BIOKIMIA
1
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
MODUL I
URINALISIS
Pendahuluan
Pemeriksaan urine, tidak hanya dapat memberikan
fakta-faktu tentang ginjal dalam saluran urine, tapi juga
mengenai faal berbagai organ tubuh seperti hati (liver),
saluran empedu, pankreas, cortex adrenal, dll.
2
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
Pengawet Urine
Sampel urine yang akan diperiksa harus berada dalam
keadaan segar. Jika urine disimpan, mungkin terjadi
perobahan susunan/komposisi urine oleh adanya
mikroorganisme yang mungkin dapat mencemari urine
tetsebut. Untuk mengecilkan kemungkinan perubahan
tersebut, simpanlah botol berisi sampel urine tersebut
pada suhu 40C, dalam keadaan tertutup rapat.
3
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
mungkin terjadi.
2. Timol
Sebutir timol memepunyai daya pengawet yang hampir
sama dengan toluen
3. Fomaldehid
Biasanya khusus dipakai untuk mengawetkan sedimen,
1 – 2 mL larutan Fomaldehid 40% bisa dipakai untuk
mengawetkan urine 24 jam. Kelemahan bahan
pengawet jenis ini, jika jumlahnya terlalu besar
kemungkinan dapat juga ikut mereduksi pada saat test
biuret dan memungkinkan terjadinya Kesalahan pada
test gula reduksi.
4
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
5. Natrium Karbonat
Khusus dipakai untuk pengawet urobilinogen jika
hendak menentukan ekskresinya per 24 jam.
Penggunaan: masukkan kira-kira 5 gram natrium
karbonat dalam botol penampung dicampur dengan
beberapa mL toluen.
Catatan:
Dalam beberapa kasus pemeriksaaan urine, tidak boleh
ditambahkan bahan pengawet ke dalam urine, untuk
mengawetkannya hanya cukup disimpan dalam lemari
es, misalnya untuk pomeriksaan porfirin.
5
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
ANALISIS URINE
1. WARNA URINE
Bila kita perhatikan warna urine, adakalanya
memiliki makna tertentu karena kadang-kadang didapat
kelainan yang berarti secara klinis. Warna urine diuji pada
tebal lapisan 7-10 cm dengan cahaya tembus; tindakan ini
dapat dilakukan dengan mengisi tabung reaksi sampai ¾
penuh dan dilihat dalam posisi dimiringkan. Nyatakanlah
warna urine dengan perkataan seperti: tidak berwarna,
kuning-muda, kuning, kuning-tua, kuning bercampur
merah, merah bercampur kuning, merah, coklat kuning
bercampur hijau, putih serupa susu, dsb.
Pada umumnya, warna urine ditentukan oleh
besarnya diuresis; makin besar diuresis, makin muda
warna urine tersebut. Biasanya wma normal urine berkisar
antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan
oleh beberapa macam zat warna, terutama urokom dan
urobilin.
Jika di dapat warna abnormal, selidikilah
sebabnya, mungkin bemsal dari obat-obatan dan makanan
yang dimakan atau berasal dari proses motabolisme yang
abnormal. Selanjutnya ingatlah bahwa pada beberapa
keadaan warna urine mungkin baru berubah selelah
dibiarkan.
Beberapa sebab yang dapat mempengaruhi warna
urine :
Kuning
a) Zat warna normal dalam jumlah yang besar,
urobilin, urokom
b) Zat warna abnormal; bilirubin
c) Obat-obatan, riboflavin (dengan fluoresensi hijau),
cascara, santonin, senna, Zat-zat tersebut
berwarna kuning dalam suasana asam.
6
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
Hijau
a) Zat warna normal dalam jumlah besar, indikan
b) Obat-obatan, evan’s blue, metilen blue
c) Mikroorganisme/kuman, B.pyocyaneus
Merah
a) Zat warna normal dalam jumlah besar, uroeritrin
b) Zat warna abnormal; haemoglobin, porfirin,
porfobirin
c) Obat-obatan; senna, cascara, santonim, amidoprin,
congo red. Zat-zat tersebut berwarna merah dalam
suasana basa
d) Mikroorganisme/kuman; B.prodigiosus
Coklat
a) Zat warna normal dalam jumlah besar, indikan
b) Zat warna abnormal, bilirubin, hematin, porfobilin
Coklat tua/hitam
a) Zat warna normal dalam jumlah besar, indikan
b) Zat warna abnormal; darah tua, alkapton, melanin
c) Obat-obatan, devirat fenol, argirol
Serupa susu
a) Zat warna normal dalam jumlah besar, fosfat, urat
b) Zat warna abnormal; getah prostat, zat-zat lemak,
chylus, bakteri-bakteri dan protein yang membeku.
2. KEJERNIHAN URINE
Cara menguji kejernihan, sama seperti menguji
warna. Nyatakanlah keadaan urine dengan salah satu dari:
jernih, agak keruh, atau sangat keruh. Perlu diperhatikan
urine yang dianalisis itu keruh pada saat dikeluarkan atau
setelah dibiarkan beberapa lama. Tidak semua macam
kekeruhan menunjukkan sifat abnormal. Urine yang
normalpun akan menjadi agak keruh jika dibiarkan atau
7
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
8
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
4. BAU URINE
Meskipun bukan merupakan suatu bentuk
pemeriksaan utama, bau urine sebaiknya juga dilaporka
jika ada bau yang abnormal. Dalam hal ini hayus
dibedakan adanya bau dari semula atau karena diberi
bahan pengawet. Biasanya hanya bau yang dari semulalah
yang memiliki makna klinis tertentu.
5. DERAJAT KEASAMAN
Penetapan reaksi pH tidak banyak berarti dalam
pemeriksaan penyaring. Akan tetapi pada gangguan
keseimbangan asam-asam penetapan itu dapat memberi
kesan tentang keadaan dalam tubuh, apalagi jika disertai
penetapan jumlah asam yang diekskresikan dalam waktu
tertentu, jumlah ion NH4, dsb.
Catatan
Urine asam mengubah warna kertas lakunus yang biru
menjadi merah. Urine lindi mengubah kertas lakmus
merah menjadi biru; jika kelindian urine itu disebabkan
oleh amoniak, warna biru hilang lagi jika kertas itu
dipanasi sedikit-sedikit sampai kering. Urine netral praktis
tidak mengubah warna kertas lakmus, baik yang merah
maupun biru.
10
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
6. PROTEIN
Pemeriksaan protein dalam urine, termasuk
pemeriksaan rutin. Cara-cara rutin untuk menentukan dan
menyatakan adanya protein dalam urine berdasar kepada
timbulnya kekeruhan. Karena padatnya atau kasarnya
kekeruhan itu menjadi suatu ukuran untuk jumlah protein
yang ada, maka menggunakan urine yang jernih
merupakan syarat yang penting pada test-test terhadap
protein.
Bila urine yang akan diperiksa berada dalam kondisi
yang jernih, urine tersebut bisa langsung diperiksa, namun
bila keruh, urine harus di sentrifugasi terlebih dahulu. Bila
masih keruh juga, gunakan adsorben karbon aktif
Masukkan karbon aktif ke dalam kolom gelas, kemudian
alirkan urine yang akan diperiksa ke dalam koloni,
tampung filtratnya yang jemih untuk pemeriksaan protein.
11
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
7. GULA REDUKSI
Pemeriksaan terhadap zat yang mereduksi dalam
pemeriksaan urine merupakan analisis yang penting.
Biasanya test semikuantitatif dengan menggunakan reagen
Benedict. Urine hanyak mengandung protein (reaksi
protein menunjukkan 3+ atau 4+), panaskan urine tersebut
dengan ditambahkan bufer asetat seperti pada penentuan
protein, kemudian pisahkan proteinnya dengan cara
12
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
8. BADAN-BADAN KETON
Adanya badan-badan keton (aseton, asam aseto
asetat dan asam beta hidroksi butirat) di dalam urine
menunjukkan arti klinis tertentu.
Karena aseton, yaitu zat yang terpenting di antara
benda-benda keton, bersifat mudah menguap, maka urine
yang diperiksa harus segar, kalau urine dibiarkan, asam
aseto asetat dan beta hidroksi butirat bisa berubah
menjadi aseton.
13
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
2. Cara Gerhardt
Test ini berdasar kepada reaksi antara asam aseto
asetat dan ferri Chlorida yang menyusun zat berwarna
seperti anggur port (warna merah coklat).
Asam aseto asetat sampai pengenceran 1:1000 dapat
dinyatakan oleh reaksi ini (jauh kurang peka dari
reaksi rothera), sedangkan aseton dalam asam beta
hidroksibutirat tidak bereaksi, karena itu, penting
menggunakan urin segar.
1. 5 mL urin dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian diteteskan larutan ferri clorida 10% ke
dalam tabung itu sambil mengocok isinya.
2. Jika terbentuknya presi pitat putih ferri fosfat
berhenti, saringlah cairan itu.
3. Kepada filtrate diberikan beberapa tetes larutan
14
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
9. BIRILUBIN
Dalarn keadaan patologik dapat dinyatakan adanya
bilirubin dalam urine. Jika urine dibiarkan, sebagiab
birilubin akan berubah menjadi bilivardin, karena
teroksidasi teroksidasi.
a. Percobaan busa
Kocoklah tabung reaksi yang berisi 5 mL urine
kuat-kuat. Jika terjadi busa kuning, kemungkinan
adanya bilirubin pada urine cukup kuat.
b. Cara Harrison
1) 5 mL, urine yang lebih dulu di kocok dimasukkan ke
dalam tabung reaksi.
2) Tarnbahkan 5mL larutan barium klorida 10%,
bilirubin akan mengendap. Saring dengan kertas
saring.
3) Kertas saring yang berisi endapan diangkat dan
dibuka lipatannya, biarkan beberapa lama sampai
agak kering.
4) Teteskan 2-3 tetes reagen Fouchet ke atas,
endapan tersebut.
5) Timbulnya warna hijau, menunjukkan adanya
bilirubin.
Hanya jika terjadi warna hijaulah test reagen Fouchet
dianggap positif, untuk membedakan perbedaan
konsentrasi antara yang rendah dan yang tinggi bisa dililiat
dari hasil (warna) yang terjadi. Penilaian cukup dengan
tanda (+), (++) saja. Urine normal, bereaksi negatif pada
percobaan ini.
Catatan:
Warna urine sering memberi petunjuk tentang
kemungkinan adanya birilubin berubah menjadi zat-zat
lain, warna itu mungkin berbeda-beda, kuning-tua, kuning
campur hijau coklat, dsb. Dengan reagen Fouchet,
15
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
JAWABAN
16
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
MODUL II
DARAH
a. Eritrosit
- Mengandung hemoglobin, protein yang kaya akan
Ion besi (dalam bentuk Fe2+) dan memiliki afinitas
(daya gabung) tcrhadap oksigen.
- Masa hidup eritrosit antam 110 - 120 hari
- Dibentuk dalam sum-sum tulang, terutama
tulang-tulang yang pipih dan pendek. Hb darah
yang normal, untuk pria berkisar antara 14-16
g/100mL, sedangkan untuk wanita antara 13,5 - 15
g/100 mL darah.
b. Leukosit
- Terdiri dari 75% granulosit, sisanya adalah limfosit
dan monosit
- Memiliki peranan penting dalam perlindungan
tubuh terhadap mikroorganisme atau zat asing yang
masuk ke dalam tubuh (sebagai antibodi)
- Dibentuk dalam sum-sum merah tulang, terutama
tulang belakang dan juga ada yang dibentuk dalarn
kelenjar limfe (khusus limfosit)
- Tidak berwarna, karena tidak mengandung
hemoglobin
- Pada saat sedang menjalankan fungsinya sebagai
antibodi seringkali disebut sebagai fagosit.
18
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
c. Trombosit
- Berperan penting dalam proses pembekuan darah
Proses pembekuan darah, dimulai dari aktivitas
enzim trombokinase, yang merubah protrombin
menjadi trombin.
trombokinase
Protombin trombin
Ca2+
19
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
Darah kapiler
Untuk pengambilan darah kapiler pada orang
dewasa, bisa diambil dari ujung jari atau anak daun
telinga, sedangkan pada bayi atau anak balita, bisa
diambil dari tumit atau ibu jari kaki.
1. Bersihkan ternpat yang akan diambil darahnya dengan
alkohol 70%, biarkan sampai kering.
2. Peganglah bagian yang akan ditusuk itu supaya tidak
bergerak dan tekanlah sedikit supaya nyeri berkurang.
3. Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada
jari tusuklah dengan arah tegak lurus pada garis-garis
sidik kulit jari. Tusukan harus cukup dalam supaya
darah mudah keluar. Jangan sampai menekan-nekan
jari atau tempat lain yang diambil darahnya. Darah
yang diperas keluar bisa bercampur dengan cairan
jaringan sehingga menjadi encer dan menyebabkan
kesalahan.
4. Buanglah tetes darah pertama yang keluar dengan
segumpal kapas kering. Tetes darah berikutnya boleh
dipakai untuk pemeriksaan.
Darah Vena
Biasanya pada orang dewasa dipakai salah satu vena dari
fossa cubiti
1. Bersihkan tempat itu (pada lekukan dalam lengan, di
atas sikut) dengan alkohol 70% dan biarkan sampai
kering lagi. Pasanglah ikatan pembendung pada,
20
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
21
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
1.3.Golongan Darah
Bila darah dari golongan yang bertentangan
ditransfusikan, akan mengakibatkan bahan dalam plasma
darah yang disebut aglutinin akan menggumpal dan juga
bila terjadi hemolisis (memecahnya sel darah merah).
22
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
1. Golongan darah A
Eritrositnya mengandung aglutinogen A, sedangkan
plasmanya mengandung aglutinin β (anti B)
2. Golongan darah B
Eritrositnya mengandung aglutinogen B, sedangkan
plasmanya mengandung aglutinin α (anti A)
3. Golongan darah AB
Eritrositnya mengandung aglutinogen A dan B,
sedangkan plasmanya tidak mengandung aglutinin αβ
(anti A,B).
Hemolisis darah
Hemolisis adalah suatu keadaan pecahnya eritrosit. Hal ini
dapat terjadi apabila membran mengalami keadaan-
keadaan yang dapat mengubah struktur ataupun
integritasnya.
23
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
2. PRAKTEK
24
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
A. Cara Sahli
Hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian
warna yang terja dibandingkan secara visual dengan
standar permanen dalam alat Sahli-Hellige. Cara ini
bukan merupakan suatu caram yang teliti, kelemahan
cara ini berdasarkan kenyataan bahwa hematin asam
bukan merupakan larutan sejati dan alat yang
digunakan juga tidak dapat distandarkan. Cara ini juga
kurang baik karena tidak semua macain hemoglobin
bisa diubah menjodi hematin asam, misalnya
karboksihemoglobin, methemoglobin dan
sulfhemoglobin.
B. Sianomethemoglobin
Hemoglobin diubah menjadi sianomethemoglobin
(methemoglobin sianida) dalam larutan yang
mengandung carnpuran kalium ferrisianida dan kalium
sianida. Serapannya diukur pada panjang golombang
540 nm. Penentuan hemoglobin dengan cara ini sangat
25
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
c. Prosedur Percobaan
26
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
27
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
2. Dasar
Membran sel darah merah (SDM) antam lain
mengandung lipid. Bila SDM dimasukkan ke dalam
larutan yang mengandung pelarut organik, maka
lipid membran akan larut sehingga tedadi
hemolisis.
4. Pelaksanaan
1. Ke dalam 6 tabung reaksi dimasukkan
masing-masing 10 mL NaCl 0,9
2. Tabung pertama digunakan sehagai kontrol, dan
pada ke-5 tabung lainnya tambahkan masing-
masing 2 tetes kloroform, eter, aselon, toluena
dan alkohol berurutan.
3. Tambahkanlah ke dalam tiap tabung 2 tetes
suspensi darah, campur dengan membaliknya
perlahan-lahan, biarkan selama setengah jam
(jangan dikocok). Perhatikan warna yang
terbentuk pada larutan bagian atas dan
28
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
5. Hasil Percobaan
Pelarut Hemolisis
Kontrol (Nacl 0,9%)
Kloroform
Eter
Aseton
Alkohol
Kesimpulan
A. Tujuan
Memperlihatkan pengaruh larutan hiper/hipotonik
terhjadap membran sel darah merah.
B. Dasar
SDM akan mengkerut bila berada dalam larutan
hipertonik terhadap tekanan osmotik plasma.
Dalam larutan yang hipotonik, cairan dari luar sel
masuk ke dalam sel sehingga SDM akan
membengkak dan akhirnya terjadi hemolisis.
Hemoglobin dalam SDM akan larut dalam larutan,
sehingga memberi warna merah jernih pada
larutan.
C. Bahan dan Pereaksi
Suspensi darah
NaCI 2 %
D. Pelaksanaan
1. Ke dalam, 10 tabung reaksi isikan campuran
berikut ini:
Air suling NaCI 2%
Tabung % NaCI
(mL) (mL)
1 10,0 0,0
2 9,0 1,0
3 8,0 2,0
4 7,5 2,5
5 7,0 3,0
6 6,5 3,5
7 6,0 4,0
8 5,5 4,5
9 5,0 5,0
10 4,5 5,5
30
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
E. Hasil Percobaan
F. Kesimpulan
G. Pertanyann
31
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
H. Jawaban
32
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
PARASITOLOGI
33
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
MODUL III
KLAS NEMATODA
I. TUJUAN
Mahasiswa mampu membedakan morfologi, habitat, hospes, dan
siklus hidup cacing klas Nematoda.
III. PENDAHULUAN
3.1 Klasifikasi
a. Ascaris lumbricoides
Phylum : Nemathelminthes
34
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
Klas : Nematoda
Ordo : Ascarida
Famili : Ascaridae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
b. Trischuris trichiura
Phylum : Nemathelminthes
Klas : Nematoda
Ordo : Enoplida
Famili : Trichuridae
Genus : Trichuris
Spesies : Trichuris trihiura (cacing cambuk)
c. Necator americanus (cacing tambang)
Phylum : Nemathelminthes
Klas : Nematoda
Ordo : Strongylidae
Famili : Ancylostomatidae
Genus : - Necator
- Ancylostoma
Spesies : Necator americanus (cacing tambang)
d. Enterobius vermicularis/oxyuris vermicularis (cacing kremi)
Phylum : Nemathelminthes
Klas : Nematoda
Ordo : Oxyurida
Famili : Oxyuridae
Genus : Oxyuris
Spesies : Oxyuris vermicularis (cacing kremi)
e. Wucheria bancrofti
Phylum : Nemathelminthes
Klas : Nematoda
Ordo : Spirurida
Famili : Filarioidae
Genus : - Wuchereria - Loa
- Brugia - Mansonella
Spesies : Wucheria bancrofti
35
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
3.2 Morfologi
a. Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
a. Cacing dewasa
Nematoda usus terbesar, putih-kuning kemerahan, cacing
mati berwarna putih
Badan panjang silindris, kedua ujung lancip, kutikula
bergaris melintang.
Mulut dengan tiga bibir (1 dorsal dan 2 lateroventral), bibir
dorsal memiliki sepasang papil peraba, dibagian dalam
memiliki gigi kitin yang kecil
Cacing jantan
Ukuran 10-31 mm x 3-5 mm, bagian posterior/ekor melengkung
ke depan, terdapat kloaka dengan spikula yang dapat ditarik
Cacing betina
Ukuran 22-35 mm x 3-6 mm, vulva membuka ke depan pada
2/3 posterior tubuh, terdapat penyempitan lubang vulva (cincin
kopulasi). Menghasilkan telur 200.000 butir sehari selama
hidupnya (6-12 bulan)
b. Telur
Ukuran tergantung makanan dalam usus hospes
Telur keluar bersama tinja dalam keadaan belum
membelah
Ada tiga bentuk telur yang mungkin ditemukan, yaitu : telur
yang dibuahi, tidak dibuahi, dan dekortikasi.
Telur yang dibuahi ; ukuran ±90x40µ, lonjong tidak
teratur, tenggelam dalam larutan garam jenuh
Telur dekortikasi ; telur yang dibuahi tetapi kehilangan
lapisan albuminoidnya.
36
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
a. Cacing dewasa
Cacing jantan
Panjangnya 30-45 mm (±4 cm)
Bagian posterior/ekor melengkung ke depan/melingkar
(sehingga membentuk satu lingkaran penuh)
Terdapat satu spikulum berbentuk lanset/pedang menonjol
keluar melalui selaput retraksi.
Cacing betina
Panjangnya 30-50 mm (±5 cm)
Ujung pasterior membulat tumpul, organ kelamin tidak
berpasangan (simpleks), terdiri atas ovarium yang berbelit,
sebuah uterus dan sebuah vagina yang pendek dan
berakhir di vulva yang terletak pada tempat tubuh mulai
menebal
Menghasilkan 3.000-4.000 telur/hari, dapat sampai 10.000
telur/hari.
b. Telur
Berukuran 50x25 m, berbentuk seperti tempayan, pada
kedua kutubnya terdapat overculum yang jernih dan
menonjol
Dindngnya terdiri atas dua lapis, bagian dalam jernih,
bagian luar berwarna kecoklat-coklatan.
Telur ini teraoung dalam larutan garam jenuh
37
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
a. Cacing dewasa
Cacing Jantan
Ukuran 5-9 mm x 0,3 mm
Pada bagian ekor terdapat bursa kopulasi yang relatif lebar
dan panjang, berbentuk agak bulat
Adanya dua spikula yang letaknya berdempetan serta
ujungnya terkait
Cacing betina
Ukuran 9-11 mm x 0,4 mm
Ujung posterior tidak didapatkan spina kaudal, vulva
terletak pada bagian anterior pertengahan tubuh
Menghasilkan 9000 – 10000 telur/hari
b. telur
Bentuk oval (bulat lonjong), tidak berwarna, ukuran 45 x
70 m, berdinding tipis, dinding luar dibatasi lapisan vitelline
yang halus
Telur yang baru keluar bersama tinja ovumnya
bersegmentasi 2, 4, dan 8 sel
d. Strongyloides stercoralis
Merupakan cacing kecil yang dapat hidup bebas atau sebagai parasit
;
a. Bentuk parasiter
Hanya ditemukan bentuk betina saja, karena setelah masa
perkawinan, cacing jantan tetap bertahan di daerah
trachea.
Berbentuk filariform dengan ukuran 2,2 x 0,3 mm.
Oesophagus silindris pada 1/3 panjang badan
Ekor lancip, letak anus di daerah preanal
Vulva pada batas 1/3 posterior dan 1/3 tengah tubuh
b. Bentuk bebas :
Cacing dewasa
Oesophagus lonjong dengan bulbus oesophagus di bagian
posteriornya
Ukuran : jantan 0,7 x 0,4 mm
38
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
Cacing Jantan
Ukuran 2-5 x 0,1 – 0,3 mm, bagian ekor tumpul, menggulung,
memiliki sebuah spikulum yang jarang terlihat.
Cacing Betina
Ukuran 8-13 x 0,3-0,5 mm, bagian posterior 1/5 panjang tubuh.
Pada cacing hamil, uterus penuh berisi telur hampir mengisi
seluruh bagian tubuh kecuali bagian ekor, vagina panjang
menuju ke belakang. Seekor cacing dapat menghasilkan 11.000
telur.
b. Larva
Larva rabditiform berukuran (140-150) x 10 m, memiliki
bulbus esophagus.
Sebelum menjadi dewasa mengalami dua kali penyilihan
kulit
39
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
c. Telur
Ukuran 50-60 x 20-30 m, lonjong asimetris, satu sisi rata,
sisi lainnya cembung
Dinding telur bening, di dalamnya berisi embrio yang
terlipat.
f. Trichinella spiralis
a. Cacing dewasa
Berbentuk halus seperti rambut, ujung anterior langsing dengan
mulut kecil, bulat tanpa papel
Cacing Jantan
Ukuran 1,5 x 0,45 mm, ujung posterior melengkung ke ventral
dengan dua buah papel.
Cacing Betina
Ukuran (3-4) x 0,6 mm, ujung posterior membulat dan
tumpul, memiliki masing-masing sebuah ovarium, oviducta
uterus.
Bersifat vivipar, telur menetas dalam uterus dan keluar
dalam bentuk larva.
b. Larva
Ukuran dalam otot (90-100) x 6 mm, melingkar
Dihasilkan 1500 larva/ekor
g. Wucheria bancrofti
a. Cacing dewasa (Makrofilaria)
Putih
Bentuk silindris seperti benang, di bagian ekor tidak ada inti
Cacing jantan
Ukuran ±40 mm x 0,1 mm, ujung caudal/ekor melengkung ke
ventral
40
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
Cacing betina
Ukuran ± 65-100 mm x 0,24-0,30 mm, kutikula halus, kepala
agak bundar dengan papilla di sekitar mulut, ekor lurus dan
tumpul.
b. Mikrofilaria
Ukuran 244-296 x 7,5-10m, kulit luar ditutp kutikula halus,
ujung anterior tumpul sedang ujung posterior tajam.
Selubung tidak jelas, warna tidak jelas
Inti halus dan teratur, bagian ekor kosong (tidak terdapat
inti)
Chepalic space dengan perbandingan ukuran panjang
sama dengan lebarnya.
Cacing betina
Ukuran 55 mm x 0,16 mm(B. malayi), 21-39 mm x 0,1 mm (B.
timori)
b. Mikrofilaria
Ukuran 200-260 mm x 8 mm(B.malayi), 280 – 310 mm x 7 mm
(B. timori)
41
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
Hospes
Jenis Nematoda Habitat
definitive
1. Ascaris lumbricoides usus halus manusia (tidak
membutuhkan
hospes perantara)
42
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
Vektor :
Vektornya bergantung periodesitas
- Nokturna (menggigit
malam hari) terdapat dua
bentuk :
a. Nokturna brancofti perkotaan
urban bancroftian filariasis),
vector utamanya Culex
fatigans, hidup di dalam
rumah, tempat
perindukannya air kotor
sekitar rumah.
b. Filariasis bancrofti pedesaan
(rural bancroftian filariasis),
vektornya nyamuk
Anopheles, Aedes dan
Mansoni.
- Subperiodik diurna
Vektornya terutama Aedes
polynisiensi, menggigit siang
hari. Terdapat di pulau-pulau
daerah Polynesia (Samoa, Fiji
dan pulau sekitarnya).
8. Brugia malayi dan Brugia Hospes
43
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
44
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
b. Trichuris trichiura
Telur keluar bersama tinja, mengalami pematangan di tanah 3-
5 minggu.
Di bagian proksimal usus halus telur menetas, keluar larva,
menetap 3-10 hari, setelah dewasa cacing menetap di usus
besar.
Dari saat telur infektif tertelansampai cacing betina bertelur,
siklus berlangsung 30-90 hari.
Seperti ascaris lumbricoides, siklus hidup T. trichiura
merupakan siklus langsung karena tidak membutuhkan tuan
rumah perantara.
c. Necator americanus :
Telur keluar bersama tinja pada suhu optimal (23-2..0C) dalam
24-28 jam telur menetas keluar larva rhabditiform, pada
hari kelima, berubah menjadi larva filariform yang infektif
menembus kulit masuk ke dalam kapiler darah, terbawa aliran
darah, selanjutnya terjadi seperti pada ascaris lumbricoides.
Waktu yang diperlukan sampai kembali ke usus halus ± 10 hari
Cacing dewasa dapat hidup selama ± 10 tahun
Larva dapat masuk ke dalam badan melalui air minum atau
makanan yang terkontaminasi
Siklus hidup, berlaku bagi kedua spesies cacing tambang.
d. Strongiloides stercaralis
Mempunyai tiga macam siklus hidup :
1. Siklus langsung
Larva rabditiform larva filariform menembus kulit manusia,
kemudian larva tumbuh, masuk ke dalam peredaran darah vena
dan melalui jantung kanan sampai ke paru.
Parasit mulai menjadi dewasa menembus alveolus, masuk ke
trachea dan laring usus halus menjadi cacing dewasa.
2. Siklus tidak langsung
Larva rabditiform di tanah cacing jantan dan betina bentuk
bebas, sesudah pembuatan cacing betina menghasilkan telur
45
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
e. Enterobius vermicularis
Cacing jantan mati setelah kopulasi cacing betina hamil
malam hari bermigrasi ke anus karena suhu di luar
lebih rendah, uterus dan vagina berkontraksi telur
berkelompok di daerah perianal dan perineum. Cacing betina
mati setelah bertelur. Telur-telur tersembunyi dalam lipatan
perianal sehingga jarang didapatkan dalam tinja
beberapa jam kemudian telur telah matang dan infektif,
selanjutnya terjadi hal di bawah ini :
- Autoinfeksi, daerah perinatal gatal, digaruk, telur menempel
pada tangan atau di bawah kuku, kemudian telur ini
termakan oleh hospes yang sama.
- Telur tersebar pada kain tempat tidur, pakaian bahkan pada
debu dalam kamar, mengkontaminasi makanan atau
minuman sehingga dapat menginfeksi orang lain.
Seseorang dapat pula terinfeksi dengan menghirup udara
yang tercemar (infeksi aerogen/perinhalasi)
- Retrograd infeksi atau retrofeksi, larva di perianal masuk
kembali ke usus melalui anus sehingga akan terjadi infeksi
baru.
Telur yang tertelan menetas di duodenum keluar larva untuk
menjadi dewasa di caecum dan sekitarnya.
Waktu yang dibutuhkan sejak menelan telur infektif sampai
cacing betina menghasilkan telur, 2 – 4 minggu. Cacing
berumur pendek, maksimal 2,5 bulan.
f. Trichinela spiralis
46
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
g. Wucheria bancrofti
Cacing betina vivipar melahirkan microfilaria/pralarva, hidupnya
di dalam darah jaringan subkutan atau jaringan lainnya.
Filaria membutuhkan insekta sebagai vector. Manusia
mendapatkan infeksi dengan melalui tusukan/gigitan vector
yang mengandung microfilaria yang infektif.
Mikrofilaria yang dilahirkan menembus dinding saluran limfe
ke dalam pembuluh darah kecil yang berdekatan atau melalui
ductus trocicus sampai ke dalam darah terisap oleh vector
yang sesuai. Dalam tubuh vector, beberapa jam kemudian
menembus usus ke otot torax mengalami metaforfosa,
stadium infektif dalam 1-3 minggu vector menggigit hospes
definitive melalui luka tusukan, larva melewati proboscis
masuk ke tubuh hospes.
47
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
I. Cara Kerja :
1. Amati preparat-preparat yang disediakan di bawah mikroskop
2. Gambar serta beri keterangan tentang :
a. Nama spesies (Latin dan umum)
b. Kelas
c. Stadium
d. Ciri khas
e. Penyakit yang ditimbulkan
Gambar suklus hidup (dari Jeffrey dan Leach, 1983) dan morfologi
Trichuris trichiura
48
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
Tanggal praktikum :
Kelompok :
49
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang
Tanggal praktikum :
Kelompok :
50