Anda di halaman 1dari 9

“TES KUALITATIF GULA URIN (BENEDICT TEST)”

Dosen Pembimbing :

Dr. Eva Yuniritha, S.ST, M.Biomed (EY)


Siti Sarah Yusdi, S.Si, M.Si (SSY)
Wiwi Sartika, DCN, M. Biomed
Renita Afriza, SKM, M.K

Disusun oleh :

AINUL MARDIAH

192210650

SARJANA TERAPAN GIZI DAN DITETIKA 1I A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


TES KUALITATIF GULA URIN (BENEDICT TEST)

Hari/ Tanggal : Selas/ 19 Oktober 2020

Pratikum Ke : 7 (Tujuh)

Judul Pratikum : Pemeriksaan glikosa metode benedict

Tujuan :

1. Mahasiswa dapat mengamati secara kualitatif perubahan yang terjadi pada


test gula urin
2. Mahasiswa mampu menginsterprestasikan hasil pemeriksaan spesimen
dalam konteks status gizi

Prinsip :

Larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau
keton bebas dengan membentuk cuprioksida yang berwarna merah bata.

Reagen/ Bahan :

 Sampel urin
 Larutan benedict

Alat :

 Lampu bunsen
 Pipet tetes
 Tabung reaksi dan rak tabung
 Beker gelas
 Handscoon

Tinjau Pustaka :

Pemeriksaan urine di sebut juga pemeriksaan penyaring, dimana pemeriksaan


tersebut tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan saluran
urine, tetapi juga dapat mengetahui fungsi berbagai organ dalam tubuh seperti
hati, saluran empedu, pancreas, korteks adrenal, dan lain-lain. Pemeriksaan
sedimen urine merupakan salah satu dari pemeriksaan urine rutin (Gandasoebrata,
2007).

Urinalisis merupakan salah satu tes yang sering digunakan untuk mendeteksi
adannya kelainan pada hati dan ginjal. Pemeriksaan urine terdiri dari pemeriksaan
mikroskopis yang meliputi pemeriksaan warna, kejernihan,dan kimia urine.
Metode yang di pakai untuk memperoleh hasil pemeriksaan urine bermacam-
macam, seperti metode konvensional (Benedict, fehling) dan carik celup
(Samsuria.K.S, dkk.,2012).

Pemeriksaan glukosa urine metode Benedict memanfaatkan sifat glukosa sebagai


pereduksi. Prinsip pemeriksaan Benedict adalah glukosa dalam urin akan
mereduksi cuprisulfat menjadi cuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna
dari larutan Benedict. Hasil positif ditunjukkan dengan adannya kekeruhan dan
perubahan warna dari biru menjadi hijau kekuningan sampai merah bata.
Kelemahan metode ini antara lain reagen yang dibutuhkan lebih banyak, untuk
mendapatkan hasil diperlukan waktu yang agak lama, metode ini juga tidak
spesifik untuk mendeteksi glukosa urin saja. Kelebihan metode ini biayannya
murah, membutuhkan urin yang lebih sedikit (Gandasoebrata, 2007).

Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan
perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari
seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit
endapan pada dasar tabung. Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai
untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa
memberikan warna yang berlainan.

Pereaksi Benedict adalah larutan yang dibuat dari campuran kuprisulfat, natrium
karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion C++ kuprisulfat
menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya natrium
karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi Benedict bersifat basa lemah.
Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata. Warna
endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa.
Pemeriksaan metode benedict dapat dilakukan menggunakan pemanasan dengan
api spirtus hingga mendidih. Kelemahan metode ini dengan menggunakan api
spirtus antara lain untuk mendapatkan hasil diperlukan waktunya lebih lama,
hanya bisa mengerjakan satu per satu sampel, dan resiko terjadi kecelakaan pada
laboratorium relatif tinggi.

Prosedur :

1. Menuangkan larutan benedict kedalam beker gelas yang berukuran 100 ml


agar mudah untuk di pipet dengan pipet tetes.
2. Menyiapkan si urin yang akan diperiksa
3. Melakukan pemipetan pada larutan benidect sebanyak 2,5 ml menggunakan
pipet tetes agar akurat, pipet tetes harus tegak lurus tidak boleh miring dan
melakukan pemipetan.
4. Menuangkan larutan benedict ke dalam tabung reaksi dalam keadan pipet
tets tegak lurus
5. Memipet urin dengan pipiet tetes yang berbeda (pipet reagen dan pipet urun
harus berbeda karena takutnya tercampur reagen dengan utin ) ambil
beberapa ml urin kemudian diteteskan 4 tetes urin ditengah tabung reaksi
kemudian diamkan
6. Menutup beker gelas yang berisi urin, kemudian menghomogenkan larutan
benedict dan urin agar tercampur di lautan reagen
7. Setelah homogen, melakukan pemanasan di atas api dengan bunsen
sebelumnya jepit dengan penjepit kayu agar tidak panas
8. melakukan fiksasi diatas bunsen sampai menguap
9. setelah menguap didiginkan terlebih dahulu selam 10 menit diatas tabung
reaksi karena reaksi yang ditimbulakan belum terjadi sehingga dapat
menghasilkan positif palsu
10. setelah dingin diamati pemerikasaan glukosa metode benedict jika negatif
menghasilkan warna biru jernih atau hijau, positf satu biru/ hijau
kekuningkan endapan kuning larutan berwaran biru/ hijau, positif dua
berwaran kuning keruh, positif tiga jingga tau lumpur keruh dan positif
emapat berwarna merah keruh
11. Jika pemeriksaan urin positif belum tentu DM makan lain penyakit
ginjal, hati/ kercunan gula berat, keracunan logam berat, faktor
farmakorlogis asam nikotinat dan nutrisi falenteral total yang berlebihan
atau hiperlementasi dengan implus glukosa.
12. Pemeriksaan belum tentu DM

Hasil dan Pembahasaan :

Hasil : NEGARIF BILA BERWARNA BIRU JERNIH

Dari pratikum pemeriksaan glukosa urin dengan metode benedict didapat kan
interprestasi hasil positif satu (1) Pengamatan berwarna biru/ hijau kekuningaan
dengan terdapat endapan yg berwarna kuning dan larutan berwarna hijau/ biru.

Pembahasaan :

Praktikum kali ini yaitu pemeriksaan glukosa dalam urine. pemeriksaan gula metode
benedict yaitu positif 1 biru kekuning kuningan yaitu endapan berwarna kuning dan
larutan nya itu berwarna biru, biru kekuning kuningan, dan untuk hasil positif 2 itu akan
berwarna kuning keruh, untuk pemeriksaan glukosa urine ini jika pemeriksaan gula urine
ini positif tidak akan selalu menandakan penyakit diabetes melitus walaupun penyakit ini
yang paling sering memberikan hasil positif pada uji glukosa urine ini makna lain yang
akan terjadi yaitu penyakit ginjal penyakit hepar dan keracunan logam berat, faktor
farmakologis itu ada penyakit asam nikotinat salah satunya dan akan ada penyakit
namanya nutrisi paraltero atau disebutnya hiperalimentasi dengan impuls glukosa jadi
semua pemeriksaan ini tidak selalu menandakan penyakit diabetes mellitus.

Urin adalah cairan yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. fungsi utama urin adalah
untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh
(Chernecky and berger, 2008).

Glukosa terbentuk dari dari kh dalam makanan dan di simpan sebagai glikogen di
dalam hati dan otot.

Pemeriksaan glukosa urine bertujuan untuk mengamati adanya glukosa dalam


urine. Hal ini dapat mengindikasikan banyaknya atau tingginya kadar glukosa
dalam darah seseorang. Prinsip pemeriksaan ini didasarkan adanya sifat dari
glukosa yang dapat mereduksi sehingga glukosa disebut juga gula reduksi.

Pada orang normal tidak ditemukan adanya glukosa dalam urin. Glukosuria dapat
terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kapasitas
maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa. Hal ini dapat ditemukan pada
kondisi diabetes mellitus dan penyakit lainnya yang disebabkan karena adanya
glukosa dalam urine.Glukosa merupakan suatu gula monosakarida, adalah salah
satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga.

Pereaksi Benedict adalah larutan yang dibuat dari campuran kuprisulfat, natrium
karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion C++ kuprisulfat
menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya natrium
karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi Benedict bersifat basa lemah.
Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata. Warna
endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa.

Sampel yang digunakan yaitu urin sesorang. Sampel ditampung dalam tabung
raksi yang telah berisi perekasi benedict lalu di hogenkan dan kemudian di fiksasi.
Pemanasan bertujuan untuk proses denaturasi. Setela pemanasan dilakuakan,
sampel dibiarkan digin selam 10 menit dan amati perubahan yang terjadi warna
yang timbul hijau kekuningan dan terdapat endaan kuning dengan positf satu.
Pada pratikum yang telah dilakukan, warna yang terjadi yaitu hijau/ biru
kekuningan dengan interpres tasi positf 1. Artinya urin mengandung glukosa.
Glukosa yang terdapat pada urin dapat dijadikan bahwa pasien menerita DM.

Insterprestasi dari pemeriksaan urin diatas adalah sebainya pasien lebih


memperhatikan pola makan dengan mengurangi makanan berlemak, gula, makan
teratur perbanyak makanan buah dan sayur dan melakukan olahraga rutin dengan
30-60 menit sehari.
Kesimpulan :

Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine
yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine
diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan
jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan
penyakit diabetes.

Pada uji Benedict pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid
dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa
bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka
fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan
memberikan hasil positif dengan pereaksibenedict.

Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapatnya glukosa


dalam urin dengan interpretasi positif 1.
Saran :

Sebaiknya kita dapat menjaga kesehatan dan mengatur polaa makan. Sebaikya
penelitian pratikum dapat dilanjutkan.

Daftar Pustaka :

Gandasoebrata, R. , 2007. Penuntutan laboratorium klinik. Edisi 13, Jakarta.

Samsuria, K S. Dkk. 2012. Akurasi Pemeriksaan Carik Celup Pada Urinalisis


Proteinuria Dan Glukosuria Dibandingkan Dengan Metode Standar. Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan. Program Studi Pendidikan Dokter.

Chernecky CC, Berger BJ.2008.Laboratory Test and Diagnostic Procedures 5th ed


Saunders-Elsevier:Uk

https://www.youtube.com/watch?v=io0rDA9h1Z8&t=49s

Anda mungkin juga menyukai