Anda di halaman 1dari 50

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Urin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus
dengn 2 fungsi utamaya itu mengeliminasisisa-sisa metabolisme dalam bentuk
larutan serta mempertahankan homeostasis cairan tubuh.
Dalam keaadan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200 1500 ml
urin dalam satu hari. Secara fisiologis maupun patologis volume urin dapat
bervariasi. Pembentukan urin dipengaruhi olehcairan yang masuk dan jenis
makanan. Diet tinggi protein akan meningkatkan pembentukan urin sebab urea
yang terbentuk dalam proses metabolisme protein mempunyai efek diuretic. Pada
suhu lingkungan tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan
untuk mengekskresi produk metabolisme tubuh adalah 500 ml.
Salah satu komponen urin adalah indikan yang merupakan bagian terpenting
dari sulfateterial urin. Indikan berasal dari pembusukan triptopan dalam usus.
Triftopan oleh bakteri usus diubah menjadi indol, yang kemudian mengalami
penyerapan kembali ke dalam darah dan dibawa kehati. Di dalam hati indol akan
mengalamioksidasi dan konjugasi menjadi indoksilsulfat (indikan). Jumlah
indikan dalam urin menggambarkan proses pembusukan di dalam usus.
Poliuraatau volume urin meningkat ditemukan pada berbagai keadaan. Pada
diabetes insipidus, akibat tidak adanya hormone anti diuretic, volume urin tiap
hari dapat mencapai 10 20 L. pada diabetes mellitus, volume urin mencapai 5
6 L dalam 1 hari.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Bagaimana pemeriksaan makroskopis, kimiawi, dan mikroskopis
urin?
1.2.2 Apa saja pemeriksaan makroskopis urin ?
1.2.3 Apa saja pemeriksaan kimiawi urin ?
2

1.2.4 Apa saj pemeriksaan mikroskopis urin ?

1.3 Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui tentang pemeriksaan makroskopis,
kimiawi, dan mikroskopis urin dan bagaimana cara pemeriksaannya.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Makroskopis


2.1.1 Pemeriksaan Volume Urin
Pemeriksaan volume urin merupakan salah satu pemeriksaan untuk
mengetahui fungsi ginjal, karena banyaknya volume urin harian yang
diproduksi dapat menjadi gambaran fungsi ginjal dan penyakitnya.
Penentuan volume urin memerlukan pengumpulan sampel dalam jangka
waktu tertentu dan dalam jumlah yang cukup banyak. Jenis sampel urin
yang dilakukan pemeriksaan volume urin adalah urin sewaktu, urin 12 jam
dan 24 jam, dan urin timed specimen.1
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan volume urin adalah
metode visual yaitu dengan memasukkan sampel urin ke dalam gelas ukur,
kemudian dibaca volumenya.

Volume urin yang normal selama 24 jam pada pasien dewasa adalah
800-1300 mL, anak-anak umur 6-12 tahun 400-650 mL, dan umur 1-6 tahun
200-300 mL. Namun volume urin 24 jam juga bergantung pada banyaknya

1
Dedy ananda,2015
4

asupan cairan dan pengaruh hormon. Macam-macam kelainan pada


pemeriksaan volume urin :
Oligouria, terjadi bila eksresi urin menurun atau lebih sedikit dari normal
(<500 mL). Penyebab oligouria antara lain :
1) Pra renal, misalnya tekanan darah rendah, syok, perdarahan dan
kurang cairan.
2) Renal, misalnya nekrosis tubula akut, keracunan senyawa tertentu,
penyakit vascular ginjal dan pengendapan zat tertentu dalam nefron
3) Pos renal, misalnya batu ginjal, tumor yang menekan saluran kemih
dan pembesaran prostat
Poliuria, terjadi bila jumlah urin yang dikeluarkan meningkat (>2000
mL). Poliuria dapat disebabkan oleh eksresi zat terlarut yang berlebihan,
keluarnya air dalam volume banyak (setelah konsumsi garam berlebihan
atau pada pada penyakit diabetes mellitus yang disertai glikosuria),
defisiensi hormone antidiuretic (ADH), atau terlalu banyak meminum
cairan atau senyawa diuretik.
Anuria, yaitu urin yang dibantuk sangat sedikit atau tidak ada sama
sekali (<30 mL). Penyebab anuria hamper sama dengan oligouria namun
dengan kondisi yang lebih parah.2
2.1.2 Pemeriksaan Warna Urin
Pemeriksaan warna urin adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
memperhatikan warna urin pada cahaya tembus dan dicatat apakah warna
urin normal atau abnormal.

2
Dedy ananda,2015
5

Normalnya urin berwarna kuning, namun warna urin juga


dipengaruhi oleh konsentrasi, adanya obat, senyawa eksogen dan endogen
serta pH. Misalnya pigmen empedu mengakibatkan urin berwarna berwarna
kehijauan, coklat, atau kuning tua yang menandakan gangguan fungsi hati
atau saluran empedu, sehingga sangat penting untuk memperhatikan warna
urin yang tidak biasa (abnormal).3
Macam-macam warna urin :
Kemerahan : kemungkinan karena adanya darah segar atau
haemoglobin keduanya menjadi penanda terjadinya pendarahan pada
saluran urogenitalia.
Merah coklat : kemungkinan disebabkan adanya darah atau
haemoglobin yang sudah lama menyebabkan warna merah yang keruh /
coklat, namun dapat juga karena adanya myoglobin , pigmen empedu
dan pewarna. Pemakaian obat-obatan seperti klorpromazin, haloperidol,
rifampisin, fenetion, ibuprofen. Warna merah coklat dapat berarti urin
bersifat asam (karena metronidazole) atau alkali (karena laksatif,
metildopa).
Kuning merah (pink): kemungkinan adanya sayuran, bit, fenazopiridin
atau katartik fenoflatein, ibuprofen, fenitoin dan klorokuin.
Biru kehijauan : kemungkinan pasien mengkonsumsi bit, adanya
bakteri Pseudomonas, pigmen empedu dan amitriptilin.
Hitam : kemungkinan adanya alkaptouria.

3
Dedy ananda,2015
6

Gelap : kemungkinan adanya porfiria, malignant


melanoma (sangat jarang ditemukan).
Kuning kecoklatan : kemungkinan dikarenakan primakuin,
sulfametoksazol, bilirubin, urobilin. Urin yang berwarna coklat tua dapat
disebabkan oleh adanya asam homogentisat yang diproduksi oleh pe
dalanderita penyakit genetis langka, yaitu alkaptonuria.
Berbusa : kemungkinan mengandung protein4

2.1.3 Pemeriksaan Bau Urin


Urin normal yang segar memiliki bau yang khas, namun pada
keadaan tertentu atau menkonsumsi makanan tertentu dapat merubah bau
urin. Cara melakukan pemeriksaan bau urin adalah dengan mengkibas-
kibaskan telapak tangan diatas tabung reaksi wadah yang berisi sampel urin
sampai tercium bau dari urine tersebut. Adanya bau urin dilaporkan seperti :
1. Bau tajam, dapat disebabkan karena mengkonsumsi makanan tertentu,
seperti asparagus, jengkol, petai, dll.
2. Bau aroma buah-buahan, dapat ditemukan para urin penderita asidosos
diabetes yang disebabkan oleh asam-asam keto dan aseton.

4
Dedy ananda,2015
7

3. Bau seperti gula caramel atau sirup maple, dapat ditemukan pada pasien
penyakit maple syrup, yaitu suatu penyakit genetis yang langka.
4. Bau busuk / amoniak, disebabkan sampel urin yang sudah lama, atau
kemungkinan adanya infeksi bakteri proteus sehingga tercium bau
ammonia yang menyengat. Bau busuk juga menandakan telah terjadi
dekomposisi oleh bakteria karena contoh urin dibiarkan terlalu lama
tanpa disimpan dalam lemari pendingin.5

2.1.4 Pemeriksaan Kejernihan Urin


Pemeriksaan kejernihan urin adalah pemeriksaan untuk melihat
kejernihan urin pada saat urin baru dikeluarkan secara visual pada cahaya
tembus. Normalnya kejernihan urin adalah kuning jernih. Kejernihan urin
dinyatakan dengan jernih, agak keruh, atau sangat keruh. Perlu diperhatikan
apakah urin yang diperiksa itu keruh pada saat dikeluarkan atau setelah
dibiarkan beberapa lama. Tidak semua macam kekeruhan menunjukkan sifat
abnormal. Urin yang normalpun akan keruh jika dibiarkan atau didinginkan,
kekeruhan ringan atau nubecula disebabkan adanya lender, sel-sel epitel dan
leukosit yang lambat laun mengendap. Sebab-sebab urin menjadi keruh :
1) Bila urin keruh sejak awal ditampung, kemungkinan adanya :
Fosfat amorf dan karbonat yang cukup banyak (terjadi setelah
mengkonsumsi makanan). Kekeruhan akan hilang jika diteteskan
asam asetat encer. Pada pemeriksaan sedimen akan terlihat Kristal
fosfat dan karbonat yang banyak.
Bakteri
Sel-sel epitel
Sel eritrosit, kekeruhan terlihat kemerahan sampai seperti daging
Leukosit, jika ditambah NaOH pekat maka terlihat bagian yang
sangat kental (percobaan Donne)

5
Dedy ananda,2015
8

Chylus yang berasal dari adanya butir-butir lemak, urin terlihat


seperti susu encer, pada pemeriksaan mikroskop terlihat butir-butir
lemak
Zat-zat kolodial, yaitu terdapat senyawa-senyawa yang larut dalam
urin dan tidak terlihat secara mikroskopis
Pus, kekeruhan akibat pus disebut pyuria6

2) Bila urin keruh setelah didiamkan, kemungkinan adanya :


Nubecula
Urat-urat amorf
Urat-urat amorf, terbentuk dalam urin yang asam dan dingin.
Warna dan kekeruhan akan hilang jika dipanaskan
Fosfat-fosfat amorf, mengendap dalam urin yang basa dan larut
ketika dipanaskan
Bakteri, yang bukan berasal dari system urinaria namun
kontaminan pada botol penampung
Jernih dan pekatnya urin juga dapat menginformasikan mengenai
hidrasi seseorang. Semakin pekat urin seseorang menansakan adanya
dehidrasi.

6
Dedy ananda,2015
9

2.1.5 Pemeriksaan Ph Urin


Pemeriksaan Ph urin adalah pemeriksaan derajat keasaman urin
sehingga dapat diketahui keadaan urin dalam keadaan asam atau basa. Ph
urine pada orang normal adalah 4,8 7,4. Ph di bawah 7,0 disebut asam
(acid) dan Ph di atas 7,0 dinamakan basa (alkali).
Ph urin basa ditemukan pada : diet vegetarian, setelah makan, muntah
hebat, infeksi saluran kencing oleh bakteri Proteus atau Pseudomonas,
urin yang disimpan lama , terapi obat-obatan tertentu, atau gangguan
proses pengasaman pada bagian tubulus ginjal.
Ph urin asam dapat dijumpai pada : diabetes, demam pada anak, asidosis
sistemik, terapi obat-obatan tertentu.7
Cara pemeriksaan Ph urin :
Kertas lakmus, celupkan 1 carik kertas lakmus biru dan merah ke dalam
sampel urin, tunggu 1 menit dan amati perubahan warnanya
Lakmus merah tetap merah, sedangkan lakmus biru menjadi merah
(urin asam)

Lakmus merah menjadi biru, sedangkan lakmus biru tetap biru


(urin basa)

7
Dedy ananda,2015
10

Kertas ph universal, celupkan 1 carik indicator ph, segera angkat dan


dibiarkan 1 menit , kemudian Ph urin dapat dibaca dengan
membandingkan warna standar.

Kertas Nitrazin, celupkan 1 carik kertas Nitrazinke dalam urin, segera


angkat dan dibiarkan 1 menit, kemudian Ph urin dapat dibaca dengan
membandingkan skala warna.8

8
Dedy ananda,2015
11

Carik celup / strip test, celupkan 1 carik kertas carik celup / strip test ke
dalam urin, segera angkat dan dibiarkan 1 menit, kemudian Ph urin dapat
dibaca secara semikuantitatif.9

2.1.6 Pemeriksaan Berat Jenis Urin


Berat jenis (BJ) atay specific gravity (SG) urin adalah
perbandingan berat urin dengan volume urin. Pada orang normal, BJ urin
adalah 1,015 1,025. BJ urin dipengaruhi oleh tingkat keenceran urin yang
dipengaruhi oleh frekuensi minum dan berkemih, semakin banyak berkemih,
maka BJ urin akan semakin rendah, demikian sebaliknya. Adanya protein
atau glukosa dalam urin akan meningkatkan BJ urin. Jika ada protein dalam
urin, maka setiap 1% proteinuria BJ bertambah 0,003. Jika ada glukosa
dalam urin, maka setiap 1% glukosuria BJ bertambah 0,004.
Pemeriksaan BJ urin metode Urinometer :
1) Urin dihomogengekan, tuang ke gelas ukur volume 100 Ml
9
Dedy ananda,2015
12

2) Hilangkan busa yang terdapat pada sampel urin


3) Ukur temperature tera dan urin
4) Masukkan urinometer dengan cara memutar dan urinometer harus
terapung bebas dan tidak boleh menyentuh dinding tabung / gelas
5) BJ dibasa setinggi miniskus bawah
6) Lakukan perhitungan koreksi suhu jika suhu urin tidak sama dengan
suhu tera10

Misal : Suhu Tera (pada alat hydrometer) : 20 C


Suhu ruangan : 32 C
BJ yang dibaca : 1,015
Setiap kenaikan 3 C di atas suhu tera, tambahkan nilai 0,001 pada
bacaan BJ
Jadi, BJ = (32-20) / 3 x 0,001 + 1,015 = 1,019
Pemeriksaan BJ urin metode Refraktometer :
1) Kalibrasi alat dengan aquadest hingga BJ 1.000
2) Bersihkan lensa dengan tisu (searah)
3) Tambah 1 tetes urin pada lensa
4) Baca skala pada cahaya terang, garis BJ pada bagian kiri lensa
5) Putar mikrometer untuk memperjelas angka yang terlihat

10
Dedy ananda,2015
13

6) Setelah selesai bersihkan dengan tisu

2.2 Pemeriksaan kimiawi


2.2.1 Pemeriksaan protein
Pemeriksaan terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin.
Kebanyakan cara rutin untuk menyatakan adanya protein dalam urin
berdasarkankepada timbulnya kekeruhan. Karena padatanya atau
kasaranyakekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada,
menggunakan urin yang jernih betul menjadi syarat penting pada test-test
terhadap protein.11
Jika urin yang akan diperiksa jernih, boleh terus dipakai ; kalau keruh
pakailah cairan atas dari urin pusingan atau filtrate urin. Seandainya cairan
atas atau filtrate tidak mau menjadi jernih berilah kepada 1 volume urin 1/10
volume kieselguhr atau carbo adsorbens, kocoklah kuat-kuat dan saringlah
berulang-ulang sampai mendapat filtrate jernih.
(awas: filtrat itu tidak boleh dipakai untuk test lain, karena zat-zatwarna dan
beberapa macam zat lain tertahan oleh kieselguhr atau carbo adsorbens).12
Kekeruhan yang disebabkan leh fosfat-fosfat atau urat-urat dapat
dihilangkan dengan cara-cara seperti tersebut padabab pemeriksaan
sediment. Apabila kekeruhan tidak dapat dihilangkan dengan cara-cara tadi
dan pemeriksaan terhadap protein dikehendaki juga, laporkanlah bahwa
kekeruhan itu tidak dapat dihilangkan dan bahwa pemeriksaan terhadap
protein dijalankan dengan urin yang tidak jernih. Jika urin itu keruh benar,
cara-cara berdasarkan timbulnya kekeruhan untuk menyatakan adanya
protein tidak dapat dipakai.13
Hasil pemeriksaan protein hendaknya diberitahukan dengan cara
semikuantitatif seperti diterangkan kemudian.
2.2.1.1 Dengan asam sulfosalycil
1. dua tabung reaksi diisi masing-masig dengan 2ml urin jernih.
11
Gandasoebrato R,1967
12
ibidium
13
ibidium
14

2. Kepada yang satu itambah 8 tetes larutan asam sulfosalicyl


20%, kocok.
3. Bandingkanlah isi tabung pertama dengan yang keua; kalau
tetap sama jernihnya test terhadap protein berhasil negative.
4. Jika tabung pertama lebih keruh daripada yang kedua,
panasilah tabung pertama itu diatas nyala api samoai mendidih
dan kemudian didinginkanlah kembali dengan air mengalir.
a. Jika kekeruhan tetap ada padawaktu pemanasan dan tetap
ada juga setelah dingin kembali, test terhadap protein
adalah positif. Protein itu mungkin albumin, mungkin
globulin, mungkin kedua-duanya.
b. Jika kekeruhan itu hilang pada pemanasan , tetapi muncul
lagi setelah dingin, mungkin sebabnya protein bence jones
dan perlu diselidiki lebih lanjut.
Catatan :
Test dengan asam sulfosalicyl tidak bersifat spesifik, meskipun sangat peka;
adanya protein dalam konsentrasi 0,0025 dapat dinyatakanya. Kalau hasil
test itu negative, tidak perlu lagi memikirkan kemungkinan adanya
proteinuria.
Penilaian semikuantitatif dari test ini diterangkan kemudian dan yang diuji
ialah derajat kekeruhan sebelum dilakukan pemanasan.14

2.2.1.2 Pemanasan dengan asam acetat


Masukanlah urin jernih ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh.
Dengan memegang tabungbreaksi itu pada ujung bawah, lapisan atas urin itu
dipanasi diatas nyala api sampai mendidih selama 30 detik. Perhatikan
terjadinya kekeruhan dilapisi atas urin itu, dengan membandingkan
jernihnya dengan bagian bawah yang tidak dipanasi. Jika terjadi kekeruhan,
mungkin disebabkan oleh protein, tetapi mungkin juga oleh kalsium fosfat/
kalsium karbonat. Kemudian, teteskan kedalam urin yang masih panas itu 3-

14
Gandasoebrata,1967
15

5 tetes larutan asam acetat 6%. Jika kekeruhan itu disebabkan oleh kalsium
fosfat kekeruhan itu akan lenyap. Jika kekeruhan itu disebabkan oleh
kalsium karbonat kekeruhan hilang juga, tetapi dengan pembentukan gas.
Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih keruh lagi test terhadap protein
adalah positif. Panasilah sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih dan
kemudian berilah penilaian semikuantitatif pada hasil nya.15
Cara menilai hasil
Cara menilai ini berlaku baik untuk tes dengan asam sulfosalicyl
maupun untuk test dengan asam asetat. Cara penilaian ini menghinarkan
adanya laporan penilaian yang meragukan dengan memberi batas-batas tegas
Antara derajat kepositifan .
Untuk menguji adanya kekeruhan, periksalah tabung itu dengan
cahaya berpantul an dengan latr belakang yang hitam

Hasil Keterangan
Negative - Tidak ada kekeruhan sedikit juga
Positive + atau 1+ Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir ; kadar
protein kira-kira 0,01-0,05%
Positive ++ atau 2+ Kekeruhan mudah dapat dilihat dan Nampak
butir-butir dalam kekeruhan itu (0,05-0,2%)
Positive +++ atau 3+ Urin jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-
keping (0,2-0,5%)
Positive ++++ atau Urin sangat keruh an kekeruhan berkeping-keping
4+ besar atau bergumpal-gumpal atau memadat
(lebih dari 0,5%) jika terdapat lebih dari 3%
protein akan terjai bekuan

2.2.1.3 Dengan memakai carik celup


Carik celup yamg dipakai untuk menemukan proteinuria
berdasarkan fenomen kesalahan penetapan pH oleh adanya protein
15
Gandasoebrata,1967
16

indicator tertentu memperlihatkan warna lain dalam cairan yang bebas


protein dan cairan yang berisi protein pada pH tertentu. Derajat perubahan
warna ditentukan oleh kadar protein dalam cairan, sehingga perubahan
warna itu menjadi ukuran semi kuantitatif pada proteinuria. 16
Biasanya indikatror yang terdapat pada carik celup ialah
tetrabromphenolblue yang berwarna kuning pada ph 3 dan berubah warna
menjadi hijau sampai hijau biru sesuai dengan banyaknya protein dalam
urin. 17

2.2.1.4 Cara Osgood


1. Masukkanlah kira-kira 5ml urin dan sebatang thermometer ke
dalam tabung reaksi dan masukanlah tabung itu kedalam gelas
kimia berisi air
2. Panasilah berhati-hati air dalam gelas kimia itu dan
perhatikanlah suhu yang dituju oleh thermometer
3. Catatlah suhu timbulnya kekeruhan pada pertama-tama dan
juga suhu kekeruhan itu menjadi maksimal
4. Angkatlah tabung itu dari air dan panasilah diatas nyala api
sampai isinya mendidih selama 1menit.
a. Jika presipitat lenyap, biarkan urin itu mendingin lagi lalu
catat suhu presipitat muncul lagi.
b. Jika presipitat tidak mau menghilang waktu dipanasi,
berilah 1ml asam acetat 50% tetes demi tetes dengan terus
memanasi urin itu hingga mendidih. Jika kekeruhan
menatap, maka presipitat itu setidktidaknya mengandung
albumin atau globulin atau dua-duanya. Jika terjadi
saringlah cairan keruh dalam keaaan mendidih dan
filtratnya ditinjau. Jika kekeruhan timbul dalam filtrate itu

16
Gandasoebrata,1967
17
Ibidium
17

pada waktu cairan mendingin atau menghilang lagi jika


dipanasi maka adanya protein bence jones terbukti.
Jika pada langkah 3 dan langkah 4a terlihat adanya
kekeruhan yang timbul pada suhu Antara 50-65C yang
menghilangkan pada 100C, adanya protein bence jones
juga.18

2.2.1.5 Dengan cara Esbach (modifikasi tsuchiya)


Urin jernih yang dipakai harus bereaksi asam; jika perlu tambahlah
beberapa tetes asam asetat glacial kepada urin itu hingga reaksinya menjadi
asam .
1. Isilah tabung esbech (albuminometer esbach) terlebih dahulu dengan
serbuk batu apung sampai 3mm tingginya, yaitu cukup banyak untuk
meliputi asar tabung, kemudian isilah dengan urin setinggi garis
bertandakan U.
2. Tambahlah 2 reagen esbech atau reagens tsuchiya kepada urin itu sampai
garis R
3. Sumbatlah tabung dan bolak-balikkan 12 kali (jangan dikocok)
4. Letakkanlah tabung itu dalam sikap tegak dan biarkan selama 1jam.
5. Tingginya presiparat dibaca dan menunjukkan banyaknya gram protein
per liter urin.19

2.2.2 Pemeriksaan Glukosa


Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urin termasuk
pemeriksaan penyaring. Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan
dengan cara yang berbeda-beda asasnya. Cara yang tiak spesifik
menggunakan sifat glukosa sebagai zat pereduksi; pada test-test semcam itu
terdapat suatu zat dalam reagens yang berubah sifat an warnanya jika
direduksi oleh glukosa. Diantara banyak reagens yang dapat dipakai untuk

18
Gandasoebrata,1967
19
Ibidium
18

menyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cuprilah banyak


digunakan.20
Glukosuria dapat dibuktikan juga dengan spesifik yang
menggunakan enzim glukosa-oxidasa untuk merintis serentetan reaksi dan
berakhir dengan perubahan warna dalam reagens yang digunakan.
2.2.2.1 Dengan cara benedict
1. Masukanlah 5ml reagens benedict ke dalam tabung reaksi.
2. Teteskan sebanyak 5-8 tetes ( jangan lebih!) urin kedalam
tabung itu.
3. Masukkanlah tabung itu kedalam air mendidih selama 5 menit.
4. Angkatlah tabung, kocoklah isinya dan bacalah hasil reduksi.21

Menilai hasil
Hasil pemeriksaan reduksi hendaknya disebut dengan cara semikuantitatif.
hasil Keterangan
Negative - Tetap biru jernih atau sedikit kehijauan dan
agak keruh
Positive + atau 1+ Hijau kekuning-kuningan dan keruh (sesuai
dengan 0,5-1% glukosa).
Positive ++ atau 2+ Kuning keruh (1-1.5% glukosa)
Positive +++ atau 3+ Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5%
glukosa)
Positive ++++ atau 4+ Merah keruh (lebih dari 3,5% glukosa)

2.2.2.2 Cara dengan memakai carik celup


Carik celup dilekati dengan kertas berisi dua macam enzim, yakni
glukosa oxidase dan peroxidase bersama dengan semacam zat seperti o-
tolidine pengaruh glukosa-oxidasa glukosa menghasilkan asama glukonat
dan hydrogen peroxide; oleh pengaruh peroxidase hydrogen perroxida

20
Gandasoebrata,1967
21
Ibidium
19

mengalihkan oxygen kepada o-tolidine yang berubah warna menjadi biru


.leboh banyak glukosa lebih tua warna biru yang terjadi pada reaksi ini,
sehingga penilaian semikuantitatif juga mungkin.

2.2.2.3 Dengan cara benedict


1. Tepat 5ml reagens dimasukkan ke dalam tabung reaksi lebar
yang garis tengahnya kira-kira 4cm
2. Bubuhilah kira-kira 1-2 gram natriumkarbonat dan 2 butir kaca.
3. Panasilah diatas nyala api kecil sampai cairan mendidih betul
sambil menggoyangkan terus-menerus tabung itu.
4. Teteskan urin yang diperiksa kedalam cairan mendidih
itu dengan memakai pipet 1ml bergaris 0,01 ml.
sewaktu meneteskan urin, cairan tidak boleh berhenti
mendidih.
5. Jika warna biru mulai menghilang pemberian urin halus
lambat sekali; 30 detik Antara tiap tetes.
6. Titrasi berakhir pada saat warna biru tidak kelihatan
lagi. (jika doperlukan kurang dari 1 ml urin untuk titrasi
itu, ulangilah dengan urin yang diencerkan 5x dengan
aquadest).22

2.2.3 Pemeriksaan zat-zat keton


Zat-at keton atau benda-benda keon dalam urin adalah, aseton, asam
aseto asetat dan asam beta hidroxibuktirat. Karena aseton, yaitu zat-zat
yang terpenting Antara benda-benda keton bersifat mudah menguap, maka
urin yang diperiksa harus segar; jika urin dibiarkan asam aseto-asetat
berubah menjadi aceton, begitupula asam beta-hidroksibutirat yang lebih
dulu menjadi asam aseto asetat, sehingga zat-zat itu juga menghilang dari
urin.23

22
Gandasoebrata,1967
23
Ibidium
20

2.2.3.1 Cara rothera (satu modifikasi)


Percobaan ini berdasar pada reaksi Antara nitroprussida dan asam
aseto sampai asetat atau aseton yang menyusun suatu zat bewarna ungu.
Teristimewa terhadap asam aseto asetat reaksi ini peka sekalii ( positive-
1:400.000) ; terhadap aseton kepekaan 1:20.000, sedangkan asam beta
hidroksibutirat tidak dapat dinyatakan dengan reaksi ini.
Reagens rothera : natriumnitropussida 5gram ; amoniumsulfat
200gram; campur baik-baik dengan menggerusnya dalam lumping dan
simpanlah serbuk itu dalam botol bersumber teguh.
1. Masukkanlah 5ml urin kedalam tabung reaksi
2. Bubuhillah kira-kira 1gram (sepucuk pisau ) reagen rothera dan
kocoklah sampai larut.
3. Peganglah tabung dalam sikap miring dan berhati-hati alirkan atau
teteskan sebanyak 1-2ml amoniumhidroxida pekat 28% melalui
dinding keatas urin itu. Ammonium hidroxida itu harus menyusun
lapisan atas dari cairan didalam tabung.
4. Letakkan tabung dalam sikap tegak dan bacalah hasil lewat 3 menit
5. Warna ungu ke merah-merahan pada perbatasan kedua lapisan cairan
menandakan adanya zat-zat keton. Makin cepat warna itu terjadi dan
makin tua warnanya, makin banyak juga jumlah zat keton. Warna
coklat diberi arti negative. Karena pada test ini tidak dapat diberikan
penilaian semikuantitatif secara teratur dan pasti, nyatakanlah hasil
dengan positive atau negative.24

2.2.3.2 Cara gerhardt


Tes ini berdasarkan pada reaksi Antara asam aseto asetat dan
ferrichlorida yang menyusun zat bewarna seperti anggurport (warna merah-
coklat). Asam aseto-asetat sampai pengenceran 1:1000 dapat dinyatakan
oleh reaksi ini (jauh kurang peka dari reaksi rothera). Sedangkan aseton dan

24
Gandasoebrata,1967
21

asam beta-hidroxibuktirat tidak bereaksi. Karena itu penting menggunakan


urin segar.
1. 5ml urin dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian diteteskan larutan
ferriklorida 10% kedalam tabung itu sambil mengoxok isinya.
2. jika terbentuknya presipitat putih ferrifosfat berhenti, saringlar cairan itu.
3. kepada filtrate diberikan beberapa tetes larutan ferriklorida lagi;
perhatikanlah adanya warna merah coklat yang menandakan test ini
positive 25

2.2.3.3 Cara dengan carik celup


Ada juga carik celup yang dibuat untuk mendeteksi zat-zat keton
dalam urin; seperti pada test protein carik celup juga memakai natrium
nitroprussida sebagai dasar reaksi untuk menimbulkan warna ungu, sama
juga seperti telah diterangkan, urin harus benar-benar segar dan asam beta-
hidroxibutirat tidak dapat dinyatakan. Penilaian semikuantitatif juga
mungkin diadakan berdasarkan tuanya warna ungu yang terjadi paa carik
celup, meskipun perbedaan intensitas warna tidak sejelas seperti yang dilihat
paa test untuk albuminaria dan glukosuria memakai carik celup; sebaiknya
dinyatakan positive (+) dan negative (-) saja.26
1) Potongan kertas saring dipegang pada salah satu ujungnya dan sebelah
lain dimasukkan ke dalam urin kira-kira sepertiga dari panjangnya.
Peganglah kertas dalam keadaan sepertiga terendam dari 30 detik sampai
2 menit.
2) Angkatlah kertas saring dan biarkan sampai menjadi agak kering.
3) Teteskanlah setetes reagen fouchet pada kertas saring, tepat pada batas
permukan urin tadi.
4) Adanya warna hijau menandakan adanya bilirubin.27

25
Gandasoebrata,1967
26
Ibidium
27
Ibidium
22

Catatan : warna urin sering telah memberi petunjuk tentang kemungkinan


adanya bilirubin. Karena bilirubin berunah menjadi zat-zat lain, warna itu
mungkin berbeda-beda, seperti kuning tua, kuning campur hijau, dan coklat.
Bilirubin glukuronida adalah seacam zat yang tidak tahan sinar matahari, zat
itu pecah oleh proses oksidasi dan hidrolisis. Simpanlah sampel urine pada
tepat bebas sinar matahari dan jangan tunda untuk lakukan pemeriksaaan.
Dengan reagen fouchet, bilirubin dioksidasi menjadi menjadi biliverdin yang
hijau, tetapi di samping biliverdin mungkin seklai terjadi hasil-hasil oksidasi
lain yang lain warnanya : biru (bilisianin) atau kuning (choletenin). Hanya
jika terdpat warna hijaunya lah tes dengan reagen fouchet dianggap positif.
Meskipun dari intensitas warna dapatdiduga konsentrasi bilirubin, tetapi
sukarlah untuk menilai hasil test secara semikuantitatif. Untuk mengadakan
perbedaan antara konsentrasi tinggi dn rendah boleh dipakai tanda + dan ++
saja. Urin normal bereaksi negative pada percobaan ini.28

2.2.2.4 Cara dengan carik celup


Reaksi yang terjadi pad acara ini adalah reaksi diazotitasi antara
bilirubin dalam urin dan semacam senyawa diazo pada carik celup. Warna
yang terjadi pada reaksi itu ditentukan oleh jenis senyawa diazoyang
dipakai, dedagkan intensitasnya dapat menunjukkan banyaknyabilirubin
dalam jumlah terbatas. Pakailah juga urin segar untuk diperiksa dengan carik
celup, bilirubin yang telah teroksidasi atau mengalami hidrolisis tidak dapat
lagi bereaksi dengan senyawa diazo. 29
2.2.4 Urobilinogen
2.2.4.1 Cara Wallace dan Diamond
Kepada 10 ml urin di dalam tabung reaksi dibubuhi 1 ml
reagen Wallace dan Diamond. Campur dan biarkan selama 3-5
menit.

28
Gandasoebrata,1967
29
Ibidium
23

1) Hasil pemeriksaan ditentukan sbb : lihat dari atas ke bawah ke


dalam tabung reaksi itu yang didirikan vertical dengan sepotong
kertas puih di bawahnya.
a. Jika warna merah yang terlihatpada cara itu hanya samar-
samar, percobaan dianggap selesai.
b. Jika yang warna merah sangat tampak, lanjutkan lah
pemeriksaan denga pengenceran urin sbb :
2) Buatlah data pengenceran dari urin itu dari 10x sampai 100x
aatau jika perlu lebih tinggi lagi :

Tabung no. 1 2 3 4 5 6 7 8
Ml urin 1,0 0,5 0,3 0,25 0,20 0,15 0,125 0,10
Air sampai 10 10 10 10 10 10 10 10
ml
pengenceran 10x 20x 33x 40x 50x 70x 80x 100x

3) Dengan memakai urine yang diencerkan itu dilakukan lagi


pemeriksaan menurut Wallace dan diamond.
4) Hasil pemeriksaan dilaporkan dengan menyebut pengenceran
tinggi yang masih memperlihatkan warna merah dan juga
menyebut pengenceran yang tidak menimbulkan warna merah
lagi.30

Catatan : hasil pemeriksaan harus dibaca maksimal 5 menit, karena jika


dibiarkan warna merah itu akan menjadi sangat merah dan mencapai
puncaknya setelah 30 menit. Dalam keadaan normal urin memberikan reaksi
positif sampai pengenceran 20x sedangkan yang diencerkan 40x bernilai
negative. Kalau urin dalam pengenceran lebih dari 40x masih bereaksi
positif, itukah tanda eksresi urinobilinogen bertambah banyak. Jika warna

30
Gandasoebrata,1967
24

merah hanya timbul dalam urine yang tidak diencerkan atau dalam urin yang
diencerkan kurang dari 20x, mungkin eksresi urinobilinogen kurang dari
normal.31
Bilirubin harus dibuang dengan CaOH2 padat agar penilaian
semikuantitatif tidak erganggu oleh terjadinya pengenceran. Urobilin tidak
ikut bereaksi menyusun warna. Selain urobilinogen ada beberapa zat warna
yang juga yang menyusun warna merah dengan reagen ini seperti zat-zat ini
termasuk golongan derivate indol. Diantaranya adalah :
a. 5,6-dihidroxiindol pada melanuria
b. 5-hidroxiindol acetic acid (5HIAA) pada syndrome carcinoid
c. Indoxil dan skatoxil sulfat (indikan)
d. Porfobilinogen32

Karena zat yang disebut tadi mempunyai arti besar dalam klinik,
baiklah selalu diingat bahwa reaksi terhadap urobilinogen mungkin menjadi
positif palsu oleh adanya salah satu zat tadi. Tes ini dapat diganggu oleh zat-
zat yang tidak segolongan : sulfonamida dan precain menghasilkan warna
hijau, formalin menghamabt reaksi. ISK mungkin menggangu reaksi ini ,
pada infeksi ini mungkin terbentuk nitrit-nitrit dalam urin dan nitrit-nitrit itu
menyebabkan warna hijau.33

2.2.4.2 Cara dengan carik celup


Ada carik celup uang mengandung paradimethylamino-
benzaldehida seperti terdapat dalam reagen ehrlich dan menyusun
warna kemerah-merahan dan ada jga carik celup yang berisi zat
dengan inti diazonium yang menajdi merah kalua reaksi berhasil
positif. Penilaian semikuantitatif mungkin diadakan dengan kedua
macam carik celup, tetapi penilaian itu tidak sama halusnya jika
dibandingkan dengan cara konvensional yang memakai urine yang
diencerkan berderet. Pemakaian carik celup tidak menyingkirkan

31
Gandasoebrata,1967
32
Ibidium
33
Ibidium
25

kemungkinan terjadi reaksi yang positif palsu dan negative palsu


oleh zat lain yang kadang-kadang ditemukan dalam urin.

2.2.5 Urobilinogen
2.2.5.1 Cara Schlesinger
1) Masukkan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi dan
perhatikan apakah ada fluoresensi.
2) Kalua ada fluoresensi, maka urin itu tidak dapat dipakai
untuk test terhadap urobilin karena akan menjadikan
hasil positif palsu.
3) Kalua tidak ada fluoresensi, tambahlah 2-4 tetes larutan
lugol campur dan biarkan selama 5 menit atau lebih
4) Bubuhilah 5 ml reagen Schlesinger campur dan
kemudian saringlah
5) Periksalah adanya fluoresensi dalam filtrate, diuji degan
cahaya matahari berpantul dengan latar belakang hitam
6) Adanya fluoresensi hijau mendakan hasil positif yang
dapat dinilai sebagai + atau ++.
Catatan : bilirubin mengganggu percobaan,maka dari
itu harus dibuang. Jika ada fluoresensi sebelum
diberikan reagens Schlesinger, mungkin hal itu
disebabkan oleh zat-zat itu yang sering didapat ialah
riboflavin dari tablet multivitamin atau vitamin B
kompleks, fluoresensi, eosin, dan erythtrosin,
merchurochrom, dan acriflavin.34
Fluoresensi yang disebabkan oleh riboflavin dapat dikenal dengan
percobaan menurut Naumann yang diterangkan di bawah ini. Membedakan
fluoresensi oleh zat itu penting, karena riboflavin sering dipergunakan untuk
obat. Berlainan dari tes terhadap urobilinogen pada tes ini tidak didapat
dipakai cara semikuantitatif untuk menilai hasilnya, meskipun kerasnya

34
Gandasoebrata,1967
26

fluoresensi dapat juga diduga konsentrasi urobilin. Maka dari itu hasil
percobaan ini hanya dapat dinilai positif (+), negative (-), saja. Urin normal
akan menghasilkan positf (+),, jika didapat hsil negative (-) atau positif (++)
mungkin menunjukkan keadaan abnormal. Karena itu juga tes terhadap
uribilinogen dapat memberi lebih banyak keterangan daripada test
Schlesinger. Jika kedua macam tes dilakukan berdampingan dan dilihat
bahwa hasil tes Wallace dan diamond jauh lebih kuat dari Schlesinger
waspadalah akan kemungkinan salah satu macam derivate indol yang tadi
disebut dan yang membuat reaksi positif palsu pada test terhadap
urinobilinogen. Tes terhadap urobilin menurut Schlesinger masih juga ada
manfaat lain yaitu jika terpaksa memeriksa urin yang tidak segar lagi.
Biarpun urin itu tidak lagi berisi urinobilinogen sehingga menurut tes
Wallace dan diamond menjadi negative, tetapi reaksi fluoresensis kuat
dengan reagen Schlesinger memberi petunjuk bahwa semula mungkin ada
banyak urobilinogen dalam urin yang diperiksa.35
2.2.5.2 Percobaan Naumann
1) 5 ml urin, 5 ml chloroform, 5 tetes HCl pekat dan 1
tetes tincture iodii dicampur dan dikocok dalam tabung
sentrifuge dan kemudian diputar
2) Lapisan bawah yaitu chloroform dipisahkan dari
lapisan atas
3) Kepada chloroform itu dibubuhi alcohol 95% kira-
kira separuh dari volume chloroform 0,1g zink asetat dan 1
tetes ammonium hidroksida peka, kocok dan saringlah
4) Filtrate yang diperoleh diperiksa terhadap adanya
fluoresensi. Jika ada fluoresensi sebabnya ialah urobilin.36

Catatan : pada tes Naumann zat-zat riboflavin, fluoresensi, eosin, dan


throsin yang semuanya menyebakan fluoresensi akan diadapat dalam lapisan
air saja. Di dalam lapisan chloroform didapat urobilin dan beberapa derivate

35
Gandasoebrata,1967
36
Ibidium
27

indol yaitu indl dan skaltol. Indol dan skatol tidak membuat fluoresensi pada
saat tes zink asetat.

2.2.6 Porfobilinogen
2.2.6.1 Cara Watson dan Schwartz
1) Masukkan 2,5 ml urin segar ke dalam tabung
2) Tambahkan sekaligus 2,5 ml reagen Watson dan
Schwartz dan kocoklah kuat-kuat
3) Tepat 15 detik setelah pemberian itu ditambah 5 ml
larutan natrium asetat jenuh
4) Bubuhilah sekarang 5 ml chloroform,kocoklah kuat-
kuat dan biarkan chloroform itu berpisah dari lapisan
atas.
5) Apabila lapisan atas memerah reaksi terhadap
porfobilinogen positif.37

Catatan : larutan natrium asetat jenuh dipakai untuk menghentikan reaksi.


Urobilinogen akan menjadi merah pada reaksi ini, tetapi akan tinggal dalam
lapisan chloroform. Urobilin, porfobilin, dan porfirin-porfirin tidak bereaksi.
Karena perubahan porfobilinogen menjadi porfibilin mudah terjadi, karena
itu harus memakai urin segar. Kalua dikehendaki, larutan merah yang berisi
porfobilinogen boleh diperiksa dengan spektroskop akan terlihat garis
absorsi pada 625nm. Jika diperlukan pemeriksaan terhadap porfirin total
bersama koproporfirin dan oroporfirin dalam urin, pemerksaan itu dapat
dilakukan dengan ekstraksi koproporfirin memakai eyhylether, sedangkan
uroporfirin dapat diekstraksi memakai ethylacetat. 38

2.3 Pemeriksaan Mikroskopis


Pemeriksaan mikroskopis urin adalah pemeriksaan untuk melihat
material organik dan anorganik di dalam sedimen urin. Material organik

37
Gandasoebrata,1967
38
Ibidium
28

yaitu sel-sel (eritrosit, lekosit, epitel), silinder (cast), bakteri, parasite


silindroid, benang lender, dan lain-lain. Material anorganik yaitu garam
amorf, kristal-kristal, dan lain-lain. Cara melakukan pemeriksaan
mikroskopis urin :
1) Homogenkan terlebih dahulu sampel urin.
2) Masukkan 10 ml urin ke dalam tabung sentrifuge dan diputar selama 5
menit dengan kecepatan 1500-2000 rpm.
3) Setelah disentrifuge, tuanglah supernatant dengan gerakan cepat dan
luwes lalu tabung sentrifuge ditegakkan kembali sehingga didapatkan
sedimen urin.
4) Kocok tabung untuk mensuspensikan sedimen.
5) Ambil 1-2 tetes dengan pipet tetes ke objek glass dan ditutup dengan
objek glass.
6) Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran awal 10x dilanjutkan
pembesaran 40x.
a. Menggunakan lensa objektif 10x untuk melihat Silinder, Kristal,
Epitel dan elemen lain.
b. Menggunakan lensa objektif 40x untuk melihat Eritrosit dan
Lekosit.39

Pelaporan sedimen :
Eritrosit : /LPB, Normal : 0-1
Leukosit : /LPB, Normal : 0-2
Epitel : /LPK, Normal : +
Silinder : /LPK, Normal : Negatif
Bakteri : +1, +2, +3/LPB, Normal : Negatif
Parasit : Positif/Negatif, Normal : Negatif
Kristal : +1, +2,+3/LPK, Normal : Kadang-kadang ada

39
Dedy ananda,2015
29

Pewarnaan Mikroskop Urin


Pewarnaan Natif yaitu tanpa pewarnaan, digunakan untuk pemeriksaan
urin rutin dan melihat pergerakkan parasit seperti Trichomonas vaginalis
pada urin segar (<1 jam).
Sternheimer Malbin digunakan untuk melihat sel-sel darah, silinder,
epitel
Sudan III dan IV, digunakan untuk melihat butir-butir lemak (oval fat
bodies)
Prussian Blue digunakan untuk melihat butir-butir hemosiderin pada
hemolisis intravaskuler.
Asam asetat 2% digunakan untuk membedakan eritrosit dengan lekosit,
eritrosit akan lisis sedangkan lekosit tidak lisis.40
Material-material pada sedimen urin :
Eritrosit
Eritrosit pada urin dapat berasal dari semua bagian system urinaria.
Eritrosit berukuran 7-7,5 mikron. Secara teoritis, seharusnya tidak
ditemukan eritrosit dalam urin, namun dalam urin normal dapat
ditemukan sekitar 0-3 sel/LPK. Adanya peningkatan jumlah eritosit
dalam urin disebut hematuria. Hematuria dapat disebabkan karena
kerusakan glomelurus, tumor pada saluran kemih, trauma ginjal, batu
saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut,
infeksi saluran kemih atas dan bawah dan nefrotoksin.41
Bentuk-bentuk eritrosit yang ditemukan di urin :
Bentuk normal, eritrosit ditemukan berbentuk cakram normal pada
sampel segar dengan berat jenis 1,010-1,020.

40
Dedy ananda,2015
41
Ibidium
30

Bentuk eritrosit tampak bengkak dan hampir tidak berwarna pada urin
yang encer sehingga terlihat shadow atau ghost cells.
Tampak mengkerut (crenated) pada urine yang pekat.
Tampak mengecil sekali dalam urine yang basa.
Eritrosit tampak seperti ragi.
Bentuk dismorfik, yaitu eritrosit tampak pada ukuran yang heterogen,
hipokromik, perubahan bentuk dan sering tampak gumpalan-
gumpalan kecil tidak beraturan tersebar di membrane sel.42

Lekosit
Dalam keadaan normal, jumlah lekosit dalam urin adalah 0-4
sel/LPB. Peningkatan jumlah lekosit menunjukan adanya peradangan,
infeksi atau tumor. Lekosit berbentuk bulat, berinti, bergranula,
berukuran kira-kira 9-15 mikron. Jenis lekosit dalam urin umumnya
adalah neutrophil (PMN). Lekosit dapat berasal seluruh bagian system
urinaria. Peningkatan jumlah lekosit dalam urin (lekosituria atau pyuria)
umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas

42
Dedy ananda,2015
31

maupun bawah, sistitis, pielenofritis, atau glomerulonephritis akut.


Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris, dehidrasi, stress, leukimia
tanpa adanya infeksi atau inflamasi. Lekosit dalam urin juga dapat
merupakan suatu kontaminan dari saluran urogenital, misalnya dari
vagina dan infeksi serviks, atau meatus uretra eksterna pada laki-laki.43

Epitel
Epitel adalah sel yang menyusun permukaan dinding bagian dalam ginjal
dan saluran kemih. Sel-sel epitel hamper selalu ada dalam urin, apalagi
yang berasal dari kandung kemih, uretra dan vagina. Jenis epitel normal
yang ditemukan dalam urin adalah epitel gepeng.

Macam-macam sel epitel :


Sel Epitel Tubulus
Sel epitel tubulus ginjal berbentuk bulat atau oval, lebih besar
dari lekosit, mengandung inti bulat atau oval besar, bergranula dan

43
Dedy ananda,2105
32

biasanya masuk ke urin dalam jumlah kecil. Pada sindrom nefrotik


atau dalam kondisi yang mengarah ke degenerasi saluran kemih,
jumlahnya bisa meningkat. Jumlah sel tubulus > 13/LPK atau
penemuan fragmen sel tubulus dapat menunjukkan adanya penyakit
ginjal yang aktif atau luka pada tubulus.44

Sel epitel tubulus dapat terisi oleh tetesan lemak yang berada
dalam lumen tubulus, sel-sel seperti ini disebut oval fat bodies. Oval
fat bodies menunjukkan adanya disfungsi glomerulus dengan
kebocoran plasma ke dalam urin dan kematian sel epitel tubulus. Oval
fat bodies dapat dijumpai pada sindrom nefrotik, diabetes mellitus
lanjut, kerusakan sel epitel tubulus yang berat karena keracunan etilen
glikol dan air raksa. Selain sel epitel tubulus, oval fat bodies juga
dapat berupa makrofag atau hisiosit.45

Sel epitel transisional


Sel epitel ini berasal dari pelvis ginjal, ureter, kandung
kemih, atau uretra. Sel epitel transisional lebih besar dari sel epitel

44
Dedy ananda,2015
45
Ibidium
33

tubulus ginjal, dan agak lebih kecil dari sel epitel skuamosa. Sel epitel
ini berbentuk bulat atau oval, gelendong dan sering mempunyai
tonjolan. Ukuran sel epitel transisional tergantung dari asal bagian
saluran kemih.46

Sel skuamosa
Epitel skuamosa umumnya sedikit sekali atau jarang
ditemukan di urin. Sel skuamosa berasal dari permukaan kulit atau
dari luar uretra. Adanya sel skuamosa merupakan indicator
kontaminasi.47

Silinder
Silinder (cast) adalah mukoprotein yang dinamakan protein
Tam Horsfal yang terbentuk di tubulus ginjal. Silinder hialin

46
Dedy ananda,2015
47
Ibidium
34

menunjukkan adanya iritasi atau kelainan yang ringan. Sedangkan


silinder-silinder yang lainnya menunjukkan adanya kelainan dan
kerusakan yang lebih berat pada tubulus ginjal. Silinder berbentuk
silindris yang terbentuk di tubulus ginjal dan ikut masuk ke dalam urin.48
Factor-faktor yang mendukung pembentukan silinder adalah :
a) Laju aliran darah rendah
b) Konsentrasi garam tinggi
c) Volume urine yang rendah
d) pH rendah (asam) yang menyebabkan denaturasi dan preipitasi
protein, terutama mukoprotein Tamm-Horsfall.
Umumnya komponen sel yang mudah melekat pada silinder
adalah eritrosit, lekosit, dan sel epitel tubulus, baik dalam keaadan utuh
atau dalam berbagai tahapan disintegrasi. Apabila komponen seluler
mengalami disintegrasi menjadi partikel granuler atau debris, biasanya
silinder hanya disebut sebagai silinder granula.49
Silinder hialin

Disebut juga silinder protein merupakan mukoprotein yang


dikeluarkan oleh sel-sel tubulus. Silinder ini homogeny, tekstur halus,
jernih, sisinya parallel, dan ujungnya membulat. Peningkatan silinder
hialin dapat dikaitkan dengan proteinuria ginjal atau ekstra ginjal.50

48
Dedy ananda,2015
49
Ibidium
50
ibidium
35

Silinder eritrosit

Silinder ini bersifat granuleer dan mengandung haemoglobin


dari kerusakan eritrosit. Adanya silinder ini disertai hematuria
mikoskopik memperkuat diagnosis untuk kelainan glomelurus.51
Silinder lekosit

Silinder ini disebut juga silinder nanah, terjadi ketika lekosit


masuk dalam matriks silinder. Adanya silinder ini menunjukan
adanya peradangan pada ginjal. Silinder lekosit paling khas untuk
pielonefritis akut, tetapi juga dapat ditemukan pada penyakit
glomerulus.52

51
Dedy ananda,2015
52
Ibidium
36

Silinder granula

Silinder granular adalah silinder selular yang ketika melalui


system urinaria terjadi perubahan membrane sel, fregmentasi inti, dan
granulasi sitoplasma sehingga sel-sel mengalami kerusakan menjadi
granula kasar, kemudian menjadi granula halus.53
Silinder Lilin

Silinder lilin adalah silinder granular yang mengalami


perubahan degenerative lebih lanjut. Silinder granula tetap berada di
nefron sebelum mereka dikeluarkan ke kandung kemih, hingga
menjadi silinder yang licin seperti lilin. Silinder umumnya terkait
dengan penyakit ginjal berat dan amyloidosis ginjal. Kemunculan

53
Dedy ananda,2015
37

silinder ini menunjukkan keparahan penyakit dan pembesaran nefron


serta merupakan tahap akhir penyakit ginjal kronis.54

Kristal
Kristal biasanya tidak ditemukan pada urin segar yang abru dikeluarkan,
namun muncul setelah urin dibiarkan beberapa lama. Sebahian besar
Kristal di dalam urin hanya mempunyai sedikit arti klinik, namun dalam
jumlah berlebih akan membentuk formasi Kristal dan adanya perdisposisi
(missal infeksi) memungkinkan timbulnya penyakit batu ginjal.55
Kristal urin yang paling penting adalah cysteine, tyrosine, leucine,
cholesterol, dan sulfa. Selain pemeriksaan bentuk Kristal secara
mikroskopis, kristal urin juga diidentifikasi bersarkan pH dan
berdasarkan karakteristik kelarutannya. Jenis-jenis Kristal urin
berdasarkan pH urin :
a) Urin Asam
Kristal-kristal yang ditemukan pada urin asam urat, kalsium
oksalat, dan urat amorf serta ditemukan juga dalam jumlah yang lebih
sedikit kalsium sulfat, sodium urat, hippurik asid, cysteine, leucine,
cholesterol, dan sulfa.56
Asam urat

54
Dedy ananda,2015
55
Ibidium
56
Ibidium
38

Kristal asam urat dapat ditemukan dalam berbagai


bentuk, bentuk yang paling sering adalah seperti diamond atau
prisma belah ketupat, roset, dan sering juga ditemukan
berkelompok. Kristal asam urat juga kadang ditemukan berbentuk
6 sisi yang mirip dengan sistin. Kristal asam urat berwarna kuning
hingga kecoklatan yang disebabkan pigmen warna urin yang mana
hal ini dipengaruhi oleh ketebalan Kristal, sehingga Kristal yang
tipis biasanya tanpa warna. Ini dipengaruhi oleh ketebalan Kristal,
sehingga Kristal yang tipis biasanya tanpa warna. 57
Adanya Kristal asam urat dalam urin tidak terlalu
bermakna secara klinis dan tidak juga menandakan adanya
peningkatan kadar asam urat didalam urin, karena asam urat
hanyalah zat sampah metabolisme normal. Jumlah kristal asam
urattergantung dari jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan
metabolisme, dan komsentrasi urin. Biasanya kristal asam urat
meningkat pada pasien gout, metabolisme purin tinggi, kondisi
demam akut, nefritis akut, syndrome LescNyhan, keganasan
limfoma, dan leukemia.58

57
Dedy ananda,2015
58
Ibidium
39

Kalium oksalat

Kristal kalium oksalat berbentuk octahedral atau seperti


amplop yaitu seperti kotak kecil yang didalamnya terdapat garis
silang. Kristal ini adalah kristal yang bisa dtemukan pada sampel
urin normal.ukuran kristal kalium oksalat bervariasi ada yang besar
dan ada yang kecil. Adanya kristal kalsium oksalat dalam urin
dapat disebabkan karena mengkonsumsi makanan tertentu (missal:
asparagus, kubis, dll) dan keracunan ethylene glycol. Adanya 1-5
(+) kristal kalsium oksalat per LPL masil dinyatakan normal, tetapi
jika dijumpai lebih dari 5n(++ atau +++) sudah dinyatakan
abnormal.59

Sistin (cystine)
Cystine adalah kristal yang tipis dan berbentuk
heksagonal. Kristal ini muncul didalam urin karena adanya
kelainan genetic atau penyakit hati yang parah. Kristal dan batu
sistin dapat dijumpai pada cystinuria dan homocystinuria. Kristal
terbentuk pada pH asam dan konsentrasi lebih dari 300 mg. kristal
sistin sering sulit dibedakan dengan asam urat. Sistin cystalluria

59
Dedy ananda,2015
40

atau urolithiasis merupakan indikasi cystinuria, cystinuria


disebakan karena terlalu banyak asam amino jenis sistin didalam
urin. Ketika didalam ginjal, secara normal sistin akan di
rearbsorbsi oleh tubulus agar kembali ke peredaran darah, namun
penderita cystinuria memiliki kelainan genetic yang menyebabkan
tubulus tidak mampu merearbsorbsi zat teretntu seperti sistin.
Hasilnya sistin membentuk kristal hinggan menjadi batu didalam
ginjal, ureter, maupun kandung kemih sehingga dapat ditemukan
dalam urin60

Leusin

Leusin adalah salah satu jenis asam amino dan sering


muncul sebagai kristal didalam urin bersama tirosin pada penyakit
hati yang parah. Kristal leusin berwarna kuning atau coklat,
nampak berminyak, sangat retraktil, sferold (bulat) dengan radial
dan striasi striasi yang konsentris. Bentuk leusin yang sferoid bisa
jadi bentuk leusin yang asli, karena bentuk asli leusin jika
mengkristal adalah berbentuk lempengan. Leusin larut dalam asetat
panas, alcohol panas dan larutan basa, namun tidak larut daam
asam klorida.
Kristal leusin sangat bermakna secara klinis, karena kristal leusin
ditemukan pada urin pasien dengan penyakit sirup maple, penyakit

60
Dedy ananda,2015
41

urin oasthouse dan penyakit hari yang parahseperti, sirosisi hati


terminal, beberapa hepatitis virus, atrofi kuning hati akut.61

Tirosin

Tirosin berbentuk seperti jarum-jarum yang sangat retraktil


membentuk gugus. Gugus-gugus jarum yang Nampak berwarna
hitam terutama dibagian-bagian tengah, tapi dapat juga Nampak
berwarna kuning jika terdapat bilirubin. Kristal tirosin larut dalam
ammonium hidroksida dan asam klorida namun tidak larut dalam
asam asetat. Kristal tirosin dapat ditemukan pada penyakit
tirosinosis dan penyakit urin oasthouse.62

Kristal kolestrol

Kristal kolestrol tampak besar, transparan, tampak


sebagai plat tipis empat persegi panjang dengan satu (kadang dua)
dari sudut persegi memilliki takik. Kristal ini larut didalam
kloroform, eter, dan alcohol panas. Kadang-kadang kristal kolestrol

61
Dedy ananda,2015
62
Ibidium
42

lebih ditemukan sebagai lapisan dipermukaan urin dari pada


sedimen.
Adanya kristal koletsrol didalam urin menunjukksan
adanya kondisi kerusakan jaringan berlebih, dan ditemukan nefritis
dan kondisi nefritik. Kristal ini juga dapat ditemukan pada chyluria
hasil dari penyumbatan saluran limfe (getah bening) di torak dan
abdominal, sehingga pembuluh limfatik pecah dan cairannya
masuk kedalam pelvis ginjal atau saluran urinaria. Penyebab dari
sumbatan aliran limfe adalah tumor, pembesaran yang sangat pada
kelenjar limfe yang ada di abdominal dan filariasis. 63

Natrium Urat

Natrium urat dapat muncul diurin sebagai amorf atau


kristalin. Kristal ini tak berwarna atau seperti jarum-jarum
kekuningan atau berbentuk prisma tipis berkumpul membentuk
roset.64

63
Dedy ananda,2015
64
Ibidium
43

Amorf urat

Bentuk amorf berasal dari garam-garam urat seperti


natrium, kalium, magnesium, dan kalsium yang muncul di urin
sebagai nonkristalin. Amorf urat berwarna kuning kecoklatan
seperti kumpulan pasir atau butiran. Amorf urat larut didalam
larutan alkali dan suhu 60o. amorf urat tidak memiliki makna kinis
yang signifikan.65
Kristal Hippuric Acid

Kristal hippuric acid adalah kristal yang berwarna kuning


kecoklatan atau kadang tak berwarna berbentuk lempengan atau
prisma memanjang. Kristal ini tipis dan menyerupai jarum, dan
sering muncul berkelompok. Kristal hippuric acid lebih larut dalam
air dan eterdibanding kristal asam urat.kristal hippuric acid jarang

65
Dedyananda,2015
44

didalam urin dan secara prakteknya tidak memiiki makna klinis


secara signifikan.66

Kristal obat sulfamida

Ketika obat sulfonamide pertama kalinya, terdapat banyak


masalah terhadap ginjal dan dapat menyebabkan kerusakan ginjal
akibat pengendapan sulfonamide. Obat sulfa terbaru lebih mudah
larut , bahkan di lingkungan asam, dan sekarang obat ini jarang
membentuk kristal dalam urin.
Kebanyakan endapan sulfonamide berbentuk berkas-berkas jarum,
biasanya dengan ikatan eksentrik, jernih atau berwarna kecoklatan.
Jika menemukan kristal sulfa didalam urin makan untuk
mengkonfirmasi lakukan dua hal berikut :
Jika memunginkan hubungi perawat (jika urin dari pasien yang
dirawat) untuk memastikan pasien mengkonsumsi obat sulfa.
Lakukan pemeriksaan lignin untuk sulfonamide. Kristal
sulfonamide larut didalam aseton.67

66
Dedy ananda,2015
67
Ibidium
45

a). Urin basa


Kristal dalam urin basa:
Tripel fosfat

Tripel fosfat dapat dijumpai pada urin yang normal. Kristal


ini berbentuk prisma empat persegi panjang seperti tutup peti mati
(kadang juga berbetuk seperti daun atau bintang), tripel fosfat tak
berwarna dan larut dalam asam cuka encer. Tripel fosfat dapat
ditemukan pada semua pH, namun embentukan kristal ini pada pH
netral ke basa. Kristal dapat muncul di urin setelah mengkonsumsi
makanan teretntu (buah-buahan). Infeksi saluran kemih oleh
bakteri urease (missal: Proteus vulgaris) dapat mendukung
pembentukan kristal hingga menjadi urolithiasis dengan
meningkatkan pH urin dan meningkatkan ammonia bebas.68

Ammonium urat (biurat)

Kristal ammonium urat ditemukan pada urin yang basa


dan netral. Namun ada kalanya dapat ditemukan pada urin yang

68
Dedy ananda,2015
46

asam. Ammonium urat berwarna kuning-coklat, bagian utamanya


berebntuk bulatdengan bagian panjang berupa duriyang tidak
beraturan. Terkadang ammonium urat berbentuk bulat saja dan ini
adalah bentuk yang sangat jarang. Ammonium urat larut dengan
pemanasan dan dalam larutan asam asetat, kemudian membentuk
kristal asam urat tidak berawarna setelh didiamkan beberapa lama.
Penambahan natrium hidroksida akan membebaskan ammonia.
Ammonium urat abnormal jika ditemukan pada urin segar yang
baru dikeluarkan.69

Kalsium fosfat

Kalsium fosfat adalah kristal yang panjang, tipis,


berbentuk prisma yang tak berwarna, dan memiliki bagian yang
panjang pada ujungnya, tersusun seperti roset atau bintang atau
terlihat seperti jarum. Kalsium fosfat juga bisa ditemukan dalam
bentuk yang besar, tipis, lempengan tidak beraturan yang dapat
mengapung dipermukaan urin kristal kalsium fosfat dapat larut
dalam asam asetat encer. Kristal ini ditemukan pada urin normal,
namun dapat membentuk batu.70

69
Dedy ananda,2015
70
Ibidium
47

Amorf fosfat

Garam-garam fosfat yang sering muncul di dalam urin


tanpa membentuk kristal atau disebut bentuk amorf. Partikel amorf
berbentuk butiran seperti kumpulan pasir. Amorf fosfat biasanya
tidak dapat dibedakan seperti amorf urat, namun pH urin dan
pelarutnya dapat membantuk untuk membedakan keduanya. Amorf
fosfat larut dalam asam asetat sedangkan amorf urat tidak larut.
Amorf fosfat tidak memiliki makna klinis yang berarti.71
Pembentukan amorf dipengaruhi oleh jenis makanan,
banyaknya makanan, kecepatan metabolisme, dan konsentrasi urin
(tergantung banyak-sedikitnya minum).72

Kalsium karbonat

Kristal kalsium karbonat berbentuk bulat kecil tidak


berwarna atau sepertu butiran-butiran besar. Kristal ini lebih dari
amorf, ketika menggumpal terlihat berwarna gelap. Gumpalan
kristal kalsium fosfat berbeda dengan amorf fosfat yang mana

71
Dedy ananda,2015
72
Ibidium
48

kristal ini selalu berhubungan bersam di pinggirannya. Secara


umum, tidak ada interpretasi klinis, kristal ini larut didalam asam
asetat dengan hasil terbentuknya gas karbondioksida.73

Silindorid

Ini adalah material yang menyerupai silinder. Tidak


memiliki arti yang banyak, mungkin sekali berate adanya radang yang
ringan. Silinder protein dengan panjang, ekor tipis berbentuk di
persimpangan lengkung Henles dan tubulus distal yang rumit disebut
silindroid.74

Benang lendir

Ini didapat pada iritasi permukaan selaput lendir saluran kemih.

73
Dedy ananda,2015
74
Ibidium
49

Spermatozoa

Bisa ditemukan pada urin pria atau wanita dan tidak memiliki
arti klinik.75

Bakteri

Bakteri yang dijumpai bersam leukosit yang meningkat


menunjukkan adanya infeksi dan dapat diperiksa lebih lanjut dengan
pewarnaan gram atau dengan biakan (kultur) urin untuk identifikasi.
Tetapi jika ada bakteri namun sedimen bersih, kemungkinan itu
merupakan cemaran (kontaminasi) saja. Bakteri <2/LPB.76

75
Dedy ananda,2015
76
Ibidium
50

Sel jamur

Menunjukkan infeksi oleh jamur (misalnya Candida) atau


mungkin hanya cemaran saja77

Trichomonas sp

Ini adalah parasit yang bila dijumpai dalam urin dapat


menunjukkan infeksi pada saluran kemih pada laki-laki maupun
perempuan78

77
Dedy ananda,2015
78
Ibidium

Anda mungkin juga menyukai