Anda di halaman 1dari 71

NAMA

:
NIM
:
KELOMPOK :

PENYUSUN :
Theosobia Grace Orno, S.Si,M.Kes

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEGA REZKY
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kekuatan dan
kemampuan sehingga akhirnya Buku Panduan Praktikum Kimia Klinik I telah
terselesaikan juga, yang mana nantinya sebagai Penuntun Praktikum mata kuliah Kimia
Klinik I pada Program Studi DIII Analis Kesehatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Mega Rezky. Sumber bahan untuk menyusun Buku Panduan Praktikum ini berasal dari
beberapa buku, literatur, internet dan juga berdasarkan pengalaman penulis selama
bekerja di Laboratorium Kimia Klinik.
Buku Panduan Praktikum ini merupakan Buku Panduan Praktikum Kimia Klinik I
yang telah ada, tetapi telah direvisi dan disempurnakan, disini membahas tentang
pemeriksaan makroskopis yang meliputi jumlah, warna, kejernihan, berat jenis, bau,
dan derajat keasaman urine, mikroskopis meliputi sedimen urin serta analisis
senyawa/metabolit yang terdapat pada urine diantaranya glukosa, protein, zat keton,
senyawa turunan porfirin seperti bilirubin, urobilin, dan urobilinogen.
Terima kasih diucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pengadaan buku petunjuk ini. Adanya saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk
perbaikan selanjutnya.
Akhir kata, semoga Buku Panduan Praktikum ini dapat berguna bagi mahasiswa
Program Studi DIII Analis Kesehatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Rezky serta
pembaca sekalian umumnya, Amin.
Makassar, Agustus 2016

Penyusun

PEDOMAN KERJA / ATURAN LABORATORIUM KIMIA KLINIK I


Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

1. Setiap kali masuk dalam laboratorium kimia analitik wajib menggunakan alat
pelindung diri secara pribadi, yang terdiri atas: Sarung tangan karet yang tebal,
masker, jas praktikum, sepatu dan kaos kaki yang tertutup keseluruhan.
2. Bekerjalah selalu dengan cara yang rapi dan sistematis. Meja kerja harus selalu
dalam keadaan rapi dan bersih. Sediakan kain lap katun kasar untuk membersihkan
cairan yang tercecer pada meja/bangku kerja.
3. Alat kaca dan porselen hendaknya benar-benar bersih dan kering.
4. Botol reagensia/pereaksi tidak boleh dibawa ke bangku kerja. Siapkan meja khusus
untuk meletakkan semua pereaksi yang akan digunakan.
5. Jangan memboroskan gas maupun bahan kimia ketika praktikum. Gunakan
secukupnya sesuai kebutuhan.
6. Cara penggunaan pereaksi dilakukan dengan penetesan sedikit demi sedikit melalui
dinding tabung/ gelas.
7. Perhatikan pembuangan sampah. Bahan kimia berupa asam kuat dan basa kuat
tidak boleh dibuang langsung kedalam bak buangan, haruslah diencerkan terlebih
dahulu barulah dibuang kedalam bak buangan. Selanjutnya alirkan air sebanyakbanyaknya ke saluran bak buangan. Zat padat (gabus, kertas saring, dan lain-lain)
haruslah dibuang ke keranjang sampah yang disediakan di laboratorium. Urine,
darah ataupun bahan lain yang bersifat infeksius dibuang pada tempat yang telah
disediakan.
8. Semua hasil, baik positif maupun negatif hendaknya dicatat dengan rapi setelah
praktikum dilakukan. Menulis pengamatan eksperimen tidak boleh ditunda sampai
meninggalkan laboratorium.

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

9. Jika analisis tidak selesai pada akhir waktu praktikum, berilah etiket/ label dengan
jelas pada semua pekerjaan. Semua zat ditutup dengan kertas saring untuk
mencegah masuknya kotoran dan simpan dengan rapi untuk dilanjutkan pada
praktikum selanjutnya.
10. Cuci bersih, keringkan dan simpan semua alat laboratorium serta bersihkan
laboratorium sebelum meninggalkan ruangan.

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS

1. Jumlah Urine

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

Mengukur jumlah urine bermanfaat untuk ikut menentukan adanya gangguan


faal ginjal, kelainan dalam kesetimbangan cairan tubuh dan berguna juga untuk
menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif dan semi kuantitatif dengan urine. Adapun
mengukur jumlah urine dapat dilakukan dengan: Urine 24 jam, Urine Siang 12 jam
dan urine malam 12 jam, Urine sewaktu
Pra Analitik:
-

Siapkan urine sewaktu, urine ditampung pada saat praktikum hendak dilakukan.

Urine ditampung pada pot yang telah ditentukan. Beri label pada masing-masing
sampel.

Analitik:
-

Ukur jumlah urine menggunakan gelas ukur.

Pasca Analitik:
Catatan:
Jumlah urin 24 jam sangat berbeda per orang. Faktor yang berpengaruh pada
diuresis itu, misalnya umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman,
suhu tubuh, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didapat di
daerah tropis jumlah urin 24 jam antara 800-1300 ml untuk orang dewasa. Jika
diperhitungkan per kg BB, anak-anak mempunyai diuresis yang bersangkutan 3
sampai 4 kali lebih besar daripada orang dewasa. Tetapi jika melihat jumlah mutlak,
diuresis itu kurang besar. Jumlah urin 12 jam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih
besar dari urin malam 12 jam. Perbandingan itu tidak berubah, walaupun misalnya
banyaknya minuman pada malam hari dijadikan sama dengan siang hari.
Perbandingan antara urin siang 12 jam dan urin malam 12 jam seperti ditulis tadi,
tidak berlaku sepenuhnya pada anak-anak. Penelitian Urine sewaktu tidak perlu
Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

diukur dengan teliti. Akan tetapi baiklah selalu diperhatikan jumlah yang dikeluarkan,
karena banyaknya urine itu bukan hanya bertalian dengan warna dan berat jenis
saja tetapi juga berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan semikuantitatif seperti
pemeriksaan terhadap protein dan glukosa.
2. Warna Urine
Memperhatikan warna urine bermakna karena kadang-kadang didapat kelainan
yang berarti untuk klinik. Warna urine diuji pada tebal lapisan 7-10 cm dengan
cahaya tembus.
Pra Analitik:
Tidak memerlukan persiapan khusus.
Analitik:
-

Masukkan urine kedalam tabung reaksi kira-kira tabung.

Amati warna urine.

Pasca Analitik:
Nyatakan warna urine dalam: tidak berwarna, kuning muda, kuning tua, kuning
kemerahan, merah, kuning kecoklatan, kuning kehijauan, putih serupa susu, dll.
Catatan:
Pada umumnya warna urin ditentuan oleh besarnya diuresis; makin besar
diuresis maka makin muda warna urin itu. Biasanya warna normal urin itu antara
kuning muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan oleh beberapa macam zat
warna, terutama urochrom dan urobilin.
Jika didapat warna abnormal, selidiki penyebabnya. Dalam hal ini ingatlah
kelainan

warna

yang

dalam

keadaan

normal

pun

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

ada.

Disamping

itu,
6

pertimbangkanlah kemungkinan adanya zat warna abnormal, berupa hasil


metabolisme abnormal, tetapi mungkin juga berasal dari suatu jenis makanan atau
obat yang diberikan kepada orang yang sakit. Selanjutnya, ingatlah bahwa beberapa
keadaan warna urin mungkin baru berubah setelah dibiarkan.
Beberapa sebab warna urin:
Kuning
a. Zat warna normal dalam jumlah besar; urobilin, urochrom.
b. Zat warna abnormal; bilirubin
c. Obat-obatan dan diagnostika: santonin, PSP, ribovlafin (dengan florosensi hijau).
Santonin dan PSP berwarna kuning dalam lingkungan asam. Jangan lupa
kemungkinan bahwa warna kuning urin disebabkan karena zat warna yang terdapat
dalam makanan, seperti kembang gula, dll.
Hijau
a. Zat warna normal dalam jumlah besar; indikan
b. Obat-obatan dan diagnostika; metilen biru, Evans blue
c. Kuman-kuman; Ps.aeruginosa
Merah
a. Zat warna normal dalam jumlah besar; ureorythin
b. Zat warna abnormal; hemoglobin, porfirin, porfobilin.
c. Obat-obatan dan diagnostikum; santonin, PSP, amydopirin, BSP. Zat-zat warna
merah dalam lingkungan lindi juga perlu dipertimbangkan.
Cokelat

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

a. Zat warna normal dalam jumlah besar; urobilin


b. Zat warna abnormal; bilirubin, hematin, porfobilin.
Cokelat tua atau Hitam
a. Zat warna normal dalam jumlah besar; indikan
b. Zat warna abnormal; darah tua, alkapton, melamin
c. Obat-obatan; derivat-derivat fenol, argyrol.
Serupa Susu
a. Zat warna normal dalam jumlah besar; fosfat, urat
b. Zat warna abnormal; pus, getah fosfat, chylus, zat-zat lemak, bakteri, dan protein
yang membeku.
3. Kejernihan Urine
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna. Penting untuk
menentukan apakah urine itu telah keruh pada waktu dikeluarkan atau baru
kemudian jika dibiarkan. Tidak semua keruh bersifat abnormal. Urin normalpun akan
menjadi keruh jika dibiarkan atau didinginan; kekeruhan ringan ini disebut
nubeculadan terjadi dari lendir, sel-sel epitel dan leukosit yang lambat mengendap.
Pra Analitik:
Tidak memerlukan persiapan khusus.

Analitik:
-

Masukkan urine kedalam tabung reaksi kira-kira tabung.

Amati kejernihan urine.

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

Pasca Analitik:
Nyatakan kejernihan urine dalam: jernih, agak keruh, keruh, atau sangat keruh.
Catatan:
Sebab-sebab urin keruh:
1. Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah besar. Mungkin terjadi sesudah
seseorang makan banyak. Kekeruhan itu hilang jika urin diberikan asam asetat
encer. Sedimen mengandung banyak kristal fosfat atau karbonat.
2.

Bakteri-bakteri.

Kekeruhan

yang

terjadi

bukan

saja

disebabkan

oleh

berkembangbiaknya kuman, tetapi juga oleh bertambahnya unsur sedimen seperti


sel epitel, leukosit, dsb. Pemeriksaan sedimen termasuk yang dipulas Gram dan
biakan dapat membenarkan pendapat tadi. Kekeruhan yang disebabkan oleh
kuman tidak dapat dihilangkan dengan filtrasi atau dengan pemusingan biasa.
3. Unsur-unsur sedimen dalam jumlah besar
a). Eritrosit-eritrosit yang menyebabkan urin menjadi keruh dan berwarna serupa air
daging. Adanya dibenarkan dengan pemeriksaan mikroskopis sedimen.
b). Leukosit-leukosit;adanya dibenarkan dengan pemeriksaan mikroskopis sedimen.
Jika sedimen urin yang mengandung banyak leukosit dibubuhi larutan NaOH
pekat maka akan terjadi suatu massa yang sangat kental (Percobaan Donne).
c). Sel-sel epitel. Akan terlihat juga dalam sedimen pada pemeriksaan lebih lanjut.
4. Chylus dan Lemak; Urin keruh menerupai susu encer. Jika kekruhan disebabkan
oleh adanya butir-butir lemak maka pada pemeriksaan mikroskopis dapat dilihat
butir-butir lemak. Jika urin bercampur chylus atau lemak dikocok dengan eter,
kemudian eter itu diteteskan pada sepotong kertas akan ketinggalan bercak
lemak pada kertas.
Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

5. Benda-benda Koloid; Umumnya sukar diketahui koloid apa dan sebabnya maka
koloid itu ada dalam urin.
Sebab-sebab urin menjadi keruh setelah dibiarkan:
1. Nubecula
2. Urat-urat amorf yang terbentuk dalam urin asam dan dingin. Warna kekeruhan
dan endapan putih atau merah jambu dan akan lenyap jika urin dipanasi.
3. Fosfat amorf dan karbonat. Zat-zat ini mengendap dalam urin lindi atau urin yang
menjadi lindi. Kedua macam zat larut bila diasamkan, karbonat melarut dengan
pembentukan gas CO2.
4. Bakteri-bakteri. Mungkin bakteri tersebut tidak berasal dari tubuh melainkan
berkembang biak dalam urin yang ditampung dalam botol kotor. Kalau tidak
berasal dari dalam tubuh, adanya bakteri-bakteri itu tidak disertai bertambanhnya
unsur-unsur sedimen.
4. Bau Urine
Meskipun tidak disebut sebagai pemeriksaan penyaring, baik selalu diperhatikan
dan dilaporkan jika ada bau abnormal. Dalam hal inipun harus dibedakan bau yang
dari semula ada dari bau yang terjadi dalam urin yang dibiarkan tanpa pengawet.
Biasanya hanya bau yang ada dari semula yang bermakna.

Pra Analitik:
Tidak memerlukan persiapan khusus.
Analitik:
-

Masukkan urine kedalam tabung reaksi kira-kira tabung.

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

10

Nilai bau urine.

Pasca Analitik:
Nyatakan bau urine dalam: normal (ammonia dan asam/pesing), busuk, obatobatan, dll.
Catatan:
Bau urin yang normal disebabkan untuk sebagian oleh asam-asam organik yang
mudah menguap. Bau yang berlainan dari yang normal :
1. Oleh makanan yang mengandung zat-zat atsiri seperti jengkol, durian,
asperse,dll. Mudah dikenal dan bau itu ada dari semula.
2. Oleh obat-obatan seperti; terpentin, menthol, dsb. Telah ada dalam urin segar.
3. Bau amoniak oleh perombakan bakteri dari ureum. Biasanya terjadi dengan urin
yang dibiarkan tanpa pengawet; reaksi urin menjadi lindi. Kadang-kadang juga
perombakan ureum didalam kantong kencing oleh infeksi dengan bakteri tertentu.
4. Bau pada ketonuria; bau itu ada dari sebelumnya dan menyerupai buah-buahan
atau bunga layu (meskipun aseton yang banyak didapat namun baunya berbeda
dari bau aseton murni).
5. Bau busuk; jika ada dari semula mungkin berasal dari perombakan zat-zat
protein, umpamanya pada karsinoma dalam saluran kencing. Mungkin pula terjadi
pembusukan urin yang mengandung banyak protein diluar tubuh.
5. pH Urine
Penetapan reaksi atau pH tidak banyak berarti dalam pemeriksaan penyaring.
Akan tetapi pada gangguan kesetimbangan asam basa penetapan itu dapat
member kesan tentang keadaan dalam tubuh, apalagi jika disertai dengan
Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

11

penetapan jumlah asam yang diekskresikan dalam waktu tertentu, jumlah ion NH4,
dsb.
Selain pada keadaan diatas, Ph urin segar dapat memberi petunjuk kearah
etiologi pada infeksi saluran kencing; infeksi oleh E.coli biasanya menghasilkan urin
asam, sedangkan infeksi oleh Proteus yang merombak ureum menjadi amoniak
menyebabkan urin menjadi lindi.
Pra Analitik:
Tidak memerlukan persiapan khusus.
Analitik:
-

Masukkan urine kedalam tabung reaksi kira-kira tabung.

Celup kertas pH universal kedalam urine.

Cocokkan pada pH indikator.

Pasca Analitik:
Nyatakan pH urine dalam: normal (4,6-8,5)
Catatan:
Urin asam mengubah warna kertas lakmus yang biru menjadi merah. Urin lindi
mengubah kertas lakmus merah menjadi biru; jika urin lindi tersebut disebabkan
oleh amoniak, warna biru hilang lagi jika kertas itu dipanasi sedikit demi sedikit
sampai kering. Urin netral praktis tidak mengubah warna kerta lakmus, baik merah
maupun biru.
Dalam beberapa buku masih disebut adanya urin yang bereaksi amfoter yaitu
urin yang mengubah kertas lakmus merah menjadi biru dan juga biru menjadi merah
namun pendapat tersebut sulit dipertanggungjawabkan. Urin mungkin lindi, mungkin
Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

12

netral, mugkin pula asam tetapi tidak mungkin bereaksi dengan asam dan basa
sekaligus.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

Tanggal/ Waktu Praktikum :


Nama Percobaan

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

13

CARA KERJA

DATA HASIL PENGAMATAN

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

14

KESIMPULAN :

Paraf
Penanggungjawab Praktikum

(..)
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS

Pemeriksaan Sedimen Urine

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

15

Pemeriksaan sedimen urin termasuk pemeriksaan rutin. Urine yang dipakai


adalah urine segar atau urine yang dikumpulkan dengan pengawet (sebaiknya
formalin).yang paling untuk pemeriksaan sedimen ialh urine pekat untuk itu sangat baik
bila menggunakan urine pagi. Pada pemeriksaan ini diharapkan untuk menyebut hasil
pemeriksaan secara semikuantitatif dengan menyebut jumlah unsur sedimen yang
bermakna per lapangan pandang.
Pra Analitik:
Siapkan sampel urine pagi.
Analitik:
-

Masukkan urine kedalam tabung reaksi kira-kira tabung.

Kocok supaya sedimen urin bercampur dengan cairan bagian atas.

Masukkan 7-8 ml urine kedalam tabung sentrifuge dan putar selama 5 menit dengan
kecepatan 1500-2000 rpm.

Tuang cairan atas keluar dari tabung denga satu gerakan yang agak cepat tetapi
luwes kemudian tegakkanlah kembali tabung hingga cairan yang masih melekat
pada dinding mengalir kembali ke tabung. Volume cairan dan edimen kira-kira 0,5
ml.

Kocok tabung untuk meresuspensikan sedimen.

Tetes kira-kira 2 tetes dari urin yang bercampur sedimen tersebut ke permukaan
kaca objek dan tutuplah dengan deq glass.

Turunkan kondensor mikroskop atau kecilkan diafragmanya kemudian periksalah


sedimen

tersebut

dengan

lensa

objektif

kecil

(10x)

kemudian

naikkan

pembesarannya menjadi 40x jika objek tidak terlihat jelas.

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

16

Laporkan sesuai pengamatan.


Pasca Analitik:
Unsur-unsur sedimen dibagi atas 2 golongan: organik dan non organik. Unsur
organik terdiri atas: sel epitel, leukosit, eritrosit, silinder (silinder hialin, silinder berbutir,
silinder lilin, silinder fibrin, silnder eritrosit, silinder leukosit dan silinder lemak), oval fat
bodies, benang lendir, silindroid, spermatozoa, dan potongan jaringan lainnya. Unsur
non organik terdiri atas: bahan amorf, Kristal normal (asam urat, natrium urat, kalsium
sulfat, kalsium oxalate, asam hipurat, triple fosfat, kalsium karbonat, dan kalsium
fosfat), Kristal abnormal (cystine, leucine, tyrosine, kolesterol, bilirubin, dan
hematoidin).
Jumlah unsur sedimen yang tampak dilaporkan secara semikuantitatif yaitu
jumlah rata-ratanya per LPK atau LPB. Jumlah silider dilaporkan rata-ratanya per LPK
sedangkan jumlah rata-rata eritrosit dilaporkan rata-ratanya per LPB.
Unsur-unsur sedimen yang kurang bermakna (misalnya sel epitel dan kristal)
tidak dilaporkan seperti diatas, hanya dilaporkan + (ada), ++ (banyak), +++ (banyak
sekali).
Catatan:
1. Pemeriksaan sedimen dapat memberi data mengenai saluran kencing mulai dari
ginjal sampai pada ujung uretra yang tak mungkin diperoleh dengan pemeriksaan
lain. Hasil pemeriksaan sedimen sering dikurangi maknanya oleh salah tindakan.
Beberapa sumber kesalahan yang sering didapat:

Cahaya yang masuk kedalam mikroskop terlal terang sehingga unsur halus tidak
terlihat.

Pemeriksaan hanya dilakukan sebatas objektif 40x, tidak dimulai dari objektif 10x.

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

17

Urine yang diperiksa tidak segar, sebagian unsure sedimen menjadi rusak.

Alat-alat yang digunakan termasuk mikroskop tidak bersih.

Pada umumnya unsur-unsur organic lebih bermakna daripada non organik. Unsurunsur organik antara lain:

Sel Epitel: hampir selalu ada, apalagi yang skuamous dan berasal dari kandung
kemih, uretra, dan vagina. Sel epitel bulat dianggap berasal dari tubulus ginjal dan
tidak mempunyai arti jika jumlahnya sangat sedikit. Pada glomerulonefritis jumlah
sel epitel bulat ini bertambah banyak dan mngkin menyatakan tanda-tanda denerasi
lemak. Sel epitel bulat yang berasal dari saluran kencing proximal sukar dibedakan
dari leukosit karena ukuran yang hampir sama. Bertambanhya sel epitel
menunjukkan kepada iritasi atau radang sesuatu permukaan selaput lendir.

Oval Fat Bodies: yaitu sel epitel bulat yang mengandung lemak berasal dari tubulus
ginjal dan ada hubungannya dengan sindroma nefrotik.

Leukosit: angka-angka jumlah leukosit per 24 jam yang dilakukan dengan addis
count membuktian bahwa sejumlah sampai 650.000 leukosit per 24 jam tidak selalu
berarti abnormal. Dalam urin wanita dewasa mungkin didapat lebih banyak leukosit
yaitu yang barasal dari vagina dan vulva. Jika hendak mengesampingkan hal ini
maka lakukan pemeriksaan dengan menggunakan urine porsi tengah.

Silinder: tempat pembentukannya ialah di tubulus ginjal. Pada pemeriksaan addis


count didapat sejumlah hingga 2000 silinder hialin per 24 jam pada orang normal.
Pada pemeriksaan biasa mungkin saja menunjukkan hasil yang normal.

Benang Lendir: didapat pada iritasi permukaan selaput lender tractus urogenitalis
bagian distal.

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

18

Silindroid: Tidak banyak berarti, mungkin dalam jumlah banyak mengindikasikan


adanya radang ringan.

Spermatozoa: jika ditemukan dalam urin tidak memiliki arti klinik tertentu.

Potongan jaringan: jika didapat berarti ada sesuatu yang serius dan perlu dilakukan
pemeriksaan selanjutnya.

Bakteri: Bakteri yang didapat disamping kelainan sedimen khusus bersamaan


dengan banyaknya leukosit menunjukkan adanya suatu infeksi dan dapat diperiksa
lebih lanjut dengan memulas sedimen dengan pengecatan Gram atau dengan
biakan urin untuk identifikasi. Bakteri-bakteri tertentu yang terdapat dalam urine
sebelum dikeluarkan dari tubh dapat mengubah nitrat dalam urin menjadi nitrit.
Bentuk sedimen non organic perlu diketahui juga agar unsure-unsur itu tidak

dianggap sesuatu yang berarti. Bahan amorf, Kristal asam urat, calcium oxalate, triple
fosfat ialah yang sangat sering dilihat dalam sedimen dan tidak mempunyai arti apapun.
Adanya kristal-kristak tersebut tidak ada hubungannya dengan batu ginjal tetapi
merupakan sisa metabolisme yang normal, keberadaannya ditentukan oleh jenis dan
banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin.
Tidak jarang dalam urine kelihatan unsure-unsur yang tidak mungkin seperti benang
atau serat kapas halus, rambut, diatome, dsb. Hal ini menandakan cara memperoleh
urine tidak memenuhi syarat kebersihan. Sangat berhati-hatilah menamakan sesuatu
Kristal tyrosine, leucine, dsb. Adanya asam-asam amino tersebut dalam jumlah besar
sehingga mengkristal dalam urine menandakan penyakit hati serius.

ATLAS SEDIMEN URIN

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

19

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

20

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

21

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

22

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

23

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

24

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

25

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

26

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

27

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

28

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

29

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

30

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

31

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

32

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

33

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

Tanggal/ Waktu Praktikum :


Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

34

Nama Percobaan

CARA KERJA

DATA HASIL PENGAMATAN

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

35

KESIMPULAN :

Paraf
Penanggungjawab Praktikum

(..)
PEMERIKSAAN KIMIA

1. Pemeriksaan Protein Urine dengan Asam Asetat

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

36

Pemeriksaan terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin. Kebanyakan cara


rutin untuk menyatakan adanya protein dalam urine berdasarkan pada timbulnya
kekeruhan. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu menjadi suatu ukuran
untuk jumlah protein yang ada, maka menggunakan urine yang jernih betul menjadi
syarat penting.
Pra Analitik:
Tidak memerlukan persiapan khusus.
Analitik:
-

Masukkan urine kedalam tabung reaksi kira-kira tabung.

Dengan memegang tabung reaksi pada ujung bawah, lapisan atas urin itu
dipanasi diatas nyala api sampai mendidih selama 30 detik.

Perhatikan terjadi kekeruhan di lapisan atas urin itu. Jika terjadi kekeruhan
mungkin disebabkan oleh protein, tetapi juga mungkin oleh kalsium karbonat
atau kalsium fosfat.

Teteskanlah kemudian kedalam urine yang masih panas itu 3-5 tetes larutan
asam asetat 6%. Jika kekeruhan itu disebabkan oleh kalsium fosfat kekeruhan
itu akan lenyap. Jika kekeruhan itu disebabkan oleh kalsium karbonat kekeruhan
akan hilang juga tetapi dengan pembentukan gas. Jika kekeruhan tetap ada atau
menjadi lebih keruh lagi maka tes terhadap protein dinyatakan positif.

Panasi sekali lagi lapisan atas itu sampai mendidih dan kemudian berilah
penilaian semikuantitatif pada hasilnya.

Pasca Analitik:
-

Negatif

: Tidak ada kekeruhan sama sekali

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

37

Positif 1

: Ada kekeruhan ringan tanpa butiran, kadar protein kira-kira 0,01-

0,05%
-

Positif 2

: Kekeruhan mudah dilihat dan tampak butiran dalam kekeruhan,

kadar protein kira-kira 0,05-0,2%.


-

Positif 3

: Urin jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-keping, kadar

protein kira-kira 0,2-0,5%.


-

Positif 4

: Urin sangat keruh dan kekeruhan berkeping-keping besar atau

bergumpal-gumpal ataupun memadat kadar protein

lebih dari 0,5%. Jika

terdapat lebih dari 3% protein akan terjadi bekuan.


Catatan:
Protein yang ada dalam keadaan koloid dipresipitasi seperti pada percobaan
sulfosalisil. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik
isoelektrik protein; pemanasan selanjutnya dengan denaturasi hingga terjadi
presipitasi. Proses presipitasi diantu oleh adanya garam-gara yang telah ada dalam
urin atau yang ditambahkan pada urin.
Percobaan ini cukup baik untuk klinik karena sebanyak 0,004% protein dapat
dinytakan dengan tes ini. Cara ini hanya memakai sebuah tabung. Asam asetat
yang dipakai tidak penting konsentrasinya, tiap konsentrasi antara 3-6% boleh
dipakai yang penting ialah Ph yang diperoleh dengan dengan pemberian asam
asetat. Karena itu, kebanyakan menggunakan larutan penyanggah Ph 4,5 sebagai
pengganti larutan asam asetat. Urin yang encer mempunyai BJ rendah dan tidak
baik digunakan pada tes ini; jika BJ berkisar antara 1003 dan 1006 tambahkanlah
NaCl jenuh sebanyak 1/5 dari volume urin. Jika menggunakan penyanggah seperti
disebut diatas, pemberian NaCl tidak perlu lagi.

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

38

Hasil yang baik pada percobaan dengan asam asetat diperoleh dengan urin
yang reaksinya asam. Sebelum reaksi dimulai, urin yang lindi dijadikan asam
dengan sedikit asam asetat. Karena kekeruhan yang ringan sukar dilihat, pakailah
tabung yang baik untuk tes terhadap protein, tabung yang telah tergores jangan
dipakai.
Sumber

reaksi

negative

palsu

pada

percobaan

pemanasan

dengan

menggunakan asam asetat ialah pemberian asam asetat yang berlebihan sehingga
menghilangkan kekeruhan yang halus. Sedangkan sumber reaksi positif palsu
mungkin: nucleoprotein, mucin, proteose (albumose), asam-asam resin, dan protein
Bence Jones.
Penetapan Jumlah Protein dengan Metode Esbach
Penetapan jumlah protein hanya berarti jika dilakukan dengan timed specimen,
biasanya digunakan urin 12 jam atau urin 24 jam.
Pra Analitik:
Sampel yang digunakan: Urin 12 jam dan 24 jam
-

Siapkan botol penampung urin (volume minimal 2L) yang telah diberi pengawet
(toluena 2-5 ml atau 1-2 ml formalin).

Catat waktu pertama penampungan

Tampung urin setiap kali berkemih dalam botol

Tutup rapat dan kocok hingga tercampur urin dengan pengawet

Analitik:
-

Urin jernih yang dipakai harus bereaksi asam; jika perlu tambahlah beberapa
tetes asam asetat glasial pada urin hingga reaksinya menjadi asam.

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

39

Isiah tabung Esbach (albuminometer Esbach) terlebih dahulu dengan serbuk


batu apung sampai 3 mm tingginya, yaitu cukup banyak untuk meliputi dasar
tabung, kemudian isilah dengan urin setinggi garis bertanda U.

Tambahkan reagens Esbach pada urin sampai garis tanda R

Sumbatlah tabung dan bolak-balik 12 kali (jangan dikocok)

Tingginya presipitat dibaca dan menunjukkan banyaknya gram protein per liter
urin.

Pasca Analitik:
Catat hasil presipitat sebagai hasil protein dalam satuan gram/liter
Catatan:
Cara Esbach sebagai penetapan kuantitatif protein dalam urin sudah sangat
lama dan sebenarnya tidak lagi sesuai dengan kemajuan laboratorium klinik masa
kini. Baik ketelitian maupun ketepatannya sangat rendah, sehingga hasilnya hanya
merupakan sekedar pendekatan. Jika menghendaki penetapan yang lebih baik,
pilihlah cara yang mengendapkan protein secara sempurna misalnya dengan asam
TCA kemudian mereaksikan dengan biuret dan kemudian ukur absorbansinya
dengan menggunakan metode spektrofotometri.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

Tanggal/ Waktu Praktikum :


Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

40

Nama Percobaan

CARA KERJA

DATA HASIL PENGAMATAN

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

41

KESIMPULAN :

Paraf
Penanggungjawab Praktikum

(..)
2. Pemeriksaan Glukosa Urine dengan Pereaksi Benedict
Pemeriksaan terhadap adanya glukosa urin termasuk pemeriksaan penyaring.
Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda.
Cara yang tidak spesifik menggunakan sifat glukosa sebagai zat pereduksi. Diantara
Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

42

banyak macam pereaksi yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang
mengandung garam cupri yang sangat banyak digunakan. Glukosuria dapat
dibuktikan juga dengan cara spesifik yang menggunakan enzim glukosa oxidase
untuk menghasilkan reaksi warna dalam pereksi yang digunakan.
Pra Analitik:
Tidak memerlukan persiapan khusus.
Analitik:
-

Masukkan 5 ml pereaksi Benedict kedalam tabung reaksi.

Teteskan 5-8 tetes urine kedalam tabung ang telah berisi pereaksi Benedict.

Masukkan tabung kedalam air mendidih selama 5 menit.

Angkat tabung, kocoklah isinya dan nilai hasilnya.

Pasca Analitik:
-

Negatif

: Tetap biru jernih atau sedikit kehijauan dan agak keruh.

Positif 1

: Hijau kekuningan dan keruh, kadar glukosa kira-kira 0,5-1%

Positif 2

: Kuning keruh, kadar glukosa kira-kira 1-1,5%

Positif 3

: Jingga atau warna lumpur keruh, kadar glukosa kira-kira 2-3,5%.

Positif 4

: Merah keruh, kadar protein lebih dari 3,5%.

Catatan:
Karena hasil disebut dengan cara seminkuantitatif, perbandingan banyaknya
pereaksi dan urine sangat penting. Untuk menghemat reagen test ini sering
dilakukan dengan 2,5 ml reagens dan 3-4 tetes urin; hasilnya tidak berbeda. Air
tempat memasukkan tabung haruslah mendidih betul, jangan hanya panas saja.

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

43

Jika hanya akan memeriksa satu atau dua pemeriksaan reduksi, pemanasan boleh
dilakukan juga dengan nyala api; dalam hal ini isi tabung harus perlahan-lahan
mendidih selama 2 menit.
Diantara pereaksi yang mengandung garam cupri untuk menyatakan reduksi,
pereaksi Benedictlah yang terbaik. Walaupun begitu, selalu hendaknya diingat
bahwa yang ditentukan ialah sifat reduksi suatu zat saja yang tidak selalu berarti
glukosa. Juga monosakarida lain seperti galaktosa, fruktosa dan pentose, disakarida
seperti laktosa dan beberapa zat bukan gula seperti asam homogenisat dan
alkapton dapat mengadakan reduksi. Zat bukan gula dalam urin yang mungkin
mengadakan reduksi,misalnya formalin, glukoronat (hasil konjugasi dalam hati
dengan macam-macam zat dan obat-obat streptomycin), salisilat dalam kadar tinggi,
vitamin C, dsb. Jika urin banyak mengandung albumin, yaitu dengan reaksi 3+ atau
4+, buanglah dahulu albumin tersebut karena mungkin jumlah besarnya dapat
mereduksi. Caranya ialah dengan memanaskan urin seperti test pemanasan dengan
asam asetat kemudian menyaringnya kemudian filtratnya dipakai untuk pemeriksaan
reduksi.
Jika ingin memastikan bahwa reduksi disebabkan oleh glukosa, lakukanlah tes
dengan fenilhidrazine untuk menyusun kristal-kristal glukosazon yang mudah
diidentifikasi atau

lakukanlah tes terhadap

glukosa

dengan

reagen yang

mengandung glukosa-oxidase. Untuk membuktikan adanya gula-gula lain dapat


dilakukan tes khusus terhadap umpamanya galaktosa, pentosa, fruktosa, dan
laktosa.
Pereaksi lain yang sering digunakan adalah Fehling, Nylander, dll. Untuk
memeriksa reduksi dalam urine tidak dianjurkan untuk pekerjaan sehari-hari.

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

44

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

Tanggal/ Waktu Praktikum :


Nama Percobaan

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

45

CARA KERJA

DATA HASIL PENGAMATAN

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

46

KESIMPULAN :

Paraf
Penanggungjawab Praktikum

(..)
4. Pemeriksaan Urobilin Urine dengan Pereaksi Schlesinger
Dalam urin segar praktis tidak ada urobilin. Zat itu baru kemudian timbul oleh
oxidasi urobilinogen. Pada pemeriksaan terhadap urobilin sengaja ditambahkan
sedikit iodium sebagai larutan Lugol untuk menjalankan oxidasi itu. Yang dipakai
untuk menyatakan urobilin ialah pereaksi Schlesinger, yaitu larutan zinkasetat atau
Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

47

zinkklorida yang jenuh dalam alcohol 95%. Jika ada bilirubin dalam urin zat itu harus
dibuang lebih dahulu dengan menambah kalsiumhidroxida padat kepada urin yang
menyaringnya; pakailah filtrate untuk percobaan.
Pra Analitik:
Tidak memerlukan persiapan khusus.
Analitik:
-

Masukkan 5 ml urine kedalam tabung reaksi dan perhatikanlah apakah ada


florosensi atau tidak.

Kalau ada florosensi maka urine itu tidak dapat dipakai untuk tes terhadap
urobilin, karena akan menjadikan hasil tes positif palsu.

Kalau tidak ada florosensi, tambahkan 2-4 tetes larutan Lugol, campur dan
biarkan selama 5 menit atau lebih.

Bubuhilah 5 ml pereaksi Schlesinger, .campur dan dan kemudian saringlah.

Periksalah adanya florosensi dalam filtrate, diuji dengan cahaya matahari


berpantul dengan latar belakang yang hitam.

Pasca Analitik:
-

Negatif

: Tidak berubah warna/tidak ada florosensi.

Adanya florosensi hijau menandakan hasil positif yang dapat dinilai sebagai +
atau ++

Catatan:
Bilirubin mengganggu percobaan, maka itu harus dibuang dulu dengan cara
yang telah dijelaskan diatas. Jika ada florosensi sebelum diberikan pereaksi
Schlesinger, mungkin hal itu disebabkan oleh zat-zat yang mempunyai daya
Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

48

florosensi. Diantara zat-zat itu yang sering didapat adalah riboflavin dari tablet
multivitamin dsb, flurosensi (dipakai sebagai diagnostikum), eosin dan erytrosin
(dipakai untuk mewarnakan gula-gula mercurochrome dan acriflavin). Florosensi
yang disebabkan oleh riboflavin dapa dikenal dengan percobaan Naumann. Pada
tes ini tidak dapat dipakai cara semikuantitatif untuk menilai hasilnya, meskipun dari
kerasnya florosensi dapat juga diduga konsentrasi urobilin. Untuk itu, hasil
percobaan hanya dinilai dengan -, +, ++ saja.
Tes terhadap urobilin menurut Schlesinger masih juga ada manfaat lain, yaitu
jika terpaksa memeriksa urin yang tidak segar lagi. Biarpun urin itu tidak lagi berisi
urobilinogen, sehingga test menurut Wallace Diamond menjadi negative, tetapi
reaksi florosensi kuat dengan pereaksi Schlesinger member petunjuk bahwa semula
mungkin ada banyak urobilinogen dala urine yang diperiksa.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

Tanggal/ Waktu Praktikum :


Nama Percobaan

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

49

CARA KERJA

DATA HASIL PENGAMATAN

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

50

KESIMPULAN :

Paraf
Penanggungjawab Praktikum

(..)
5. Pemeriksaan Urobilinogen Urine dengan Metode Wallace Diamond
Urobilinogen dan beberapa macam zat lain yang mungkin terdapat dalam urine
bereaksi dengan pereaksi Erlich menyusun zat warna yang merah. Karena
urobilinogen dioksidasi oleh udara terlebih jika terkena cahaya matahari menjadi
urobilin yang tidak dapat bereaksi dengan pereaksi Erlich itu, maka sangat penting

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

51

untuk memakai urine segar atau memakai urine yang diawetkan dengan
menggunakan pengawet natrium karbonat.
Jika akan melakukan pemeriksaan ini dengan urin sewaktu sebaiknya gunakan
urin yang dikeluarkan pada sore hari karena ekskresi urobilinogen meningkat pada
sore hari. Bilirubin mengganggu percobaan ini, karena akan membentuk zat hijau
dengan erlich; jika ada, harus dibuang dulu dengan cara mengocok urin dengan
kalsium hidroksida padat dan kemudian meyaringnya. Filtrat dipakai untuk
pemeriksaan urobilinogen.
Tes terhadap urobilinogen sebaiknya dilakukan dengan cara yang member
kemungkinan untuk penilaian semikuantitatif.
Pra Analitik:
Tidak memerlukan persiapan khusus.
Analitik:
-

Masukkan 10 ml urine kedalam tabung reaksi dan tambahkan 1 ml pereaksi


Erlich.

Campur dan biarkan 3-5 menit (tidak boleh lebih).

Hasil pemeriksaan ditentukan sbb: lihatlah dari atas ke bawah kedalam tabung
reaksi itu yang didirikan vertical dengan sepotong kertas putih di bawahnya. Jika
warna merah yang terlihat pada cara itu hanya samar-samar saja, percobaan
dianggap selesai. Namun jika warna merah yang terlihat sangat pekat, lanjutkan
pemeriksaan dengan pengenceran.
Tabung No.

Urine (ml)

1,0

0,5

0,3

0,25

0,20

0,15

0,125

0,10

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

52

Air sampai (ml)

10

10

10

10

10

10

10

10

Pengenceran

10x

20x

33x

40x

50x

70x

80x

100x

Dengan memakai urine yang diencerkan itu dilakukan lagi pemeriksaan seperti
diatas.

Hasil pemeriksaan dilaporkan berdasarkan pengenceran tertinggi yang masih


memperlihatkan warna merah dan juga menyebutkan pengenceran yang tidak
menimbulkan warna merah lagi. Contoh: pengenceran 1:40 positif, pengenceran
1:50 negatif.

Pasca Analitik:
-

Negatif

: Tidak berubah warna

Adanya warna merah menandakan hasil positif yang dapat dinilai sebagai + atau
++

Catatan:
Hasil pemeriksaan harus dibaca dalam waktu paling lama 5 menit, karena jika
dibiarkan maka warna merah tersebut akan menjadi lebih merah lagi dan mencapai
puncaknya setelah 30 menit. Dalam keadaan normal urine memberikan reaksi positif
sampai pengenceran 20x sedangkan yang diencerkan 40x negative. Jika urine pada
pengenceran 40x masih positif menandakan ekskresi urobilinogen (atau kromogen
lain) bertambah banyak. Jika warna merah hanya timbul dalam urine yang tidak
diencerkan atau didalam urine yang diencerkan kurang dari 20x mungkin ekskresi
urobilinogen kurang dari normal.
Selain urobilinogen, beberapa zat lain (kromogen) yang juga menyusun
warna merah jika bereaksi dengan pereaksi Erlich adalah zat-zat yang termasuk
dalam golongan derivate indol, diantaranya: 5,6-dihidroxiindol pada melanuria, 5-

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

53

hidroxiindol acetic acid (5HIAA) pada sindroma carcinoid, indoxil dan skatoxil sulfat
(indikan) dan porfobilinogen.
Karena zat-zat tersebut tadi memiliki arti yang sangat besar dalam klinik,
maka harus selalu diingat bahwa reaksi terhadap urobilinogen mungkin menjadi
positif palsu oleh adanya slah satu jenis zat tadi. Tes ini dapat diganggu oleh zat-zat
lain yang tidak segolongan misalnya: sulfonamide dan procain yang menghasilkan
warna hijau; formalin juga menghambat jalannya reaksi; pada infeksi mungkin
terbentuk nitrit-nitrit yang menyebabkan warna hijau.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

Tanggal/ Waktu Praktikum :


Nama Percobaan

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

54

CARA KERJA

DATA HASIL PENGAMATAN

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

55

KESIMPULAN :

Paraf
Penanggungjawab Praktikum

(..)
6. Pemeriksaan Bilirubin Urine dengan Metode Harrison
Bilirubin yang ada dalam urin dipekatkan diatas kertas saring dengan jalan
mempresipitatkan fosfat-fosfat yang ada didalam urine menggunakan bariumklorida
(BaCl2) dan bilirubin melekat pada presipitat itu. Bilirubin yang telah dikumpulkan itu
dioksidasi menjadi biliverdin yang berwarna hijau dengan pereaksi Fouchet.
Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

56

Pra Analitik:
Tidak memerlukan persiapan khusus.
Analitik:
-

Masukkan 5 ml urine kedalam tabung reaksi, kocoklah.

Tambahkan 5 ml larutan BaCl2 10%, campur dan saringlah.

Kertas saring yang berisi presipitat diangkat dari corong, dibuka lipatannya dan
ditaruh mendatar diatas corong itu. Biarkan beberapa saat hingga ahak kering.

Teteskan 2-3 tetes pereksi Fouchet keatas presipitat diatas kertas saring itu.

Timbulnya warna hijau menandakan positif bilirubin.

Pasca Analitik:
-

Negatif

: Tidak berubah warna

Adanya warna hijau menandakan hasil positif yang dapat dinilai sebagai + atau +
+

Catatan:
Warna urine sering telah member petunjuk tentang kemungkinan adanya
bilirubin. Karena bilirubin berubah menjadi zat-zat lain maka warna itu mungkin
berbeda-beda, misalnya: kuning tua, kuning campur hijau, coklat, dsb. Bilirubin
glukoronida adalah suatu zat yang tidak tahan sinar matahari, zat itu pecah oleh
proses oksidasi dan hidrolisis. Simpanlah sampel urine pada tempat yang bebas
sinar matahari langsung dan janganlah tunda pemeriksaan.
Dengan pereksi Fouchet bilirubin dioksidasi menjadi biliverdin yang berwarna
hijau, tetapi disamping biliverdin mungkin sekali terjadi hasil oksidasi lain juga yang
warnanya biru (bilisianin) atau kuning (choletelin). Hanya jika terjadi warna hijaulah
Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

57

tes dengan pereaksi Fouchet dianggap psitif. Meskipun dari intesitas warna dapat
diduga konsentrasi bilirubin tetapi sangat sukar

untuk menilai hasil tes secara

semikuantitatif. Untuk mengadakan perbedaan antara konsentrasi yang rendah dan


tinggi boleh dipakai tanda + dan ++ saja.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

Tanggal/ Waktu Praktikum :


Nama Percobaan

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

58

CARA KERJA

DATA HASIL PENGAMATAN

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

59

KESIMPULAN :

Paraf
Penanggungjawab Praktikum

(..)
7. Pemeriksaan Zat Keton Urine
Zat keton urine ialah aseton, asetoasetat, dan b-hidroxibutirat. Karena aseton
merupakan zat yang terpenting diantara zat keton lainnya yang bersifat mudah
menguap maka urine yang diperiksa harus segar, jika urine dibiarkan maka
asetoasetat akan berubah menjadi aseton begitupula b-hidroxibutirat yang lebih dulu
menjadi asetoasetat sehingga zat-zat itu menjadi hilang dalam urine.
Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

60

a. Metode Rothera
Percobaan ini berdasar pada reaksi antara nitroprusida dan asetoasetat atau
aseton yang menyusun suatu zat berwarna ungu. Secara khusus terhadap
asetoasetat reaksi ini sangat peka sekali (positif sampai 1:400.000), terhadap
aseton kepekaan 1:20.000 sedangkan terhadap b-hidroxibutirat tidak dapat
dinyatakan dengan reaksi ini.
Pra Analitik:
Tidak memerlukan persiapan khusus.
Analitik:
-

Masukkan 5 ml urine kedalam tabung reaksi.

Tambahkan 1 gram bubuk Rothera dan kock sampai larut.

Peganglah tabung dalam sikap miring dan berhati-hati alirkanlah atau teteskan
sebanyak 1-2 ml amoniumhidroxida pekat (28%) melalui dinding tabung keatas
urin itu. Amoniumhidroxida itu harus menyusun lapisan atas dari cairan di dalam
tabung.

Letakkan tabung dalam sikap tegak dan bacalah hasilnya setelah 3 menit.

Pasca Analitik:
-

Negatif

: Tidak berubah warna

Warna ungu kemerahan pada perbatasan kedua lapisan cairan menandakkan


adanya zat-zat keton. Makin cepat warna itu terjadi dan makin tua warnanya
maka makin banyak juga zat keton yang terkandung. Warna coklat diberi arti
negative. Karena pada tes ini tidak dapat diberikan penilaian secara

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

61

semikuantitatif secara teratur dan pasti maka hasil dinyatakan dengan atau +
saja.
b. Metode Gerhardt
Tes ini berdasar pada reaksi antara asetoasetat dengan feriklorida yang
menyusun zat berwarna seperti anggur port (warna merah coklat). Asetoasetat
sampai pengenceran 1:1000 dapat dinyatakan oleh reaksi ini, sedangkan aseton
dan b-hidroxibutirat tidak bereaksi.
Pra Analitik:
Tidak memerlukan persiapan khusus.
Analitik:
-

Masukkan 5 ml urine kedalam tabung reaksi.

Tambahkan larutan feriklorida 10%% sebanyak 3-5 tetes kedalam tabung dan
kocok sampai larut.

Jika terbentuk endapan putih, saringlah.

Terhadap filtrat ditambahkan beberapa tetes larutan feriklorida lagi dan


perhatikan hasilnya.

Pasca Analitik:
-

Negatif

: Tidak berubah warna

Warna merah coklat menandakkan hasil tes positif

Catatan:
Warna yang dicari mungkin samar-samar oleh presipitat ferifosfat yang selalu
terbentuk, untuk itu dianjurkan supaya menyaring cairan dan mencari warna itu
dalam filtrate. Warna merah anggur itu tidak hanya dapat ditimbulkan oleh
Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

62

asetoasetat tetapi juga dapat ditimbulkan oleh fenol, salisilat, antipirin, dan natrium
bikarbonat. Terkadang juga terjadi warna hijau yang disebabkan karena fenilalanin,
namun jarang terjadi.
Tes Gerhardt yang positif harus selalu disertai tes Rothera yang positif juga.
Seandainya tes Gerhardt Positif dan tes Rothera negative maka kesimpulannya
ialah tes Gerhardt positif palsu karena tes Rothera jauh lebih peka. Hasil tes
Gerhardt cukup dinilai dengan + atau saja. Untuk membedakan hasil tes yang
positif palsu dan hasil tes yang positif sejati dapat dipergunakan cara dibawah ini
yaitu dengan memakai sifat asam asetoasetat yang mudah menghilang sebagai
dasar.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

Tanggal/ Waktu Praktikum :


Nama Percobaan

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

63

CARA KERJA

DATA HASIL PENGAMATAN

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

64

KESIMPULAN :

Paraf
Penanggungjawab Praktikum

(..)
8. Pemeriksaan Darah Samar Urine Metode Benzidin
Tes ini menggunakan sifat hemoglobin sebagai peroxidase yang memisahkan
hydrogen peroxide dan mengoxidasi benzidine atau guajac menjdi zat berwarna
biru.
a. Cara dengan Benzidine Basa

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

65

Masaklah sejumlah urine kedalam tabung reaksi dan biarkan beberapa saat
hingga dingin.

Kedalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau
atau sekitar 1 gram.

Tambahkan 3 ml asam asetat glacial, kocok sampai benzidine itu larut dengan
meninggalkan beberapa Kristal yang tidak larut, tanda sudah jenuh. Jika perlu
ditambah sedikit benzidine basa lagi hingga jenuh.

Bubuhilah 2 ml urin yang dimasak tadi, campur.

Hasil dibaca dalam waktu 5 menit (jangan lebih lama).

b. Cara dengan Benzidine Dihidroclorida dan dengan Tetrametilbenzidine


Cara ini sama seperti yang diterangkan untuk benzidine basa dengan perbedaan
memakai benzidine dihidroklorida atau tetrametilbenzidine sebagai pengganti
benzidine basa sedangkan urine tidak perlu dimasak terlebih dahulu.
c. Cara dengan Guajac
-

Masukkan 4 ml urine kedalam tabung, tambahkan beberapa tetes asam asetat


glacial dan campur.

Kedalam tabung lain dimasukkan sepucuk pisau atau kira-kira 1 gram serbuk
guajac kemudian tambahkan 2 ml alcohol 95% dan campur.

Tuanglah campuran guajac dan alcohol kedalam tabung yang berisi urine dan
campur.

Tambahkan 2 ml H2O2 3% pada campuran itu.

Bacalah hasilnya dalam waktu 5 menit.

Pasca Analitik:
Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

66

Negatif

: Tidak ada perubahan warna atau warna yang sangat samar-samar

Positif 1 : Hijau
Positif 2 : Biru bercampur hijau
Positif 3 : Biru
Positif 4 : Biru Tua
Catatan:
Tes benzidine dan guajac positif untuk hemoglobin dan beberapamaam
derivatnya yaitu methemoglobin, CO-hemoglobin dan hematin. Hasil positif juga
untuk myoglobin.
Percobaan yang dilakukan dengan benzidine basa sangat peka dan orang harus
waspada akan kemungkinan hasil yan positif palsu. Tes dengan benzidine basa
dapat menyatakan adanya hemoglobin sampai pengenceran 100.000 kali. Leukositleukosit mungkin menjadi penyebab hasil yang postif palsu kecuali jika urine itu
dimasak terlebi dahulu. Selain itu, sisa-sisa cuprioxida (Benedict), bromide, iodide,
asam nitrat, dan formalin mengakibatkan hasil serupa. Untuk itu semua alat-alat
gelas yang dipakai harus bersih dan sebaiknya tiap tes benzidine dilakukan in duplo.
Kemungkinan mendapat hasil positif palsu dengan benzidine dihidrocorida dan
dengan guajac lebih kecil daripada dengan benzidine basa kerena kurang pekanya;
zat-zat itu dianggap dapat menyatakan adanya hemoglobin sampai pengenceran
10.000 kali. Itu sebabnya maka urine tidak perlu dimasak terlebih dahulu jika tes
terhadap darah samar dilakukan dengan benzidine dihidroclorida atau guajac.
Hasil negative palsu disebabkan oleh vitamin C dan oleh pereksi yang tidak baik
lagi (expired). Larutan hydrogen peroksida 3% hendaknya yang baru dibuat; kalau

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

67

akan menggunakan larutan lama sebaiknya konsentrasi H2O2 dicek dulu. Jika tidak
memakai jumlah-jumlah yang ditetapkan tadi mungkin kepekaan tes ini berkurang.
Urine normal akan memperlihatkan hasil negative. Baik pada hematuria (atau
myoglobinuria) tes terhadap darah samar menjadi positif. Benzidine basa dan
benzidine dihidroclorida merupakan zat-zat yang bersifat karsinogen. Jikalau
memakai zat-zat itu perlu mengambil langkah-langkah pengamanan seperti: jangan
sampai tertumpah, lakukan tes benzidine hanya pada tempat tertentu dalam
laboratorium,bilaslah alat-alat gelas yang telah dipakai dengan air yang banyak.
Tetrametilbenzidine tidak begitu karsinogen seperti benzidine basa dan benzidine
dihidroclorida, tetapi harganya sangat mahal. Ada kemungkinan pemakaian
benzidine dalam laboratorium klinik di kemudian hari akan dilarang sama sekali.

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

Tanggal/ Waktu Praktikum :


Nama Percobaan

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

68

CARA KERJA

DATA HASIL PENGAMATAN

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

69

KESIMPULAN :

Paraf
Penanggungjawab Praktikum

(..)
DAFTAR PUSTAKA

Haerdjoeno dkk. 2007. Substansi Cairan Tubuh. Penerbit Lephas. Makassar


R. Gandasoebrata. 2004. Penuntun Laboratorium Klinik. Edisi 11. Penerbit
Dian Rakyat: Jakarta

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

70

Sacher, R.A., McPherson, R.A. 2000. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan


Laboratorium. Terjemahan oleh Pendit, B.U & Wulandari, D. 2004.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sugiono, S. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Balai Penerbit Buku
FKUI: Jakarta.
Takashi Kanno. 2009. Basic Textbook of Clinical Chemistry. Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Hamamatsu-Sysmex: Hamamatsu

Modul Praktikum Kimia Klinik I/ Theosobia Grace Orno

71

Anda mungkin juga menyukai