URINALISIS 1
Kelompok 3
METODE
Prosedur Percobaan
Uji sifat fisik urin dilakukan dengan dituangkannya urin ke dalam gelas
piala sebanyak 20 sampai 30 mL. Warna, bau, kejernihan dan pH urin diamati.
Warna urin diamati dibawah penerangan atau cahaya yang cukup . Bau urin
diamati dengan dikibaskan kelima jari tangan di atas tabung/gelas piala yang
berisi sampel urin. Kejernihan urin dilakukan dengan diperhatikannya transparansi
urin, apakah urin yang dianalisis keruh atau jernih. Serta pH urin diamati dengan
dicelupkan kertas lakmus ke dalam urin dan diamati perubahan pada kertas
lakmus tersebut.
Penentuan berat jenis urin dengan metode urinometer dilakukan
dengan urinometer dikalibrasi dahulu dengan aquades. Suhu tera yang tercantum
pada urinometer diperhatikan dengan teliti. Sampel urin kemudian dituangkan ke
dalam gelas ukur 50 mL sampai ¾ penuh dan buih yang timbul dihilangkan
dengan menggunakan kertas saring. Sumbu urinometer dicelupkan ke dalam gelas
piala berisi urin secara perlahan-lahan dengan dilepaskannya sumbu urinometer
sehingga urinometer benar-benar terapung atau bebas dalam arti tidak tertempel
pada dinding tabung. Selanjutnya BJ dibaca pada skala, angka yang terdapat pada
batas antara bagian urinometer yang tenggelam dan yang muncul dari permukaan
urin. Kemudian suhu urin diukur dengan termometer
Penentuan berat jenis urin dengan metode refraktometer dilakukan
dengan disiapkan alat refraktometer dengan hati-hati dan dibersihkan permukaan
prisma dengan kertas tissu. Alat difokuskan sampai garis indeks terlihat jelas .
Kemudian, akuades diteteskan ke atas kaca prisma refraktrometer sebanyak 1
tetes, dan BJ air diamati dengan meneropong lensa okuler hingga BJ air +
1 atau mendekati 1. Akuades dibersihkan dari prisma dengan kertas tisu hingga
benar- benar kering. Selanjutnya, light plate dibuka dan sampel urin yang
diteteskan sebanyak 1-2 tetes ke atas kaca prisma, ditutup perlahan-lahan dan
dibaca hasilnya dengan dilihat refraktometer dan perhatikan lensa binokular
akan terlihat bagian
terang (putih) dan gelap (biru). Lihat batas garis indeks SP (Serum Protein, g/dL),
Nd (Refractive index) dan U.G (Urinary Specific Gravity). Hasil pada posisi batas
garis bagian gelap dibaca dan dcatat hasil pengamatan untuk UG.
Uji kualitatif kimia urin metode carik celup dilakukan dengan
diaduknya sampel urin secara merata dengan batang pengaduk. Kertas carik
diambil dengan memegang ujung atas kertas carik tanpa tersentuh dengan jari.
Kertas carik dicelupkan ke dalam urin sebanyak 1 kali. kelebihan urin yang
melekat pada kertas carik dihilangkan dengan disentuhkan pinggir kertas carik ke
pinggir wadah urin. Kertas carik dikeringkan di udara dengan mengayun-ayun
kertas carik tersebut. Perubahan warna pada kertas carik diamati, dan
dibandingkan hasil kertas carik ke hasil standar (indikator) kualitatif kimia yang
tercantum pada tabung reagensia. Hasil pengamatan dicatat tidak lebih dari 30
detik.
Uji koagulasi dilakukan dengan dipipet sampel urin sebanyak 10 mL yang
disaring terlebih dahulu dan ditampung dengan erlenmeyer. Sampel urin dipipet
sebanyak 5 mL dan dimasukkan ke tabung reaksi 15 mL lalu dipanaskan sampai
mendidih. Kekeruhan yang terjadi diamati dan kemudian diteteskan asam asetat 6
% sebanyak 1 sampai 3 tetes.
Uji Bang dilakukan dengan dipipetnya sampel urin yang telah disaring
sebanyak 5 ml kedalam tabung reaksi 15 mL. Kemudian sampel urin ditambahkan
pereaksi Bang sebanyak 2 mL. Campuran tersebut dididihkan, bila ada protein
maka cairan akan menjadi keruh.
Uji Heller dilakukan dengan dipipetnya asam nitrat pekat sebanyak 5 mL
kedalam tabung reaksi 15 mL. Sampel urin kemudian ditambahkan sebanyak 5
mL kedalam larutan asam nitrat pekat pada ruang asam. Hasil positif ditandai oleh
terbentuknya cincin putih di atas lapisan HNO3 pekat.
Penentuan titrasi keasaman urin dilakukan dengan dipipetnya 10 mL
sampel urin yang tidak disaring ke dalam labu erlenmeyer, kemudian ditambahkan
beberapa tetes fenolftalein. Titrasi dilakukan dengan NaOH 0,1 N sampai
berwarna merah muda. Pengujian dilakukan secara duplo.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1 Volume 200 ml
2 Warna Kuning
3 Konsistensi Encer
4 Kejernihan Jernih
6 pH 5,8 (Asam)
Konsistensi dan kejernihan urin pada kondisi normal biasanya jernih dan
dapat menjadi keruh akibat pengendapan fosfat amorf di dalam urin yang bersifat
basa dan urat amorf saat urin bersifat asam. Urin keruh juga diakibatkan oleh
leukosit atau sel epitel dengan verifikasi dilakukan denagn uji mikroskopik.
Bakteri akan menyebabkan kekeruhan jika spesimen telah didiamkan pada suhu
kamar. Menurut Echeverry et al. (2010), kekeruhan urin juga dapat sebabkan oleh
cairan vagina, sperma, bakteri, gumpalan darah, batu kecil, bahan tinja,
chylmicron akibat dari obstruksi limfatik oleh kanker. Berdasarkan sampel urin
tersebut, sampel urin memiliki kejernihan yang baik.
Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau
urin normal disebut urinoid, bau ini dapat menjadi lebih tajam pada sampel yang
pekat tetapi tidak berarti menunjukkan adanya infeksi. Bau yang berlainan dapat
disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan, buah-buahan.
Apabila urin dibiarkan lama, maka akan timbul bau amonia sebagai hasil
pemecahan ureum. Aseton memberikan bau manis dan adanya kuman akan
memberikan bau busuk
pada urin (Firdausa et al. 2018). Berdasarkan hasil praktikum sampel urin
didapatkan berbau amonia termasuk bau urin yang tergolong normal.
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, karena
dapat memberi kesan tentang keadaan dalam tubuh. Kisaran normal pH urin adalah
4,5 – 7,8, jika menunjukan >7,0 artinya menunjukkan adanya infeksi dengan
pemisahan urea organisme seperti Proteus mirabilis. Proteus mirabilis merupakan
salah satu bakteri penyebab infeksi saluran kemih yang dapat memicu
pembentukan kristal atau batu saluran kemih. Penyebab naiknya pH pada urin juga
dapat disebabkan penyimpanan terlalu lama atau menahan kencing yang
menyebabkan pertumbuhan berlebih dari bakteri pemecah urea, selain itu diet
vegetarian, terapi diuretik, muntah, gastric suction dan terapi alkali juga dapat
menyebabkan peningkatan pH. pH urin yang rendah <5,0 terlihat pada asidosi
metabolik dan konsumsi daging dalam jumlah besar (Kurniawathi dan Pinatik
2021). Berdasarkan percobaan dilakukan pengukuran melalui strip reagen dengan
hasil untuk kedua kelompok yaitu 5,8 yang artinya masih berada pada rentang
normal pH urin.
pH jingga (6)
Bilirubin (-)
Pemeriksaan kimia urin menggunakan tes carik celup ini selain praktis
karena reagen telah tersedia dalam bentuk pita siap pakai, reagen relative stabil,
murah, volume urin yang dibutuhkan sedikit, bersifat sekali pakai, serta tidak
memerlukan persiapan reagen. Metode yang paling umum digunakan untuk uji
kimia pada urin adalah metode dipstick (carik celup). Uji ini dapat menunjukkan
rentang kandungan kimia yang ada pada urin. Meskipun metode ini terlihat mudah
namun merupakan reaksi kimia yang kompleks. Prinsip pemeriksaan urin dengan
dipstik adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli kertas seluloid
yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis parameter yang akan
diperiksa. Urin dipstik merupakan analisis kimia cepat untuk mendiagnosa
berbagai penyakit (Syarif 2016).
SIMPULAN
Berdasarkan percobaan, urin memiliki sifat fisik hasil warna pada urin
berwarna kuning, jernih, bersifat encer atau cair, memiliki bau amonia yang tidak
terlalu menyengat, memiliki pH 5,8 serta volume yang dihasilkan sebesar ± 200
mL. didapatkan hasil berat jenis urin dengan percobaan metode refraktometer
sebesar 1,009 g/mL, urinometer sebesar 1,011 g/mL, dan carik celup sebesar
1,010 g/mL. Sampel urin tidak mengandung protein pada uji koagulasi, uji bang,
dan uji Heller. Hasil konsentrasi yang didapatkan untuk ulangan 1 dan 2 secara
berturut-turut adalah 0,019N dan 0,019N, sehingga hasil titrasi keasaman urin
untuk normalitas dalam 100 mL urin (N/100 mL) ulangan 1 dan 2 berturut-turut
didapatkan sebesar 0,019N/100 mL dan 0,019 N/100 mL, hal ini mengindikasikan
sedikitnya volume titran NaOH yang digunakan untuk titrasi, menandakan urin
sedikit asam.
DAFTAR PUSTAKA
Kartikasari R. 2019. Perbedaan jumlah sedimen leukosit pada urine berat jenis
tinggi yang disentrifugasi dan didiamkan [skripsi]. Yogyakarta: Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan
Sari RP. 2016. Angka kejadian infeksi saluran kemih (ISK) dan faktor resiko
yang mempengaruhi pada karyawan wanita di Universitas Lampung.
[Skripsi]. Lampung (ID). Universitas Lampung
Syarif LH. 2016. Pengaruh Penundaan Waktu Pemeriksaan Sampel Urine
Terhadap Hasil Pemeriksaan Kimia Urine Di Rumah Sakit Santa Anna
[KTI]. Kendari (ID) : Politeknik Kesehatan Kendari.
Aeni RV, Anggraeni N, Sugiatmini S. 2019. Pengaruh suhu dan waktu
penyimpanan urin pada pemeriksaan protein metide carik celup dan bang.
Jurnal Analisis Biologi. 3(2): 112-119.
Echeverry G, Hortin GL, Rai AJ. 2010. Introduction to urinalysis: historical
persepctives and clinical application. Methods Mol Biol. 641(10): 1 – 12.
Farizal J. 2020. Protein urin pada pekerja buruh sawit di PT Palma Mas Sejati
Bengkulu Tengah. Journal of Nursing and Public Health. 8(1): 54-57.
Firdausa S, Pranawa, dan Satryo D S. 2018. Arti klinis urinalisis pada penyakit
ginjal. Jurnal Ked. N. Med. 1(1): 34-43..
Kurniawathi N, Pinatih K. 2021. Karakteristik isolat Proteus mirabilis pada
spesimen urin di rsup sanglah selama tahun 2018 – 2019. Jurnal
Kedokteran. 6(2): 121 – 130
Risna. 2014. Unsur-Unsur Sedimen Urine. Banjarmasin. Politeknik Kesehatan
Kementrian Banjarmasin.
Rohman F, Pratama MV, Sutarna N, Purwanti BSR. 2020. Sistem pendeteksi
keasaman dan warna urin sebagai indikasi dini dehidrasi. Electrices
Journal. 2(2): 57- 61.
Soewolo. 2015. Fisiologi Manusia Cetakan I. Malang: Universitas Negeri Malang.
Syaifuddin. 2017. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi
2. Jakarta: Salemba Medika.
Simanjuntak R. 2018. Penetapan kadar asam lemak bebas pada sabun mandi
cair merek “LX” dengan metode titrasi asidimetri. Jurnal Ilmiah
Kohesi. 2(4): 59- 70.
Wahiddin D dan Indra J. 2020. Klasifikasi kadar hidrasi tubuh berdasarkan warna
urine dengan metode ekstraksi fitur warna. euclidean distance. 5(1): 16-20.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Penentuan Berat Jenis dan Total Padatan Urin Metode Urinometer
Lampiran 2 Penentuan Berat Jenis dan Total Padatan Urin Metode Refraktometer