Anda di halaman 1dari 16

PENGANTAR FISIKA MODERN

“TRANSFORMASI GALILEO DAN KEGAGALAN HIPOTESIS ETER”

OLEH

Kelompok 1:

1. ARIEL MONICA (19231004)


2. AUFADILA (19231005)

DOSEN : Dr. Febriyanto , M.Pd

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur bagi Allah SWT, yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga,
maupun pikiran kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
membahas tentang “Transformasi Galileo dan Kegagalan Hipotesis Eter” tepat
pada waktunya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus
berupa ajaran agama yang sempurna.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak


selaku dosen Dr Febri Yanto , M.Pd  mata kuliah Pengantar Fisika Modern
.Dalam penyusunan makalah, kita banyak mendapat tantangan dan hambatan
tetapi dengan semangat, dan kerja sama sesama anggota kelompok kami dan
berbagai cara, tantangan itu bisa teratasi. Kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah
ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan
makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya.

Padang, 31 Agustus 2021

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................................6
2.1 Transformasi Galileo.................................................................................................6
2.2 Transformasi Galileo Untuk Kecepatan.....................................................................8
2.3 Transformasi Galileo Untuk Percepatan.................................................................10
2.4 Kegagalan Hipotesis Eter.........................................................................................11
BAB III................................................................................................................................15
PENUTUPAN.......................................................................................................................15
3.1 Kesmpulan..............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
 

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Suatu benda dikatakan bergerak relatif terhadap benda lain jika dalam
selang waktu tertentu posisi relatif benda yang bersangkutan berubah
terhadap benda lain. Sebaliknya, jika posisi relatifnya tidak berubah, maka
benda yang bersangkutan dikatakan dalam keadaan alamiah. Keadaan diam
atau gerak suatu benda merupakan konsep yang relatif, artinya bergantung
pada keadaan relatif suatu benda terhadap benda lain yang dijadikan acuan.
Untuk menggambarkan gerak suatu benda, seorang pengamat harus
menentukan kerangka acuan untuk menganalisis gerak benda tersebut,
inersia yang digunakan sebagai acuan.
Dalam makalah ini pembahasan masalah relativitas terbatas pada
masalah relativitas khusus yang berkaitan dengan transformasi Galileo dan
kegagalan hipotesis eter. Kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan
konstan adalah kerangka acuan inersia. Sebuah kerangka acuan inersia yang
berosilasi pada kecepatan konstan (dan tidak berputar) terhadap kerangka
acuan inersia lain juga merupakan kerangka acuan inersia.
Kerangka acuan yang dipercepat ke kerangka acuan inersia bukanlah
kerangka acuan inersia. Dalam kerangka acuan inersia berlaku hukum
pertama Newton yaitu hukum inersia; dimana benda yang diam akan tetap
diam dan benda yang bergerak akan terus bergerak dengan kecepatan
konstan dalam garis lurus jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Transformasi Galileo?
2. Bagaimana Transformasi Galileo pada Kecepatan?
3. Bagaimana Transformasi Galileo pada Percepatan?
4. Apa yang menyebabkan Kegagalan Hipotesis Eter ?
1.3 Tujuan
4
1. Mengetahui Konsep Transformasi Galileo
5. Mengetahui Transformasi Galileo pada Kecepatan
6. Mengetahui Transformasi Galileo pada Percepatan
7. Mengetahui Kegagalan Hipotesis Eter

5
Bab II

PEMBAHASAN

2.1 Transformasi Galileo


Galileo dan Newton telah menggambarkan gerak dari benda-benda terhadap
suatu kerangka acuan tertentu. Kerangka acuan lembam, yaitu kerangka acuan di
mana berlaku hukum-hukum Newton, yakni sebuah kerangka acuan yang tidak
dipercepat. Apabila hukum Newton berlaku dalam salah satu kerangka acuan
lembam maka hukum tersebut juga berlaku dalam sebuah kerangka acuan yang
bergerak pada kecepatan tetap relatif terhadap kerangka acuan yang pertama. Jadi
kerangka acuan yang lain itu juga merupakan kerangka acuan lembam. Pertanyaan
selanjutnya, adakah hubungan antara satu kerangka acuan lembam dengan
kerangka acuan lembam yang lainnya. Kita akan menemukan jawabannya bila kita
membuat sebuah persamaan transformasi yang dinamakan dengan persamaan
transformasi Galileo.

Persamaan transformasi ini menghubungkan pengukuran posisi, waktu,


kecepatan dan percepatan dalam sebuah kerangka acuan lembam S dengan
pengukuran yang dilakukan pada kerangka acuan S' yang memiliki kecepatan tetap
relatif terhadap S. Berikut ini kita akan menurunkan hubungan dari pengukuran-
pengukuran tersebut dalam dua kerangka acuan lembam. Untuk menentukan
sebuah peristiwa, kita harus mengetahui di mana peristiwa terjadi dan kapan
terjadinya. Kemudian, kita dapat meninjau bagaimana peristiwa tersebut tampak
dalam dua kerangka acuan lembam yang berbeda S dan S'. Permasalahannya adalah
jelas, yaitu hanya ada satu peristiwa, namun koordinatnya adalah berbeda dalam
dua kerangka acuan yang berbeda. Andaikan sebuah peristiwa terjadi di P,
perhatikan Gambar dibawah. Dalam kerangka acuan S, koordinatnya adalah (x,y z, )
pada saat t dan dalam kerangka acuan S', koordinatnya adalah (x',y',z') pada saat 't.

Perhatikan di sini, kita tidak menuliskan koordinat dari P sebagai(x,y,z,t ) dan


(x',y',z',t ') seperti yang Anda temui dalam beberapa buku teks. Namun, penulisan
seperti itu akan Anda temui pada TRK II. Alasannya: karena dalam prinsip
relativitas klasik waktu bersifat mutlak (universal) sedangkan dalam teori
relativitas khusus, sebagaimana akan kita pelajari kemudian, waktu bersifat relatif

6
sama seperti ketiga koordinat ruang. Penulisan seperti (x,y,z,t ) menyatakan harga
x, y, z dan t adalah relatif. Kita asumsikan bahwa jam pada masing-masing pada
kerangka acuan telah disinkronkan sedemikian sehingga hubungan antara
pembacaan jam pada dua kerangka acuan saat t = 0 , kedua titik asal O dan O'
adalah berhimpit dan kecepatan relatif antara kedua kerangka acuan adalah v
dalam arah-x. Pada saat t=t’ titik asal akan berpindah sejauh vt=vt’.

Dua buah kerangka acuan S dan S' bergerak relatif satu sama lain dengan
kecepatan v searah sumbu-x

Maka koordinat-koordinat dalam arah-x dihubungkan oleh persamaan:

Sedangkan koordinat yang lain diberikan oleh persamaan

Jadi, dengan mengumpulkan semua hasil-hasil untuk transformasi koordinat


antara dua kerangka acuan lembam, kita dapat merangkum hubungan antara dua
pengamatan dari suatu peristiwa yang sama sebagaimana diukur dalam S dan S'
sebagai berikut.

7
…….(1) 

Persamaan di atas dinamakan persamaan transformasi Galileo untuk


koordinat. 

Contoh soal:

Seorang penumpang kereta yang sedang berjalan di dalam kereta dengan


kecepatan 20 m/s searah dengan arah gerak kereta. Ia melintasi seorang pria yang
sedang berdiri diperon stasiun pada t’ = t = 0. Sepuluh detik setelah kereta tersebut
melewatinya, pria diperon melihat seekor burung yang terbang dengan arah yang
sama ke sepanjang lintasan kereta tersebut yang telah pergi sejauh 400 m.
Tentukan posisi burung terhadap penumpang kereta?
Pembahasan:
v = 20 m/s kecepatan orang (S’) terhadap (S) pada t = 0 sekon
t = 10 sekon (S) melihat burung terbang searah searah Gerakan kereta
x = 400 m posisi kereta terhadap (S) pada saat melihat burung
Tentukan:
x’= m posisi burung terhadap (S’) tepat pada saat (S) melihat burung.
Berdasarkan persamaan tranformasi Galileo untuk jarak relatif:
x’= x – v.t = 400 – 20.10 = 400 – 200 = 100 m
Koordinat relativistik burung pada saat t = 10 sekon menurut orang dalam kereta
ialah (x, y, z, t) = ( 100, 0, 0, 10)
Koordinat relativistik burung pada saat t = 10 sekon menurut orang di peron ialah
(x, y, z, t) = ( 400, 0, 0, 10)

2.2 Transformasi Galileo Untuk Kecepatan


Misalkan, seorang pengamat berada dalam kerangka acuan S mengamati
sebuah partikel yang dipindahkan dari x1 ke x2 antara waktu t1 dan t2. Di dalam
kerangka acuan S’, pengamat melihat pergeseran partikel dari x1’ ke x2’ dalam

8
interval waktu dari t1 hingga t2. Pengamat kemudian mendapatkan

dalamkerangka acuan S:

Sedangkan dalam S’

Dengan menggunakan transformasi Galileo posisi untuk x ke x’:

Sehingga diperoleh:

Dan selengkapnya diperoleh

Ini adalah transformasi Galileo untuk kecepatan. Persamaan yang sama juga
diperoleh dengan cara mendiferensialkan persamaan (1) terhadap waktu
dengan mengingat bahwa t’=t  ,

9
Dari persamaan diatas, kita dapat memperoleh transformasi balik dari S' ke
S untuk kecepatan sebagai berikut:

2.3 Transformasi Galileo Untuk Percepatan


Selanjutnya, bagaimana percepatan pada kedua kerangka acuan tersebut?
Dalam kerangka acuan S kita memiliki:

sedangkan dalam kerangka S' kita memiliki

Dengan menggunakan transformasi Galileo untuk kecepatan,

10
Sehingga diperoleh



Dalam setiap kerangka acuan, percepatannya adalah sama. Persamaan diatas


dinamakan persamaan transformasi Galileo untuk percepatan. Persamaan yang sama
juga diperoleh dengan mendiferensialkan terhadap waktu persamaan. Dapat dilihat,
terhadap transformasi Galileo, kerangka acuan yang berbeda menghasilkan besaran-
besaran berbeda untuk posisi dan komponen kecepatan dalam arah gerak. Yakni posisi-
x dan komponen kecepatan vx tidak sama dalam kedua kerangka acuan. Namun,
besaran-besaran lain, posisi dan komponen kecepatan, yang tegak lurus dengan arah
gerak sama seperti komponen percepatan dan memiliki besar yang identik. Besaran-
besaran yang tidak berubah terhadap sebuah transformasi dikatakan invarian terhadap
transformasi tersebut. Bahwa percepatan adalah invarian terhadap transformasi Galileo
merupakan kunci dalam memahami ketidakmungkinan menentukan laju mutlak
(absolut) untuk kerangka acuan yang bergerak uniform atau membedakan suatu
kerangka acuan seperti itu dengan kerangka acuan yang lain. Prediksi hukum-hukum
mekanika klasik yang dirumuskan dalam ungkapan percepatan dapat dibuktikan dalam
semua kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap terhadap kerangka yang
lain, bila dapat dibuktikan dalam salah satu kerangka acuan. Hukum-hukum tersebut
memenuhi relativitas klasik

 
2.4 Kegagalan Hipotesis Eter

Hingga akhir abad kesembilan belas, para ilmuwan masih mempercayai


keberadaan eter, yang merupakan perantara cahaya dan gelombang
elektromagnetik lainnya. Karena keberadaan eter belum pernah diamati, maka
didalilkan bahwa itu adalah zat tak bermassa dan tak terlihat, tetapi mengisi
seluruh ruang dan berfungsi hanya untuk menyebarkan gelombang
elektromagnetik. Kecepatan cahaya dan gelombang elektromagnetik lainnya
diukur terhadap eter. Jadi, seorang pengamat yang bergerak dengan kecepatan u
melalui eter akan mengukur kecepatan cahaya c dan sesuai dengan transformasi

11
Galilea c = c – u. Hubungan ini akan diuji secara eksperimental oleh beberapa
ilmuwan.
             
Pada tahun 1887, Albert A. Michelson (1852 - 1931) dan Edward
W. Morlqy (1838-1932) mencoba mengukur kecepatan aliran eter menggunakan
interferometer optik yang sangat sensitif yang dikenal sebagai interferometer
Michelson, jika eter benar-benar ada. Interferometer Michelson adalah
seperangkat peralatan yang memanfaatkan fenomena interferensi
cahaya. Interferensi cahaya sendiri merupakan gabungan dari dua gelombang
cahaya.

Interferensi cahaya ini akan menghasilkan pola gelap dan terang. Jika


kedua gelombang memiliki fasa yang sama maka akan terjadi interferensi
konstruktif (saling memperkuat) sehingga nantinya akan terbentuk pola terang,
sedangkan jika kedua gelombang tersebut tidak memiliki fasa yang sama maka
akan terjadi interferensi destruktif (saling melemah). menghasilkan pola gelap.
Gambar 1.2. menunjukkan skema percobaan yang dilakukan oleh Albert
A. Michelson dan Edward W. Morley.

Gambar 1.2. Skema percobaan yang dilakukan oleh Michelson-Morley


 
Seberkas cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya S dipisahkan
menjadi dua berkas di titik A. Satu berkas dipantulkan oleh cermin B, sedangkan
berkas lainnya dipantulkan pada cermin C. Kedua berkas tersebut kemudian
digabungkan lagi untuk mengamati interferensi di D Untuk membahas

12
percobaan ini, misalkan Dalam kerangka acuan S yang dipilih, kecepatan cahaya
ke segala arah adalah sama, yaitu c. dan bumi bergerak dengan kecepatan V
dalam arah x positif terhadap kerangka acuan S. Jadi menurut seorang pengamat
di bumi besar kecepatan cahaya adalah c - V. Waktu yang diperlukan cahaya
untuk menempuh jarak dari beam splitter A ke cermin datar B dengan
kecepatan c : V dan kembali ke A dengan kecepatan c + V setelah dipantulkan
oleh cermin datar B :

di mana l₁ adalah jarak AB.


 
Dalam perjalanan dari A ke cermin datar C dan kembali ke A setelah dipantulkan
oleh cermin datar C, karena kecepatan cahaya c tegak lurus terhadap V, sehingga
kecepatan menurut pengamat di bumi adalah:

 
Waktu yang diperlukan cahaya untuk menempuh jarak dari pembagi berkas A ke
cermin datar C dan kembali ke A (dengan kecepatan c) setelah dipantulkan oleh
cermin datar C:

Selisih waktu tempuh adalah

13
Alat tersebut kemudian diputar 90⁰, sehingga peran l₁ dan l₂, serta t₁ dan t dapat
dipertukarkan (menjadi t₁ dan t₂). Jadi selisih waktu tempuh :

Dengan putaran pahat sebesar 90⁰ diharapkan akan terjadi pergeseran pola
interferensi yang diamati oleh detektor D sebesar:

Untuk V yang lebih dari c kita peroleh:

 
Michelson dan Morley melakukan percobaan dengan menggunakan
ukuran (l₁ + l₂) = 22 m, = 5,9 x 10⁷ m, sedangkan kecepatan V sesuai dengan
kecepatan gerak bumi mengelilingi matahari, yaitu sekitar 30 km/s. Untuk nilai
tersebut diharapkan nilai 0,37 cukup signifikan. Berdasarkan pengamatan,
ternyata tidak terjadi pergeseran pola interferensi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kecepatan cahaya adalah konstan terlepas dari kerangka
pengamatan. Hasil ini juga menunjukkan bahwa eter yang berfungsi untuk
merambatkan cahaya dan gelombang elektromagnetik lainnya tidak ada. Karena
jika ada, ia harus memiliki kecepatan relatif V terhadap matahari dan bintang-
bintang lainnya sebesar 30 km/s sehingga pergeseran pola interferensi akan

teramati pada detektor D.

14
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesmpulan
1. Hipotesis tentang eter tidak benar, eter tidak ada, dan Cahaya tidak
membutuhkan medium untuk merambat
2. Kecepatan cahaya adalah sama ke segala arah, tidak bergantung pada
kerangka acuan universal dan setara dengan C=3x10⁸ m/s

15
DAFTAR PUSTAKA

Arianto dkk. 2008. Materi Teori Relativitas. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Alonso Finn. 1981. Physics. London: Addison Wesley. Addison Wesley.


Publishing. Company.

Enstein, A. 1961. Relativitys The Special & the General Theory. New York: Wing Books.

Kusminarto. 1993. Pokok-pokok Fisika Modern. Jakarta: Depdikbud, Dikti, Proyek PTK
PT.

16

Anda mungkin juga menyukai