Anda di halaman 1dari 12

Bab ii

Pembahasan

2.1 Pengertian Radiasi

Radiasi adalah suatu pancaran energy dari suatu sumber ke lingkungannya, tanpa
membutuhkan medium perantara. Radiasi dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu
radiasi pengion (mis: alpha, beta, gamma, dan neutron) dan radiasi non pengion (mis:
handphone, TV, LCD Proyektor, microwave, computer, inframerah, sinar UV, dll).
Daya tembus berbagai sumber radiasi ditunjukan pada gambar 2.1, sebagai berikut:

Gambar 2.1 Daya tembus berbagai jenis radiasi.

Paparan radiasi merupakan kemampuan radiasi foton (sinar-x atau gamma) untuk
menimbulkan ionisasi di udara dalam volume tertentu. Dosis radiasi merupakan
jumlah energy yang diserap persatuan massa dengan satuan Gy (Gray), sedangkan
laju dosis adalah besarnya dosis persatuan waktu.

Efek radiasi bagi manusia terdiri dari dua macam, meliputi efek stokastik yaitu efek
radiasi yang tidak dipengaruhi oleh dosis ambang yang menyebabkan perubahan pada
sel tubuh (contoh: kanker, efek pewaris) dan efek non stokastik (deterministic) yaitu
efek radiasi yang dipengaruhi oleh dosis ambang yang menyebabkan kematian sel
(contoh: sel kulit mati, katarak, kematian pada janin).

2.2 Monitoring Radiasi

Monitoring radiasi adalah pemantauan radiasi yang melibatkan pengukuran dosis


radiasi atau pencemaran radionuklida untuk alasan yang berkaitan dengan penilaian
atau control dari paparan radiasi atau zat radioaktif dan interpretasi hasil. Pengukuran
dosis radiasi terbagi menjadi dua kategori, yaitu:

1. Alat Ukur Pasif.


Alat ukur yang mana pembacaan hasil pengukurannya tidak dapat dibaca
langsung melainkan harus melalui proses terlebih dahulu. Contoh: Film
badge, TLD badge.

2. Alat Ukur Aktif.


Alat ukur yang dapat menunjukkan secara langsung hasil pengukuran radiasi yang
diterima. Contoh: survey meter, dosimeter saku. Berdasarkan fungsinya alat ukur
radiasi juga dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Pemonitor Perorangan.
Pemonitor perorangan adalah suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi radiasi
yang diterima oleh tubuh manusia. Alat yang digunakan disini dapat berupa alat
ukur pasif dan juga alat ukur aktif. Pada prinsipnya jumlah radiasi yang diterima
oleh alat tersebut identik dengan jumlah radiasi yang diterima oleh tubuh
manusia.

b. Pemonitor Lingkungan.
Prinsip dasar kerja alat ukur lingkungan ini adalah adanya proses ionisasi,
eksistasi dan sintilasi di detektor dan hasil proses tersebut dirubah menjadi pulsa-
pulsa listrik yang diteruskan ke alat baca (elektronik). Reaksi-reaksi yang terjadi
apabila seberkas sinar (alpa, beta, gamma, atau X) berinteraksi dengan medium
didalam detektor.

Berkas radiasi bila melalui suatu medium ia akan kehilangan sebagian atau
seluruhnya energinya melalui proses ionisasi dan eksitasi. Penyerapan energi tersebut
diatas mempunyai hubungan linier dengan banyaknya partikel-partikel yang datang
dan prinsip inilah yang digunakan dalam semua instrumentasi nuklir. Intrumentasi
didalam fisika kesehatan harus dapat melayani berbagai macam kegunaan, misalnya
mengukur partikel, mengukur dosis akumulasi, mengukur laju dosis, energi rendah,
energi tinggi, pengukuran tanpa adanya pengaruh energi. Prinsip kerja dari alat ukur
adalah radiasi berinteraksi dengan detektor dan response yang ditimbulkannya
sebanding dengan efek radiasi yang datang.
Tabel Efek Radiasi Yang Dipergunakan Dalam Mendeteksi dan Mngukur Radiasi.

EFEK TIPE INSTRUMEN DETEKTOR

Elektris 1. Bilik Ionisasi 1. Gas.


2.Penghitung Proporsional 2. Gas
3. Penghitung Geiger 3. Gas
4. Solid State 4. Semikonduktor

Kimiawi 1. Film 1. Emulsi Fotografi


2. Dosimeter Kimiawi 2. Padat atau Cair.

Cahaya 1. Penghitung Skintilasi 1. Kristal atau cair


2. Penghitung Cerenkov 2. Kristal atau cair

Thermoluminescence Thermoluminescence Kristal


Dosimeter.

Panas Kalorimeter Padat atau cair

Tabel 2.1 Efek Radiasi Yang Dipergunakan Dalam Mendeteksi dan Mngukur Radiasi

2.2.1 Detektor

a. Penghitung Partikel Berisi Gas.

Apabila detektor yang berisi gas terkena radiasi maka akan terjadi proses ionisasi gas
dalam detektor tersebut. Jika konstanta waktu RC jauh lebih besar dari waktu yang
diperlukan untuk mengumpulkan semua ion yang dihasilkan oleh lintasan partikel
tunggal yang melalui detektor maka tinggi pulsa dapat dihitung dengan rumus : V =
Q/C ; dimana:
V = potensial
Q = jumlah muatan yang dihasilkan dalam detektor
C = Kapasitas.

1. Penghitung Bilik Ionisasi (Ionization Chamber Counter)

Ionization chamber ialah ruangan yang tertutup yang berisi gas dimana ionisasi yang
terjadi oleh radiasi dapat dikumpulkan dan diukur.Medan listrik didalam ruangan
sensitif menarik elektron-elektron bebas dan ion-ion positip ke elektroda-
elektroda yang berbeda dan muatan total atau arusnya dapat diukur. Seperti proses
ionisasi diatas maka di dalam detektor akan terbentuk ion-ion positif yang akan
dikumpulkan oleh katoda di bagian dinding detektor dan ion-ion negatif atau
elektron yang akan dikumpulkan oleh anoda.

Apabila variable High Voltage Power Supply kita hidupkan mulai dari (0) maka
terbentuk suatu daerah tegangan operasi yang kita namakan daerah bilik Ionisasi
(Ionization chamber Region) dimana tegangan operasi disini dapat dinyatakan relatif
rendah, tetapi sudah cukup untuk menarik elektron-elektron yang terbentuk
dari proses ionisasi ke anoda sebelum elektron-elektron tersebut kembali
bergabung dengan ion positif untuk membentuk atom netral.

Pergerakan elektron menuju anoda yang dikarenakan perbedaan tegangan antara


anoda dan katoda tidak memungkinkan untuk menghasilkan proses ionisasi sekunder.
Jadi jumlah elektron yang terkumpul pada anoda merupakan proses ionisasi primer
sehingga tinggi pulsa yang terbentuk akan sebanding dengan jumlah ion primer yang
dihasilkan pada proses ionisasi primer atau dengan kata lain faktor penguatan gas
pada detektor ini sama dengan satu.

Dalam membuat ionization chamber maka pengaruh dinding - dindingnya adalah


sangat penting dan harus diketahui betul karakternya. Jika material dari dinding
ionization chamber mempunyai komposisi atom yang sama dengan komposisi gas
didalamnyamaka ionization chamber dikatakan homogen. Jenis dinding lain yang
sering dipergunakan juga ialah dinding plastik yang mempunyai komposisi atomik
seperti komposisi atomik jaringan-jaringan tubuh manusia dan diisi dengan gas yang
mempunyai komposisi atomik yang sama, ini disebut tissue equivalent ionization
chamber. Lihat gambar yang menunjukkan tegangan kerja dari ionization chamber.

Kelemahan untuk mengoperasikan ionization chamber adalah pulsa yang terlalu kecil
dan memerlukan penguatan yang besar serta sensitivitas masukan yang tinggi pada
pencacah karena jumlah total dari arus atau muatan total merupakan parameter yang
diukur. Karena satuan roentgen didefinisikan dalam
udara maka alat ini dapat dipakai untuk mengukur dosis radiasi. Dalam digunakan
untuk mengukur radiasi Alpha, Beta dan Gamma.

2. Penghitung Proporsional (Proporsional Counter).


Kelemahan pada sistim pengoperasian Bilik Ionisasi adalah keluaran yang
dihasilkan pada proses detektor yang relatif lemah sehingga membutuhkan
Amplifikasi/ penguatan yang besar atau tingkat kepekaan masukan yang tinggi dalam
sistim penghitung. Untuk mengatasi hal ini maka sistim Bilik Ionisasi dioperasikan
sebagai penghitung proporsional yaitu dengan menaikkan daerah tegangan kerja dari
Bilik Ionisasi.

Elektron-elektron primer yang terbentuk dari hasil proses ionisasi dalam


detektor yang dioperasikan pada daerah tegangan kerja proporsional yang tertarik ke
elektroda positif dan negatif akan mengakibatkan proses ionisasi sekunder sehingga
faktor amplifikasi akan menjadi lebih besar dari satu yang dikarenakan bertambahnya
ion sekunder atau dengan kata lain terjadi multiplikasi gas dalam detektor yang kita
kenal dengan nama “Avalance”. Semakin besar tegangan kerja kita naikan maka akan
makin besar juga “avalancehe”nya melalui penyebaran di sepanjang anoda. Selain
tegangan tinggi dan detektor, amplifikasi juga tergantung pada diameter anoda.
Diameter anoda mengecil, amplifikasi akan membesar dan juga tergantung pada
tekanan gas dalam detektor. Secara teoritias detektor yang sama dapat digunakan
sebagai ionization counter, proportional atau geiger counter yang hanya berbeda
pada tegangan kerja, tetapi pada kenyataannya dan karena alasan ekonomis dan
praktis maka dibuat alat ukur untuk masing-masing counter. Proportional counter
dapat dipergunakan untuk membedakan energi partikel yang datang. Dapat
digunakan untuk mengukur radiasi Alpha dan Beta.

3. Penghitung Geiger (Geiger Counter)


Dengan menaikkan terus tegangan tinggi sampai melewati tegangan daerah
proporsional sehingga mengakibatkan “avalanche” merentang sepanjang anoda.
Bilamana hal ini terjadi maka daerah tegangan kerja disebut daerah GEIGER. Pada
daerah tegangan kerja ini semua ukuran pulsa akan sama tanpa membedakan sifat
dari partikel penyebab proses ionisasi primer maka operasi pada daerah ini tidak
dapat membedakan macam radiasi dan tidak dapat untuk mengukur energi.
Efisiensi dari detektor ini tentu tergantung pada energi dari partikel sehingga
tiap pemakai detektor counter ini harus menentukan effisiensi dari detektor tersebut
untuk berbagai energi sehingga hasil pengukuran dapat diberi interpretasi yang tepat.
Apabila dilihat pada grafik antara angka hitungan/ cacah vs tegangan kerja akan
terjadi Plateau dengan kemiringan slope yang positif yaitu 3 % per 100 volt. Setelah
ion-ion negatif (elektron) ditarik ke anoda maka ion-ion positif ditarik ke katoda.
Pada waktu ion-ion positif ditarik ke katoda ion-ion tersebut menumbuk dinding
detektor sambil sebagian melepaskan energi dalam bentuk panas dan sebagian lagi
mengaktifkan atom-atom dari dinding detektor.
Pada saat atom-atom dari dinding detektor kembali ke keadaan normal, atom-
atom tersebut melepaskan energi pengaktifannya dengan memancarkan faton-faton
ultra violet dan terjadi interaksi antara faton-faton ultra violet dengan gas sehingga
kemungkinan akan menimbulkan suatu avalanche dan dengan demikian juga akan
menimbulkan suatu “Spurious Count” (hitungan/ cacahan lancung). Hitungan
semacam ini dalam sistim tersebut harus diredam/ dihilangkan dan sistim peredaman
yang disebut “QUENCHING” . Hal ini dapat dilakukan dengan cara menurunkan
tegangan pada anoda setelah suatu pulsa hingga semua ion-ion positif terkumpul pada
katoda atau secara kimiawi dengan menggunakan gas peredam diri yaitu suatu gas
yang dapat menyerap faton-faton ultra violet tanpa terjadi ionisasi misalnya dengan
memasukkan gas organik seperti alkohol atau ether.
Apabila ada dua buah partikel masuk dalam suatu perhitungan dengan
keberuntunan yang sangat cepat maka avalanche ion-ion dari partikel pertama
melumpuhkan sistim penghitung sehingga sistim penghitung tidak dapat
memberikan respon pada saat partikel kedua masuk. Untuk
mengatasi hal tersebut diperlukan suatu sistim yang disebut waktu pisah
(Resolving Time). Pergerakan ion-ion negatif menuju anoda sangat sepat dibanding
ion-ion positif menuju ke katoda sehingga suatu saat memungkinkan ion-ion positif
membentuk suatu selubung di sekitar anoda yang mengakibatkan penurunan
intensitas medan listrik disekitar anoda. Hal ini juga akan mengakibatkan penurunan
avalanche oleh partikel penyebab ionisasi.
Apabila ion-ion positif selanjutnya bergerak menuju ke katoda maka intensitas
medan listrik disekitar anoda akan meningkatkan kembali hingga ketitik seperti
dimana avalanche lainnya dapat dimulai kembali. Waktu yang diperlukan untuk
mencapai intensitas medan listrik ini disebut “Dead Time”(waktu mati).
b. Penghitung Skintilasi.
Detektor Skintilasi merupakan suatu transduser yang merubah energi kinetik
dari suatu partikel penimbul ionisasi menjadi suatu kilatan cahaya. Kilatan-kilatan
cahaya yang terbentuk dapat diamati secara elektronis dengan menggunakan tabung-
tabung foto multiplier dimana pulsa-pulsa keluarannya dapat diperkuat,diperbanyak,
disortir menurut ukuran dan dihitung.
Detektor skintilasi adalah detektor yang sangat baik untuk mencari spektrum
dari suatu sumber radioaktif, karena pulsa-pulsa yang dihasilkan, berbanding lurus
dengan energi partikel mula-mula. Skintilasi banyak dipergunakan untuk mencacah
radiasi gamma dan
beta.
Tebel bahan-bahan scintilasi:

PANJANG TINGGI WAKTU


GELOMBANG PELURUHAN
BAHAN DENSITAS PULSA
DARI EMISI RELATIF (DETIK)
MAKSIMUM (A)

Na (TI) 3,67 4100 210 0,25

CsI (TI) 4,51 Biru 55 1,1

KI (TI) 3,13 4100 50 1,0

Anthracene 1,25 4400 100 0,032

Trans-Stilene 1,16 4100 60 0,0064

Pastik - 3550 - 4500 28 - 48 0,003 - 0,005

Cairan - 3550 - 4500 27 - 49 0,002 - 0,008


(Toluene) 1,23 4000 40 0,005
P-Terphenyl

c. Derektor Semikonduktor.
Detektor semikonduktor bertindak sebagai suatu bilik ionisasi padat. Partikel
penimbul ionisasi seperti Alpha, Beta dan yang lainnya berinteraksi dengan atom-
atom dalam volume sensitif dari detektor untuk menghasilkan elektron-elektron
melalui ionisasi. Pengumpulan ion-ion ini menghasilkan suatu pulsa keluaran. Bahan
semikonduktor yang biasa digunakan adalah silikon dan germanium.

2.2.2 Monitor Perorangan


a. Dosimeter Saku.
Suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur dosis radiasi yang berdasarkan
atas prinsip respons dari instrumen sebanding dengan energi radiasi yang diserap oleh
instrumen tersebut. Biasanya menggunakan satuan mRem atau mSv. Alat ini terdiri
dari bilik ionisasi dinding udara yang dilengkapi dengan suatu alat yang bekerja
berdasarkan prinsip elektroskop dimana satu bagian lengannya tetap dan satu bagian
lainnya dapat bergerak bebas pada skala yang telah disiapkan pada dosimeter
tersebut. Apabila dosimeter saku “change” ini berarti kita memberi muatan positif
kutub alat elektroskop sehingga kedua lengan tadi akan saling tolak menolak sampai
lengan yang dapat bergerak bebas tadi menuju angka nol atau kalau kita lihat pada
dosimeter berarti jarum menunjukkan angka nol.
Gas dalam bilik ionisasi pada dosimeter saku apabila terkena radiasi akan
mengakibatkan ionisasi sehingga terjadi ion-ion positif dan negatif dalam bilik
ionisasi tersebut. Ion-ion positif akan tertarik ke dinding dosimeter sedangkan ion
negatif akan tertarik ke kutub dari alat elektroskop dan menetralkan/ menurunkan
muatan yang ada sehingga daya tolak kedua lengan dari alat elektroskop tersebut juga
semakin lemah. Dengan melemahnya daya tolak kedua lengan tersebut berarti lengan
yang dapat bergerak bebas akan bergeser. Pergeseran ini dalam skala pada dosimeter
akan terlihat bergeser ke arah angka maksimum. Besarnya pergeseran pada skala
dosimeter ini sebanding dengan muatan negatif yang tertarik ke kutub alat
elektroskop atau dengan kata lain sebanding dengan energi radiasi yang diberikan
pada proses ionisasi.
b. Film Badge.
Suatu alat yang lazim dipergunakan sebagai personel monitoring yang terdiri
dari sebuah paket yang berisi dua lempeng film dental ( untuk sinar-x atau gamma)
atau tiga buah lempeng film dental (untuk sinar - x dan gamma, netron) yang
dibungkus dalam suatu kertas kedap sinar dan dikenakan dalam suatu wadah plastik
atau logam yang sesuai. Kedua film yang digunakan masing-masing terdiri dari
emulsi yang sensitif dan yang satu lagi emulsi yang kurang sensitif.
Proses yang terjadi pada pemonitor perorangan yang mempergunakan film ini
sama dengan proses yang terjadi pada waktu melakukan radiografi pada bidang
medis.
Prinsip dasar yang terjadi pada film badge adalah adanya kehitam-hitaman pada film.
Kehitam-hitaman film tersebut yang kemudian diukur kerapatannya dan
dibandingkan atau diplot pada grafik standar antara kerapatan dengan dosis. Pada
umumnya minimum pencacahan hanya dapat dicapai pada dosis 0,1 mSv (10 mRem)
hal ini diakibatkan pada kemampuan alat baca atau alat cacah yang dipergunakan
pada laboratorium-laboratorium proses film badge.
Pengukuran dosis pda film badge didasarkan pada fakta bahwa radiasi
pengion akan menyinari perak bromida yang terdapat pada emulsi fotografi yang
akan mengakibatkan kehitaman pada film tersebut. Tingkat kehitaman yang juga
disebut sebagai densitas optis dari film tersebut secara tepat dapat diukur dengan
menggunakan densitometer fotolistrik yang pembacaannya dinyatakan sebagai
logaritma intensitas cahaya yang dipancarkan melalui film tersebut. Densitas optis
dari film yang terkena radiasi secara kualitatif berhubungan dengan besarnya
penyinaran radiasi. Dengan perbandingan densitas optis dari film yang dikenakan
oleh seseorang yang terkena radiasi terhadap densitas film yang terkena radiasi
dengan jumlah yang telah diketahui, maka penyinaran terhadap film yang dikenakan
oleh seseorang tersebut dapat ditentukan. Karena adanya variasi kecil dalam emulsi
yang mempengaruhi respon kuantitatifnya terhadap radiasi maka dalam hal ini satu
film dalam setiap kelompoknya perlu dikalibrasi.
c. Efek Fotografis pada Film.
Pengaruh radiasi pengion pada film fotografis adalah sama dengan pengaruh
cahaya tampak pada film fotografi. Film fotografi terdiri dari reaksi kristal AgBr.
Penyerapan energi pada butir-butir AgBr menghasilkan gumpalan-gumpalan kecil
logam perak yang dikatakan sebagai bayangan laten. Setelah melalui suatu pencucian
(proses) maka akan tampak adanya perubahan kehitam-hitaman pada film yang
kemudian dinyatakan sebagai perbedaan kerapatan (density). Setelah dilakukan
pembacaan density dengan alat pembacanya, maka hasil pembacaan tersebut diplot
pada grafik standar sehingga bisa ditentukan besarnya dosis yang diterima film. Pada
umumnya sebelum sejumlah film dikirim kepada pemakai satu atau dua film diambil
dipergunakan untuk membuat grafik dengan cara menyinari film tersebut dan
membaca density kemudian tergambarlah suatu grafik standard. Sering terjadi adanya
penyimpangan antara penyinaran dan pembacaan film yang telah disinari, hal itu
disebabkan antara lain:
1. Batas kemampuan terendah untuk mendeteksi suatu radiasi dosis rendah.
Pengukuran menjadi kurang akurat, batas minimum 0,1 Sv (10 mRem) kemungkinan
yang diterima lebih rendah dari 0,1 mSv (10 mrem).
2. Kesalahan bacaan yang berhubungan dengan energi.
Kesalahan dapat timbul sebesar 10 - 20 % apabila film tidak dipergunakan pada batas
jangkauan energi yang telah ditentukan. Dapat juga terjadi energi radiasi yang tidak
tepat jatuh pada daerah kompensasi pada film, kemungkinan yang mencapai daerah
tersebut hanya hamburannya saja, sehingga kesalahan baca dapat sangat besar.
3. Kesalahan yang disebabkan oleh adanya pengukuran bayangan laten antara
penyinaran dengan pencucian (proses). Peningkatan bayangan putih emulsi dari film
cepat dapat sebagai penyebab utama suatu kesalahan . tergantung pada tipe dari
emulsi film (cepat atau lambat) kondisi lingkungan, waktu pemakaian.
4. Kesalahan pada waktu pengukuran kerapatan.
5. Kesalahan pada waktu pencucian (proses) film.
Pada waktu pembuatan grafis standar dengan pencucian film keadaan bahan
pencuci (developer) sudah berbeda atau bahan sudah mengalami penggantian.
Perbedaan waktu pencucian selama 4 menit dapat menyebabkan kesalahan sebesar 10
- 25 % perbedaan suhu 1° c, kesalahan mendeteksi 10 %.
6. Kesalahan yang disebabkan oleh kalibrasi. Kesalahan dapat mencapai kurang lebih
5 %.
7. Kesalahan yang disebabkan oleh temperatur pada sensitivitas fitografik.
Sensitivitas emulsi film terhadap sinar-x bertambah secara linear dengan
temperatur, kenaikan temperatur , dengan fluktuasi yang cukup besar pada
pemakaian yang digunakan akan berpengaruh. Umum terjadi pada para pekerja di
alam tropik yang bekerja diluar ruangan pada siang hari, dekat pemanas. Pengaruh
panas pada film baik sebelum dan sesudah penyinaran dapat mengubah pemutihan
(fogging) dan adanya kehitaman.
d. TLD BADGE (Thermoluminescence Dosimeter)
Beberapa kristal termasuk CaF2 yang menggunakan Mn sebagai pencemar
(impuritas) dan LiF, memancarkan cahaya apabila kristal-kristal tersebut dipanaskan
setelah dikenai radiasi. Kristal-kristal tersebut dinamakan kristal termoluminesens
(kristal pendar panas).Penyerapan energi radiasi oleh kristal mengakibatkan
timbulnya atom-atom dalam kristal sehingga menghasilkan elektron-elektron dan
lubang-lubang bebas dalam kristal pendar panas. Elektron-elektron ini ditangkap oleh
pemancar dalam kisi-kisi kristalin sehingga dapat menghalangi timbulnya energi
dalam kristal tersebut.
Kristal-kristal yang dipanaskan melepaskan energi yang ditimbulkan sebagai
cahaya. Pengukuran keluaran cahaya bersamaan dengan meningkatnya suhu. Suhu
dimana keluaran cahaya maksimum terjadi merupakan suatu ukuran energi pengikat
elektron pada lobang didalam tangkapan tersebut. Jumlah cahaya yang diukur
sebanding dengan jumlah elektron yang ditangkap atau dengan kata lain sebanding
dengan energi yang diserap dari radiasi pengion. Jadi intensitas cahaya yang
dipancarkan pada saat pemanasan kristal pendar panas secara langsung sebanding
dengan dosis radiasi yang diserap oleh kristal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai