Anda di halaman 1dari 15

PEMBAHASAN

Mekanika (Mechanics) adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gerakan suatu benda serta
efek gaya dalam gerakan itu. Mekanika terbagi menjadi dua yaitu kinematika dan dinamika.
Kinematika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana gerak suatu benda tanpa memperdulikan
penyebab terjadinya gerakan benda tersebut.Sedangkan Dinamika adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana gerak suatu benda dengan memperhatikan penyebab terjadinya gerakan pada benda
tersebut.
1. Besaran dan Satuan
1.1 Besaran Pokok
Besaran pokok merupakan besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan bukan
turunan dari besaran lain.
1.2 Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari besaran pokok. Beberapa
contohnya yang sering kita gunakan adalah kecepatan. Kecepatan kita dapatkan dari dua besaran
pokok, yaitu panjang dan waktu. Satuan dari besaran turunan kita kenal sebagai satuan turunan.
1.3 Besaran Vektor
Besaran vektor adalah besaran yang mempunyai besar dan arah,contohnya
perpindahan,kecepatan,gaya,impuls,momentum,momen gaya,medan listri,medan magnet dan
lain-lain.
1.3.1 Penjumlahan dan Pengurangan Vektor
Penjumlahan dua buah vektor dinyatakan dengan persamaan
A+ B=R
Pengurangan vektor adalah penjumlahan vektor dengan mendefinisikan vektor negatif sebagai
vektor lain yang sama besar tetapi arahnya berlawanan.
Contoh : A−B= A+(−B)
Penjumlahan dan pengurangan vektor dapat dilakukan baik secara geometri maupun secara
analitik.
a. Cara Geometri
Penjumlahan dan pengurangan vektor secara geometri dapat dilakukan dengan metode
jajargenjang dan metode poligon(segitiga)
b. Cara Analitik
Cara analitik adalah cara atau metode yang digunakan untuk menentukan besar resultan vektor
secara matematis dengan menggunakan rumus.Adapun rumus yang digunakan merupakan rumus
kosinus (cos) untuk menentukan besar resultan vektor dan rumus sinus (sin) untuk menentukan
arah resultan vektor.
Rumus mencari besar resultan vektor

R=√ A 2+ B2 +2 AB cos α
Rumus mencari arah resultan vektor

R F1 F
= = 2
sin α sin ⁡( α −β) sin β
1.3.2 Perkalian Vektor
a. Hasil perkalian titik
Bilangan skalar yang sama dengan hasil kali nilai atau harga dua buah vektor dengan kosinus
sudut yang dibentuk diantara kedua vektor dengan kosinus sudut yang dibentuk diantara kedua
vektor tersebut dinamakan hasil perkalian titik atau hasil perkalian skalar. Perkalian vektor A dan
B yang menghasilkan hasil skalar dapat dinyatakan sebagai berikut.
A . B= AB cos θ
b. Hasil Perkalian silang
Sebuah vektor yang dihasilkan dengan mengkalikan dua buah vektor disebut hasil perkalian
silang atau hasil perkalian vektor. Hasil perkalian vektor A dan B yang menghasilkan hasil
vektor dinyatakan sebagai berikut.
C=| A × B|= ABsin θ
1.4 Besaran Skalar
Besaran skalar adalah besaran yang hanya mempunyai besar atau nilai tanpa mempunyai
arah,contohnya semua besaran pokok,jarak,laju,usaha,energi,daya,massa jenis dll.
2. Kinematika
2.1 Gerak
Gerak mempunyai arti perubahan tempat (posisi) suatu benda. Dalam hal ini,gerak selalu dilihat
secara relatif terhadap kerangka acuan tertentu.Di alam tidak ada kerangka acuan yang
mutlak,maka tidak ada juga gerak yang bersifat mutlak. Hal ini berarti bahwa gerak bersifat
relatif. Sebuah benda yang dam relatif terhadap kerangka acuan tertentu,bisa saja sedang
bergerak terhadap kerangka-kerangka lain yang jumlahnya sangat banyak. Oleh karena itu dapat
diambil kesimpulan bahwa segala sesuatu dialam sedang bergerak.
2.2 Jarak dan Perpindahan
Perpindahan didefinisikan sebagai jumlah geraj suatu benda yang diukur dalam arah tertentu.
Sementara itu, panjang lintasan sebenarnya yang ditempuh oelh suatu benda selama geraknya
disebut jarak.
2.3 Laju dan Kecepatan
Laju adalah jarak yang ditempuh benda tiap satuan waktu,sedangkan kecepatan adalah
perpindahan benda tiap satuan waktu atau laju perubahan posisi benda ketika bergerak dalam
arah tertentu.Laju rata-rata benda didefinisikan sebagai hasil bagi antara jarak total yang
ditempuh dengan selang waktu tempuhnya. Secara sistematis dituliskan sebagai berikut:
s
v́=
t
Laju sesaat ditentukan dengan mengukur jarak yang ditempuh oleh benda dalam selang waktu
yang sangat singkat. Jika jarak dinyatakan dengan ds dan selang waktu dt,maka laju sesaat
dinyatakan dengan persamaan berikut.
ds
v=
dt
Kecepatan rata-rata disefinisikan sebagai perpindahan benda dibagi dengan total waktu yang
diperlukan. Secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut.
∆x
v́=
∆t
Kecepatan sesaat pada waktu tertentu didefinisikan sebagai perbandingan perpindahan (dx)
dengan waktu yang ditempuh (dt). Secara sistematis dinyatakan sebagai berikut.
dx
v=
dt
2.4 Percepatan
Percepatan adalah besaran vektor yang didefinisikan sebagai perubahan kecepatan tiap waktu.
Percepatan juga didefinisikan sebagai laju suatu benda yang bergerak semakin cepat atau
semakin lambat. Dari definisi dapat dirumuskan persamaan percepatan :
∆v
a=
∆t
Pada umumnya istilah percepatan berhubungan dengan kenaikan laju(besar kecepatan).
Sementara itu penurunan laju disebut perlambatan.
2.5 Gerak Lurus Beraturan
Gerak Lurus Beraturan (GLB) adalah gerak lurus pada arah mendatar dengan kecepatan v tetap
(percepatan a = 0), sehingga jarakyang ditempuh S hanya ditentukan oleh kecepatan yang tetap
dalam waktu tertentu.

Pada umumaya GLB didasari oleh Hukum Newton I (∑ F=0)


Dv dv
S= x=v . t ; a= = =0
Dt dt
Ds ds
v= = =Tetap
Dt dt
Tanda D (selisih) menyatakan nilai rata-rata.
Tanda d (diferensial) menyatakan nilai sesaat.
Catatan:
1. Untuk mencari jarak yang ditempuh, rumusnya adalah .

2. Untuk mencari waktu tempuh, rumusnya adalah .

3. Untuk mencari kecepatan, rumusnya adalah .


2.6 Gerak Lurus Berubah Beraturan
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak lurus pada arah mendatar dengan
kecepatan v yang berubah setiap saat karena adanya percepatan yang tetap. Dengan kata lain
benda yang melakukan gerak dari keadaan diam atau mulai dengan kecepatan awal akan berubah
kecepatannya karena ada percepatan (a= +) atau perlambatan (a= -).

Pada umumnya GLBB didasari oleh Hukum Newton II ( ∑ F=m. a).


v t=v 0+ at

v t2=v 02+2 as
1
s=v 0 t+ a t 2
2

vt = kecepatan sesaat benda


v0 = kecepatan awal benda
S = jarak yang ditempuh benda
Grafik Percepatan Terhadap Waktu
Benda yang melakukan GLBB memiliki percepatan yang tetap, sehingga grafik percepatan
terhadap waktu (a-t) berbentuk garis mendatar sejajar sumbu waktu t.

Kecepatan Terhadap Waktu pada GLBB yang dipercepat


Pada GLBB yang dipercepat kecepatan benda semakin lama semakin bertambah besar. Sehingga
grafik kecepatan terhadap waktu (v-t) pada GLBB yang dipercepat berbentuk garis lurus
condong ke atas dengan gradien yang tetap. Jika benda melakukan GLBB yang dipercepat dari
keadaaan diam (kecepatan awal =Vo = 0), maka grafik v-t condong ke atas melalui O(0,0),
seperti gambar di bawah ini :

Jika benda melakukan GLBB dipercepat dari keadaan bergerak (kecepatan awal = Vo ≠ 0 ),
maka grafik v-t condong ke atas melalui titik potong pada sumbu v, yaitu (0,Vo), seperti gambar
di bawah ini :
Jika anda melempar batu vertikal ke atas, maka batu itu akan mengalami pengurangan kecepatan
yang sama dalam selang waktu sama. Jadi batu itu dikatakan mengalami perlambatan atau
percepatan negatif. Jadi pada GLBB diperlambat, benda mengawali gerakan dengan kecepatan
tertentu dan selanjutnya selalu mengalami pengurangan kecepatan. Grafik kecepatan terhadap
waktu untuk GLBB diperlambat akan berbentuk garis lurus condong ke bawah, seperti gambar di
bawah ini.

Kecepatan pada suatu saat dari benda yang melakukan gerak lurus berubah beraturan dirumuskan
sebagai berikut :

sedangkan untuk menghitung besar perpindahan yang dialami benda yang bergerak lurus
berubah beraturan

2.7 Gerak Parabola


Merupakan gerak benda dengan lintasan berbentuk parabola (setengah lingkaran). Gerak
parabola adalah gabungan dari 2 buah jenis gerakan yaitu Gerak Lurus Beraturan (GLB)
yang arahnya mendatar dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) yang arahnya vertikal.
Gerak vertikal dipengaruhi oleh percepatan gravitasi sehingga kecepatannya akan selalu
berubah. Untuk mempelajari gerak parabola maka kita perlu meninjau masing-masing gerak
secara terpisah baik yang arah mendatar (komponen X) maupun yang arah vertikal
(komponen Y).
Gerak arah mendatar (komponen X)

Gerak arah vertikal (komponen Y)


karena dipengaruhi percepatan grafitasi maka kecepatan pada arah ini akan selalu
berubah. adapun nilai kecepatan pada arah vertikal pada tiap saat adalah :

semakin lama, kecepatan vertikal semakin berkurang dan akhirnya berhenti. Titik dimana
kecepatan vertikal nol di capai pada titik tertinggi (titik B). Tinggi titik tersebut adalah :

adapun untuk mencapai titik tertinggi tersebut (titik B) adalah :

2.8 Gerak Rotasi


Gerak melingkar terbagi dua, yaitu:
a. Gerak Melingkar Beraturan (GMB)
GMB adalah gerak melingkar dengan kecepatan sudut (w) tetap.

Arah kecepatan linier v selalu menyinggung lintasan,


jadi sama dengan arah kecepatan tangensial sedanghan
besar kecepatan v selalu tetap (karena w tetap).
Akibatnya ada percepatan radial ar yang besarnya tetap
tetapi arahnya berubah-ubah. ar disebut juga percepatan
sentripetal/sentrifugal yang selalu | v.
v = 2pR/T = w R
ar = v2/R = w2 R
s=qR

b. Gerak Melingkar Berubah Beraturan (GMBB)


GMBB adalah gerak melingkar dengan percepatan sudut a tetap.
Dalam gerak ini terdapat percepatan tangensial aT = percepatan linier, merupakan
percepatan yang arahnya menyinggung lintasan lingkaran (berhimpit dengan arah
kecepatan v).
a = Dw/Dt = aT / R
aT = dv/dt = a R
T = perioda (detik)
R = jarijari lingkaran.
a = percepatan angular/sudut (rad/det2)
aT = percepatan tangensial (m/det2)
w = kecepatan angular/sudut (rad/det)
q = besar sudut (radian)
S = panjang busur
3. Dinamika
3.1 Hukum Newton
a. Hukum I Newton
Pada mulanya newton mengajukan bahwa sebuah benda yang diam cenderung tetap diam dan
sebuah benda yang cenderung bergerak akan tetap bergerak dengan kecepatan yang sama dan
arah yang sama (bergerak lurus beraturan) jika tidak ada gaya yang tidak seimbang bekerja
padanya. Dari pernyataan ini dapat diambil kesimpulan bahwa benda cenderung
mempertahankan keadaan geraknya yaitu diam atau bergerak lurus beraturan. Hukum I newton
dapat dinyatakan dengan persamaan : ∑ F=0

Dengan : ∑ F = resultan gaya

b. Hukum II Newton
Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya yang bekerja padanya dan berbanding
terbalik dengan massanya. Arah percepatan adalah searah gaya yang bekerja pada benda. Ini
disebut hukum kedua newton tentang gerak. Secara sistematis dituliskan sebagai berikut :
F
∑ F=m. a atau a=
m

Dengan : ∑ F=¿ resultan gaya (N)


m = massa (kg)
a = Percepatan (m/s2)
c. Hukum III Newton
Intisari dari hukum ketiga newton adalah bilamana sebuah benda mengerahkan gaya pada benda
kedua,benda kedua ini mengerahkan gaya yang sama besarnya namun berlawanan arah pada
benda pertama. Oleh karena itu secara matematis hukum ketiga newton dinyatakan secara
matematis seperti :
F aksi =−Freaksi

Atau
F aksi + F reaksi=0

3.2 Gaya Gravitasi


3.2.1 Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi timbul akibat massa sebuah benda yang memberikan gaya tarik pada benda yang
memiliki massa.Gravitasi mengakibatkan gaya tarik-menarik antara seluruh partikel yang
memilki massa,sehingga mengikuti gravitasi.
Untuk menghitung nilai gravitasi,dapat menggunakan rumus :
m 1 m2
F=G
r2
Dengan :
F = Gaya grvaitasi (N)
G = konstanta gravitasi (6,67 ×10−11 m 3 /kg s 2)
r = jarak kedua benda (m)
m1 dan m2 = Massa kedua benda (kg)

3.2.2 Medan Gravitasi


Medan gravitasi adalah medan yang menyebabkan suatu benda bermassa mengalami gaya
gravitasi.
GM
g=
r2
Dengan :
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
G = konstanta gravitasi (6,67 ×10−11 m3 /kg s 2)
M = massa planet bumi (kg)
r = jarak benda (m)
3.2.3 Hukum Kepler
 Hukum Kepler 1
“Lintasan orbit setiap planet ketika mengelilingi matahari berbentuk elips dimana matahari
terletak pada salah satu fokusnya.
 Hukum Kepler 2
“Garis khayal yang menghubungkan planet dengan matahari mencakup luas daerah yang sama
dalam interval waktu yang sama”
 Hukum Kepler 3
“Kuadrat periode orbit suatu planet sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari
matahari.”

T 1 2 r1 3

( ) ( )
T2
=
r2

Dengan
T 1 = periode planet 1

T 2 = Periode planet 2

r 1 = jarak planet 1 dari matahari

r 2 = Jarak planet 2 dari matahari

Hukum kepler berfungsi untuk memprediksi lintasan planet-planet atau benda luar angkasa lain
seperti asteroid atau komet yang mengorbit matahari.
3.3 Gaya Gesekan
3.3.1 Gaya gesek statis
Gaya gesekan statis adalah gaya gesekan pada benda yang diam. Dapat dirumuskan sebagai
berikut:
f s=μ s N

3.3.2 Gaya gesek kinetis


Gaya gesekan kinetis adalah gaya gesekan pada benda yang bergerak. Dapat dirumuskan sebagai
berikut :
f k =μk N

3.4 Usaha Dan Energi


3.4.1 Usaha
Untuk memahami pengertian usaha dalam fisika perhatikan uraian berikut.

Gambar 4.2 di atas melukiskan suatu gaya F bekerja pada sebuah benda yang terletak pada
bidang datar, sehingga benda berpindah sejauh s searah dengan arah gaya F.
Selama perpindahan benda tersebut dikatakan gaya F telah melakukan suatu usaha pada benda
yang besarnya dapat dinyatakan dengan persamaan:

W = usaha (N.m)
F = besar gaya (N)
S = jarak (m)
α = sudut yang dibentuk oleh arah gaya F dan arah perpindahan benda.
 Usaha sebagai proses menghasilkan gerak pada benda oleh pelaku gaya.
 Usaha sebagai hasil kali skalar antara vektor gaya dan vektor perpindahan benda.

3.4.2 Energi Kinetik


Gaya merupakan penyebab perubahan gerak benda. Untuk memindahkan suatu benda diperlukan
energi. Energi yang dimiliki oleh benda yang sedang bergerak disebut energi kinetik.Jika pada
sebuah benda dengan massa m bekerja gaya konstan sebesar F, sehingga benda berpindah sejauh
s searah dengan gaya F, maka usaha yang dilakukan oleh gaya F selama perpindahan benda
dapat dinyatakan dengan:
W = F.S
Berdasarkan hukum II Newton : F = m . a
Pada GLBB didapat persamaan :

Vt2 = Vo2 + 2as atau


W=F.s
1
Besaran mV 2 disebut energi kinetik (Ek), sehingga untuk energi kinetik dapat dinyatakan:
2

Ek = energi kinetik (joule)


m = massa benda (kg)
V = kecepatan gerak benda (m/s)
Catatan: Satuan energi kinetik dalam CGS adalah erg dimana 1 erg = 10-7 joule

3.4.3 Energi Potensial Gravitasi


Apabila percepatan gravitasi tidak berubah besarnya untuk ketinggian yang kecil, maka gaya
gravitasi yang dikerjakan bumi kepada apel sebesar F = - mg. Arah gaya kebawah atau
menuju permukaan tanah. Usaha yang dikerjakan bumi pada apel adalah: Kerja bernilai positif
karena arah gaya sama dengan arah pergeseranya itu kebawah. Maka tenaga potensial saat apel
berjarak h adalah:

3.4.4 Hukum Kekekalan Energi Mekanik


Gambar 4.4 berikut melukiskan benda dengan massa m’ yang berada dalam medan gravitasi
benda yang bermassa m dipindahkan dari titik A ke titik B, dengan lintasan sembarang. Ternyata
usaha untuk memindahkan m’ dari titik Ake titik B tidak tergantung dari bentuk lintasan, tetapi
hanya tergantung dari kedudukan awal dan kedudukan akhir. Dengan demikian untuk
memindahkan benda bermassa m’ dari titik A ke titik B diperlukan usaha WAB di mana

Usaha tersebut sama dengan perubahan energi potensial dari benda bermassa
m’ sehingga: WAB = EPB – EPA.
Atau

Jika diambil titik A di tak terhingga (ra = ∞), maka energi potensial di titik A= nol, sehingga
diperoleh persamaan:

Dari persamaan energi potensial di atas didapat bahwa energi potensial yang dimiliki oleh benda
yang bermassa m’ yang berada dalam gravitasi benda bermassa m merupakan energi yang
dimiliki oleh benda m’ karena kedudukannya terhadap benda bermassa m. Energi potensial
merupakan besaran skalar. Jika jarak benda m’ terhadap permukaan benda m adalah h di mana h
<< R (R = jari-jari benda m) maka energi potensial benda m’ dapat dinyatakan:

Ep = energi potensial (joule)


m’ = massa benda uji (kg)
g = kecepatan gravitasi (m/s2)
h = ketinggian h’ dari bidang acuan (m)
Dengan demikian, jika terdapat benda yang bergerak dalam medan gravitasi, selain benda
tersebut mempunyai energi kinetik juga memiliki energi potensial. Energi kinetik dan energi
potensial yang dimiliki oleh suatu benda disebut energi mekanik (Em).

Dalam medan gravitasi konstan, energi mekanik yang dimiliki oleh suatu benda bernilai konstan.
Em1 = Em2 atau

Persamaan tersebut dinamakan hukum kekekalan energi mekanik.


3.5 Benda Tegar
Benda tegar adalah suatu benda yang bentuknya tidak berubah saat diberi gaya dari luar.
Kesetimbangan benda tegar adalah kondisi dimana momentum suatu benda berniali nol.
Artinya,jika awalnya suatu benda diam,benda tersebut akan cenderung diam. Syarat
kesetimbangan benda tegar adalah :

1. Total gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol (∑ F=0)
2. Total momen gaya (torsi) yang bekerja sama dengan nol (∑ τ=0)
3.5.1 Momen Gaya
Momen gaya adalah sebuah besaran yang menyatakan besarnya gaya pada sebuah benda yang
mengakibatkan benda tersebut mengalami gerak rotasi. Rumus momen gaya adalah :
τ =r × F
τ = momen gaya (Nm)
r = jarak sumbu putaran dengan titik gaya (m)
F = gaya yang diberikan kepada sistem (N)
3.5.2 Momen Inersia
Momen inersia adalah kecenderungan suatu benda untuk mempertahankan keadaan putarnya
baik tetap diam atau tetap bergerak memutar. Benda bermassa m yang memiliki titik putar
dengan jarak r,rumus momen inersianya dinyatakan sebagai berikut :

I =m r 2
I = momen inersia
m = massa benda (kg)
r = jarak benda terhadap sumbu putar (m)
3.5.3 Titik Berat
Titik berat adalah titik kesetimbangan benda ataupun suatu bangun baik panjang,luas atau
volume.
Rumus titik berat benda homogen dua dimensi
A 1 x 1 + A2 x2 +…+ A n x n
x 0=
A 1+ A 1 +…+ An

A1 y 1+ A 2 y 2 +…+ A n y n
y 0=
A 1 + A1 +…+ A n

3.6 Gerak Harmonis Sederhana


3.7 Momentum,Impuls dan Tumbukan
3.8 Fluida

Anda mungkin juga menyukai