Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN AWAL PRAKTIKUM

BIOKIMIA

OBJEK I. PEMERIKSAAN URIN SECARA MAKROSKOPIS DAN SEDIMEN URIN

OLEH :

Kelompok :4

Anggota Kelompok :

1. Novia Yola Wahyu Rahmadhani (1911011048)


2. Mella Fahmadillah Hafyah (1911012019)
3. Laila Rezki Septianingrum (1911012028)
4. Maulidia Rahma (1911012034)
5. Al Hafiz (1911012045)
6. Intan Meisi (1911013043)

Asisten

1. Hanifatul Larissa (1711012013)


2. Muchammad Rafid Fakhri (1711013043)

Dosen Penanggung Jawab

1. apt. Rahmad Abdillah, M.Si


2. apt. Dira Hefni, M.Si

LABORATORIUM BIOKIMA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020
PEMERIKSAAN URIN SECARA MAKROSKOPIS

I. TUJUAN

Mahasiswa mengetahui volume, warna, kekeruhan, keasaman/reaksi, berat jenis dan bau dari urine.

II. TEORI

Sistem perkemihan adalah suatu system yang didalamnya terjadiproses penyaringan darah sehingga darah
bebas dari zat-zat yangtidak dipergunakan oleh tubuh. Zat yang tidak dipergunakan oleh tubuhakan larut dalam air
dan dikeluarkan berupa urin (air kemih) Dan zat-zat yang diperlukan tubuh akan beredar kembali ke dalam
tubuhmelalui pembuluh kapiler darah ginjal, masuk ke dalam pembuluhdarah dan selanjutnya beredar ke seluruh
tubuh.[1]
Urin terdiri dari 95 % air dan mengandung zat terlarut berikut :
1. Zat buangan nitrogen meliputi urea dari deaminasi protein, asam urat dari katabolisme asam nukleat, dan
kreatinin dari proses penguraian kreatin fosfat dalam jaringan otot.
2. Asam hipurat adalah produk sampingan pencernaan sayuran dan buah
3. Badan keton yang dihasilkan dalam metabolisme lemak adalah konstituen normal dalam Jumlah kecil.
4. Elektrolit meliputi ion natrium, klor, kalium, amnium, sulfat, Fosfaat, kalsium dan megnesium.
5. Hormon atau katabolit hormon ada secara normal dalam urin
6. Berbagai jenis toksin atau zat kimia asing, pigmen,vitamin, atau enzim secara normal ditemukan dalam
jumlah kecil.
7. Konstituen abnormal meliputi albumin, glukosa, sel darah merah, sejumlah besar badan keton,zat kapur
(terbentuk saat zat mengeras dalam tubulus dan dikeluarkan), dan batu ginjal atau kalkuli.[2]
Urin yang normal jumlah rata-rata 1-2 liter sehari tetapi perbedaan jumlah urin sesuai cairan yang
dimasukkan, jika banyak mengkonsumsi protein maka akan diperlukan banyak cairan untuk melarutkan ureanya,
sehingga urin yang dikeluarkan jumlahnya sedikit dan menjadi pekat.[3]
Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta-faktatentang ginjal dan saluran urin, tetapi juga
mengenai faal berbagaiorgan dalam tubuh, maka sangat penting sekali untuk memilih sampelurin sesuai dengan
tujuan pemeriksaan [4] :
1. Urin sewaktu urin sewaktu,
yaitu urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan khusus. Urin sewaktu ini biasanya
cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang menyertai pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus.
2. Urin Pagi
Yang dimaksudkan dengan urin pagi ialah urin yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur.
3. Urin Postprandial
Sampel urin ini berguna untuk pemeriksaan terhadapglukosuria ; ia merupakan urin yang pertama kali dilepaskan
1½ - 3 jam sehabis makan.
4. Urin 24 Jam
Cara pengumpulkan umpamanya sebagai berikut ; jam 7 pagipenderita mengeluarkan urinnya ; urin dibuang .
semua Urin yangdikeluarkan kemudian, termasuk juga urin jam 7 pagi esok harinya,harus ditampung dalam botol
urin yang tersedia dan isinyadicampur. Tinjauan klinis pemeriksaan bobot Jenis urin Dewasa :1,015 - 1,025
g/mL.Bayi baru lahir : 1,001-1,020 g/mL. Anak :1,005-1,030 g/mL. Pemeriksaan pH dewasa : 4,8-7,4. Bayi
barulahir : 5,0-7,0. Anak : 4,5-8,03.
Urinalisis adalah pemeriksaan urin (air seni) untuk mendeteksi dan mengukur berbsgai macam zat yang
keluar melalui urin. Bentuknya bias berupa urinalisis rutin (wet urynalysis), urinalisis khusus (sitologi), atau reagen
dipstick. Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien utnuk mendiagnosis infeksi saluran kemih,
batu ginjal, skrinning, dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti
diabetes melitus dan tekanan darah tinggi, dan skrinning terhadap status kesehtan umum.[5]
Urinalisis. Pemeriksaan ini meliputi uji [7] :
 Makrospkopis dengan menilai warna, bau, dan berat jenis urine
 Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman, protein, dan gula dalam urine
 Mikrosopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast (silinder) atau bentukan lain dalam urine.
Urine memiliki pH yang bersifat asam yaitu rata-rata 5,5-6,5, jika didaptkan pH yang relative basa
kemungkinan adanya sel-sel darah, sel-sel yang berasal dari saluran reproduksi pria, sel-sel orgsnisme yang berasal
dari luar saluran kemih, silinder ataupun kristal.[7]
Mengukur volume urin bermanfaat untuk ikut menetukan adanya faal ginjal, kelainan dalam keseimbangan
cairan badan dan berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif dan semi kuantitatif urin. Volume urin
dewasa normal daerah tropis dalam 24 jam antara 800-1300ml, banyak factor yang berpengaruh kepada diueresis
seperti umur, berat badan, kelamin, makanandan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas seseorang yang
bersangkutan.[4]
Warna urin yang dikeluarkan tergantung dari konsentrasi dan sifat bahan yang larut dalam urin. Warna urin
dapat berubah oleh karena obatobatan,makanan, serta penyakit yang diderita. Warna urin normal putih jernih,
kuningmuda atau kuning. Warna urin berhubungan dengan derasnya diuresis (banyak kencing), lebih besar
diueresis lebih condong putih jernih. Warna urin kuning normal disebabkan antara lain oleh urocrom dan urobilin.
Pada keadaan dehidrasi atau demam, warna urin lebih kuning dan pekat dari biasa ginjal normal.[4]
 Warna kunig coklat (seperti the) penyebabnya adalah bilirubin
 Warna merah coklat penyebabnya hemoglobulinuria dan porpyrin
 Warna merah dengan ksbut coklat penyebabnya darah dengan pigmen-pigmen darah
 Warna coklat hitam penyebabnya melanin dan warna hitam disebabkan oleh pengaruh obat-obatan. [6]
Urin yang baru dikemihkan biasanya Jernih. Kekeruhan yang timbul bila urin didiamkan beberapa jam
disebabkan oleh berkembangnya kuman.Kekeruhan ringan bisa disebabkan oleh nubecula. Pada infeksi saluran
kemih,urin akan keruh sejak dikemihkan yang disebabkan lender, sel-sel epitel dan lekosit lama-lama mengendap.
[4]

Biasanya spesifik. Normalnya baunya tidak keras. Bau khusus pada urin dapat disebabkan oleh makanan
misalnya : Jengkol, pete, durian dan yang disebabkan obat-obatan, misalnya : mentol, terpentin. Pada karsinoma
saluran kemih, urin akan berbau amoniak karena adanya kuman yang menguraikan ureum dalam urin.[4]
 Ammonia : pecahan urea oleh bakteri
 Busuk atau tengik : Bakteria (infek saluran kencing)
 Mousey : Fenilketonuria
 Manis atau berbau buah : asidosis diabetic, kelaparan [6]
Derajat keasaman urin harus diukur pada urin baru, pH urin dewasa normalnya adalah 4,6-7,5 pH urin 24
jam biasanya asam, hal ini disebabkan karena zat-zat sisa metabolise badan keton yang biasanya bersifat asam.
Penelitian pH urin berguna pada gangguan cairan badan elektrolit serta pada infeksi salurankemih yang disebabkan
oleh kuman yang menguraikan ureum. Adanya bakteri urea urin akan bersifat alkalis.[4]
Berat jenis urin yaitu mengukur jumlah larutan yang larut dalam urin.Pengukuran BJ ini untuk mengetahuai
daya konsentrasi dan data dilusi ginjal. Bormal berat jenis berbanding terbalik dengan jumlah urin. &berat jenis
urine erat hubungannya dengan diuresis makin tinggi berat jenisnya dan sebaliknya. Normal berat jenis urin adalah
1003-1030. Tingginya berat jenis urin memberikan kesan tentang pekatnya urin, jadi bertalian dengan faal pemekat
ginjal.[4]
III. PROSEDUR KERJA

III.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat

a. Tabung reaksi
b. Baker glass
c. Gelas ukur
d. Kertas pH

3.1.2. Bahan

a. Urine pagi
b. Urine sewaktu
c. Aquadest

III.2. Prosedur Kerja


a. Volume
Tampung urin 24 jam

Masuk ke dalam gelas ukur

Hitung Volume

b. Warna
Amati warna urin

c. Kekeruhan
Masukkan urin ke tabung reaksi

Asam cuka 6%

Hasil
kekeruhan karena bakteri,

Pewarnaan gram
d. Keasaman
Tampung 5 mL urin di dalam beaker glass

Celupkan kertas lakmus

Hasil
e. Berat jenis
Ukur berat jenis urin dengan urinometer

Hasil

Kalibrasi hasil terhadap temperature 15°C, kadar glukosa, dan kadar protein
f. Bau
Lakukan pemeriksaan bau urin secara organoleptis
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil dan Data

Kelompok 4
JENIS NORMAL Urin Pagi Urin 24 jam
PENGAMATAN

VOLUME 800-1600 ml ± 100 ml ± 500 ml


WARNA Kuning muda Kuning muda Kuning pekat
KEKERUHAN Tidak keruh Tidak keruh Tidak keruh
BAU Aromatik aromatic (ammonia) aromatic (ammonia)

Kelompok 1

JENIS NORMAL Urin Pagi Urin 24 jam


PENGAMATAN

VOLUME 800-1600 ml ± 70 ml ± 600 ml


WARNA Kuning muda Kuning Kuning pekat
KEKERUHAN Tidak keruh Tidak keruh Tidak keruh
BAU Aromatik aromatic (ammonia) aromatic (ammonia)

Kelompok 2
JENIS NORMAL Urin Pagi Urin 24 jam
PENGAMATAN

VOLUME 800-1600 ml ± 200 ml ± 880 ml


WARNA Kuning muda Kuning pekat Kuning muda
KEKERUHAN Tidak keruh Tidak keruh Tidak keruh
BAU Aromatik aromatic (ammonia) aromatic (ammonia)

Kelompok 3

JENIS NORMAL Urin Pagi Urin 24 jam


PENGAMATAN

VOLUME 800-1600 ml ± 265,33 ml ± 232,16 ml


WARNA Kuning muda Kuning muda Kuning muda
KEKERUHAN Tidak keruh Tidak keruh Tidak keruh
BAU Aromatik aromatic (ammonia) aromatic (ammonia)

Kelompok 5
JENIS NORMAL Urin Pagi Urin 24 jam
PENGAMATAN

VOLUME 800-1600 ml ± 200 ml ± 500 ml


WARNA Kuning muda Kuning pekat Kuning muda
KEKERUHAN Tidak keruh Tidak keruh Tidak keruh
BAU Aromatik aromatic (ammonia) aromatic (ammonia)

IV.2. Pembahasan

Pada objek 1 ini akan membahas mengenai pemeriksaan urin secara makroskopis. Pemeriksaan/analisis
urine atau urinalisis tidak hanya memberikan informasi tentang keadaan ginjal dan saluran kemih, tetapi juga
informasi tentang faal hati, saluran empedu,pankreas, korteks adrenal, abnormalitas genetik, dan lain-lain.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada urine meliputi pemeriksaan makroskopis, mikroskopis,mikrobiologi, dan
kimia. Komposisi urine normal adalah air sebagai komponen utama, produk sisa yang terlarut dalam urine seperti
ureum, kreatinin, asam urat, elektrolit, dan hormon setelah menjalankan fungsi spesifiknya pada tubuh. Komposisi
kimia urine juga tergantung kepada makanan, cairan, dan obat-obat yang dikonsumsi. Pemeriksaan secara
makroskopis ini diamati dari volume, warna, kekeruhan, berat jenis atau massa jenis, pH atau keasaman urin.
Setiap pemeriksaan memiliki indikasi atau parameter masing-masing yang dapa digunakan untuk mengetahui
keadaan fisiologis seseorang dan digunakan di dunia klinis bagi dokter untuk mendiagnosa suatu penyakit. Pada
pemeriksaan urin secara makroskopis ini menggunakan sampel urin 24 jam dan urin pagi sebagai perbandingan.
Urin 24 jam adalah urin yang ditampung setiap buang air kecil selama 24 jam, urin pagi adalah urin yang
dikeluarkan pertama kali pada saat bangun tidur.
Mengukur volume urin bermanfaat untuk ikut menetukan adanya faal ginjal, kelainan dalam keseimbangan
cairan badan dan berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif dan semi kuantitatif urin. Volume urin
dewasa normal daerah tropis dalam 24 jam antara 800-1300ml, banyak factor yang berpengaruh kepada diueresis
seperti umur, berat badan, kelamin, makanandan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas seseorang yang
bersangkutan.[4]
Pengukuran volume urine berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif
suatu zat dalam urine dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pada hasil pengamatan,
volume yang didapatkan setelah diukur adalahh ± 500 ml. Dari data yang didapatkan jika dibandingkan dengan
literatur, volume urin tidak normal. Menurut literatur, volume urine normal adalah 800-1600 ml. Volume yang
didapatkan hanya ± 500 ml karena urin dari praktikan Laila ditampung kurang dari 24 jam hanya sekitar 20 jam,
sehingga tidak dapat dikatakan adanya gangguan faal ginjal pada praktikan. Pada urin pagi didapatkan volume
± 100 ml. Volume urin dipengaruhi oleh banyak cairan yang dikonsumsi dari makanan & minuman aktivitas fisik
seperti olahraga, suhu lingkungan. Selain itu, keadaan patologis juga mempengaruhi volume, seperti pada keadaan
diabetes melitus terjadi ekskresi volume yang berlebihan, keadaan diare berat ekskresi urin akan berkurang dan
tidak terbentuknya urin atau anuria.
Pengamatan selanjutnya adalah pengamatan pada warna urin.  Warna urin dapat menunjukkan kelainan
klinik. Warna urine di nyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur
merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Pada pengamatan warna urin, urin 24 jam memiliki warna
kuning pekat dan urin pagi memiliki warna kuning. Warna urin 24 jam berwarna kuning gelap dapat terjadi karen
praktian mengkonsumsi makanan/minuman tertentu atau obat-obat seperti antibiotik pencahar dan sekresi bilirubin
yang berlebih. Menurut literatur, urin pagi memiliki warna yang lebih pekat dari urin sewaktu karena pada saat
tidur, urin akan lebih lama tertampung dalam ureter, sehingga zat warna pada urin lebih banyak. Warna urine
dipengaruhi oleh konsentras urin, obat yang di minum maupun makanan makin banyak pengeluaran urin makin
muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh
beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan perubahan warna mungkin
disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan warna
coklat.Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti hemoglobin yang
menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat. Warna urine yang dapat disebabkan
oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna
coklat kehitaman pada urine.
Pengamatan selanjutnya adalah kekeruhan pada urin. Pengamatan ini dapat berjalan bersamaan dengan
pengamatan warna urin. Pada kedua sampel yaitu urin pagi dan urin 24 jam terlihat tidak keruh dan tidak ada
endapan, sehingga tidak ada indikasi penyakit terhadap faal ginjal. Pengamatan kekeruhan pada urin dapat juga
dilakukan dengan menambahkan pereaksi asam cuka 6% untuk urin yang terindikasi terdapat fosfat/carbonat dan
nanah. Apabila asam cuka 6% diteteskan ke sampel akan muncul gelembung-gelembung karbondioksida (CO2) lalu
nanah atau fosfat akan hilang.
Urin yang baru dikemihkan biasanya jernih. Kekeruhan yang timbul bila urin didiamkan beberapa jam
disebabkan oleh berkembangnya kuman. Kekeruhan ringan bisa disebabkan oleh nubecula. Pada infeksi saluran
kemih, urin akan keruh sejak dikemihkan yang disebabkan lender, sel-sel epitel dan lekosit lama-lama mengendap.
[4]

Pengamatan selanjutnya adalah pengamatan terhadap bau urin. Pada kedua sampel, urin pagi dan urin 24
jam memiliki bau aromatic/pesing atau bau ammonia. Bau ini merupakan bau normal, karena hasil samping dari
metabolisme nitrogen atau ammonia menjadi urea. Untuk pengamatan bau urin yang lebih detail dipakai urin segar,
yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urine normal disebabkan oleh asam organik yang mudah
menguap. Bau yang abnormal dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol,
bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya
terjadi pada urine yang dibiarkan tanpa pengawet. Menurut literatur bau berikut mengindikasikan :
1. Amonia ; pecahan urea oleh bakteri
2. Busuk atau tengik ; Bakteria (infeksi saluran kencing)
3. Mousey ; fenilketonuria
4. Manis atau berbau buah ; asidosis diabetic, kelaparan. [6]
Pada pengamatan terhadap berat jenis urin tidak kami lakukan karena keterbatasan alat. Pemeriksaan berat
jenis urine berhubungan dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan
memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'.. Berat jenis urin
yaitu mengukur jumlah larutan yang larut dalam urin. Pengukuran BJ ini untuk mengetahuai daya konsentrasi dan
data dilusi ginjal. Normal berat jenis berbanding terbalik dengan jumlah urin. Berat jenis urine erat hubungannya
dengan diuresis makin tinggi berat jenisnya dan sebaliknya. Normal berat jenis urin adalah 1003-1030. Tingginya
berat jenisurin memberikan kesan tentang pekatnya urin, jadi bertalian dengan faalpemekat ginjal. [4]
Pengamatan selanjutnya adalah pengamatan terhadap pH urin. Pengamatan ini juga tidak dapat kami
lakukan karena keterbatasan alat. Lakmus biru yang dicelupkan ke urin jika berubah menjadi merah artinya urin
bersifat asam. Jika lakmus merah dimasukkan ke urin berubah menjadi biru artinya urin bersifat basa. Jika kertas
lakmus merah dan biru dimasukkan ke urin tidak berubsh warna maka urin tersebut memiliki pH netral. Urine
memiliki pH yang bersifat asam yaitu rata-rata 5,5-6,5, jika didaptkan pH yang relative basa kemungkinan adanya
sel-sel darah, sel-sel yang berasal dari saluran reproduksi pria, sel-sel orgsnisme yang berasal dari luar saluran
kemih, silinder ataupun kristal.[7] Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa. Selain itu
penetapan pH pada infeksi saluran kemih yang dapat menunjukkan penyebab dari penyakit. Pada infeksi oleh
Escherichia coli biasanya urine bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat
merombak ureum menjadi amoniak akan menyebabkan urin bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau
kalsium fosfat urine dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urine
sebaiknya dipertahankan basa.

V. KESIMPULAN
1. Pemeriksaan urin secara makroskopis dapat diamati dari volume, warna, kekeruhan, massa jenis, pH
2. Pada sampel urin 24 jam memiliki volume ± 500 ml dan urin pagi ± 100 ml.
3. Volume urin dipengaruhi oleh makanan,minuman dan obat-obatan yang dikonsumsi, aktivitas fisik dan
lingkungan
4. Urin pagi berwarna kuning muda dan urin 24 jam berwarna kuning gelap.
5. Warna urin dipengaruhi oleh keadaan patologis seseorang dan makanan,minuman dan obat-obatan yang
dikonsumsi. Warna urin normal adalah kuning muda
6. Kedua sampel,urin pagi dan urin 24 jam, tidak keruh. Kekeruhan dapat diindikasikan adanya suatu penyakit
7. Berat jenis urin 24 jam normal adalah 1.1015-1.025 dan urin sewaktu 1.002-1.030
8. pH urin normal berkisar antara 4,7-7,5 rata-rata 6. Pengamatan pH akan lebih mudah diindikasi terhadap
penyakit-penyakit karena urin basa diindentifikasi dengan asam.

VI. SARAN
1. Pengamatan dilabor harus menggunakan perlindungan diri yang lengkap seperti jas labor, masker,
handscoon agar terhindardari reagen berbahaya atau senyawa potent lainnya
2. Pengamatan harus dilakukan dengan seksama dan hati-hati agar mendapatkan hasil yang akurat.

PEMERIKSAAN SEDIMEN URIN


I. TUJUAN
Untuk mengetahui unsur-unsur patologis dalam urin
II. TEORI
Pemeriksaan laboratorium sangat penting dilakukan karena merupakan pemeriksaan penunjang yang
dilaksanakan untuk membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit dan menentukan prognosis yang tepat. Salah
satu pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk mendiagnosa penyakit terutama yang berkaitan dengan
faal ginjal dan kelainan metabolisme tubuh yaitu pemeriksaan urinalisis.[8]
Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urin secara fisik, kimia, dan mikroskopik. Tes urin haruslah teliti,
tepat, dan cepat. Tes urin terdiri dari pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan kimia urin. Tes
mikroskopik utnuk melihat eritrosit, lrukosit sel epitel, torak, bakteri, kristal, jamur, dan parasite. Tes sedimen urin
dipergunakan untuk mengidentifikasi jenis sedimen yang dipakai untuk mengidentifikasi jenis sedimen yang
dipakai utnuk mendeteksi kelainan ginjal dan saluran kemih. Selain itu juga dipakai utnuk memantau perjalanan
penyakit ginjal dan saluran kemih setelah pengobatan.[9]
Sedimen urine adalah unsur- unsur yang tidak larut di dalam urine yang berasal dari darah, ginjal, dan
saluran kemih seperti eritrosit, lekosit, sel epitel, torak, bakteri, kristal, jamur dan parasit. Tes sedimen urine atau
tes mikroskopis dipergunakan untuk mengidentifikasi unsur-unsur sedimen sehingga dipakai untuk mendeteksi
kelainan ginjal dan saluran kemih, selain itu tes sedimen urine dapat juga dipakai untuk memantau perjalan
penyakit ginjal dan saluran kemih setelah pengobatan.[8]
Sedimen urine adalah unsur- unsur yang tidak larut di dalam urinee yang berasal dari darah, ginjal, dan
saluran kemih seperti eritrosit, lekosit, sel epitel, torak, bakteri, kristal, jamur dan parasit. Untuk pemeriksaan
sedimen urinee dengan penundaan perlu diberi pengawet agar tidak membuat hasil menjadi negative palsu.
Pengawet yang umum digunakan sebagai pengawet urinee adalah formalin 40%, khusus dipakai untuk
mengawetkan sedimen urinee penting sekali bila hendak mengadakan penilaian kuantitatif atas unsur - unsur dalam
sedimen. Akan tetapi formalin yang dipasaran hanya terdapat formalin dengan konsentrasi 37% sehingga untuk
pemakaian pengawet formalin perlu diturunkan konsentrasinya. Pemakaian formalin yang berlebihan dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan urinee terhadap jenis dan jumlah sedimen urinee.[8]
Tes sedimen urinee (mikroskopik) digunakan untuk mengidentifikasi jenis atau unsur sedimen urinee, yaitu
eritrosit, leukosit, dan sel epitel,. Untuk pemeriksaan sedimen urinee dibutuhkan urinee sewaktu yang masih segar
dalam penampungan yang tertutup rapat dan tidak terkontaminasi. Pemeriksaan harus dilakukan secepat mungkin,
paling lambat 1 jam setelah urine ditampung. Melakukan penundaan pemeriksaan dapat menjadi sumber kesalahan,
sehingga hasil yang diharapkan tidak sesuai denga kondisi klinis pasien. Unsur-unsur berbentuk (sedimen) dalam
urinee mulai rusak dalam waktu 2 jam dan bila dibiarkan lama dalam suhu kamar tanpa diberi pengawet akan
terjadi lisis sel serta torak dan urinee akan berubah menjadi alkalis.[8]
Pemeriksaan sedimen urine saat ini dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu secara konvensional, konvensional
modifikasi salah satunya dengan metode Shih-Yung, dan metode otomatisasi menggunakan urine Flowcytometry.[10]
Metode Flowcytometry merupakan metode terbaru dimana pengerjaan sedimen urine dilakukan oleh alat
Sysmex UF series yaitu Sysmex UF 1000i dan Sysmex 500i. Metode ini lebih akurat dibanding metode
konvensional,. Metode flowcytomety dengan alat Sysmex UF series ini juga memiliki keunggulan dalam kecepatan.
Kapasitas hasil untuk Sysmex UF-1000i dapat mencapai 100sample/jam dan 60sample/jam untuk Sysmex UF 500i
[3]. Kelemahan dari metode Flowcytometry ini adalah mahalnya harga alat Sysmex UF series yang menyebabkan
hanya beberapa rumah sakit besar dan beberapa laboratorium klinik ternama yang memiliki alat ini . Metode Shih-
Yung merupakan metode konvensional modifikasi yang menggunakan kamar hitung dan tabung sentrifuse
terstandarisasi. Harga satu set peralatan Shih-Yung ini jauh lebih murah dibanding dengan alat Flowcytometry.
Metode Shih-yung banyak dilakukan di berbagai rumah sakit dan laboratorium klinik. Keunggulan lain metode ini
adalah volume urine, volume sedimen urine, dan lama waktu pemusingan yang telah di standarisasi, sehingga hasil
lebih akurat dari metode konvensional biasa.[10]
Tes sedimen urin secara manual disini dilakukan dengan metode Kamar Hitung Shih-Yung dan secara
autometik dilakukan dengan menggunakan alat urin analyzer (Mission U 500). Berdasarkan latar belakang
tersebut, dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu “Bagaimanakah hasil hitung leukosit dan eritrosit
urin menggunakan urin analyzer dan kamar hitung Shih-Yung pada penderita infeksi saluran kemih (ISK).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian hasil hitung jumlah leukosit dan eritrosit menggunakan urin
analyzer dan kamar hitung Shih-Yung pada penderita infeksi saluran kemih (ISK). Manfaat penelitian ini adalah
diharapkan dapat memberikan gambaran untuk instalasi laboratorium sebagai perbedaan hasil nilai pmeriksaan
leukosit dan eritrosit menggunakan urin analyzer dan kamar hitung Shih-Yung dan sebagai sumbangan pikiran
dalam rangka peningkatan kaulitas kesehatan masyarakat.[9]
Pemeriksaan sedimen urin dengan menggunakan mikroskop memberikan informasi penting mengenai
fungsi ginjal dan juga merupakan gold standar untuk pemeriksaan partikel dan sel pada urine, akan tetapi
membtuhkan waktu pemeriksaan yang lama dan tenaga yang terlatih dan terampil. Pemeriksaan sedimen urine
dengan mikroskop juga kurang terstandarisasi dan banyak variable dari pemeriksa yang dapat mempengaruhi
inaukurasi dari hasil pemeriksaan sedimen urine, misalnya proses persiapan sampel, maupun perbedaan persepsi
dan interpretasi dalam pembacaan hasil sedimen. Pemeriksaan sedimen urine otomatis terus dikembangkan utnuk
mempersingkat waktu pemeriksaan dan agar lebih terstandaridisasi.[11]
Pemeriksaan sedimen urine otomatis dapat mengklasifikasi, menilai kuantitas, dan melaporkan partikel
dalam urine yang mengurangi pekerjaan secara manual serta perbedaan interpretasi antar pemeriksa, prosedur juga
lebih standar sehingga menigkatkan akurasi dan presisi. Pemeriksaan mikroskopik otomatis saat ini terdiri dari tiga
system yang menggunakan teknologi yang berbeda yaitu [11] :
1. Flow cell digital imaging berbasis foto digital dari sedimen uring yang mengalir melalui flow cell khusus,
dengan perangkat lunak yang mampu mengali partikel urine secara otomatis
2. Flowcytometri dengan prinsip fluoresensi
3. Analisis sedimen urin dengan foto digital dan pengenal partikel secara otomatis dengan cuvette yang
didesain khusus
Metode pemeriksaan leukosit dan eritrosit dalam urine dibagi dalam metode yang bersifat biokimia dan
mikroskopis. Tes kimia terhadap uri yaitu carik celup, ada beberapa parameter yang dapat diperiksa sekaligus. Bila
dilihat dari reproduksisbilitas, kepraktisan, efesiensi, dan kecepatan dalam memriksa sampel maka alat autometik
lebih baik daripada cara manual. Walaupun cara autometik lebih unggul dari cara manual namun masih
mempunyai keterbatasan yaitu penggunaan cara autometik masih terbatas karena harganya mahal sehingga cara
manual masih merupakan tes pilihan padalaboratoriium yang belum tersedia alat autometik. Cara manual
memberikan hail yang akurat bilamana dilakukan penghitungan jumlah sel yang banyak pada seluruh lapangan
pandang. Cara manual (mikroskopik) tidak dapat digantikan dengan metode pemeriksaan lain. Dengan cara
penghitugan yang berbeda tentunya akan menimbulkan variasi hasil perhitungan jumlah yang berbeda.[9]
Dalam pemeriksaan sedimen yang diperiksa adalah zat sisa metabolisme yang berupa kristal, granula
termasuk juga bakteri. Dengan pemeriksaan sedimen maka keberadaan suatu benda normal ataupun tidak normal
yang terdapat dalam urin kita akan dapat menunjukkan keadaan organ tubuh. Dalam urin yang ditemukan jumlah
eritrosit jauh diatas angka normal bisa menunjukkan terjadinya perdarahan di saluran kemih bagian bawah. Begitu
juga dengan ditemukannya kristal-kristal abnormal dapat diprediksi jika seseorang beresiko terkena batu ginjal,
karena kristal-kristal dalam urin merupakan pemicu utama terjadinya endapan kristal dalam saluran kemih
terutama ginjal yang jika dibiarkan berlanjut akan membentuk batu ginjal.[12]

III. PROSEDUR KERJA


III.1. Alat dan Bahan
 Cover glass
 Objek glass
 Mikroskop
 Centrifuge
 Tabung Centrifuge
 Pipet tetes
 Sampel Urine
III.2. Cara Kerja

Tampung urin

Kocok botol penampung urine

Masukkan urine sebanyak 7-8 ml ke tabung centrifuge.

Sentrifus dengan kecepatan 1.500 - 2.000 rpm - waktu 5 menit.

Buang cairan sampai suspensi sedimen tinggal 0.5 ml.

Kocok tabung

Tetes1 tetes urine diatas objek glass.

Lihat dengan mikroskop dengan lensa objektif 10x dan 40x.

Hasil

Cara melaporkan pemeriksaan sedimen urine

Leukosit &eritrosit : jumlah rata-rata per LBP (Lapang Pandang Besar) dengan obyektif 40x.

Epitel&silinder : jumlah rata-rata per LPK (Lapang Pandang Kecil) dengan obyektif 10x.

Unsur-unsur lain dan kristal-kristal dilaporkan per LPK dengan keterangan :

(-) tidak ada


(+) ada
(++) banyak
(+++) banyak sekali

DAFTAR PUSTAKA
[1] Setiadi.Anatomi dan  Fisiologi  Manusia. :Yogyakarta : PT. Graha Ilmu ; 2007
[2] Sloane, Ethel.Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC ; 2000
[3] Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia ; 2006
[4] Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat ; 2006
[5] Nuari, Nian Afrian, Widayati, Dhina. Gangguan Sistem Perkemihan dan Penatalaksanaan Keperawatan.
Yogyakarta : Deepublish ; 2017
[6] Kee, Joyce LeFever. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik dengan Implikasi Keperawatan.
Jakarta : EGC ; 1997
[7] Aziz, Farid M, Witjaksono, Julianto, Rasjidi, Imam.(Ed.). Panduan Pelayanan Medik : Model Interdisiplin
Penatalaksanaan Kanker Serviks dengan Gangguan Mental. Jakarta : EGC ; 2008
[8] Maharani, Desak M.S, Inayati, Nurul, Wiwin, Maruni. Jenis dan Jumlah Sedimen Urine Menggunakan Variasi
Konsentrasi Pengawet Formalin. Jurnal Kesehatan. Vol. 1. Hal. 86-89.
[9] Ferdhayanti, A.Ulfa. Teknik Hitung Leukosit dan Eritrosit Urine. Ponorogo : Uwais Inspirasi Indonesia ; 2019
[10] Anandita FA, Fuadi MR, Soetjipto H, Kedokteran F, Airlangga U. Korelasi Cara Pemeriksaan Sedimen Urine
Eritrosit Dan Leukosit Secara Kuantitatif Dengan Metode Flowcytometry Dibandingkan Metode Shih-
Young. :13–6
[11] Nugraha, Jusak.dkk. Analisis Cairan Tubuh dan Urine. Surabaya : Airlangga University Press ; 2019
[12] Djojodibroto. B. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan Jakarta : Penerbit Pupuler Obor ; 2001

Anda mungkin juga menyukai