JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Patologi klinik adalah bagian dari ilmu kedokteran klinik yang ikut mempelajari masalah diagnostik dan terapi, ikut meneliti wujud dan perjalanan penyakit pada seorang penderita atau bahan yang berasal dari seorang penderita. Untuk itu patologi klinik merupakan pemeriksaan morfologis, mikroskopis, kimia, mikrobiologis, serologis, hematologis, imunologis, parasitologis, dan pemeriksaan laboratorium lainnya. Patologi klinik merupakan cabang dari ilmu patologi, berbeda dari cabang ilmu patologi lainnya, yaitu patologi anatomi, yang mempelajari mengenai anatomi jaringan yang terinfeksi. Ilmu patologi klinik menekankan penelitiannya pada diagnosis, pemulihan, dan pencegahan berbagai jenis penyakit. Secara umum, pemeriksaan suatu penyakit dideteksi berdasarakan perubahan berbagai jenis proses biokimia yang berlangsung di dalam tubuh pasien. Sampel yang umumnya digunakan untuk pemeriksaan di laboratorium adalah cairan tubuh seperti urine dan darah. Patologi klinik dapat digunakan untuk pemeriksaan berbagai jenis penyakit hati terinduksi pemakaian obat tertentu, HIV, kanker, deteksi kelainan pada paru-paru, dan gangguan metabolisme ion besi di dalam tubuh. Pemeriksaan tersebut pada umumnya melibatkan serangkaian tes berkelanjutan, seperti analisis mikroskopis, uji imunologis, hematologis, dan radiologis sehingga memakan waktu yang cukup lama Pada sistem urologi pemeriksaan patologi klinik sangat penting untuk dilakukan untuk dapat menunjang pendiagnosaan dengan tepat, serta pemilihan terapi dengan teapat sesuai penyakit yang dideritanya. Patologi klinik dalam sistem uinari terdapat macam-macam yaitu Urinalysis and Urine Culture, Specific Gravity, Osmolality, Renal Function Tests,Diagnostic Imaging, Urologic Endoscopic Procedures, Biopsy
2. Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang patologi klinik sistem urologi Tujuan Khusus Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah agar penulis dapat : a. Mengetahui Urinalysis and Urine Culture, b. Mengetahui Specific Gravity c. Mengetahui Osmolality d. Mengetahui Renal Function Tests e. Mengetahui Diagnostic Imaging f. Mengetahui Urologic Endoscopic Procedures g. Mengetahui biopsi
BAB II PEMBAHASAN
1. Urinalisis dan Kultur Urin Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum. Spesimen Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan sekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan kateterisasi untuk memperoleh spesimen yang tidak tercemar. Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine sewaktu cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari adalah yang paling bagus. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsure-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan.
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik : warna dan kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidak berwarna, urine pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam) atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin. Volume urine normal adalah 750-2.000 ml/24hr. Pengukuran volume ini pada pengambilan acak (random) tidak relevan. Karena itu pengukuran volume harus dilakukan secara berjangka selama 24 jam untuk memperoleh hasil yang akurat. Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar protein dalam urin (proteinuria). Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah : Merah : Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin. Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit, rhubab (kelembak), senna. Oranye : Penyebab patologik : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik : obat untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat lain termasuk fenotiazin. Kuning : Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin. Penyebab nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin. Hijau : Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas). Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik. Biru : tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran. Coklat : Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu. Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa. Hitam atau hitam kecoklatan : Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat, indikans, urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol. Prosedur Tes
A. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS URIN Tujuan : untuk mengetahui atau melihat pH, warna, kekeruhan, Bj, bau dan buih Alat/ bahan: Pipet tetes Tabung reaksi Refraktometer Kertas lakmus Gunting Tissue Cara Kerja : Pemeriksaan Ph pada Urine 1. Disiapkan kertas lakmus biru, merah, lalu letakkan kertas lakmus 2. ditempat yang datar, kemudian 3. Diteteskan sampel urine pada kertas lakmus tersebut, lalu 4. Amati perubahan yang terjadi basa atau asam 5. Apabila lakmus merah tetap merah, sedangkan lakmus biru menjadi 6. merah itu Ph nya asam 7. Apabila lakmus merah menjadi biru, sedangkan lakmus biru tetap 8. biru itu PH nya basa Pemeriksaan warna Urine 1. Siapkan tabung reaksi yang bersih, kering dan jernih ( tabung yang 2. tidak buram) 3. Isi sampel kedalam tabung 2/3 bagian, lalu 4. Amati urine tersebut di tempat yang terang 5. Kemudian catat hasilnya 6. Pemeriksaan kekeruhan 7. Masukkan sampel urine kedalam tabung reaksi yang bersih kering dan jernih 8. Amati urine tersebut di tempat yang terang, lalu 9. Catat hasil : jernih , agak keruh, keruh atau sangat keruh Pemeriksaan bau urine Kibas-kibas kan telapak tangan diatas tabung reaksi wadah yang berisi sampel urine sampai tercium bau dari urine tersebut Catat hasilnya : bau khas, bau makanan, bau obat, dll Pembahasan: urine normal berwarna antara kuning muda sampai kuning tua warna itu disebabkan oleh karena adanya urobilin lurocrom Bj urine mercerminkan jumlah zat padat yang terlarut dalam urin bj normal urine berkisar (1.003-1.030) Ph normal pada urine kira-kira sedikit asam Warna urine yang normal kuning-kuningan dan ada juga urine yang jernih itu disebabkan karena obat itu warnanya kuning ke orange- orange Urine normal baunya memusingkan Pemeriksaan sedimen urin Cara Kerja : 1. Kocok urine dalam botol agar sedimen merata 2. Masukan urine dalam tabung sentrifuge 10 15 cc sentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 2000 rpm 3. Tuang bagian atas urine tinggal 0,5 1 cc kocok kembali sedimen 4. Tuang dalam obyek glass, tutup dengan cover glass periksa dibawah mikroskop a. Peran perawat Menjelaskan tujuan dilakukannya tindakan Menjawab pertanyaan klien seputar tindakan yang akan dilakukan Menjelaskan prosedur pemeriksaan (pengambilan sampel urin) Membawa urin ke lab untuk diperiksa Menyampaikan hasilnya kepada pasien b. Pembacaan secara global 1. Warna urin : Warna urin dipengaruhi oleh konsentrasi, adanya obat, senyawa eksogen dan endogen, dan pH. (Indrawaty, 2011) 2. Warna urin patologik Coklat,berbuih = bilirubiuria Merah = gross hematuria Coklat hitam = hemoglobinuria alkaptonuria melaninuria [melano sarcoma] Hijau = cystitis Putih keruh/susu = pus /nanah, lemak [chyluria] (Sanuddin, 2010) 3. Bau urin spesifik : zetkol,petai,durian,obat [metol terpentin],amoniak [kuman yang mengurai ureum]. busuk perombakan protein Ca sal kemih . feses fistel vesico rectal aseton ketonurea DM (Sanuddin, 2010) 4. pH : 4.6-8.0 Dipengaruhi oleh diet dan vegetarian dimana asupan asam sangat rendah sehingga membuat urin menjadi alkali. pH urin mempengaruhi terbentuknya Kristal. Misalnya pada pH urin asam dan peningkatan specifi c gravity akan mempermudah terbentuknya kristal asam urat (Indrawaty, 2011). Urin Asam : Puasa, Diet protein tinggi Diet protein tinggi , Metabolik dan Respiratrik asidodsis (Sanuddin, 2010) emfi sema pulmonal diare, dehidrasi kelaparan (starvation) asidosis diabetic (Indrawaty, 2011) Urin Basa : Diet sayuran tinggi[vegetarian], Metabolik dan Respiratorik alkalosis, Infeksi kuman yang mengurai ureum, Obat pencegah batu Ca carbonat dan fosfat (Sanudin, 2010) adanya organisme pengurai yang memproduksi protease seperti proteus, Klebsiella atau E. coli ginjal tubular asidosis akibat terapi amfoterisin Penyakit ginjal kronik Intoksikasi salisilat (Indrawaty, 2011). 5. Berat jenis : 1.001 1.035 Bila BD urin sewaktu sama atau >1 025 Bila BD urin sewaktu sama atau >1.025 fungsi ginjal baik. Bila menetap 1 010 (isosthenuria) faal ginjal buruk (Sanuddin, 2010) Urinalisis dapat dilakukan sewaktu atau pada pagi hari. Pemeriksaan berat jenis urin dapat digunakan untuk mengevaluasi penyakit ginjal pasien. Berat jenis normal adalah 1,001-1,030 dan menunjukkan kemampuan pemekatan yang baik, hal ini dipengaruhi oleh status hidrasi pasien dan konsentrasi urin. Berat jenis meningkat pada diabetes (glukosuria), proteinuria > 2g/24 jam), radio kontras, manitol, dekstran, diuretik.Nilai berat jenis menurun dengan meningkatnya umur (seiring dengan menurunnya kemampuan ginjal memekatkan urin) dan preginjal azotemia (Indrawaty, 2011). 6. Proteinuria : Jumlah protein dapat dilacak pada pasien yang berdiri dalam periode waktu yang panjang. Protein urin dihitung dari urin yang dikumpulkan selama 24 jam. Proteinuria (dengan metode dipstick) : +1 = 100 mg/dL, +2 = 300 mg/dL, +4 = 1000 mg/dL. Dikatakan proteinuria bila lebih dari 300 mg/hari. Hasil positif palsu dapat terjadi pada pemakaian obat berikut: penisilin dosis tinggi, klorpromazin, tolbutamid golongan sulfa Dapat memberikan hasil positif palsu bagi pasien dengan urin alkali. Protein dalam urin dapat: (i) normal, menunjukkan peningkatan permeabilitaglomerular atau gangguan tubular ginjal, atau (ii) abnormal, disebabkan multiple mieloma dan protein Bence-Jones (Indrawaty, 2011). Protein dalam urine > 30 mg/dl atau 150 mg/24 jam . Klasifikasi sbb: 1. Proteinuria ringan - Gagal jantung ringan - Demam tinggi - Aktivitas fisik berat - Ginjal polikistik 2. Proteinuria sedang. - Nefritis aktif - Multiple myeloma - Nefro sklerosis ringan - Gagal jantung berat 3. Proteinuria berat - Nefrotik sindrom - Nefritis ok lupus - Amyloidosis (Sanuddin, 2010) 7. Glukosuria : Korelasi antara urin glukosa dengan glukosa serum berguna dalam memonitor dan penyesuaian terapi antidiabetik (Indrawaty, 2011). > 25mg /dl DM (Sanuddin, 2010). 8. Keton : Dapat ditemukan pada urin malnutrisi, pasien DM yang tidak terkontrol, dan pecandu alkohol. Terjadi pada : gangguan kondisi metabolik seperti: diabetes mellitus, ginjal glikosuria, peningkatan kondisi metabolik seperti: hipertiroidism, demam, kehamilan dan menyusui malnutrisi, diet kaya lemak (Indrawaty, 2011) > 5 mg/dl [0 .5 mmo l/ L] DM atau starvation (Sanuddin, 2010) 9. Bilirubinuria : >0.5 mg/dl[8.5 mmol/L] Hepatitis / Anemia hemolitik 10. Urobilinogen : > 1 mg/dl[17 mmol/L] normal /patologis, > 4 m g /dl Hepatitis 11. Sedimen Prinsip: Berat jenis unsur organik anorganik > BJ urine dengan sentrifuge zat-zat tsb akan mengendap Tujuan: menentukan unsur sedimen organik anorganik dlm urine secara mikroskopis Tes ini memberikan gambaran adanya infeksi saluran kemih, batu ginjal atau saluran kemih, nefritis, keganasan atau penyakit hati. Tidak ada tipe urin cast tertentu yang patognomonik bagi gangguan penyakit ginjal yang khusus, walaupun terdapat cast sel darah cast sel darah putih. Sedimen urin dapat normal pada kondisi preginjal atau postginjal dengan minimal atau tanpa proteinuria.
Implikasi klinik : Cell cast : Menunjukkan acute tubular necrosis. White cell cast biasanya terjadi pada acute pyelonephritis atau interstitial nephritis Red cell cast timbul pada glomerulonefritis akut RBC : Peningkatan nilai menunjukkan glomerulonefritis, vaskulitis, obstruksi ginjal atau penyakit mikroemboli, atau proteinuria WBC : peningkatan nilai menunjukkan penyakit ginjal dengan infl amasi Bakteri : jumlah bakteri > 105/mL menunjukkan adanya infeksi saluran kemih. Kristal : meliputi kristal kalsium oksalat, asam urat, amorf, triple fosfat. Adanya kristal menunjukkan peningkatan asam urat dan asam amino (Indrawaty, 2011)
1. Leukosit > 5/ LPB Leukosuria 2. Eritrosit > 3 /LPB Hematuria 3. Kristal : Sistein dan sulfa anuria T irosin dan hialin peny hati aku 4. Torak : <2 /LPK Berisi : - lilin/waxy amyloidosis, GGK - Eritrosit glomerulonefritis froliperatif, GF, Nekrosis Tubular Akut - Lekosit GF, nefritis intertial - Lemak nefrotik sindrom, NS - Epitel GN, NS - Parasit trichomonas vaginalis (Sanuddin, 2010) Untuk kultur. Bila jumlah kuman a. < 10.000 / ml kontaminasi b. 10 000- 99 000/ml diragukan c. > 100.000 /ml infeksi (Sanuddin, 2010) Kultur Urin Spesimen urine apabila ditampung secara benar mempunyai nilai diagnostic yang besar, tetapi bila tercemar oleh kuman yang bersal dari urethra atau peritoneum dapat menyebabkan salah penafsiran. Sampel urine acak cukup baik untuk biakan kuman. Namun, bila specimen urine acak tidak menunjukkan pertumbuhan, urine pekat atau urine pagi dapat digunakan. Sampel urine yang dikumpulkan adalah urine midstream clean-catch. Biakan kuman dengan sampel ini dapat menentukan diagnosis secara teliti pada 80% penderita wanita dan hampir 100% penderita pria, apabila lubang uretra dibersihkan sesuai persyaratan. Urine clean-catch adalah spesimen urin midstream yang dikumpulkan setelah membersihkan meatus uretra eksternal. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk tes biakan kuman (kultur). Sebelum mengumpulkan urine, pasien harus membersihkan daerah genital dengan air bersih atau steril. Jangan gunakan deterjen atau desinfektan. Tampung urine bagian tengah ke dalam wadah yang steril. Kumpulkan urin menurut volume direkomendasikan, yaitu 20 ml untuk orang dewasa dan 5-10 ml untuk anak-anak. Pada keadaan yang mengharuskan kateter tetap dibiarkan dalam saluran kemih dengan sistem drainase tertutup, urine untuk biakan dapat diperoleh dengan cara melepaskan hubungan antara kateter dengan tabung drainase atau mengambil sampel dari kantung drainase. Bila tidak memungkinkan memperoleh urine yang dikemihkan atau bila diduga terjadi infeksi dengan kuman anaerob, aspirasi suprapubik merupakan cara penampungan yang paling baik. Spesimen yang menunjukkan pertumbuhan lebih dari satu jenis kuman, dianggap sebagai tercemar, kecuali pada penderita dengan kateter yang menetap. Cara pengambilan sampel urine clean-catch pada pasien wanita : 1. Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun lalu mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue. 2. Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu tangan 3. Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah dari depan ke belakang 4. Bilas dengan air bersih dan keringkan dengan kasa steril yang lain. 5. Selama proses ini berlangsung, labia harus tetap terbuka dan jari tangan jangan menyentuh daerah yang telah dibersihkan. 6. Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Diusahakan agar urine tidak membasahi bagian luar wadah. 7. Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium. Cara pengambilan urine clean-catch pada pasien pria : 1. Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun lalu mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue. 2. Jika tidak disunat, tarik preputium ke belakang. Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Diusahakan agar urine tidak membasahi bagian luar wadah. 3. Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium Aspirasi jarum suprapubik transabdominal kandung kemih merupakan cara mendapatkan sampel urine yang paling murni. Pengumpulan urine aspirasi suprapubik harus dilakukan pada kandung kemih yang penuh. 1. Lakukan desinfeksi kulit di daerah suprapubik dengan Povidone iodine 10% kemudian bersihkan sisa Povidone iodine dengan alkohol 70% 2. Aspirasi urine tepat di titik suprapubik dengan menggunakan spuit 3. Diambil urine sebanyak 20 ml dengan cara aseptik/suci hama (dilakukan oleh petugas yang berkompenten) 4. Masukkan urine ke dalam wadah yang steril dan tutup rapat. 5. Segera dikirim ke laboratorium. 2. Tes Fungsi Ginjal Ginjal kita, yaitu sistem penyaringan alami tubuh kita, melakukan banyak fungsi penting. Fungsi ini termasuk menghilangkan bahan ampas sisa metabolisme dari aliran darah, mengatur keseimbangan tingkat air dalam tubuh, dan menahan pH (tingkat asam-basa) pada cairan tubuh. Kurang lebih 1,5 liter darah dialirkan melalui ginjal setiap menit. Dalam ginjal, senyawa kimia yang ampas disaring dan dihilangkan dari tubuh (bersama dengan air berlebihan) sebagai air seni. Penyaringan ini dilakukan oleh bagian ginjal yang disebut sebagai glomeruli. Untuk informasi lebih lanjut mengenai penyakit ginjal. Banyak kerusakan dapat berpengaruh pada kemampuan ginjal kita dalam melakukan tugasnya. Beberapa dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara cepat (akut) yang lain dapat menyebabkan penurunan yang lebih lamban (kronis). Keduanya menghasilkan penumpukan bahan ampas yang toksik (racun) dalam darah.Adalah sulit mengukur kerusakan ini secara langsung. Oleh karena itu, dibentuk beberapa tes laboratorium yang memberi gambaran mengenai kesehatan ginjal. Tes ini disebut sebagai tes fungsi ginjal atau faal ginjal, dan dapat membantu menentukan penyebab dan tingkat masalah ginjal. Tes dilakukan pada contoh air seni dan darah. Bila dokter mencurigai kita mempunyai masalah atau penyakit ginjal, dia akan meminta kita melakukan tes fungsi ginjal untuk membantu diagnosis. Kemudian, tes fungsi ginjal dapat dilakukan untuk memantau ginjal kita, agar melihat apakah kerusakan dapat menjadi lebih berat ataupun pulih. Kecepatan Penyaringan Glomeruli Tes ini, yang umumnya disebut sebagai GFR (glomerular filtration rate), mengukur jumlah darah yang disaring oleh ginjal setiap menit. Walau GFR ini dapat diukur, prosesnya rumit dan hanya dilakukan dalam sarana penelitian. Tes Kreatinin Salah satu bahan ampas yang disaring oleh glomeruli adalah senyawa yang disebut kreatinin. Kreatinin adalah bahan ampas dari metabolisme tenaga otot, yang seharusnya dikeluarkan oleh ginjal dari darah ke air seni. Jadi jumlah kreatinin yang dikeluarkan ke air seni selama beberapa jam dapat menunjukkan tingkat kerusakan (bila ada) pada glomeruli. Tes ini disebut sebagai keluaran kreatinin (creatinine clearance), dan hasil tes ini dapat kurang lebih sama dengan GFR.Namun tes tetap agak rumit. Oleh karena itu, sekarang umumnya GFR diestimasikan (eGFR) berdasarkan tingkat kreatinin dalam darah. Kemudian, eGFR dihitung dengan memakai salah satu dari beberapa rumusan, yang memakai variabel terkait usia, jenis kelamin dan (kadang) ras dan/ atau berat badan. Juga ada rumusan khusus untuk anak, yang memakai variabel lain. Hasil diungkap sebagai volume darah yang disaring dalam mL/menit. Namun ada keraguan mengenai rumusan terbaik untukrangkaian dan ras yang berbeda, Tes Lain yang Penting Ada beberapa tes lain yang penting untuk memastikan fungsi hati: Analisis air seni: Contoh air seni diperiksa secara fisik untuk ciri termasuk warna, bau, penampilan, dan kepadatan diperiksa secara kimia untuk unsur termasuk protein, glukosa, dan pH; dan di bawah mikroskop untuk keberadaan unsur sel (sel darah merah dan putih, dll.), bakteri, kristal, dsb. Tekanan darah: Tekanan darah tinggi dapat menjadi salah satu faktor yang menekankan penyakit ginjal. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa ginjal sudah dirusakkan. Keberadaan protein dalam air seni: Ginjal yang sehat menyaring semua protein dari darah dan menyerapnya kembali, sehingga tingkat protein dalam air seni tetap rendah. Ditemukan protein dalam air seni adalah tanda penyakit ginjal. Tes Penunjang Ada beberapa tes lain yang dapat dilakukan: Keluaran urea. Urea adalah bahan ampas dari metabolisme protein, dan dikeluarkan dalam air seni. Seperti keluaran kreatinin, tes ini mengukur jumlah urea yang dikeluarkan ke air seni selama beberapa jam, dan juga membutuhkan pengukuran tingkat urea dalam darah. Osmologi air seni. Tes ini mengukur jumlah partikel (bibit) yang dilarutkan dalam air seni, untuk menilai kemampuan ginjal untuk mengatur kepekatan air seni sebagaimana konsumsi air meningkat atau menurun. Nitrogen urea darah (blood urea nitrogen/ BUN). Darah mengangkut protein ke sel di seluruh tubuh. Setelah protein dipakai oleh sel-sel, sisa produk buangan dikembalikan ke darah sebagai urea, yang mengandung nitrogen. Ginjal yang sehat menyaring urea dari darah dan mengeluarkannya ke air seni. Bila ginjal tidak berfungsi dengan baik, urea ini yang disebut sebagai BUN) akan tetap ditahan dalam darah. Oleh karena itu, tingkat BUN yang tinggi dalam darah dapat menandai masalah ginjal. Namun masalah ini juga terpengaruh oleh fungsi hati sehingga tes BUN harus dilakukan bersamaan dengan pengukuran kreatinin, yang lebih khusus menandai masalah ginjal. Tes lain. Pengukuran tingkat zat lain, yang seharusnya diatur oleh ginjal, dalam darah dapat membantu menilai fungsi hati. Zat ini termasuk zat natrium, kalium, klorida, bikarbonat, kalsium, magnesium, fosforus, protein, asam urat dan glukosa. Hasil Tes LI 120 menunjukkan nilai normal atau nilai rujukan untuk beberapa tes di atas. Harus ditekankan bahwa nilai ini berbeda tergantung pada alat yang dipakai pada laboratorium yang melakukan tes dan cara penggunaannya. Laporan laboratorium yang kita terima setelah melakukan tes menunjukkan nilai rujukan yang berlaku. Bila kita ingin dapat komentar mengenai hasil tes, sebaiknya kita menyebut hasil tes dan nilai rujukan. Hasil Tes Hasil tes GFR menunjukkan kerusakan pada ginjal, sebagaimana berikut: Karena dipengaruhi oleh masalah lain, tingkat BUN yang tinggi secara sendiri tidak tentu menandai masalah ginjal, tetapi memberi kesan adanya. Sebaliknya, tingkat kreatinin yang tinggi dalam darah sangat spesifik menandai penurunan pada fungsi ginjal. Ketidakmampuan ginjal untuk mengatur kepekatan air seni sebagai tanggapan pada perubahan dalam konsumsi cairan, yang ditandai oleh tes osmologi dapat menandai penurunan pada fungsi ginjal. Karena ginjal yang sehat tidak mengeluarkan protein pada air seni, tetap ada protein dalam air seni juga menandai beberapa jenis penyakit ginjal. 3. Osmolality The osmolality urine test the concentration of particles in urine. Osmolality (particles/kg water) and osmolarity (particles/liter of solution) are sometimes confused, but for dilute fluids such as urine they are essentially the same. A blood test may also be done to measure osmolality. How the Test is Performed A "clean-catch" (midstream) urine sample is needed. For information on how to collect the sample. How to Prepare for the Test Your health care provider will tell you if you need to stop taking any drugs that may interfere with the test. Drugs that can increase specific gravity measurements include dextran and sucrose. Receiving intravenous dye (contrast medium) for an x-ray exam up to 3 days before the test can also interfere with results. Eat a normal, balanced diet for several days before the test. How the Test Will Feel The test involves normal urination, and there is no discomfort. Why the Test is Performed This test helps evaluate your body's water balance and urine concentration. Osmolality is a more exact measurement of urine concentration than the urine specific gravity test. Normal Results Normal values are as follows: Random specimen: 50 to 1200 milliosmoles per kilogram (mOsm/kg) 12 to 14 hour fluid restriction: Greater than 850 mOsm/kg The examples above are common measurements for results of these tests. Normal value ranges may vary slightly among different laboratories. Some labs use different measurements or test different samples. Talk to your doctor about the meaning of your specific test results. What Abnormal Results Mean Abnormal results are indicated as follows: Greater-than-normal measurements may indicate: Addison's disease (rare) Congestive heart failure Dehydration Glycosuria Renal artery stenosis Shock Syndrome of inappropriate ADH secretion Lower-than-normal measurements may indicate: Aldosteronism (very rare) Diabetes insipidus (rare) Excess fluid intake Kidney failure Renal tubular necrosis Severe pyelonephritis Additional conditions under which the test may be performed: Complicated UTI (pyelonephritis) High blood sodium level Low blood sodium level Excessive urination
Indikasi 1. Riwayat gejala berikut Disuria Hesitancy Nyeri pinggang Sering berkemih Pengeluaran secret uretra 2. Riwayat kelainan yang dapat mempengaruhi fungsi renal Penyakit renal Penyakit kolagen vaskuler Diabetes militus Pajanan terhadap nefrotoksin 3. Hasil pemeriksaan fisik Panas yang penyebabnya tidak diketahui Edema menyeluruh Ikterus Nyeri tekan pada kontovertebralis Abnormalitas kelenjar prostat (Brunner & Suddart, 2002) 4. Persiapan alat & Prosedur 5. Pembacaan secara global 6. Peran perawat Menjelaskan tujuan dilakukannya tindakan Menjawab pertanyaan klien seputar tindakan yang akan dilakukan Menjelaskan prosedur pemeriksaan (pengambilan sampel urin) Membantu pasien dalam mengambil urin yang akan diperiksa Membawa urin ke lab untuk diperiksa Menyampaikan hasilnya kepada pasien
4. Gravity osmolality (berat jenis urin) Pengukuran berat jenis urin bertujuan untuk mengetahui fungsi pemekatan atau pengenceran oleh ginjal dan komposisi serta dilusi urin itu sendiri. Pengukuran berat jenis urin juga berfungsi untuk membedakan oliguria karena acute renal failure yang memiliki BJ isosthenuria (berat jenis sekitar 1,010) dan oliguria akibat dehidrasi. Harga normal dari BJ urin seseorang adalah 1,003-1,030.
Yang mempengaruhi BJ urin seseorang adalah komposisi urin, fungsi pemekatan ginjal, dan produksi urin itu sendiri. Keadaaan yang menimbulkan BJ urin rendah adalah kondisi tubuh pada udara dingin, diabetes insipidus, dan terlalu banyak mengkonsumsi air. Keadaan yang menimbulkan BJ urin tinggi adalah dehidrasi, protein uria, diabetes melitus. Isosthenuria adalah keadaan dimana BJ urine berkisar 1,010 dan hyposthenuria adalah BJ urine di bawah 1,008 PENGUKURAN BERAT JENIS URIN DENGAN METODE URINOMETER A. Cara Kerja 1. Kalibrasi urinometer dengan aquades 2. Isi beaker glass dengan urin sampai 3/4 penuh. Hilangkan buih yang timbul dengan menggunakan kertas saring atau dengan cara menambahkan 1 tetes eter 3. Masukan urinometer dengan cara memutar pada sumbunya. Jangan sampai menyentuh dasar dan dinding beaker glass 4. Baca meniskus pada urinometer B. Faktor Koreksi Pemeriksaan Berat jenis dengan menggunakan urinometer memerlukan faktor koreksi. Faktor koreksi tersebut antara lain: 1. Faktor kalibrasi dengan aquades misal BJ aquades = 1,003 --> BJ urine jadi dikurangi 0,003 misal BJ aquades = 1,005 --> BJ urine jadi dikurangi 0,005 2. Faktor suhu baca dahulu suhu tera urinometer kemudian tentukan suhu ruangan pengukuran tiap kenaikan 3 derajat celcius dari suhu tera urinometer ---> BJ urine + 0,001 3. Faktor pengenceran banyak pengenceran terhadap urine x 2 angka paling belakang pada BJ urine contoh: pengenceran 2x, BJ urine 1,013 ---> 2 x 13 ---> BJ urine = 1,026 4. Faktor protein dan glukosa tiap 1 g protein atau glukosa yang terkandung dalam urine --> BJ urine - 0,003 Peran perawat Menjelaskan tujuan dilakukannya tindakan Menjawab pertanyaan klien seputar tindakan yang akan dilakukan Menjelaskan prosedur pemeriksaan (pengambilan sampel urin) Membantu pasien dalam mengambil urin yang akan diperiksa Membawa urin ke lab untuk diperiksa Menyampaikan hasilnya kepada pasien
4. Urologic Endoscopic Procedures (Endourologi) a. Pemeriksaan sistoskopi Pemeriksaan sistoskopi merupakan metode untuk melihat langsung uretra dan kandung kemih. Alat sistoskop yang dimasukkan melalui uretra ke dalam kandung kemih, memiliki system lensa optis yang sudah ada pada alat itu sendiri sehingga akan memberikan gambar kandung kemih yang diperbesar da terang. Sistoskop tersebut dapat dimanipulasi untuk memungkinkan visualisasi uretra dan kandung kemih secara lengkap selain visualisasi orifisium uretra dan uretra parsprostatika. Kateter uretra yang halus dapat dimasukkan melalui sitoskop sehingga ureter dan pelvis ginjal dapat dikaji. Sistoskop juga memungkinkan ahli urologi untuk mendapatkan specimen dari setiap ginjal guna mengevaluasi fungsi ginjal tersebut. Alat forceps dapat dimasukkan melaui sistoskop untuk keperluan biopsy. Batu dapat dikeluarkan dari uretra, kandung kemih dan ureter melaui sistoskop. Alat endoskopi dimasukkan dengan melihatnya secara langsung. Uretra dan kandung kemih diinspeksi. Larutan irigasi steril disemprotkan untuk menimbulkan distensi kandung kemih dan membilas keluar semua bekuan darah sehingga visualisasi menjadi lebih baik. Penggunaan cahaya dengan intensitas tinggi dan lensa bias ditukar-tukar memungkinkan visualisasi yang sangat baik serta memudahkan pembuatan gambar-gambar yang diam dan bergerak ari struktur ini. Sebelum pelaksanaan prosedur pemeriksaan dapat diberikan preparat sedative. Anestesi topical local disemprotkan ke dalam uretra sebelum ahli urologi memasukkan alat sistoskop. Pemberian diazepam intravena bersama dengan preparat anestesi topical uretra dapat diberikan. Sebagai alternative lain dapat dilakukan anestesi spinal atau umum. b. Brush Biopsy Ginjal dan Uretra Teknik brush biopsy akan menghasilkan informasi yang spesifik apabila hasil pemeriksaan radiologi ureter atau pelvis ginjal yang abnormal tidak dapat menunjukkan apakah kelainan tersebut merupakan tumor, batu, bekuan darah atau hanya artefak. Pertama-tama dilakukan pemeriksaan sistoskopik. Kemudian dipasang kateter uretra yang diikuti oleh tindakan memasukkan alat sikat khusus melalui kateter tersebut. Kelainan yang dicurigai disikat maju mundur secara teratur untuk mendapatkan sel-sel dan fragmen jaringan permukaan untuk pemeriksaan analisis histologi. Setelah prosedur pemeriksaan selesai dilakukan, pemberian cairan infuse dapat dilakukan untuk membantu membersihkan ginjal dan mencegah pembentukan bekuan darah. Urin dapat mengandung darah (yang biasanya menjadi jernih dalam waktu 24-48 jam) akibat perembesan pada tempat penyikatan. Kolik renal pasca operatif kadang-kadang terjadi dan responsif terhadap pemberian preparat analgetik. c. Endoskopi Renal (Nefroskopi) Endoskopi renal (nefroskopi) merupakan pemeriksaan dengan cara memasukkan fiberskop ke dalam pelvis ginjal melalui luka insisi atau secara perkutan untuk melihat bagian dalam pelvis ginjal, mengeluarkan batu, melakukan biopsy lesi yang kecil dan membantu menegakkan diagnose hematuria serta tumor renal tertentu. Peran perawat Menjelaskan tujuan dilakukannya pemeriksaan Menjelaskan indikasi dilakukannya pemeriksaan Menjelaskan efek samping dari pemeriksaan Meminta persetujuanpasien melalui inform consent Menyiapkan pasien saat akan pemeriksaan termasuk baju dan segala hal yang harus dilakukan atau dihindari sebelum puasa Setelah hasilnya keluar menjelaskan hasilnya kepada pasien 4. Pemeriksaan radiologi Sejumlah tindakan radiologi dapat di pakai untuk mengevaluasi saluran kemih.urogram eksrestorik atau pielogram intravena merupakan pemeriksaan radiologi ginjal yang paling penting dan paling penting dan paling sering di lakukan pertama kali. Pemeriksaan lainnya adalah : pencitraan Radionuklid (isotopik),CT scan,MRI ( magnetik resonance imaging ),sistouretrografi berkemih,dan angiografi ginjal. PIOLOGRAFI INTRAVENA ( IVP ) Prosedur yang lazim pada PIV antara lain ; foto polos abdomen yang kemudian di lanjutkan dengan penyuntikan medium kontraks intravena.sesudah di suntikan, maka setiap menit selama 5 menit pertama di lakukan pengambilan foto untuk memperoleh gambaran korteks ginjal.dengan meneliti hasil foto pada menit ke tiga dan kelima.foto terakhir di ambil pada menit 45 yang memperlihatkan kandung kemih. Dengan memberikan bahan kontraks yang mengandung medium intravena dan cepat di keluarkan oleh ginjal.maka saluran kemih dapat terlihat di gambar rontgen. Foto ini8 menyelidiki kelainan-kelainan dalam bentuk saluran kemih,seperti sesuatu proses yang menyempitkan ruang di dalam ginjal.sebelum itu di buat foto polos yang dapat memperlihatkan ada atau tidak adanya batu.kadang-kadang gambarnya tidak cukup baik untuk dapat menilai keadaan ginjal.dalam hal ini demikian sering dapat di buat foto yang bagus pada IVP dengan menggunakan cairan kontraks dalam dosis tinggi. PIV standar memiliki banyak kegunaan yaitu dapat memastikan keberadaan dan posisi ginjal serta menilai ukuran dan bentuk gi njal.efek berbagai penyakit terhadap kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengekskresikanzat warna,dapat juga di nilai. SISTOUROGRAM BERKEMIH Tindakan ini mencakup pengisian kandung kemih dengan zat kontraks melalui kateter.di ambil foto saluran kemih bagian bawah sebelum,selama dan sesudah dan mengosongkan kandung kemih.kegunaan diagnostiknya terutama untuk mencari kelainan-kelainan pada uretra ( misalnya stenosis ) CT SCAN Hasil radiogram menampilan serial potongan anatomi tubuh dengan ketebalan sekitar 10 mm,sehingga patologinya dapat di identifikasi massa retroperitonial(seperti penyebaran tumor )yang kemungkinan akan sulit di deteksi dengan angiografi. ARTERIOGRAM GINJAL Pembuluh darah ginjal dapat terlihat pada arteriogram.tindakan yang biasa di lakukan adalah memasukan kateter melalui arteri femoralis dan aorta abdominalis sampai setinggi arteri renalis.zat kontraks di suntikan pada tempat ini akan mengalir ke dalam arteri renalis dan cabang-cabangnya. Tindakan ini dapat di pakai : Untuk dapat melihat stenosis arteri yang dapat menyebabkan beberapa kasus hipertensi. Untuk melihat pembuluh darah pada neoplasma. Untuk melihat suplai darah dari korteks.misalnya yang memberikan tampilan seperti berkas-berkas pada pielonefritis kronik. Untuk menetapkan struktur suplai darah ginjal dari donor sebelum melakukan transplantasi ginjal. MAGNETIK RESONANCE IMAGING (MRI) MRI adalah suatu tekhnik pengambilan gambar yang non invasif tetapi dapat memberikan informasi yang sepadan dengan CT scan ginjal.dengan keuntungan bahwa metode ini tidak memerlukan suatu pemaparan terhadap radiasi ion atau tidak memerlukan pemberian medium kontraks.
5. Biopsy Ginjal a. Definisi Biopsy ginjal dilakukan dengan menusuk jarum biopsy melalui kulit ke dalam jaringan renal atau dengan melakukan biopsy terbuka melalui luka insisi yang kecil di daerah pinggang. Pemeriksaan ini berguna untuk mengevaluasi perjalanan penyakit ginjal dan mendapatkan specimen bagi pemeriksaan mikroskopik electron serta imunofluoresen, khususnya bagi penyakit glomerulus (Brunner & Suddart, 2002). b. Indikasi Penyakit glomerulus Penyakit/kelainan ginjal Gagal ginjal akut/kronis Glomerulonefritis c. Persiapan alat & Prosedur Alat dan bahan : 1. Anastesi 2. Jarum biopsy 3. Prosedur 1. Jelaskan tujuan dilakukan pemeriksaan ini 2. Pasien dipuasakan selama 6 sampai 8 jam sebelum pemeriksaan 3. Pasang set infuse 4. Pasien diberi sedasi 5. Posisikan pasien berbaring telungkup dengan bantal pasir diletakkan di bawah perut 6. Kulit pada lokasi biopsy diinfiltrasi dengan anastesi local 7. Minta pasien untuk menahan napas ketika jarum ditusukkan 8. Tusukkan jarum biopsy tepat disebelah dalam kapsula ginjal pada kuadran ginjal sebelah luar 9. Pastikan lokasi jarum melalui fluoroskopi atau ultrasound dengan menggunakan teknik khusus. Pada daerah terbuka lakukan insisi yg kecil di daerah ginjal sehingga ginjal dapat dilihat secara langsung 10. Tarik spuit untuk mengambil specimen yang dibutuhkan 11. Sesudah specimen biopsy diperoleh, tempat biopsy ditekan 12. Biarkan pasien dalam posisi telungkup untuk sesaat kemudian sarankan untuk tirah baring selama 24 jam untuk mengurangi risiko perdarahan d. Peran perawat Post - Pantau kondisi pasien untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya hematuria - Inspeksi semua urin yg dieliminasi untuk menemukan bukti adanya perdarahan dan membandingkan specimen prabiopsi dan sampel urin yag dikeluarkan sebelumnya - Jika perdarahan terjadi melalui hematom yang semakin besar, palpasi atau manipulasi abdomen haru dihiindari - Ukur nilai hematokrit dan hemoglobin dalam waktu 8 jam untuk mengkaji setiap perubahan - Bila terjadi perdarahan, siapkan pasien untuk terapi komponen darah - Instruksikan pasine agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan, olahraga atau mengangkat beban yang berat selama paling sedikit 2 minggu - Segera ke rumah sakit atau dokter jika merasakan gejala berikut: nyeri pinggang, hematuria, pusing dan rasa ingin pingsan - Denyut nadi cepat serta gejala perdarahan
DAFTAR PUSTAKA Arif Muttaqin dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Hadiwidodo, Djoko. 2013. Patologi Klinik Ginjal dan Saluran Kencing. Solo: FK UNS Indrawaty, Sri. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Sanuddin, Ozar. 2010. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spesimen. Laboratorium Patologi Klinik.