DISUSUN OLEH :
19010001
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Laboratorium merupakan bagian dari sarana kesehatan yang digunakan untuk
menunjang upaya peningkatan kesehatan unutk mengakkan diagnosis suatu penyakit,
penyembuhan serta pemulihan kesehatan. Pemeriksaan laboratorium biasanya dilakukan
sesuai dengan permintaan dokter berdasarkan dengan gejala klinis dari penderita,
pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan Kimia Klinik, Hematologi,
Mikrobiologi, dan Urinalisa. Pemeriksaan laboratorium memiliki fungsi dan manfaat
salah satunya sebagai uji saring adanya penyakit, dengan tujuan menentukan resiko
terhadap suatu penyakit dan mendeteksi penyakit dini.
Pemeriksaan Glukosa Urine metode Benedict memanfaatkan sifat glukosa sebagai
perduksi. Prinsip pemeriksan benedict adalah glukosa dalam urine akan mereduksi
cuprisulfat menjadi cuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna dari larutan
benedict. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya kekeruhan dan perubahan warna dari
biru menjadi hijau kekuningan sampai merah bata. Kelemahan metode ini anatar lain
reagen yang dibutuhkan lebih banyak, untuk mendapatkan hasil diperlukan waktu yang
agak lama, metode ini juga tidak spesifik untuk mendeteksi gkukosa urine saja.
Kelebihan metode ini biayanya lebih murah, dan membutuhkan urine yang lebih sedikit.
Pemeriksaan dengan reagen benedict paling sering untuk mendetaksi diabetes
mellitus dengan melihat ada tidaknya glukosa dalam urin pasien. Penderita diabetes
mensekresikan glukosa di dalam urin karena pada penderita diabetes glukosa tidak dapat
diabsorbsi secara maksimal ke dalam sel-sel atau jaringan. Jika hasil benedict
memberikan hasil yang positif pada seorang pasien, alangkah baiknya jika dilakukan
pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis. Pada keadaan normal karbohidrat
diekskresikan lewat urin dalam jumlah yang kecil (kurang dari 50mg/ml).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara mendeteksi glukosa pada urine?
2. Alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan dalam percobaan tersebut?
3. Bagaimana prosedur percobaan tersebut?
4. Bagaimana analisa hasil percobaan tersebut?
C. TUJUAN
1. Mengetahui cara mendeteksi glukosa pada urine
2. Mengetahui alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktik tersebut
3. Mengetahui prosedur percobaan
4. Mengetahui analisa dan hasil percobaan tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
I. PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE
Pemeriksaan glukosa urine sangat penting dalam dunia kesehatan. Dengan
mengetahui kadar glukosa urin maka dapat mencegah dan menanggulangi terjadinya
penyakit yang lebih parah. Pemeriksaan glukosa urine dapat dilakukan dengan berbagai
cara, namun metode yang paling sering digunakan adalah pemeriksaan dengan reagen
benedict. Selain prosedurnya yang sederhana, waktu yang dibutuhkan juga relative
singkat.
II. ALAT DAN BAHAN
o Tabung reaksi
o Tabung ukur
o Pipet ukur
o Rak tabung reaksi
o Penjepit tabung reaksi
o Api Bunsen
o Korek api
o 2 ml pereaksi benedict kwalitatif
o Urine normal dan patologis (masing-masing 1 tetes)
III. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Siapkan urine yang akan diperiksa beserta semua alat dan bahan yang diperlukan
b. Siapakan tabung ukur lalu ukurlah pereaksi benedict kwalitatif sebanyak 2,5ml
c. 2,5ml pereaksi benedict kwalitatif tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi
d. Teteskan urine sebanyak 4 tetes ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 2,5ml
pereaksi benedict kwalitatif
e. Nyalakan api Bunsen
f. Didihkan urine dan pereaksi benedict kwalitatif yang telah dicampur tersebut di atas
api bunsen selama 1 menit
g. Biarkan menjadi dingin perlahan-lahan
h. Lakukan penafsiran dan catat hasil percobaan
IV. ANALISA DNAN HASIL PERCOBAAN
IV.1 Tabel Analisa Percobaan
Pada orang normal tidak ditemukan adanya glukosa dalam urin. Glukosaria dapat
terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kapasitas
maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa. Hal ini dapat ditemukan pada
kondisi diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma cushing, phaeochromocytoma,
peningkatan tekanan intracranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun
seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma fanconi. (Wirawan, dkk, tt).
Namun reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita diabetes mellitus. Hal
ini dikarenakan pada penggunaan cara reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada
urin yang disebabkan karena adanya kandungan bahan reduktor selain glukosa. Bahan
reduktor yang dapat menimbulkan reaksi positif palsu antara lain galaktosa, fruktosa,
laktosa, pentose, formalin, glukoronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat
dan vitamin C. Oleh karena itu perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk memastikan
jenis gula pereduksi yang terkandung dalam sampel urine. Hal ini dikarenakan hanya
kandungan glukosa yang mengindikasikan keberadaan penyakit diabetes. Penggunaan
cara enzimatik lebih sensitive dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik
dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100mg/dl, sedangkan pada cara reduksi
hanya sampai 250mg/dl. Nilai ambang ginjal untuk glukosa dalam keadaan normal
adalah160-180mg%.(Wirawan,dkk, tt).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pemeriksaan sampel pada urin dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan
glukosa. Glukosa dalam urin ditentukan dengan reaksi reduksi menggunakan reagen
benedict, fehling dan clinitest, namun yang terbaik adalah reagen benedict. Pada hasil
pemeriksaan yang mengandung glukosa dan fruktosa maka memiliki sifat pereduksi
sehingga warna benedict berubah sesuai dengan kadar glukosa yang dikandungnya
DAFTAR PUSTAKA
http://cunyuund.blogspot.com/2012/12/pemeriksaan-glukosa-urin.html
http://hestooong.blogspot.com/2012/12/pemeriksaan-glukosa-urin.html