Anda di halaman 1dari 50

Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

BIOKIMIA

1
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

MODUL I

URINALISIS

Maksud dan Tujuan


Dalam percobaan ini harapkan mahasiswa mampu untuk
menganalisis urine yang mencakup warna, bau, pH,
densitas serta analisis beberapa kandungan urine seperti
adanya gula reduksi, protein, bilirubin, badan keton, asam
urat, dan lain-lain, yang erat kaitannya dengan fungsi-
fungsi organ tubuh serta proses metabolisme.

Pendahuluan
Pemeriksaan urine, tidak hanya dapat memberikan
fakta-faktu tentang ginjal dalam saluran urine, tapi juga
mengenai faal berbagai organ tubuh seperti hati (liver),
saluran empedu, pankreas, cortex adrenal, dll.

Susunan urine tidak banyak berbeda dari hari ke hari,


tetapi pada pihak lain mungkin hanyak dari waktu ke
waktu sepanjang hari maka untuk itu cara memilih sampel
(contoh) urine untuk suatu analisis, sangat penting dan
perlu diperhatikan.

Memilih contoh urine


1. Urine sewaktu: ialah urine yang dikeluarkan pada
suatu waktu yang tidak ditentukan dengan khusus.
Urine sewaktu ini biasanya cukup baik untuk
pomeriksaan rutin yang menyertai pemeriksaan badan
tanpa pendapat khusus.
2. Urine pagi; ialah urine yang pertatna kali dikeluarkan
di pagi hari selelah tidur. Urine ini lebih pekat dari
urine yang dikeluarkan di siang hari, jadi cukup baik
untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein, dan
berbagai reaksi biologis lainnya.

2
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

3. Urine postprandial; merupakan contoh urine yang baik


untuk analisis gula reduksi, urine ini merupakan urine
yang pertma kali dikeluarkan selelah makan (1,5 - 3
jam selelah makan). Urine pagi kurang begitu baik
untuk pemeriksaan adanya glikosuria.
4. Urine 24 jam; urine jenis ini diperlukan untuk
penentuan suatu zat secara kuantitatif. Sampel urine
dikumpulkan selama periode 24 jam (misalnya dari jam
7 pagi sampai jam 7 pagi keesokan harinya),
diperlukan botol penampung yang cukup besar,
disamping itu biasanya diperlukan zat pengawet agar
urine yang dikumpukan tetap dalam keacaan segar.

Pengawet Urine
Sampel urine yang akan diperiksa harus berada dalam
keadaan segar. Jika urine disimpan, mungkin terjadi
perobahan susunan/komposisi urine oleh adanya
mikroorganisme yang mungkin dapat mencemari urine
tetsebut. Untuk mengecilkan kemungkinan perubahan
tersebut, simpanlah botol berisi sampel urine tersebut
pada suhu 40C, dalam keadaan tertutup rapat.

Mikroorgunisme, dapat mengubah ureum menjadi amonia


dan karbondioksida. Amonia akan menyebabkan pH urine
menjadi basa dan memungkinkan terjadinya pengendapan
dari kalsium dan magnesium fosfat. Sebagian dari amonin
akan hilang menguap ke udara bebas sehingga urine tidak
bisa digunakan untuk penentuan ureum dan penentuan
N-total. Demikian pula dengan adanya mikroorganisme,
glukosa yang terdapat pada urine dapat terdegrradasi dan
tidak dapat ditentukan.

Jika urine terpaksa harus disimpan beberapa lama


sebelum melakukan pemeriksaan, dapat dipakai bebrapa
bahan pengawet yang biasanya cukup efektif untuk
mencegah urine dari berbagai macam peruibahan yang

3
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

mungkin terjadi.

Beberapa bahan pengawet yang biasa digunakan untuk


sampel urine:
1. Toluen
Pengawet jenis ini banyak dipakai, hampir mendekati
sifat pengawet yang allround. Aktivitas
mikroorganisme dihambat, lebih-lebih lagi dalam
keadaan suhu yang rendah. Cukup baik untuk
pengawet glukosa, aselon dan asam aseto asetat.
Pemakaian 2 - 5 mL toluen untuk pengawet 24 jam,
jumlah ini dimasukkan ke dalam botol penampung dan
tiap kali ditambahkan urine botol harus dibolak balik.

2. Timol
Sebutir timol memepunyai daya pengawet yang hampir
sama dengan toluen

3. Fomaldehid
Biasanya khusus dipakai untuk mengawetkan sedimen,
1 – 2 mL larutan Fomaldehid 40% bisa dipakai untuk
mengawetkan urine 24 jam. Kelemahan bahan
pengawet jenis ini, jika jumlahnya terlalu besar
kemungkinan dapat juga ikut mereduksi pada saat test
biuret dan memungkinkan terjadinya Kesalahan pada
test gula reduksi.

4. Asam Sulfat Pekat


Asam ini bisa digunakan sebagai pengawet urine untuk
menentukan kuantitatif dari kalsium, nitrogen, dan zat
anorganik lainnya. Jumlah yang digunakan ialah sampal
pH urine di hawah 4,5 (kontrol dengan kertas nitrazin).
Dan harus dijaga agar N (dalam bentuk amoina) jangan
swnpai keluar dari urine (menguap) serta hindari
terbentuknya edapan kalsium fosfat.

4
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

5. Natrium Karbonat
Khusus dipakai untuk pengawet urobilinogen jika
hendak menentukan ekskresinya per 24 jam.
Penggunaan: masukkan kira-kira 5 gram natrium
karbonat dalam botol penampung dicampur dengan
beberapa mL toluen.

Catatan:
Dalam beberapa kasus pemeriksaaan urine, tidak boleh
ditambahkan bahan pengawet ke dalam urine, untuk
mengawetkannya hanya cukup disimpan dalam lemari
es, misalnya untuk pomeriksaan porfirin.

5
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

ANALISIS URINE

1. WARNA URINE
Bila kita perhatikan warna urine, adakalanya
memiliki makna tertentu karena kadang-kadang didapat
kelainan yang berarti secara klinis. Warna urine diuji pada
tebal lapisan 7-10 cm dengan cahaya tembus; tindakan ini
dapat dilakukan dengan mengisi tabung reaksi sampai ¾
penuh dan dilihat dalam posisi dimiringkan. Nyatakanlah
warna urine dengan perkataan seperti: tidak berwarna,
kuning-muda, kuning, kuning-tua, kuning bercampur
merah, merah bercampur kuning, merah, coklat kuning
bercampur hijau, putih serupa susu, dsb.
Pada umumnya, warna urine ditentukan oleh
besarnya diuresis; makin besar diuresis, makin muda
warna urine tersebut. Biasanya wma normal urine berkisar
antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan
oleh beberapa macam zat warna, terutama urokom dan
urobilin.
Jika di dapat warna abnormal, selidikilah
sebabnya, mungkin bemsal dari obat-obatan dan makanan
yang dimakan atau berasal dari proses motabolisme yang
abnormal. Selanjutnya ingatlah bahwa pada beberapa
keadaan warna urine mungkin baru berubah selelah
dibiarkan.
Beberapa sebab yang dapat mempengaruhi warna
urine :

Kuning
a) Zat warna normal dalam jumlah yang besar,
urobilin, urokom
b) Zat warna abnormal; bilirubin
c) Obat-obatan, riboflavin (dengan fluoresensi hijau),
cascara, santonin, senna, Zat-zat tersebut
berwarna kuning dalam suasana asam.

6
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

Hijau
a) Zat warna normal dalam jumlah besar, indikan
b) Obat-obatan, evan’s blue, metilen blue
c) Mikroorganisme/kuman, B.pyocyaneus

Merah
a) Zat warna normal dalam jumlah besar, uroeritrin
b) Zat warna abnormal; haemoglobin, porfirin,
porfobirin
c) Obat-obatan; senna, cascara, santonim, amidoprin,
congo red. Zat-zat tersebut berwarna merah dalam
suasana basa
d) Mikroorganisme/kuman; B.prodigiosus

Coklat
a) Zat warna normal dalam jumlah besar, indikan
b) Zat warna abnormal, bilirubin, hematin, porfobilin

Coklat tua/hitam
a) Zat warna normal dalam jumlah besar, indikan
b) Zat warna abnormal; darah tua, alkapton, melanin
c) Obat-obatan, devirat fenol, argirol

Serupa susu
a) Zat warna normal dalam jumlah besar, fosfat, urat
b) Zat warna abnormal; getah prostat, zat-zat lemak,
chylus, bakteri-bakteri dan protein yang membeku.

2. KEJERNIHAN URINE
Cara menguji kejernihan, sama seperti menguji
warna. Nyatakanlah keadaan urine dengan salah satu dari:
jernih, agak keruh, atau sangat keruh. Perlu diperhatikan
urine yang dianalisis itu keruh pada saat dikeluarkan atau
setelah dibiarkan beberapa lama. Tidak semua macam
kekeruhan menunjukkan sifat abnormal. Urine yang
normalpun akan menjadi agak keruh jika dibiarkan atau

7
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

didinginkan; kekeruhan ringan itu disebut nubecula dan


terdii dari lendir, sel-sel epitel dan leukosit yang lambat
laun mengendap.

Sebab-sebab urine menjadi keruh:


a. Bila urine keruh sejak awal ditampung, kemungkinan
adanya fosfat yang cukup banyak konsumsi makanan),
adanya bakteri, sel-sel epitel atau sel eritrosit dan
leukosit, chylus yang berasal dari adanya butir-butir
lemak atau adanya zat-zat koloidal lain.
b. Bila urine menjadi keruh selelah didiamkan,
kemungkinan adanya nubecula, urat-urat amorf,
fosfat-fosfat amorf, adanya bakteri yang bukan
berasal dari dalam badan namun tordapat pada botol
penampung.

3. DENSITAS (BERAT JENIS) URINE


Berat jenis urine sangat erat hubungannya dengan
diuresis, makin besar diuresis, makin rendah berat
jenisnya dan sebaliknya makin kecil diuresis, makin besar
berat jenisnya. Berat jenis urine 24 jam dari orang normal
biasanya berkisar antara 1,016 - 1,022 (lazim ditulis
1016 - 1022 saja dengan menghilangkan tanda komanya).
Batas normal urine sewaktu dan urine pagi antara
1003 - 1030. Jika berat jenis urine lebih besar dari 1030,
memeberi isarat akan kemungkinan glikosuria.

Penentuan dengan cara urinometer


1. Tuangkan urine yang harus bersuhu karnar ke dalam
gelas urinometer. Busa yang mungkin terjadi dibuang
dengan memakai sepotong kertas saring atau dengan
seletes eter.
2. Masukkanlah urinometer ke dalam gelas itu. Agar
urinometer itu bebas terapung pada waktu dibaca
harus ada cukup banyak urine dalam gelas tadi.
3. Sebelum membaca berat jenis pada tangkai

8
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

urinometer, haruslah urinometer itu lepas dari dinding


gelas; untuk melepaskan putarlah urinometer itu
dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk.
4. Oleh putaran tadi urinometer akan terapung di
tengah-tengah gelas dan tidak menempel lagi pada
dinding. Bacalah sekarang berat jenis tanpa paralax
selinggi meniskus bawah.

4. BAU URINE
Meskipun bukan merupakan suatu bentuk
pemeriksaan utama, bau urine sebaiknya juga dilaporka
jika ada bau yang abnormal. Dalam hal ini hayus
dibedakan adanya bau dari semula atau karena diberi
bahan pengawet. Biasanya hanya bau yang dari semulalah
yang memiliki makna klinis tertentu.

Bau urine yang normal disebabkan oleh asam-asam organik


yang mudah menguap. Macam-macam bau yang mungkin
ditemui pada urine:
1. Karena memekan makanan tertentu, misalnya bau
jengkol, pete, durian dll bau ini mudah dikenali
karena bau tersebut ada dari semula.
2. Karena memakan obat-obatan tertentu, misalnya bau
menthol, terpetin, balsamun copaivae, dll, yang dapat
dikenali baunya pada urine segar.
3. Bau amonia, karena adanya bakteri/mikrorganisme
yang merubah uream menjadi umonia, kadang-kadang
juga karena adanya infeksi pada kandung kencing
akibat adanya bakteri dan terjadi degredasi ureum
pada kandungan kencing tersebut.
4. Bau keton, akibat ketonuria yang disebabkan
banyaknya badan-badan keton yang diproduksi oleh
tubuh, keadaan ini sering dijumpai pada pasien-pasien
yang mengidap diabetes mellitus.
5. Bau busuk, kemungkinan berasal dari pembusukan
atau degradasi protein yang terdepat. pada saluran
9
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

kencing (khususnya pada penderita carcinoma saluran


kencing), dan mungkin pula akibat adanya
pembusukan urine yang mengandung banyak protein
di luar badan.

5. DERAJAT KEASAMAN
Penetapan reaksi pH tidak banyak berarti dalam
pemeriksaan penyaring. Akan tetapi pada gangguan
keseimbangan asam-asam penetapan itu dapat memberi
kesan tentang keadaan dalam tubuh, apalagi jika disertai
penetapan jumlah asam yang diekskresikan dalam waktu
tertentu, jumlah ion NH4, dsb.

Selain pada keadaan tadi pemeriksaan pH urine


segar dapat memberi petunjuk ke arah etiologi pada
infeksi saluran kencing. Infeksi oleh E.Coli biasanya
menghasilkan urine asam, sedangkan infeksi oleh proteus
yang merombak oreum menjadi amoniak menyebabkan
urine menjadi lindi.
Reaksi atau pH urine dapat ditentukan dengan
semudah-mudahnya memakai kertas indikator.

Penetapan reaksi dengan kertas Lakmus


Basahilah sepotong kertas lakmus yang biru dan juga yang
merah dengan urine yang diperiksa; tunggulah sati menit
dan perhatikanlah warna yang terjadi.

Catatan
Urine asam mengubah warna kertas lakunus yang biru
menjadi merah. Urine lindi mengubah kertas lakmus
merah menjadi biru; jika kelindian urine itu disebabkan
oleh amoniak, warna biru hilang lagi jika kertas itu
dipanasi sedikit-sedikit sampai kering. Urine netral praktis
tidak mengubah warna kertas lakmus, baik yang merah
maupun biru.

10
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

6. PROTEIN
Pemeriksaan protein dalam urine, termasuk
pemeriksaan rutin. Cara-cara rutin untuk menentukan dan
menyatakan adanya protein dalam urine berdasar kepada
timbulnya kekeruhan. Karena padatnya atau kasarnya
kekeruhan itu menjadi suatu ukuran untuk jumlah protein
yang ada, maka menggunakan urine yang jernih
merupakan syarat yang penting pada test-test terhadap
protein.
Bila urine yang akan diperiksa berada dalam kondisi
yang jernih, urine tersebut bisa langsung diperiksa, namun
bila keruh, urine harus di sentrifugasi terlebih dahulu. Bila
masih keruh juga, gunakan adsorben karbon aktif
Masukkan karbon aktif ke dalam kolom gelas, kemudian
alirkan urine yang akan diperiksa ke dalam koloni,
tampung filtratnya yang jemih untuk pemeriksaan protein.

Penentuan Protein (semi kuantitatif)


a. Masukkan urine yang jernih ke dalam tabung reaksi
sampai 2/3 penuh.
b. Jepit tabung dengan penjepit kayu pada bagian
bawahnya, lapisan atas urine dipanasi di atas nyala
api sarnpai mendidih selama 30 detik.
c. Perhatikan terjadinya kekeruhan di lapisan atas urine
itu, dengan membandingkan jernihnya denagn bagian
bawah yan tidak dipanasi. Jika terjadi kekeruhan,
mungkin disebabkan oleh protein, tetapi mungkin pula
oleh adanya kalsium fosfat atau kalsium karbonat.
d. Teteskan ke dalam urine yang masih panas tersebut
3-5 tetes larutan buffer aselat ph 4,6, Jika kekeruhan
itu di sebabkan oleh adanya kalsium fofat dan kalsium
karbonat, akan hilang pada saat di tambahkan buffer
asetat, tapi bila kekeruhan semakin berubah berarti
test terhadap protein adalah positif.
e. Panasilah sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih,

11
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

kemudian berilah penilaian secara semi kuantitatif


pada basil yang, diamati seperti diterangkan di bawah
ini.
Untuk menguji adanya kekeruhan, periksalah tabung yang
berisi sampel yang dianalisis dengan cahaya berpantul dan
dengan latar belakang yang hitam.
Negatif (-) Tidak ada kekeruhan sedikitpun
Poitif (+) atau (1 +) Ada kekeruhan ringan tanpa
butir-butir; kadar protein kira-
kira 0,01 – 0,05
Positif (++) atau (2 +) Kekeruhan kemudian dilihat
disertai adanya butir-butir
dalam kekeruhan tsb.
(0,05 - 0,2 %)
Positif (+++) atau (3 +) Urine jelas keruh dan disertai
dengan adanya kepingan-
kepingan (0,02 - 0,5 %)
Positif (++++) atau (4 +) Urine sangat keruh disertai
dengan kepingan/ gumpalan
ataupun padatan (lebih dari
0,5%)
Nilai normal total protein dalam urine adalah : 20-75
mg/hari

pembuatan bufer asetat pH 4,6:


5,65 ml asam asetat glasial +11,8 grarn natrium asetat,
ditambahkan dengan air suling s/d 100 ml.

7. GULA REDUKSI
Pemeriksaan terhadap zat yang mereduksi dalam
pemeriksaan urine merupakan analisis yang penting.
Biasanya test semikuantitatif dengan menggunakan reagen
Benedict. Urine hanyak mengandung protein (reaksi
protein menunjukkan 3+ atau 4+), panaskan urine tersebut
dengan ditambahkan bufer asetat seperti pada penentuan
protein, kemudian pisahkan proteinnya dengan cara

12
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

sentrifugasi, filtratnya digunakan untuk pengujian gula.

Penentuan gula reduksi (cara Benedict semikuantitatif)


a. Masukkan 5 ml reagen Benedict ke dalam tabung
reaksi
b. Teteskan sebanyak 5-8 tetes (jangan lebih) urine ke
dalam tabung
c. Masukkan tabung tersebut ke dalam air mendidih (100
0
C), selama 5 menit
d. Angkat tabung kemudian kocok dan baca hasil
reduksinya

Cara menilai hasil .


Negatif (-) tetap biru jernih sedikit
kehijauan dan agak keruh
Poitif (+) atau (1 +) Hijau kekuningan dan keruh
(sesuai dengan 0,5 – 1 %
glukosa)
Positif (++) atau (2 +) kuning keruh (1 - 1,5 % glukosa)
Positif (+++) atau (3 +) Jingga atau warna lumpur
keruh (2 – 3% glukosa)
Positif (++++) atau (4 +) merah keruh (lebih dari 3,5 %
glukosa)
Nilai normal dari gula reduksi (sebagai glukosa) adalah
0 - 200 mg/hari.

8. BADAN-BADAN KETON
Adanya badan-badan keton (aseton, asam aseto
asetat dan asam beta hidroksi butirat) di dalam urine
menunjukkan arti klinis tertentu.
Karena aseton, yaitu zat yang terpenting di antara
benda-benda keton, bersifat mudah menguap, maka urine
yang diperiksa harus segar, kalau urine dibiarkan, asam
aseto asetat dan beta hidroksi butirat bisa berubah
menjadi aseton.

13
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

Penentuan badan-badan keton


1. Cara Rothera
Percoban ini berdasarkan kepada reaksi anrtara
nitroprussida dan asam aseto asetat atau aseton, yang
menghasilkan warna ungu yang spesifik.
1. Masukkan 5 mL urine ke dalam tabung reaksi
2. Bubuhkan kira-kira 1 (satu) gram reagen Rothera
dan kocoklah sampai larut.
3. Peganglah tabung dalam sikap miring dan dengan
hati-hati alirkan/teteskan sebanyak 1-2 mL
amonium hidroksida pekat (lakukan pada lemari
asam) melalui dinding tabung ke atas larutan urine
tersebut
4. Letakkan dalam sikap tegak, dan bacalah hasilnya
selelah 3 menit
5. Warna ungu kemerahan pada perbatasan kedua
lapisan cairan menandakan adanya badan- badan
keton di dalam urine.
Test ini hanya semikuantitatif, nyatakan hasilnya dengan
tanda positif (+) atau negatif (-) saja.

2. Cara Gerhardt
Test ini berdasar kepada reaksi antara asam aseto
asetat dan ferri Chlorida yang menyusun zat berwarna
seperti anggur port (warna merah coklat).
Asam aseto asetat sampai pengenceran 1:1000 dapat
dinyatakan oleh reaksi ini (jauh kurang peka dari
reaksi rothera), sedangkan aseton dalam asam beta
hidroksibutirat tidak bereaksi, karena itu, penting
menggunakan urin segar.
1. 5 mL urin dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian diteteskan larutan ferri clorida 10% ke
dalam tabung itu sambil mengocok isinya.
2. Jika terbentuknya presi pitat putih ferri fosfat
berhenti, saringlah cairan itu.
3. Kepada filtrate diberikan beberapa tetes larutan

14
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

ferri clorida lagi, perhatikanlah adanya warna


merah coklat yang menandakan test ini positif.

9. BIRILUBIN
Dalarn keadaan patologik dapat dinyatakan adanya
bilirubin dalam urine. Jika urine dibiarkan, sebagiab
birilubin akan berubah menjadi bilivardin, karena
teroksidasi teroksidasi.
a. Percobaan busa
Kocoklah tabung reaksi yang berisi 5 mL urine
kuat-kuat. Jika terjadi busa kuning, kemungkinan
adanya bilirubin pada urine cukup kuat.
b. Cara Harrison
1) 5 mL, urine yang lebih dulu di kocok dimasukkan ke
dalam tabung reaksi.
2) Tarnbahkan 5mL larutan barium klorida 10%,
bilirubin akan mengendap. Saring dengan kertas
saring.
3) Kertas saring yang berisi endapan diangkat dan
dibuka lipatannya, biarkan beberapa lama sampai
agak kering.
4) Teteskan 2-3 tetes reagen Fouchet ke atas,
endapan tersebut.
5) Timbulnya warna hijau, menunjukkan adanya
bilirubin.
Hanya jika terjadi warna hijaulah test reagen Fouchet
dianggap positif, untuk membedakan perbedaan
konsentrasi antara yang rendah dan yang tinggi bisa dililiat
dari hasil (warna) yang terjadi. Penilaian cukup dengan
tanda (+), (++) saja. Urine normal, bereaksi negatif pada
percobaan ini.
Catatan:
Warna urine sering memberi petunjuk tentang
kemungkinan adanya birilubin berubah menjadi zat-zat
lain, warna itu mungkin berbeda-beda, kuning-tua, kuning
campur hijau coklat, dsb. Dengan reagen Fouchet,

15
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

bilirubin dioksidasi menjadi biliverdin yang hijau, tetapi


disamping biliverdin mungkin sekali terjadi hasil oksidasi
lain yang juga lain warnanya: biru (bilisianin) atau kuning
(koletelin).
Reagen Fouchet : Asam trikolo asetat 25 gram, air suling
100 mL ditarnbah 10 mL, larutan ferri klorida 10%
Pertanyaan dan latihan
1. Apa yang dimaksud dengan urine sewaktu, urine pagi,
dan urine postprandial.
2. Mengapa urine postprandial merupakan sampel yang
lebih baik untuk analisis gula reduksi dibanding urine
jenis lainnya.
3. Terangkan bagaimana pendapat saudara mengapa
orang yang diabetes kadang-kadang urinenya berbau
keton.
4. Bagainiana cara menentukan bilirubin dengan metode
Harrison, Jelaskan. Dimana proses pembentukan
bilirubi dan apa zat asalnya.

JAWABAN

16
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

MODUL II
DARAH

Darah, merupakan cairan tubuh yang berfungsi


sebagai sistem transport yang mengantarkan semua bahan
kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan
oleh tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan,
serta menyingkirkan CO2 dan hasil buangan lainnya. pH
darah herkisar antm 7,35-7,45. Keadaan ini harus tetap
dipertahankan, bila lebih kecil (terlalu asam) atau lebih
besar (terlalu basa) dari keadaan di atas, tentunya akan
sangat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh.

Kondisi pH darah tersebut dikendalikan oleh faktor-faktor:


 Pengeluaran CO2 melalui paru-paru
 Ekstraksi bahan-bahan yang bersifat asam (hasil
metabolisme), melalui urin.

Selain itu untuk mempertahankan sifat alkali dari darah,


juga tergantung pada adanya natrium bikarbonat pada
plasma darah, yang dapat berfungsi sebagai buffer.

Volume darah kira-kira satu per duabelas dari berat badan


atau sekitar 5-6 fiter (untuk BB 60 kg), yang terdiri dari
55% cairan dan 45% sel darah.

Bila seluruh darah disentrifugasi, akan memisah menjadi


dua bagian yaitu plasma darah (bentuk supernatan) dan
elemen seluler (bentuk endapan).

Susunan plasma darah


Air : 91%
Protein : 8% (albumin; globulin, fibrinogen)
Mineral : 0,9% (lemak, glukosa, asam amino, asam
urat, hormon, enzim (dan lain-lain).
17
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

Sel darah terliri dari:


- Eritrosit (sel darah merah), jumlahnya kira-kira 5 x
106/mm3)
- Leukosit (sel darah putih), jumlahnya kira-kira 8 x
103/mm3)
- Trombosit (butir pembeku), jumlahnya kira-kira 3 x
106/mm3)

a. Eritrosit
- Mengandung hemoglobin, protein yang kaya akan
Ion besi (dalam bentuk Fe2+) dan memiliki afinitas
(daya gabung) tcrhadap oksigen.
- Masa hidup eritrosit antam 110 - 120 hari
- Dibentuk dalam sum-sum tulang, terutama
tulang-tulang yang pipih dan pendek. Hb darah
yang normal, untuk pria berkisar antara 14-16
g/100mL, sedangkan untuk wanita antara 13,5 - 15
g/100 mL darah.

b. Leukosit
- Terdiri dari 75% granulosit, sisanya adalah limfosit
dan monosit
- Memiliki peranan penting dalam perlindungan
tubuh terhadap mikroorganisme atau zat asing yang
masuk ke dalam tubuh (sebagai antibodi)
- Dibentuk dalam sum-sum merah tulang, terutama
tulang belakang dan juga ada yang dibentuk dalarn
kelenjar limfe (khusus limfosit)
- Tidak berwarna, karena tidak mengandung
hemoglobin
- Pada saat sedang menjalankan fungsinya sebagai
antibodi seringkali disebut sebagai fagosit.

18
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

c. Trombosit
- Berperan penting dalam proses pembekuan darah
Proses pembekuan darah, dimulai dari aktivitas
enzim trombokinase, yang merubah protrombin
menjadi trombin.

trombokinase
Protombin trombin
Ca2+

- dibuat di dalarn liver


- memerlukan vitamin K

Selanjutnya, trombin berfungsi seperti enzim, yang bisa


merubah fibrinogen menjadi fibrin.
Trombin
Fibrinogen Fibrin

- protein berbentuk serat (benang)

Fibrin yang berbentuk serat selanjutnya akan menjerat


sel-sel darah, dan terbentuklah gumpalan-gumpalan
darah.

Fibrin + gumpalan darah Penggumpalan


40

1.1.Cara memperoleh darah untuk pemeriksaan


hematologi
Sebelum pengambilan sampel darah dilakukan,
sebaiknya kita mengenal terlebih dahulu jenis pembuluh
(saluran) darah.
a) Arteri, merupakan pembuluh darah yang mengalirkan
darah dari jantung ke seluruh tubuh, berdinding otot
agak tegak, disebut juga pembuluh nadi.

19
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

b) Vena, merupakan pembuluh darah yang mengalirkan


darah dari seluruh tubuh ke jantung, bedinding tipis,
disebut juga pembuluh balik.
c) Kapiler, merupakan pembuluh darah yang berdinding
sangat tipis, sebagai penghubung antara arteri – vena

Untuk pemeriksaan hematologi biasanya dipakai darah


kapiler atau darah vena.

Darah kapiler
Untuk pengambilan darah kapiler pada orang
dewasa, bisa diambil dari ujung jari atau anak daun
telinga, sedangkan pada bayi atau anak balita, bisa
diambil dari tumit atau ibu jari kaki.
1. Bersihkan ternpat yang akan diambil darahnya dengan
alkohol 70%, biarkan sampai kering.
2. Peganglah bagian yang akan ditusuk itu supaya tidak
bergerak dan tekanlah sedikit supaya nyeri berkurang.
3. Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada
jari tusuklah dengan arah tegak lurus pada garis-garis
sidik kulit jari. Tusukan harus cukup dalam supaya
darah mudah keluar. Jangan sampai menekan-nekan
jari atau tempat lain yang diambil darahnya. Darah
yang diperas keluar bisa bercampur dengan cairan
jaringan sehingga menjadi encer dan menyebabkan
kesalahan.
4. Buanglah tetes darah pertama yang keluar dengan
segumpal kapas kering. Tetes darah berikutnya boleh
dipakai untuk pemeriksaan.

Darah Vena
Biasanya pada orang dewasa dipakai salah satu vena dari
fossa cubiti
1. Bersihkan tempat itu (pada lekukan dalam lengan, di
atas sikut) dengan alkohol 70% dan biarkan sampai
kering lagi. Pasanglah ikatan pembendung pada,

20
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

lengan atas, dan mintalah pada orang yang akan


diambil darahnya itu untuk mengepal dan membuka
tangannya berkali-kali agar venanya, jelas terlihat.
Pembendungan vena tidak perlu dengan ikatan yang
terlalu kuat, bahkan sebaiknya hanya cukup erat untuk
memperhatikan dan agak menonjolkan vena.
2. Tegangkanlah kulit di atas, vena itu dengan jari-jari
tangan kiti supaya vena. tidak dapat bergerak.
3. Tusuklah kulit dengan alat suntikan (disposable
syringe) olch tangan kanan, sampai ujung jarum masuk
ke dalam lumen vena.
4. Lepaskan atau regangkan pembendungan dan isap
perlahan-lahan darahnya dengan jalan menarik alat
pengisap sampai sejumiah darah yang dikehendaki
didapat.
5. Lepaskan pembendungan jika masih terpasang.
6. Taruhlah kapas di atas jarum dan cabutlah alat
suntikan (disposable syringe) itu.
7. Mintalah kepada orang yang disuntik darahnya supaya
menekan tempat bekas. tusukan beberapa menit
dengan kapas.
8. Lepaskan dari alat suntikan dan alirkan ke dalam
tabung penampung yang telah diisi anti koagulan.
(perhatikan, darah jangan disemprotkan)
9. Segeralah cuci jarum dan suntikan, sebelum darah
sempat membeku.

1.2.Antikoagulan untuk Mencegah Pembekuan Darah


Agar darah yang akan diperiksa tidak membeku,
dapat dipakai bermacam-macam antikoagulan. Tidak
semua macam antikoagulan dapat dipakai karena ada yang
dapat berpengaruh terhadap bentuk eritrosit atau leukosit
yang akan diperiksa. morfologinya. Beberapa antikoagulan
yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
1. EDTA
Zat ini sering digunakan dalam bentuk larutan 100%.

21
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

Bila ingin menghindarkan tedadinya Pcngenceran


darah, zat dalam bentuk keringpun dapat digunakan
namun harus seringkali mengguncangkan tabung
penampung karena EDTA dalam bentuk kering lambat
melarut. Zat ini sering digunakan karena tidak
berpengaruh terhadap bentuk eritrosit dan leukosit.
Tiap 1 mg EDTA dapat digunakan untuk mencegah
membekunya satu mL darah.
2. Heparin
Memiliki daya seperti anti trornbin, tidak berpengaruh
terhadap bentuk eritrosit dan leukosit. Dalam praktek
sehari-hari jarang digunakan karena sangat mahal
harganya. Tiap 1 mg heparin dapat mencegah
membekunya 10 mL, darah.
3. Natrium sitrat 3,8%
Merupakan larutan yang isotonik dengan darah. Dapat
digunakan untuk beberapa penentuan hematologi,
misainya laju endap darah.
4. Campuran Ammonium oksalat dan kalium oksalat
Bila digunakan sendiri-sendiri, ammonium aksalat
dapat menyebabkan mengembangkan eritrosit
sedangkan kalium oksalat dapat menyebabkan
mengerutnya eritrosi. Namun campuran kedua zat
tersebut dalam perbandingan 3:2 (Paul & Heller),
dapat digunakan sebagai antikoagulan dan tidak akan
berpengaruh terhadap eritrosit (hanya berpengaruh
terhadap morfologi leukosit).

1.3.Golongan Darah
Bila darah dari golongan yang bertentangan
ditransfusikan, akan mengakibatkan bahan dalam plasma
darah yang disebut aglutinin akan menggumpal dan juga
bila terjadi hemolisis (memecahnya sel darah merah).

Berdasarkan sistern ABO (Landssteiner), dikenal empat


macam golongan darah, yaitu:

22
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

1. Golongan darah A
Eritrositnya mengandung aglutinogen A, sedangkan
plasmanya mengandung aglutinin β (anti B)
2. Golongan darah B
Eritrositnya mengandung aglutinogen B, sedangkan
plasmanya mengandung aglutinin α (anti A)
3. Golongan darah AB
Eritrositnya mengandung aglutinogen A dan B,
sedangkan plasmanya tidak mengandung aglutinin αβ
(anti A,B).

Bila aglutinogen A bercampur dengan aglutinin α, atau bila


aglutinogen B bercarnpur dengan aglutinin β, maka akan
terjadi penggumpalan (aglutinasi).
Dalam transfusi darah, yang perlu diperhatikan bagi si
donor adalah aglutinogennya.

Hemolisis darah
Hemolisis adalah suatu keadaan pecahnya eritrosit. Hal ini
dapat terjadi apabila membran mengalami keadaan-
keadaan yang dapat mengubah struktur ataupun
integritasnya.

Keadaan-keadaan tersebut disebabkan karena oengaruh


fisik maupun kimia.

Pengaruh fisik yang dapat menyebabkan hemolisis antara


lain :
- Perubahan suhu
- perubahan tekanan osmotik
- radiasi
- gelombang ultrasonik
- benturan fisik

Sedangkan pengaruh secara kimia antara lain:


- Senyawa-senyawa yang akan merusak lipid membran,

23
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

seperti berbagai pelarut organik


- Senyawa-senyawa yang menyebabkan denaturasi
protein membaran.
- Penurunan material intra eritrosit yang berfungsi
mempertahankan struktur dan fungsinya seperti ATP,
NADH dan NADPH. Hal ini dapat disebabkan karena
gangguan glikoisis intra eritrosit.

2. PRAKTEK

2.1 PENENTUAN GOLONGAN DARAH

2.1.1 Tujuan Percobaan


Mahasiswa dapat mengetahui cara menentukan golongan
darah (sistem ABO).

2.1.2 Alat dan Bahan


 Darah kapiler atau darah vena
 Kaca objek
 Serum anti A, B

2.1.3 Prosedur Percobaan


Darah yang digunakan boleh darah kapiler segar atau
darah vena yang terlebih dahulu membeku dan sel-selnya
kemudian dilepaskan memakai lidi (tusuk gigi). Jumlah
darah yang dicampur dengan serum kira-kira mencapai
nilai hematokrit 2%.

1. Taruhlah di sebelah kiri dan kanan pada kaca objek


satu tetes serum anti A dan serum anti B.
2. Teteskan seletes darah kapiler pada serum di atas dan
campur baik-baik dengan lidi atau tusuk gigi.
3. Goyangkan kaca dengan membuat gerakan lingkaran
4. Perhatikan adanya aglutinasi secara visual, bila perlu
bisa menggunakan kaca pembesar (loop) atau
mikroskop.

24
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

Serum Serum Anti A, Golongan


Serum Anti-A
Anti-B B Darah
- - - O
+ - + A
- + + B
+ + + AB
Tafsiran hasil : (+ aglutinasi)

2.2 PENENTUAN KADAR HEMOGLOBIN


Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengart
bermacam-macam cara. Ada yang berdasarkan berati
jenis, cara spektrofotometri dan bisa juga dihitung dari
nilai hematokritnya.

A. Cara Sahli
Hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian
warna yang terja dibandingkan secara visual dengan
standar permanen dalam alat Sahli-Hellige. Cara ini
bukan merupakan suatu caram yang teliti, kelemahan
cara ini berdasarkan kenyataan bahwa hematin asam
bukan merupakan larutan sejati dan alat yang
digunakan juga tidak dapat distandarkan. Cara ini juga
kurang baik karena tidak semua macain hemoglobin
bisa diubah menjodi hematin asam, misalnya
karboksihemoglobin, methemoglobin dan
sulfhemoglobin.

B. Sianomethemoglobin
Hemoglobin diubah menjadi sianomethemoglobin
(methemoglobin sianida) dalam larutan yang
mengandung carnpuran kalium ferrisianida dan kalium
sianida. Serapannya diukur pada panjang golombang
540 nm. Penentuan hemoglobin dengan cara ini sangat

25
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

akurat dan sengat dianjurkan untuk digunakan. Metode


ini pengerjaannya sama dengan cara oksihemoglobin.
C. Dihitung dari nilai Hematokrit
Kadar hemoglobin orang sehat dihitung dengan
gram/100 mL darah, sama dengan 1/3 dari nilai
hematokritnya, umpamanya nilai hematokrit 45%
sesuai dengan 15 gram/100 mL, darah.

1.2.1 Tujuan Percobaan


Mahasiswa dapat menentukan Hb menurut Sahli

2.2.2 Alat dan bahan


1. Darah
2. Seperanglcat alat Hb Sahli

1.2.2 Prosedur Percobaan


1. Tabung diisi dengan HCl 0,1 N sampai garis yang
terendah
2. Isap darah sampai tanda 20
3. Alirkan darah dalam tabung tersebut dan campur
sampai warna coklat tua
4. Tambahkan aquades tetes demi tetes sambil
diaduk sampai warnnya sama dengan standar.
5. Pembacaan kadar Hb dalam g %
Kadar nomial Hb untuk pria : 14 - 18 g % ; wanita :
12 16 g %

1.3 PENENTUAN LAJU ENDAP DARAH


a. Tujuan Percobaan
Mahasiswa menentukan LED menurut cara Wintrobe

b. Alat dan Bahan


1. Darah oxalat atau darah EDTA
2. Pipet Wintrobe
3. Tabung Wintrabe

c. Prosedur Percobaan
26
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

1. Perolehlah darah oxalat alat darah EDTA


2. Dengan memakai pipet Wintrobe, masukkan
darah itu ke dalam tabung Wintrobe selinggi
garis garis tanda 0 min. Jagalah jangan sampai
terjadi gelembung hawa atau busa.
3. Biarkan tabung Wintrobe itu dalam sikap tegak
lurus pada satu tempat yang tidak banyak angin
selama 60 menit.
4. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan
milimeter dan laporkanlah angka itu sebagai
laju endap darah.

Nilai Normal LED :


Laki-laki : < 10 mm/jam
Perempuan : < 20 nun/jam

1.4 HAMBATAN DALAM PEMBEKUAN DARAH


1. Tujuan Percobaan
Mengetahui mekanisme kerja dari beberapa
inhibitor pembekuan derah (antikoagulan), dan
faktor-faktor pembekuan darah.
2. Alat dan Bahan
1. Darah
2. Na sitrat
3. Asam Oksalat
4. Heparin
5. EDTA
6. Cawan Porselen
3. Prosedur Percobaan
1. Ambil 5 buah cawan porselen kecil yang kering
dan bersih, masukkan ke dalamnya
masing-masing sedikit Na sitrat pada cawan 1,
oksalat pada cawan 2, heparin pada cawan 3,
EDTA pada cawan 4, cawan 5 sebagai blanko.
2. Pada masing-masing cawan tambahkan 1-2 mL,
darah, goyang-goyangkan.

27
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

3. Perhatikan cawan 1 sampai 4, dan bandingkan


dengan cawan 5.

1.5 HEMOLISIS SEL DARAH MERAH


1. Tujuan Percobaan
Memperlihatkan bahwa membran sel darah merah
dapat mengalami lisis dalam pelarut organik

2. Dasar
Membran sel darah merah (SDM) antam lain
mengandung lipid. Bila SDM dimasukkan ke dalam
larutan yang mengandung pelarut organik, maka
lipid membran akan larut sehingga tedadi
hemolisis.

3. Bahan dan Pereaksi


 Suspensi darah
 NaCl 0,9 %
 Klorofom
 Eter
 Aselon
 Toluena
 Alkohol

4. Pelaksanaan
1. Ke dalam 6 tabung reaksi dimasukkan
masing-masing 10 mL NaCl 0,9
2. Tabung pertama digunakan sehagai kontrol, dan
pada ke-5 tabung lainnya tambahkan masing-
masing 2 tetes kloroform, eter, aselon, toluena
dan alkohol berurutan.
3. Tambahkanlah ke dalam tiap tabung 2 tetes
suspensi darah, campur dengan membaliknya
perlahan-lahan, biarkan selama setengah jam
(jangan dikocok). Perhatikan warna yang
terbentuk pada larutan bagian atas dan

28
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

bandingkan dengan kontrol.

5. Hasil Percobaan
Pelarut Hemolisis
Kontrol (Nacl 0,9%)
Kloroform
Eter
Aseton
Alkohol

Kesimpulan

1.6 PENGARUH PELARUT KIMIA TERHADAP MEMBRAN


SEL DARAH MERAH
29
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

A. Tujuan
Memperlihatkan pengaruh larutan hiper/hipotonik
terhjadap membran sel darah merah.
B. Dasar
SDM akan mengkerut bila berada dalam larutan
hipertonik terhadap tekanan osmotik plasma.
Dalam larutan yang hipotonik, cairan dari luar sel
masuk ke dalam sel sehingga SDM akan
membengkak dan akhirnya terjadi hemolisis.
Hemoglobin dalam SDM akan larut dalam larutan,
sehingga memberi warna merah jernih pada
larutan.
C. Bahan dan Pereaksi
 Suspensi darah
 NaCI 2 %
D. Pelaksanaan
1. Ke dalam, 10 tabung reaksi isikan campuran
berikut ini:
Air suling NaCI 2%
Tabung % NaCI
(mL) (mL)
1 10,0 0,0
2 9,0 1,0
3 8,0 2,0
4 7,5 2,5
5 7,0 3,0
6 6,5 3,5
7 6,0 4,0
8 5,5 4,5
9 5,0 5,0
10 4,5 5,5

1. Campur dengan baik


2. Tambahkan 2 tetes suspensi darah ke dalam

30
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

setiap tabung dan campur dengan membaliknya


perlahan-lahan. Diamkan selama 1 jam.
3. Perhatikan dan catat derajat hemolisis pada
tiap-tiap tabung.

E. Hasil Percobaan

Tabung Kadar NaCl Hemositis


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

F. Kesimpulan

G. Pertanyann

31
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

1. Apakah yang dimaksud dengan hemolisis ?


2. Berapakah resistensi osmotik minimum SDM?

H. Jawaban

32
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

PARASITOLOGI

33
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

MODUL III
KLAS NEMATODA

I. TUJUAN
Mahasiswa mampu membedakan morfologi, habitat, hospes, dan
siklus hidup cacing klas Nematoda.

II. MATERI PRAKTIKUM


2.1 Nematoda yang ditularkan melalui tanah (“Soil Transmitted
Helminths”)
1. Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
a. Dewasa (jantan dan betina)
b. Telur
2. Trichuris trihiura (cacing cambuk)
a. Dewasa (jantan dan betina)
b. Telur
3. Cacing tambang : Necator americanus ; Ancylostoma
duodenale
a. Dewasa (jantan dan betina)
b. Telur
2.2 Nematoda yang tidak ditularkan melalui tanah (“Non-Soil Transmitted
Helminths”)
4. Enterobius vermicularis (cacing kremi)
a. Dewasa (jantan dan betina)
b. Telur
c. Larva rhabdiform
5. Wucheria bancrofti,
a. Dewasa (jantan dan betina)
b. Mikrofilaria
c. Vektor ; Culex fatigans, Aedes, Anopheles

III. PENDAHULUAN
3.1 Klasifikasi
a. Ascaris lumbricoides
Phylum : Nemathelminthes

34
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

Klas : Nematoda
Ordo : Ascarida
Famili : Ascaridae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
b. Trischuris trichiura
Phylum : Nemathelminthes
Klas : Nematoda
Ordo : Enoplida
Famili : Trichuridae
Genus : Trichuris
Spesies : Trichuris trihiura (cacing cambuk)
c. Necator americanus (cacing tambang)
Phylum : Nemathelminthes
Klas : Nematoda
Ordo : Strongylidae
Famili : Ancylostomatidae
Genus : - Necator
- Ancylostoma
Spesies : Necator americanus (cacing tambang)
d. Enterobius vermicularis/oxyuris vermicularis (cacing kremi)
Phylum : Nemathelminthes
Klas : Nematoda
Ordo : Oxyurida
Famili : Oxyuridae
Genus : Oxyuris
Spesies : Oxyuris vermicularis (cacing kremi)
e. Wucheria bancrofti
Phylum : Nemathelminthes
Klas : Nematoda
Ordo : Spirurida
Famili : Filarioidae
Genus : - Wuchereria - Loa
- Brugia - Mansonella
Spesies : Wucheria bancrofti

35
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

3.2 Morfologi
a. Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
a. Cacing dewasa
 Nematoda usus terbesar, putih-kuning kemerahan, cacing
mati berwarna putih
 Badan panjang silindris, kedua ujung lancip, kutikula
bergaris melintang.
 Mulut dengan tiga bibir (1 dorsal dan 2 lateroventral), bibir
dorsal memiliki sepasang papil peraba, dibagian dalam
memiliki gigi kitin yang kecil

Cacing jantan
Ukuran 10-31 mm x 3-5 mm, bagian posterior/ekor melengkung
ke depan, terdapat kloaka dengan spikula yang dapat ditarik
Cacing betina
Ukuran 22-35 mm x 3-6 mm, vulva membuka ke depan pada
2/3 posterior tubuh, terdapat penyempitan lubang vulva (cincin
kopulasi). Menghasilkan telur 200.000 butir sehari selama
hidupnya (6-12 bulan)

b. Telur
 Ukuran tergantung makanan dalam usus hospes
 Telur keluar bersama tinja dalam keadaan belum
membelah
 Ada tiga bentuk telur yang mungkin ditemukan, yaitu : telur
yang dibuahi, tidak dibuahi, dan dekortikasi.
 Telur yang dibuahi ; ukuran ±90x40µ, lonjong tidak
teratur, tenggelam dalam larutan garam jenuh
 Telur dekortikasi ; telur yang dibuahi tetapi kehilangan
lapisan albuminoidnya.

b. Trichuris trihiura (cacing cambuk)


 Menyerupai cambuk, 3/5 anterior tubuh halus seperti
benang, pada ujungnya terdapat kepala.

36
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

 Esofagus sempit, dinding tipis terdiri dari satu lapis sel,


panjangnya hampir sama dengan bagian tubuh yang halus.
Anus terletak di belakang sekali.

a. Cacing dewasa
Cacing jantan
 Panjangnya 30-45 mm (±4 cm)
 Bagian posterior/ekor melengkung ke depan/melingkar
(sehingga membentuk satu lingkaran penuh)
 Terdapat satu spikulum berbentuk lanset/pedang menonjol
keluar melalui selaput retraksi.
Cacing betina
 Panjangnya 30-50 mm (±5 cm)
 Ujung pasterior membulat tumpul, organ kelamin tidak
berpasangan (simpleks), terdiri atas ovarium yang berbelit,
sebuah uterus dan sebuah vagina yang pendek dan
berakhir di vulva yang terletak pada tempat tubuh mulai
menebal
 Menghasilkan 3.000-4.000 telur/hari, dapat sampai 10.000
telur/hari.
b. Telur
 Berukuran 50x25 m, berbentuk seperti tempayan, pada
kedua kutubnya terdapat overculum yang jernih dan
menonjol
 Dindngnya terdiri atas dua lapis, bagian dalam jernih,
bagian luar berwarna kecoklat-coklatan.
 Telur ini teraoung dalam larutan garam jenuh

c. Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma


duodenale)
Ciri – ciri umum cacing tambang:
 Putih abu-abu sampai kemerah-merahan, pada cacing betina ;
Necator americanus menyerupai huruf S sedangkan
Ancylostoma duodenale menyerupai huruf C
 Cacing jantan memiliki bursa kopulasi yang berguna untuk
memegang cacing betina waktu kopulasi

37
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

a. Cacing dewasa
Cacing Jantan
 Ukuran 5-9 mm x 0,3 mm
 Pada bagian ekor terdapat bursa kopulasi yang relatif lebar
dan panjang, berbentuk agak bulat
 Adanya dua spikula yang letaknya berdempetan serta
ujungnya terkait
Cacing betina
 Ukuran 9-11 mm x 0,4 mm
 Ujung posterior tidak didapatkan spina kaudal, vulva
terletak pada bagian anterior pertengahan tubuh
 Menghasilkan 9000 – 10000 telur/hari
b. telur
 Bentuk oval (bulat lonjong), tidak berwarna, ukuran 45 x
70 m, berdinding tipis, dinding luar dibatasi lapisan vitelline
yang halus
 Telur yang baru keluar bersama tinja ovumnya
bersegmentasi 2, 4, dan 8 sel

d. Strongyloides stercoralis
Merupakan cacing kecil yang dapat hidup bebas atau sebagai parasit
;
a. Bentuk parasiter
 Hanya ditemukan bentuk betina saja, karena setelah masa
perkawinan, cacing jantan tetap bertahan di daerah
trachea.
 Berbentuk filariform dengan ukuran 2,2 x 0,3 mm.
 Oesophagus silindris pada 1/3 panjang badan
 Ekor lancip, letak anus di daerah preanal
 Vulva pada batas 1/3 posterior dan 1/3 tengah tubuh
b. Bentuk bebas :
Cacing dewasa
 Oesophagus lonjong dengan bulbus oesophagus di bagian
posteriornya
 Ukuran : jantan 0,7 x 0,4 mm

38
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

Betina 1,0 x 0,5 mm


Betina
 Memiliki dua spikula kecil kecoklatan dengan ekor lancip
membengkok
 Vulva dekat pertengahan tubuh
c. Larva
Rhabditiform
 Halus pendek, oesophagus 1/3 bagian
 Bagian-bagiannya nyata, mulut lebar dan pendek
Filariform
 Halus panjang, eosephagus ½ badan
 Ekor bercabang (beda dengan larva filariform cacing
tambang)
e. Enterobius vermicularis (cacing kremi)
a. Cacing dewasa
Keputih-putihan, pada ujung anterior terdapat pelebaran
(alacephalic lateral), mulut dikelilingi 3 bibir, bulbus esofagus
terlihat jelas.

Cacing Jantan
Ukuran 2-5 x 0,1 – 0,3 mm, bagian ekor tumpul, menggulung,
memiliki sebuah spikulum yang jarang terlihat.

Cacing Betina
Ukuran 8-13 x 0,3-0,5 mm, bagian posterior 1/5 panjang tubuh.
Pada cacing hamil, uterus penuh berisi telur hampir mengisi
seluruh bagian tubuh kecuali bagian ekor, vagina panjang
menuju ke belakang. Seekor cacing dapat menghasilkan 11.000
telur.

b. Larva
 Larva rabditiform berukuran (140-150) x 10 m, memiliki
bulbus esophagus.
 Sebelum menjadi dewasa mengalami dua kali penyilihan
kulit

39
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

c. Telur
 Ukuran 50-60 x 20-30 m, lonjong asimetris, satu sisi rata,
sisi lainnya cembung
 Dinding telur bening, di dalamnya berisi embrio yang
terlipat.

f. Trichinella spiralis
a. Cacing dewasa
Berbentuk halus seperti rambut, ujung anterior langsing dengan
mulut kecil, bulat tanpa papel

Cacing Jantan
Ukuran 1,5 x 0,45 mm, ujung posterior melengkung ke ventral
dengan dua buah papel.

Cacing Betina
 Ukuran (3-4) x 0,6 mm, ujung posterior membulat dan
tumpul, memiliki masing-masing sebuah ovarium, oviducta
uterus.
 Bersifat vivipar, telur menetas dalam uterus dan keluar
dalam bentuk larva.

b. Larva
 Ukuran dalam otot (90-100) x 6 mm, melingkar
 Dihasilkan 1500 larva/ekor

g. Wucheria bancrofti
a. Cacing dewasa (Makrofilaria)
 Putih
 Bentuk silindris seperti benang, di bagian ekor tidak ada inti
Cacing jantan
Ukuran ±40 mm x 0,1 mm, ujung caudal/ekor melengkung ke
ventral

40
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

Cacing betina
Ukuran ± 65-100 mm x 0,24-0,30 mm, kutikula halus, kepala
agak bundar dengan papilla di sekitar mulut, ekor lurus dan
tumpul.

b. Mikrofilaria
 Ukuran 244-296 x 7,5-10m, kulit luar ditutp kutikula halus,
ujung anterior tumpul sedang ujung posterior tajam.
 Selubung tidak jelas, warna tidak jelas
 Inti halus dan teratur, bagian ekor kosong (tidak terdapat
inti)
 Chepalic space dengan perbandingan ukuran panjang
sama dengan lebarnya.

h. Brugia malayi dan Brugia timori


a. Cacing dewasa
Berbentuk halus seperti benang dan berwarna putih susu
Cacing jantan
Ukuran 22-23 mm x 0,09 mm(B. malayi) 13-23 mm x 0,88
mm(B. timori)

Cacing betina
Ukuran 55 mm x 0,16 mm(B. malayi), 21-39 mm x 0,1 mm (B.
timori)

b. Mikrofilaria
Ukuran 200-260 mm x 8 mm(B.malayi), 280 – 310 mm x 7 mm
(B. timori)

41
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

3.3 Habitat, Hospes, dan Vektor

Hospes
Jenis Nematoda Habitat
definitive
1. Ascaris lumbricoides usus halus manusia (tidak
membutuhkan
hospes perantara)

2. Trichuris trichiura usus besar manusia (tidak


terutama caecum, membutuhkan
dapat pula pada hospes perantara)
caecum dan
appendiks
3. Necator americanus usus halus manusia (tidak
(jejunum), pada membutuhkan
infeksi berat dapat hospes perantara)
sampai kolon dan
duodenum.
4. Strongyloides stercoralis Duodenum dan Manusia
proksimal jejunum)
5. Enterobius vermicularis Caecum dan manusia (tidak
sekitarnya yaitu memerlukan
appendix, colon hospes perantara)
ascendens dan
ileum
6. Trichinella spiralis - Usus halus mulai Manusia
dari duodenum
sampai ke
sekum
- larva dalam otot
bergaris lintang

42
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

7. Wucheria bancrofti saluran dan kelenjar manusia.


limfe terutama di
bawah
diafragma,
microfilaria
terdapat di
dalam darah.

Vektor :
Vektornya bergantung periodesitas
- Nokturna (menggigit
malam hari) terdapat dua
bentuk :
a. Nokturna brancofti perkotaan
urban bancroftian filariasis),
vector utamanya Culex
fatigans, hidup di dalam
rumah, tempat
perindukannya air kotor
sekitar rumah.
b. Filariasis bancrofti pedesaan
(rural bancroftian filariasis),
vektornya nyamuk
Anopheles, Aedes dan
Mansoni.
- Subperiodik diurna
Vektornya terutama Aedes
polynisiensi, menggigit siang
hari. Terdapat di pulau-pulau
daerah Polynesia (Samoa, Fiji
dan pulau sekitarnya).
8. Brugia malayi dan Brugia Hospes

43
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

timori B. malayi dapat di bagi dalam dua


varian yaitu yang hidup pada
manusia dan yang hidup pada
manusia dan hewan

B. timori hanya hidup pada manusia


Vektor

B. malayi yang hidup pada manusia


ditularkan melalui nyamuk
Anopheles barbirostris dan yang
hidup pada manusia dan hewan
ditularkan oleh nyamuk mansonia.

B. timori ditularkan oleh nyamuk


anopheles barbirotris.

3.4 Siklus Hidup


a. Ascaris lumbricoides :
 Telur infektif, berembrio, tertelan bersama makanan  di
lambung telur menetas, keluar larva. Cairan lambung,
mengaktifkan larva  bergerak ke usus halus  menembus
mukosa usus  masuk kedalam kapiler darah terbawa aliran
darah ke hati  jantung kanan  paru-paru  keluar dari
kapiler darah  masuk ke alveolus  broncheolus 
bronchus trachea  sampai ke larynk, tertelan masuk ke
esophagus  ke lambung kembali ke usus halus untuk
menjadi dewasa.
 Waktu yang diperlukan mulai larva menembus mukosa usus, ke
paru-paru dan berakhir di lumen usus, 10-15 hari. Sedang mulai
berada di dalam usus yang kedua kali sampai menjadi dewasa
dan menghasilkan telur berlangsung selama 6 -10 minggu.

44
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

b. Trichuris trichiura
 Telur keluar bersama tinja, mengalami pematangan di tanah 3-
5 minggu.
 Di bagian proksimal usus halus telur menetas, keluar larva,
menetap 3-10 hari, setelah dewasa cacing menetap di usus
besar.
 Dari saat telur infektif tertelansampai cacing betina bertelur,
siklus berlangsung 30-90 hari.
 Seperti ascaris lumbricoides, siklus hidup T. trichiura
merupakan siklus langsung karena tidak membutuhkan tuan
rumah perantara.

c. Necator americanus :
 Telur keluar bersama tinja pada suhu optimal (23-2..0C) dalam
24-28 jam telur menetas  keluar larva rhabditiform, pada
hari kelima, berubah menjadi larva filariform yang infektif
menembus kulit masuk ke dalam kapiler darah, terbawa aliran
darah, selanjutnya terjadi seperti pada ascaris lumbricoides.
 Waktu yang diperlukan sampai kembali ke usus halus ± 10 hari
 Cacing dewasa dapat hidup selama ± 10 tahun
 Larva dapat masuk ke dalam badan melalui air minum atau
makanan yang terkontaminasi
 Siklus hidup, berlaku bagi kedua spesies cacing tambang.

d. Strongiloides stercaralis
Mempunyai tiga macam siklus hidup :
1. Siklus langsung
Larva rabditiform  larva filariform menembus kulit manusia,
kemudian larva tumbuh, masuk ke dalam peredaran darah vena
dan melalui jantung kanan sampai ke paru.
Parasit mulai menjadi dewasa menembus alveolus, masuk ke
trachea dan laring  usus halus menjadi cacing dewasa.
2. Siklus tidak langsung
Larva rabditiform di tanah  cacing jantan dan betina bentuk
bebas, sesudah pembuatan cacing betina menghasilkan telur

45
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

 larva rabditiform larva filariform infektif  masuk ke


dalam hospes baru atau mengulangi fase hidup bebas.
3. Autoinfeksi
Larva rabditiform  larva filariform di usus atau di daerah
sekitar anus (perianal)  bila menembus mukosa usus atau
kulit perianal terjadi suatu daur perkembangan di daerah
hospes.

e. Enterobius vermicularis
 Cacing jantan mati setelah kopulasi  cacing betina hamil
 malam hari bermigrasi ke anus  karena suhu di luar
lebih rendah, uterus dan vagina berkontraksi  telur
berkelompok di daerah perianal dan perineum. Cacing betina
mati setelah bertelur. Telur-telur tersembunyi dalam lipatan
perianal sehingga jarang didapatkan dalam tinja 
beberapa jam kemudian telur telah matang dan infektif,
selanjutnya terjadi hal di bawah ini :
- Autoinfeksi, daerah perinatal gatal, digaruk, telur menempel
pada tangan atau di bawah kuku, kemudian telur ini
termakan oleh hospes yang sama.
- Telur tersebar pada kain tempat tidur, pakaian bahkan pada
debu dalam kamar, mengkontaminasi makanan atau
minuman sehingga dapat menginfeksi orang lain.
Seseorang dapat pula terinfeksi dengan menghirup udara
yang tercemar (infeksi aerogen/perinhalasi)
- Retrograd infeksi atau retrofeksi, larva di perianal masuk
kembali ke usus melalui anus sehingga akan terjadi infeksi
baru.
 Telur yang tertelan menetas di duodenum  keluar larva untuk
menjadi dewasa di caecum dan sekitarnya.
 Waktu yang dibutuhkan sejak menelan telur infektif sampai
cacing betina menghasilkan telur, 2 – 4 minggu. Cacing
berumur pendek, maksimal 2,5 bulan.

f. Trichinela spiralis
46
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

 Waktu larva lahir, induk cacing berada dalam pembuluh lymph


pada mukosa usus halus  ductus thoracius  aliran darah
 jantung kanan (trichina darah)  paru-paru  jantung kiri
 pembuluh arteri  Otot.
 Dalam otot, larva memanjang menurut arah serat otot, larva
menggulung seperti spiral dan terjadi proses eksitasi. Satu kista
biasa mengandung satu larva.
 Orang tertular dengan memakan daging yang menganddung
kista tadi (daging mentah/belum masak). Didalam usus terjadi
eksistasi dan larva menjadi cacing dewasa. Dalam 48 jam
setelah eksistasi, trichina usus ini dapat mengadakan kopulasi
yang berlangsung di dalam lumen usus dan cacing jantan mati
segera setelah kopulasi, yang betina dapat hidup dalam 7-8
minggu.

g. Wucheria bancrofti
 Cacing betina vivipar melahirkan microfilaria/pralarva, hidupnya
di dalam darah jaringan subkutan atau jaringan lainnya.
 Filaria membutuhkan insekta sebagai vector. Manusia
mendapatkan infeksi dengan melalui tusukan/gigitan vector
yang mengandung microfilaria yang infektif.
 Mikrofilaria yang dilahirkan  menembus dinding saluran limfe
ke dalam pembuluh darah kecil yang berdekatan atau melalui
ductus trocicus sampai ke dalam darah  terisap oleh vector
yang sesuai. Dalam tubuh vector, beberapa jam kemudian
menembus usus  ke otot torax mengalami metaforfosa,
stadium infektif dalam 1-3 minggu  vector menggigit hospes
definitive  melalui luka tusukan, larva melewati proboscis
masuk ke tubuh hospes.

h. Brugia malayi dan Brugia timori


 Masa pertumbuhan di dalam nyamuk kurang lebih 10 hari dan
pada manusia kurang lebih 3 bulan. Di dalam tubuh nyamuk,
kedua parasit mengalami dua kali pergantian kulit, berkembang
dari larva stadium I menjadi larva stadium II dan III, menyerupai
perkembangan parasit W. brancofti.

47
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

I. Cara Kerja :
1. Amati preparat-preparat yang disediakan di bawah mikroskop
2. Gambar serta beri keterangan tentang :
a. Nama spesies (Latin dan umum)
b. Kelas
c. Stadium
d. Ciri khas
e. Penyakit yang ditimbulkan

Gambar suklus hidup (dari Jeffrey dan Leach, 1983) dan morfologi
Trichuris trichiura

LAPORAN SINGKAT PRAKTIKUM NEMATODA JARINGAN

48
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

Tanggal praktikum :
Kelompok :

49
Praktikum Ilmu Dasar Keperawatan 1 STIKes Faletehan Serang

LAPORAN SINGKAT PRAKTIKUM NEMATODA


JARINGAN

Tanggal praktikum :
Kelompok :

50

Anda mungkin juga menyukai