Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PERUBAHAN NILAI DENGAN HER

MATA KULIAH LABORATORIUM EPIDEMIOLOGI


SEMESTER VII FKM UNDIP TAHUN 2016
PEMERIKSAAN URIN DENGAN METODE ROSIN
SECARA IDENTIFIKASI

Oleh :
ELFA YESI GIOVANI

25010113120133

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI DAN PENYAKIT


TROPIK/SEMESTER VII/TAHUN 2016

Praktikum dilakukan untuk memenuhi salah satu Tugas


MK Laboratorium Epidemiologi Semester VII 3 sks

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI DAN PENYAKIT TROPIK


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016

PEMERIKSAAN URIN DENGAN METODE ROSIN SECARA


IDENTIFIKASI

1. Pengertian urin
Urin adalah sisa metabolisme tubuh yang berupa cairan yang
dikeluarkan melalui sistem urogenital (sistem perkemihan). Urin atau air seni
atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi
urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada
juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi
olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
2. Kandungan dalam Urin
Urin adalah larutan kompleks sisa metabolisme ginjal yang berisi Air
+ 96 %, Bahan Padat + 4% Bahan Organik : Urea (1/2 BAGIAN PADAT ),
Asam Urat, Kreatinin, Bahan Anorganik : NaCl ( + 1/2 Substansi Anorganik),
Sulfat, Fostat, Amonia.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
(seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi
pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin
berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh,
misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.
Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis.
Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik
untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan
kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin.

Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan
ditemukan dalam urin orang yang sehat.
3. Fungsi dan Kegunaan Urin
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau
obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat
yang kotor. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal
dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan
mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing
yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak
berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah
meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urin dan mengubah zatzat di dalam urin dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang
dihasilkan dari urea.
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita
dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi
akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.
4. Kegunaan Lain Urin
Seorang Doktor sedang bereksperimen menggunakan urin. Dukun
Aztec menggunakan urin untuk membasuh luka luar sebagai pencegah infeksi
dan diminum untuk meredakan sakit lambung dan usus. Bangsa Romawi
Kuno menggunakan urin sebagai pemutih pakaian. Di Siberia, orang Kroyak
meminum urin orang yang telah mengkonsumsi fly agaric (sejenis jamur
beracun yang menyebabkan halusinasi bahkan kematian) atau sejenisnya
untuk berkomunikasi dengan roh halus.
Dahulu di Jepang, urin dijual untuk dibuat menjadi pupuk.Penggunaan
urin sebagai obat telah dilakukan oleh banyak orang, diantara mereka adalah
Mohandas Gandhi, Jim Morrison, dan Steve McQueen. Menurut ahli
urinoterapis (Dr. Iwan T. Budiarso , DVM, MSc, Phd, APU) urin
mengandung mineral, vitamin, enzim, hormon, asam amino, antibodi,
antigen, allergen, garam dan nutrien lainnya. Sejauh ini, ada sepuluh hipotesa
cara kerja terapi auto urin:
Pertama, penyerapan dan penggunaan kembali nutrien

Kedua, penyerapan kembali hormon. Misalnya, kortikosteroid yang dapat


mencegah infeksi, rematik dan asma. Atau, melationin sebagai obat
penenang dan anti kanker.
Ketiga, penyerapan kembali enzim.
Keempat, penyerapan kembali urea. Urin mengandung 25-30 gram urea
per hari. Urea yang diserap akan diubah menjadi asam amino.
Kelima, memberi efek kekebalan.
Keenam, memberi efek bakterisida dan virusida.
Ketujuh, sebagai terapi garam yang berguna untuk memperlancar
metabolisme, menyingkirkan kelebihan gula darah, dan mengeluarkan zatzat toksik dari cairan dan jaringan tubuh.
Kedelapan, memberi efek diuretika, yakni untuk menstimuler ginjal,
meningkatkan produksi air seni, membersihkan ginjal serta mencuci gula
darah dan zat-zat toksik.
Kesembilan, sebagai gambar hologram. Biofeedback-nya memberikan
gambaran keadaan tubuh. Meminum urin akan mengoreksi dan
memulihkan keseimbangan fisiologi tubuh yang terganggu penyakit.
Dan, kesepuluh, memberi efek psikologis. Terapi ini dianggap sebagai
penyembuhan dari dalam tubuh secara mekanistik dan holistik pada
tingkat energi.
Berdasarkan penelitian di dunia barat sendiri, di dalam urin
terkandung zat anti-neoplasma (anti keganasan) sehingga berguna untuk
pengobatan kanker selain itu terdapat pula zat dehydroepiandrosterone
(DHEA) dalam jumlah cukup banyak yang mempunyai efek anti-penuaan,
anti-kanker, dan anti-kegemukan.
Terapi auto urin ini memang masih mengundang pro dan kontra,
terutama pandangan air seni itu kotor dan harus dibuang tetapi terlepas dari
itu, terapi ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pengobatan alternatif
bila pengobatan secara medis tidak berhasil.
5. Urin yang Tidak Sehat
Ketika kita sedang buang air kecil, mungkin kita akan menemukan
warna air seni yang tampak tidak wajar, dibawah ini terdapat informasi warna
air seni yang tidak wajar dan penyebabnya :

Merah muda, merah atau kecoklatan penyebabnya mungkin terdapat darah


dalam air seni yang diakibatkan infeksi, peradangan atau suatu
pertumbuhan pada saluran kemih. Namun, bahan pewarna makanan juga
bisa muncul dalam air seni dan menimbulkan perubahan warna.
Kuning gelap atau oranye penyebabnya jika kekurangan air minum, air
seni akan menjadi lebih pekat dan warnanya menjadi lebih gelap.
Kekurangan cairan karena diare, muntah atau banyak berkeringat, dapat
membuat air seni lebih pekat dari biasanya.
Cokelat bening dan gelap penyebabnya penyakit kuning akibat gangguan
pada hati atau empedu (hepatitis) adalah salah satu kemungkinan, terutama
bila kotoran tinja menjadi pucat, warna kulit serta putih mata menjadi
kekuningan.
Hijau atau biru penyebabnya hampir pasti akibat bahan pewarna pada
makanan atau obat, jadi tidak perlu cemas sebab warna tersebut akan
hilang tanpa akibat membahayakan.
6. Pemeriksaan Urin
Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan
makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein
dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap
adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda
keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
a. Wadah Spesimen
Wadah untuk menampung spesimen urine sebaiknya terbuat dari
bahan plastik, tidak mudah pecah, bermulut lebar, dapat menampung 10-15
ml urine dan dapat ditutup dengan rapat. Selain itu juga harus bersih,
kering, tidak mengandung bahan yang dapat mengubah komposisi zat-zat
yang terdapat dalam urine.
Penyimpanan dan Pengawetan Urin sama sama memiliki tujuan
penting untuk menjaga integritas urin dan mencegah pertumbuhan mikroba
pada urin tersebut . Pencegahan tersebut dilakukan dengan menyimpan
langsung spesimen urin yang baru dikumpulkan kedalam refrigrator , dan

jika dibutuhkan tambahkan bahan bahan kimia untuk pengawetannya .


Dalam penyimpanan urin, sebaiknya urin disimpan pada suhu 4C dalam
refrigrator dan urin tersebut dimasukkan terlebih dahulu kedalam botol
tertutup untuk memperkecil perubahan susunan urin oleh kuman kuman .
Idealnya spesimen tersebut harus dikirim ke laboratorium dan dianalisis
dalam waktu 1 jam setelah pengumpulan.
b. Pemeriksaan Makroskopis Urine
Pemeriksaan makroskopis urine meliputi volume urine, bau, buih,
warna, kejernihan, pH, dan berat jenis.
1. Volume urine
Banyaknya urine yang dikeluarkan oleh ginjal dalam 24 jam.
Dihitung dalam gelas ukur. Volume urine normal : 1200-1500 ml/24
jam. Volume urine masing-masing orang bervariasi tergantung pada
luas permukaan tubuh, pemakaian cairan, dan kelembapan udara /
penguapan.
2. Bau
Bau urine yang normal, tidak keras. Bau urine yang normal
disebabkan dari sebagian oleh asam-asam organik yang mudah
menguap.
3. Buih
Buih pada urine normal berwarna putih. Jika urine mudah berbuih,
menunjukkan bahwa urine tersebut mengandung protein. Sedangkan
jika urine memiliki buih yang berwarna kuning, hal tersebut
disebabkan oleh adanya pigmen empedu(bilirubin) dalam urine.
4. Warna urine
Warna urine ditentukan oleh besarnya dieresis. Makin besar
dieresis, makin muda warna urine itu. Biasanya warna urine normal
berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan
oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin. Jika
didapat warna abnormal disebabkan oleh zat warna yang dalam
keadaan normal pun ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah besar.
Kemungkinan adanya zat warna abnormal, berupa hasil metabolism

abnormal, tetapi mungkin juga berasal dari suatu jenis makanan atau
obat-obatan. Beberapa keadaan warna urine mungkin baru berubah
setelah dibiarkan.
5. Kejernihan
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna yaitu jernih,
agak keruh, keruh atau sangat keruh. Tidak semua macam kekeruhan
bersifat abnormal. Urine normal pun akan menjadi keruh jika dibiarkan
atau didinginkan. Kekeruhan ringan disebut nubecula dan terjadi dari
lender, sel-sel epitel, dan leukosit yang lambat laun mengendap.
Sebab sebab urine keruh dari mula-mula :
Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah besar, mungkin terjadi

sesudah orang makan banyak.


Bakteri.
Unsur sedimen dalam jumlah besar, seperti eritrosit, leukosit dan

sel epitel.
Cylus dan lemak.
Benda-benda koloid.

Sebab sebab urine keruh menjadi keruh setelah dibiarkan :

Nubecula.
Urat-urat amorf.
Fosfat amorf dan karbonat.
Bakteri.

6. pH
pH tidak banyak berarti dalam pemeriksaan penyaring. Akan tetapi
pada gangguan keseimbangan asam-basa penetapan itu member kesan
tentang keadaan dalam tubuh, apalagi jika disertai penetapan jumlah
asam yang diekskresikan dalam waktu tertentu, jumlah ion NH4.
Selain pada keadaan tadi pemeriksaan pH urine segar dapat
member petunjuk kea rah infeksi saluran kemih. Infeksi oleh E. coli
biasanya menghasilkan urine asam, sedangkan infeksi oleh Proteus
yang merombak ureum menjadi amoniak menyebabkan urine menjadi
basa.

7. Berat jenis
Untuk mengukur berat jenis urine dapat menggunakan urometer,
refraktometer dan carik celup.

c. Pemeriksaan Mikroskopik
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu
pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan
pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit

d. Pemeriksaan Kimia Urin


Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat
dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat,
spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari
berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini dapat
dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah,
urobilinogen dan nitrit.
I.

Pemeriksaan glukosa
Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu
penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri
menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip
palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa
seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat
dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara
enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara
enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl,
sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.

II. Benda- benda keton


Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi
butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa
harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat
mendeteksi asam asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini
kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta
hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin
mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8hidroksi-quinoline yang berlebihan.
Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif.
Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat
seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam
urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi.
III. Pemeriksaan bilirubin
Bilirubin secara normal tidak terdapat dalam urine, namun dalam
jumlah yang sangat sedikit dapat berada dalam urine, tanpa terdeteksi
melalui pemeriksaan rutin. Bilirubin terbentuk dari penguraian
hemoglobin dan ditranspor menuju hati, tempat bilirubin berkonjugasi
atau tak langsung bersifat larut dalam lemak, serta tidak dapat
diekskresikan

ke

dalam

urine.

Bilirubinuria

mengindikasikan

kerusakan hati atau obstruksi empedu dan kadarnya yang besar


ditandai dengan warna kuning. Kerusakan hati atau empedu dapat
terjadi pada penyakit seperti pada ikterus parenkimatosa (hepatitis
infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder),
CHF disertai ikterik. Urin yang mengadung bilirubin yang tinggi
tampak berwarna kuning pekat, dan jika digoncang-goncangkan akan
timbul busa. Obat-obatan yang dapat menyebabkan bilirubinuria :
Fenotiazin klorpromazin (Thorazine), asetofenazin (Tindal),
klorprotiksen (Taractan), fenazopiridin (Pyridium), klorzoksazon
(Paraflex).

Bilirubin Total, Direk


Peningkatan Kadar : ikterik obstruktif karena batu atau neoplasma,
hepatitis, sirosis hati, mononucleosis infeksiosa, metastasis (kanker)
hati, penyakit Wilson.
Pengaruh obat : antibiotic (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin,
gentamisin, linkomisin, oksasilin, tetrasiklin), sulfonamide, obat
antituberkulosis (asam para-aminosalisilat, isoniazid), alopurinol,
diuretic

(asetazolamid,

asam

etakrinat),

mitramisin,

dekstran,

diazepam (valium), barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin),


flurazepam,

indometasin,

metotreksat,

metildopa,

papaverin,

prokainamid, steroid, kontrasepsi oral, tolbutamid, vitamin A, C, K.


Penurunan Kadar : anemia defisiensi besi.
Pengaruh obat : barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin, kafein dalam
dosis tinggi.
Bilirubin indirek
Peningkatan Kadar : eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi
transfuse, malaria, anemia pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik,
talasemia, CHF, sirosis terdekompensasi, hepatitis.
Pengaruh obat : aspirin, rifampin, fenotiazin (lihat biliribin total,
direk)
Penurunan Kadar : pengaruh obat (lihat bilirubin total, direk)
Dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan
bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau
ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan
p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo
salisilat.
Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan

keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil


positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid,
chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu
dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.
IV. Pemeriksaan urobilinogen
Dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar
urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin.
Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh
kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan di
dalam tubuh.
Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah
dalam urin mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau
pada wanita yang sedang haid. Dengan pemeriksaan ini dapat
dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih
peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu
dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila
urin mengandung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu
didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti hipochlorid atau
peroksidase dari bakteri yang berasal dari infeksi saluran kemih atau
akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.

V. Pemeriksaan Bilirubin Metode Rosin


Tujuan : Untuk mengetahui bilirubin dalam urine.
Prinsip : Bilirubin dalam urine akan dioksidasi oleh Iodium 10%
menjadi biliverdin membentuk cincin hijau.
Alat dan Bahan : Sampel urine Tabung reaski Gelas ukur Iodium 10%
Prosedur pemeriksaan bilirubin urine metode rosin :
a. Masukkan 5 ml urine ke dalam tabung reaksi.

b. Tambahkan 5-10 tetes iodium 10% melalui dinding tabung reaksi,


tunggu beberapa saat.
Interprestasi hasil pemeriksaan bilirubin urine metode rosin :
(-) tidak terjadi cincin hijau
(+) terjadi cincin hijau
Nilai Normal : (-) tidak terjadi cincin hijau
Secara normal, bilirubin tidak dijumpai di urin. Bilirubin terbentuk
dari penguraian hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat bilirubin
berkonjugasi dan diekskresi dalam bentuk empedu. Bilirubin
terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut dalam air dan diekskresikan ke
dalam urin jika terjadi peningkatan kadar di serum. Bilirubin tak
terkonjugasi (bilirubin indirek) bersifat larut dalam lemak, sehingga
tidak dapat diekskresikan ke dalam urin.Pengujian harus dilakukan
dalam waktu 1 jam, dan urin harus dihindarkan dari pajanan sinar
matahari (sinar ultraviolet) langsung agar bilirubin tidak teroksidasi
menjadi biliverdin
Bilirubin (sebelumnya disebut sebagai hematoidin) adalah produk
rincian kuning normal hemekatabolisme. Heme ditemukan dalam
hemoglobin, komponen utama dari sel darah merah . Bilirubin
diekskresikan dalam empedu dan urin , dan peningkatan kadar dapat
mengindikasikan penyakit tertentu.Hal ini bertanggung jawab untuk
warna kuning memar , warna kuning air seni (melalui produk
pemecahan direduksi, urobilin), warna coklat dari kotoran (melalui
konversi kepada stercobilin), dan perubahan warna kuning pada
penyakit kuning .

Normal negatif (kurang dari 0.5mg/dl)


Masalah Klinis
Bilirubinuria (bilirubin dalam urin) mengindikasikan gangguan hati
atau saluran empedu, seperti pada ikterus parenkimatosa (hepatitis
infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder),
CHF disertai ikterik. Urin yang mengadung bilirubin yang tinggi
tampak berwarna kuning pekat, dan jika digoncang-goncangkan akan
timbul busa. Obat-obatan yang dapat menyebabkan bilirubinuria :
Fenotiazin klorpromazin (Thorazine), asetofenazin (Tindal),
klorprotiksen (Taractan), fenazopiridin (Pyridium), klorzoksazon
(Paraflex).
Bilirubin Secara Kimia :
Bilirubin terdiri dari sebuah rantai terbuka dari empat pirol -seperti
cincin ( tetrapyrrole ). Dalam heme , sebaliknya, keempat cincin yang
terhubung ke sebuah cincin yang lebih besar, yang disebut
porfirincincin.
Bilirubin adalah sangat mirip dengan pigmen phycobilin digunakan
oleh ganggang tertentu untuk menangkap energi cahaya, dan untuk
pigmen

fitokrom

digunakan

oleh

tanaman

untuk merasakan

cahaya.Semua ini mengandung rantai terbuka empat cincin pyrrolic.


Seperti ini pigmen lainnya, beberapa ganda obligasi di bilirubin
isomerize ketika terkena cahaya. Ini digunakan dalam fototerapi dari
bayi kuning:. E, Z-isomer bilirubin yang terbentuk setelah terpapar
cahaya lebih larut daripada, Z unilluminated Z-isomer, sebagai
kemungkinan ikatan hidrogen intramolekul akan dihapus Hal ini
memungkinkan ekskresi bilirubin tak terkonjugasi dalam empedu.

Beberapa buku teks dan artikel penelitian menunjukkan isomer


geometris salah bilirubin. Para isomer alami adalah Z, Z-isomer.
Fungsi bilirubin :
Bilirubin dibuat oleh aktivitas reduktase biliverdin pada biliverdin ,
pigmen empedu hijau tetrapyrrolic yang juga merupakan produk
katabolisme heme.Bilirubin, ketika teroksidasi, beralih menjadi
biliverdin sekali lagi. Siklus ini, selain demonstrasi aktivitas
antioksidan ampuh bilirubin, telah menyebabkan hipotesis bahwa
peran utama fisiologis bilirubin adalah sebagai antioksidan selule

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna dan Sunarsih, Tri. 2009. KDPK Kebidanan : Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta : Nuha Medika
Budiyanto.

2013.

Proses

Pembentukan

Urin

Pada

Ginjal.

Tersedia

di: http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-xi/prosespembentukan-urine-pada-ginjal/ [Akses tanggal 6 April 2013].


Djojodibroto, R.D. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check
Up): Bagaimana Menyikapi Hasilnya. Pustaka Populer Obor. Jakarta.
Ethel, S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi Keempat. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Medika.

2012.

Pemeriksaan

Urin.

Tersedia

di: http://www.biomedika.

co.id/services/laboratorium/31/pemeriksaan-urin.html

Ningsih, Suti.

2012.

Proses

Pembentukan

Urin.

Tersedia

di: http://sutiningsih2/2012/12/proses_pembentukan_urin_15.html.
Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Uliyah, Musrifatul dan Alimul, Aziz. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Wilmar musram, 2000, Praktikum Urine, Penuntun Praktikum Biokimia, Widya
Medika, Jakarta.
http://belibis-a17.com/2008/04/25/pemeriksaan-protein-urine-kualitatif/
http://id.wikipedia.org/wiki/Urin
http://aseppopy.net/kesehatan/sekilas-tentang-urin
http://medlab.id/pemeriksaan-bilirubin-urine/
http://www.smallcrab.com/kesehatan/795-penilaian-hasil-pemeriksaan-urine

Anda mungkin juga menyukai