Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOMEDIS V.I

“PEMERIKSAAN URINALIS”

Disusun Oleh:

Kelompok 1

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2019
KELOMPOK PENYUSUN :

1. Meldama Canda Rangganatan 6130017007


2. Revani Yuni Nailuvar 6130017014
3. Shafira Nur Lailia 6130017017
4. Evi Octavia Djamaludin 6130017022
5. Widadiyah Sirojiyyah 6130017030
6. Zahrifal Suhma 6130017036
7. Mifa Nurdiana Fajarsari 6130017043
8. Annisa Salsabila Rahmasari 6130017052
PEMERIKSAAN PROTEIN DALAM URIN

A. Alat dan bahan


1. Tabung reaksi
2. Bunsen api
3. Pipet
4. Korek
5. Rak
6. Urine
7. Larutan asam asetat 6%
8. Penjepit
9. Wadah penampung urin

B. Cara Kerja

Pemanasan dengan Asam Acetat

1. Masukkanlah urin jernih ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh.


2. Dengan memegang tabung reaksi itu pada ujung bawah, lapisan atas
urin itu dipanasi di atas nyala api sampai mendidih selama 30 detik.
3. Perhatikan terjadinya kekeruhan di lapisan atas urin itu, dengan
membandingkan jernihnya dengan bagian bawah yang tidak dipanasi.
Jika terjadi kekeruhan, mungkin ia disebabkan oleh protein, tetapi
mungkin juga oleh calciumfosfat atau calciumkarbonat.
4. Teteskanlah kemudian ke dalam urin yang masih panas itu 3-5 tetes
larutan asam asetat 6%. Jika kekeruhan itu disebabkan oleh
calciumkarbonat kekeruhan hilang juga, tetapi dengan pembentukan
gas. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih keruh lagi test
terhadap protein adalah positif.
5. Panasilah sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih dan kemudian
berilah penilaian semikuantitatif kepada hasilnya.
C. Hasil

Nama Probandus : Zahrifal Suhma

Umur : 20 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, tidak ditemukannya protein dalam


urin probandus karena urin tetap jernih tidak menjadi keruh.

D. Diskusi Kelompok

Protein dalam keadaan kolloid dipresipitasikan. Pemberian asam asetat


untuk mencapai titik isoelektrik protein. Pemanasan selanjutnya mengadakan
denaturasi dan akhirnya terjadi presipitasi. Proses presipitasi dibantu oleh
adanya garam-garam yang ada dalam urin atau yang sengaja ditambahkan.
Konsentrasi protein sebanyak 0,004% dapat dinyatakan dengan tes ini.
Konsentrasi asam asetat yang dipakai bisa digunakan konsentrasi antara 3 –
6% yang penting diperlukan adalah Ph yang dicapai dengan pemberian asam
asetat. Ada yang lebih suka penyangga dengan ph 4,5 sebagai pengganti asam
asetat. Urin encer yang mempunyai berat jenis rendah tidak baik untuk tes
ini. Jika berat jenis berkisar antara 1003 – 1006 ditambah lautan NaCl jenuh
sebanyak seperlima dari volume urin. Jika memakai penyangga tidak perlu
diberi NaCl. Urin dengan reaksi asam akan memberikan hasil yang baik.
PEMERIKSAAN GLUKOSA DALAM URIN

A. Alat dan bahan


1. Tabung reaksi
2. Pipet
3. Rak
4. Urin
5. Pemanas elektrik
6. Larutan benedict
7. Wadah penampung urin

B. Cara Kerja
Cara Benedict
1. Masukkanlah 5 ml reagens Benedict ke dalam tabung reaksi.
2. Teteskan sebanyak 5-8 tetes urin ke dalam tabung itu.
3. Masukkanlah tabung itu ke dalam air mendidih selama 5 menit.
4. Angkatlah tabung, kocoklah isinya dan bacalah hasil reduksi.

Menilai Hasil

Hasil pemeriksaan reduksi hendaknya disebut dengan cara semikuantitatif.

Negative (-) tetap biru jernih atau sedikit kehijau-


hijauan dan agak keruh

Positif (+) atau 1 + hijau kekuningan dan keruh (sesuai


dengan 0,5 – 1% glukosa)

Positif (+) (+) atau 2 + kuning keruh (1-1,5% glukosa)

Positif (+)(+)(+) atau 3 + jingga atau warna lumpur keruh (2-


3,5% glukosa)

Positif (+)(+)(+)(+) atau 4 + merah keruh (lebih dari 3,5%


glukosa)
C. Hasil

Nama Probandus : Zahrifal Suhma

Umur : 20 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, tidak ditemukannya glukosa


dalam urin probandus karena warna cairan tetap biru dan tidak berubah
warna.

D. Diskusi kelompok
Uji benedict ini adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula
(karbohidrat) pereduksi. Semua monosakarida merupakan gula pereduksi
karena mudah bereaksi dengan reagen seperti larutan Benedict dan Fehling.
Monosakarida akan mereduksi larutan reagen yang berwarna biru menjadi
merah bata, tes ini digunakan oleh ahli biologi di laboratorium untuk
mengidentifikasi gula pereduksi. (James,dkk, 2008)
Pada orang coba atas nama Zahrifal Suhma, urin sebelum ditetesi cairan
benedict berwarna kuning ke oranye-orenyaan. Setelah dicampur cairan
benedict dan dipanaskan urin berubah warna menjadi biru yang berarti urin
orang coba tidak mengandung glukosa dan tergolong normal.
PEMERIKSAAN CARIK CELUP DAN SEDIMENT URIN

A. Alat dan bahan


Makroskopis
1. Tabung sentrifuse
2. Urin
3. Pipet tetes
4. Wadah penampung urin
5. Urinalyzer

Mikroskopis

1. Tabung sentrifuse
2. Sentrifuse
3. Pipet tetes
4. Wadah penampung urin
5. Urin Mikroskop
6. Objek glass
7. Cover glass
B. Cara Kerja

Carik Celup

1. Masukkanlah sampel urin ke dalam tabung reaksi sekitar 7-8 ml.


2. Masukkan strip carik celup ke dalam tabung reaksi tersebut sampai
tercelup secukupnya.
3. Keluarkan strip carik celup
4. Kemudian masukkan strip carik celup ke dalam alat Urynalizer,
tunggu sampai strip keluar secara otomatis.
5. Setelah strip carik celup keluar, catat hasil pada kertas hasil yang
keluar dari alat urynalizer.
6. Laporkan hasil tersebut pada kelompokmu dan bandingkan dengan
hasil yang normal.
Makroskopis
1. Tampung urin yang akan diperiksa ke dalam tabung penampung
urin
2. Kemudian amati warna, bau, dan kejernihan urin untuk mengetahui
apakah ada abnormal dalam bentuk makroskopisnya

Mikroskopis

1. Masukkanlah 7-8 ml urin ke dalam tabung sentrifuge dan


pusinglah selama 5 menit pada 1500 – 2000 rpm.
2. Tuanglah cairan atas keluar dari tabung dengan satu gerakan yang
agak cepat tetapi luwes, kemudian tegakkanlah lagi tabung hingga
cairan yang masih melekat pada dinding mengalir kembali ke dasar
tabung. Volume sediment dan cairan menjadi kira-kira ½ ml.
3. Kocoklah tabung untuk meresuspensikan sediment.
4. Dengan menggunakan pipet Pasteur taruhlah 2 tetes dari sediment
itu terpisah ke atas sebuah kaca objek dan tutuplah tetes masing-
masing dengan kaca penutup.
5. Turunkanlah kondensor mikroskop atau kecilkanlah diafragmanya,
kemudian periksalah sediment itu dengan lensa objektif kecil
(10x).
6. Periksalah kemudian sediment itu dengan memakai lensa objektif
besar (40x).
7. Laporkanlah pendapat mengenai unsur-unsur sediment.

C. Hasil
Carik celup

Nama Probandus : Zahrifal Suhma

Umur : 20 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki


Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, dapat kita lihat :

 BLD (eritrosit) NEGATIF


 UBG (urobilinogen) NORMAL
 BIL (bilirubin) NEGATIF
 PRO (protein) NEGATIF
 NIT (nitrit) NEGATIF
 KET (keton) NEGATIF
 GLU (glukosa) NORMAL
 pH 5 (normal)
 SG (berat jenis) 1.015
 LEU(leukosit) NEGATIF

Makroskopis

Nama Probandus : Zahrifal Suhma

Umur : 20 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki


Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan,, dapat kita lihat :

 Warna : Kuning
 Bau : Khas
 Kejernihan : Jernih

Mikroskopis

Nama Probandus : Zahrifal Suhma

Umur : 20 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, dapat kita lihat adanya epitel
squamosa dalam urin normal dan tidak terlihat adanya unsur lain.
DAFTAR PUSTAKA

Gandasoebrata R, 1984. Penuntun Laboratorium Klinik, Jakarta: Dian Rakyat

Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia

James, Joyce, dkk. 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan. Jakarta:


Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai