Anda di halaman 1dari 13

MODUL X SISTEM URINARI DAN REPRODUKSI

Kharis Farabi (K1A016027), Andhia Rosyantari (K1A018005), Deary Pretty G.M


(K1A018021), Nana Mardiana (K1A018057), Sandy Villa Maharani (K1A018073)
Tanggal Percobaan : 06/05/2020
FA 2212 Anatomi dan Fisiologi Manusia II
Laboratorium Anatomi dan Fisiologi FK UNRAM-PS Farmasi UNRAM

ABSTRAK

Sistem urinari merupakan sistem yang digunakan untuk membuang produk-produk


sisa metabolisme tubuh. Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah uji
organoleptis, metode argentometri untuk penentuan kadar klorida, uji mikroskopik untuk
penentuan kadar urea, uji benedict untuk penentuan kadar glukosa, asam asetat 6% untuk
penentuan kadar protein, dan metode strip test untuk mendeteksi HCG pada kehamilan.
Hasil uji organoleptis menunjukkan urine berwarna kuning pucat dengan pH sedikit basa, uji
klorida, urea, glukosa dan protein menunjukkan hasil positif. Adapun pada tes kehamilan
menunjukkan keadaan positif palsu. Keberadaan klorida dan urea dalam kadar rendah dapat
dikatakan urine tersebut normal, sementara keadaan ditemukannya glukosa dapat
mengindikasikan adanya glukosuria, dan adanya protein disebabkan oleh
proteinuria.kesimpulannya, urine normal mengandung klorida dan urea, sementara urine
abnormal ditandai ditemukannya glukosa dan protein pada urin.

Kata kunci : Organoleptis, Uji kandungan urin, Strip test.

PENDAHULUAN

Sistem urinari merupakan sistem dalam tubuh yang berperan menjaga homeostatis/
kondisi tubuh. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan perbedaan kandungan urine
normal atau abnormal berdasarkan uji organoleptis, penetapan kadar klorida, kadar urea,
kadar glukosa dan kadar protein berdasarkan pembentukan kristal dan perubahan warna,
serta menentukan ketepatan hasil uji kehamilan berdasarkan reaksi antara strip test dengan
hormon HCG. Pengetahuan mengenai sistem urinari bermanfaat bagi farmasis dalam
pembuatan obat yang terkait dengan gangguan perkemihan misalkan obat asam urat dan
albuminuria.
TINJAUAN PUSTAKA

Urine terdiri dari 95% air dan beberapa zat terlarut antara lain zat buangan nitrogen,
asam hipurat, badan keton, elektrolit meliputi ion natrium, klor, kalium, ammonium, sulfat,
fosfat, kalsium dan magnesium. Selain itu, urin juga mengandung hormone atau katabolik
hormone, berbagai jenis toksin, pigmen, vitamin dan enzim dalam jumlah kecil serta bias
saja mengandung konstituen abnormal seperti albumin, glukosa, sel darah merah, sejumlah
besar badan keton, zat kapur dan batu ginjal . Volume urine yang dihasilkan setiap hari
bervariasi dari 600 mL sampai 2500 mL lebih. Berat jenis urine berkisar antara 1,001 sampai
1,035 tergantung pada konsentrasinya. Urine umumnya berwarna kuning pucat bila encer
dan kuning pekat saat kental. Urine memiliki bau yang khas dan cenderung berbau
ammonia. pH urine bervariasi antara 4,8 sampai 7,5 namun biasanya disekitar 6,0 (Sloane,
2018).
Proteinuria adalah terdapatnya protein di dalam urin pada keadaan normal tidak
didapatkan konsentrasi yang tinggi dalam urin. Dalam metabolismenya pada tubuh manusia
hanya sedikit sekali protein yang difiltrasi menembus glomerulus (karen dan Line, 1995).
Protein yang difiltrasi akan secara aktif direabsorbsi di tubulus proksimalis karena
GFR (glomerulo filtration rate) atau kecepatan filtrasi glomerulus yang tinggi sehingga
walaupun hanya sedikit molekul protein plasma (misalnya albumin yang difiltrasi) namun
pengeluaran protein harian akan tinggi apabila tidak dilakukan reabsorpsi. Sebagian kecil
protein yang difiltrasi di glomerulus tidak diabsorpsi, protein-protein tersebut diuraikan oleh
sel-sel tubulus dan diekskresikan di urin (Wirawan dan Dharma, 2008). Tingkat proteinuria
yang terbentuk dan dikeluarkan lewat urin setiap hari dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu
keadaan ringan (protein yang terbentuk dan dikeluarkan lewat urin <1 gr/hari) keadaan
sedang (protein yang terbentuk dan dikeluarkan lewat urin antara 1-3 gr/hari) keadaan berat
(protein terbentuk dan dikeluarkan lewat urin <3 gr/hari). (Karen dan Line, 1995)
Table 10.1 Hubungan Antara kadar Glukosa dengan Warna Urin

Warna Urin + Benedict Kadar


Glukosa
Tetap biru jernih atau sedikit -
kehijauan dan agak keruh
Hijau kekuningan dan keruh 0,5-1%
Kuning kehijauan atau kuning 1-1,5%
keruh
Jingga atau warna lumpur keruh 2-3,5%
Merah bata atau merah keruh Lebih 3,5%

(Ahada, 2019)
Uji deteksi kehamilan yang paling sering ditemui atau digunakan adalah dengan
pemeriksaan urin, alat uji yang digunakan untuk mendeteksi kehamilan yang sederhana
biasanya menggunakan Test Pack. Jika terdapat dua buah garis merah yang terlihat jelas
setelah menggunakan Test Pack untuk mendeteksi kehamilan maka hal tersebut
menunjukkan bahwa terdapatnya HCG dalam urin sehingga hasilnya positif hamil, tetapi
jika hanya terdapat satu buah garis merah hasilnya negatif hamil (Sherwood, 2017).

METODOLOGI

Pengujian Fisis

 Dilakukan koleksi urine untuk sampel sejumlah 100 mL.


 Dilakukan pengamatan pada warna, kejernihan, dan bau sampel.
 Dilakukan pengujian pH sampel menggunakan indikator pH.
 Dilakukan pengukuran berat jenis urine menggunakan urometer.

Hasil

Penetapan klorida
 Diambil sejumlah 3 mL urine dan dimasukkan pada tabung reaksi.
 Diteteskan larutan perak nitrat sedikit demi sedikit.
 Dilakukan pengamatan pada endapan yang terbentuk.

Hasil

Penetapan Urea

 Disiapkan alat dan bahan


 Diteteskan urin pada kaca objek,
 Diberikan asam nitrat dan dipanaskan perlahan.

Diamati dibawah mikroskop ada terbentuknya kristal rhombus/hexagonal atau tidak


Penentuan Hubungan Warna dengan Kadar Glukosa dalam Urin

 Disiapkan alat dan bahan


 Disiapkan sampel urin
 Dimasukkan 5 mL Reagen Benedict ke dalam tabung reaksi yang berisi 8 tetes urin
 Dimasukkan tabung ke dalam air mendidih selama 5 menit, dipanaskan secara
perlahan diatas api sampai terbentuk gelembung.
 Selanjutnya di angkat tabung reaksi dan didinginkan

Diamati terbentuknya perubahan warna pada tabung reaksi

Penetapan Protein Urin

 Disiapkan alat dan bahan


 Dimasukkan urin jernih kedalam tabung reaki hingga 2/3 penuh
 Dipanaskan lapisan atas urrin diatas nayala api hingga mendidih selama 30 detik
dengan memegang tabung reaksi pada ujung bawah
 Dilihat kekeruhan bagian atas dengan cara dibandingkan kekeruhan bagian bawah
yang tidak dipanasi.
 Diteteskan dalan urin yang masih panas 3-5 tetes asam asetat 6%

Diamati kekeruhan pada urin

Pemeriksaan kehamilan

Metode Strip Test

 Disiapkan alat dan bahan.


 Strip dicelupkan dalam sampel urine kemudian dicelupkan selama 10-15 detik.
 Ditempatkan di tempat datar lalu diamati hasil, dua garis menandakan kehamilan.

Hasil
HASIL DAN ANALISIS

Hasil

Tabel 10.2 Hasil Pemeriksaan Urine Bapak X

Komponen Hasil
Fisik Warna kuning pucat, volume urine sehari 1,5 L; pH 7,6; berat
jenis sampel 1,009.
Klorida

Urea

Glukosa
Protein

Gambar 10.1 Hasil Pemeriksaan Kehamilan Nona X

Tabel 10.3. Hasil Pengamatan Tes Kehamilan

Strip Tes
+
Analisis
KESIMPULAN

Berdasarkan data yang ada dapat disimpulkan bahwa, urine normal memiliki warna
kuning sedikit keruh dengan pH sedikit basa, dalam urine normal terdapat ion klorida dan
urea yang ditandai dengan pembentukan endapan dan kristal pada uji menggunkan AgNO3.
Adapun dalam urine abnormal ditemukan glukosa dan protein yang diuji dengan benedict
(biru untuk glukosa) dan denaturasi protein oleh asam asetat. Uji kehamilan menggunakan
strip test tidak selalu akurat karena kadar HCG yang tinggi selain karena faktor kehamilan
dapat diakibatkan juga karena kondisi patologis seperti tumor.
DAFTAR PUSTAKA

Ahada, L., Joko, S., dan Taufiqurrahman. (2019). Alat Ukur Kadar Gula Darah Non-
Invasive dalam Urin Menggunakan TCS3200 Metode Artificial Neural Network.
Seminar Nasional Fortei Regionan 7. 2(1), 70.

Effendi, Y., Safyudin., Ade, M. R. (2017). Hubungan Kejadian Preeklampsia dengan Kadar
Serun B-Human Chorionic Gonadotropin (B-HCG) pada Kehamilan Trimester III.
Biomedical Journal of Indonesia. 3(2). 243. 74.

Nijman., Schraffordt, K., Kremer., Willemse., Sleijfer., dan Oldhoff. (2009). Fertility and
Hormonal Function in Patients with a Nonseminomatous Tumor of the Testis.
Journal of Reproductive System. 1(1). 243.

Ringsrud K.M., dan Jean, O. L. (1995). Urinalysis and Body Fluids: A Colortext and Atlas.
Elsevier. US. 61.

Sherwood, L. (2017). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi Kedelapan. EGC. Jakarta.
821.

Sloane, E. (2018). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. ECG. Jakarta. 324-327.

Wirawan R.S., dan Immanuel, R. D. (2008). Penilaian Hasil Pemeriksaan Hematologi


Rutin. Cermin Dunia Kedokteran. Wijaya Medika. Jakarta. 49.

Anda mungkin juga menyukai