oleh sistem ini.
MULTI-BEAM ECHOSOUNDER
          Multi-Beam Echosounder merupakan alat untuk menentukan kedalaman air dengan
cakupan area dasar laut yang luas. Prinsip operasi alat ini secara umum adalah berdasar pada
pancaran pulsa yang dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut dan setalah itu energi
akustik dipantulkan kembali dari dasar laut (sea bed), bebrapa pancaran suara (beam) secara
elektronis terbentuk menggunakan teknik pemrosesan sinyal sehingga diketahui sudut beam.
Dua arah waktu penjalaran antara pengiriman dan penerimaan dihitung dengan algoritma
pendeteksian terhadap dasar laut tersebut. Dengan mengaplikasikan penjejakan sinar, sistem
ini dapat menentukan kedalaman dan jarak transveral terhadap pusat area liputan.
Multi-Beam Echosounder dapat menghasilkan data batimetri dengan resolusi tinggi ( 0,1 m
akurasi vertikal dan kurang dari 1 m akurasi horisontalnya).
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Gelombang bunyi terdiri dari molekul-molekul udara yang tidak pernah merambat


melainkan bergetar maju-mundur. Tiap saat, molekul-molekul itu berdesakan di beberapa
tempat, sehingga menghasilkan wilayah tekanan tinggi, tapi di tempat lain merenggang,
sehingga menghasilkan wilayah tekanan rendah. Gelombang bertekanan tinggi dan rendah
secara bergantian bergerak di udara, menyebar dari sumber bunyi. Itulah alasannya
mengapa Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Bunyi mengalami gejala
gelombang seperti  interferensi, pemantulan, pembiasan dan difraksi. Bunyi merupakan
gelombang mekanik karena hanya dapat merambat melalui medium (zat padat, cair atau gas)
dan tidak dapat merambat dalam vakum.
Gelombang ultrasonik merupakan bagian dari gelombang bunyi. Gelombang yang
mempunyai frekuensi lebih dari 20.000 Hertz sehingga tidak dapat didengar oleh manusia
secara umum. Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal. Arah rambatannya
sama dengan rambatan pegas yang sejajar Bunyi ini tidak dapat merambat melalui ruang
hampa atau tidak dapat merambat tanpa medium. Berdasarkan hal tersebut, berarti
gelombang bunyi adalah gelombang non elektrogmagnetik. Otomatis, gelombang ultrasonik
juga merupakan gelombang elektromagnetik dan gelombang longitudinal.
Laut menutupi permukaan bumi kurang lebih 75 %. Batas perairan laut dengan
daratan disebut garis pantai (pertemuan permukaan laut dengan daratan). Perairan laut di
permukaan bumi tidak merata luasnya. Pada belahan bumi utara tertutup lautan sebesar 60 %,
sedangkan pada belahan bumi selatan yang tertutup lautan sekitar 80 %.

            Kedalaman laut dan samudera sangat bervariasi, ada yang dangkal tetapi banyak pula
yang dalam. Dalam dan dangkalnya dasar laut menunjukkan relief dasar laut. Relief dasar
laut lebih besar dibandingkan relief di daratan. Hal ini terbukti dari kedalaman laut rata-rata
mencapai 3.800 m, sedangkan ketinggian daratan rata-rata hanya 840 m. laut yang terdalam
ada di Palung Mindanau (Palung Filipina), mencapai kedalaman 10.830 m sedangkan daratan
yang tertinggi adalah pada Gunung Everest, yang mencapai ketinggian 8.880 m.
Penggunaan lain dari gelombang bunyi ultrasonik ini diantaranya adalah dapat
digunakan untuk menentukan kedalaman lautan atau sungai bahkan dapat juga digunakan
untuk menentukan lokasi dari kawanan ikan dilautan. Cara ini jelas lebih mudah daripada kita
harus menyelam ke dasar lautan untuk mengukur kedalamannya. Cara ini dilakukan dengan
memancarkan gelombang ultrasonik ke dasar laut dan bunyi pantul diterima oleh reciever
(penerima) yang terpasang di kapal. Jika bunyi pantul memerlukan selang waktu lama untuk
kembali ke kapal maka ini menunjukkan bahwa lautnya cukup dalam. Jika bunyi pantul
kembali ke tempat semula dalam selang waktu cukup singkat maka dapat dipastikan lautan
itu adalah lautan dangkal.
Sonar merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menentukan letak benda di bawah laut
dengan menggunakan metode pantulan gelombang. Pantulan gelombang oleh suatu
permukaan atau benda sehingga jenis gelombang yang lebih lemah terdeteksi tidak lama
setelah gelombang asal disebut gema. Gema merupakan bunyi yang terdengar tidak lama
setelah bunyi asli. Perlambatan antara kedua gelombang menunjukkan jarak permukaan
pemantul.
          Penduga gema (echo sounder) ialah peralatan yang digunakan untuk menentukan
kedalaman air di bawah kapal. Kapal mengirimkan suatu gelombang bunyi dan mengukur
waktu yang dibutuhkan gema untuk kembali, setelah pemantulan oleh dasar laut. Selain
kedalaman laut, metode ini juga dapat digunakan untuk mengetahui lokasi karang, kapal
karam, kapal selam, atau sekelompok ikan.

3.2 SARAN
1.   Untuk pembaca dapat menambah wawasan dan bisa memberikan kritik membangun bagi
penulis.

2.   Untuk lembaga pendidikan diharap agar bisa menerapkan dalam pembelajaran.

3.   Untuk lembaga penelitian diharapkan bisa menghasilkan penemuan yang lebih baik

 
DAFTAR PUSTAKA

http://dendihidayat12030.blog.teknikindustri.ft.mercubuana.ac.id/?p=69
http://lilyistigfaiyah.blogspot.com/2013/03/cara-mengukur-kedalaman-laut.html
http://pustakafisika.wordpress.com/2012/11/16/pemantulan-gelombang-bunyi-sound-
reflection/
http://fisikon.com/kelas3/index.php?
option=com_content&view=article&id=108:aplikasipemanfaatan-gelombang-
bunyi&catid=13:gelombang-bunyi&Itemid=160
http://medinda09.blogspot.com/2013/09/pemanfaatan-gelombang-bunyi-dan.html
http://vaeg14.blogspot.com/2013/12/penerapan-gelombang-bunyi-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai