Anda di halaman 1dari 27

BIOKIMIA KLINIK

PERCOBAAN I PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS URIN

Disusun oleh : Hardina Yusfa (1101036) Kelompok : IV A (Genap) Tanggal Praktikum : Selasa, 25 Maret 2014 Dosen Pembimbing :Dra. SYILFIA HASTI,M. Farm, Apt Asisten : Eka Nur frahesti Erma yuni putri

PROGRAM STUDI S-I FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU YAYASAN UNIVERSITAS RIAU 2014

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli per menit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk satu mili liter urin per menit. (R. Wirawan, S. Immanuel, R. Dharma, 2008). Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan diberbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain. Selama ini dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda

keton,bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit. Jika kita melakukan urinalisis dengan memakai urin 24 jam pada seseorang yang ternyata susunan urin itu tidak berbeda dari susunan urin 24 jam berikutnya. Akan tetapi jika kita melakukan pemeriksaan dengan sampel urin dari orang tersebut pada saat tidak menentu, maka akan kita lihat susunan sampel urin dapat berbeda jauh. Itu sebabnya sangat penting memilih sampel urin sesuai dengan tujuan pemeriksaan. Oleh karena pada pemeriksaan urin dapat dideteksi berbagai macam penyakit maka sangat penting dilakukan percobaan urinalisis.

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 2

1.2 Maksud dan tujuan percobaan 1.2.1 1.2.2 Untuk mengetahui teknik pemeriksaan specimen berupa urin Tujuan percobaan 1. Pemeriksaan makroskopis Untuk mengetahui dan memahami teknik pemeriksaan urin meliputi volume urin, warna, kekeruhan, keasaman/ph, berat jenis, bau dari urin. 2. Pemeriksaan mikroskopis Meliputi pemeriksaan sedimen urin yang bertujuan untuk melihat unsureunsur patologis didalam urin.

1.3 Prinsip percobaan 1. Pemeriksaan makroskopis Teknik ini diawali dengan pengambilan sampel urin dan dimasukkan kedalam tabung reaksi/gelas ukur. Dilakukan pemeriksaan makroskopis urin dengan mengamati kejernihan, warna, bau, volume, bj, ph. 2. Pemeriksaan mikroskopis Diawali dengan pengambilan sampel urin 5ml didalam tabung reaksi disentrifuge slama 5 menit kecepatan 2000 rpm.diambil endapan dan diamati dibawah mikroskop lensa objektiv 10x dan 40x meliputi pemeriksaan kristal dan sel epitel terdapat didalam urin.

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuktujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasiberbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit sepertidiabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadapstatus kesehatan umum. Mekanisme pembentukan urin yaitu dimulai dari mengalirnya darahkedalam glomeruli yang terletak dibagian luar ginjal (cortex). Dindingglomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapatdilintasi air, garam-garam dan glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasidan berisi banyak air serta elektrolit akan ditampung diwadah yangmenelilingi setiap glomerulus seperti cocrong (kapsul Bowman) dankemudian disalurkan ke pipa kecil (tubuli). Tubuli ini terdiri dari bagianproksimal (terjadi reabsorpsi garam Na, air, glukosa dan ureum) dan distal,yang letaknya masing-masing dekat dan jauh dari glomerulus, kedua bagianini dihubungkan oleh sebuah lengkungan (Henles loop). Disini terjadipenarikan kembali secara aktif air dan komponen yang sangat penting bagitunuh, seperti glukosa dan gara-garam antara lain ion Na+ (reabsorpsi pasif Na dan K) tanpa air dan reabsorpsi aktif Cl- . Zat-zat ini dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli. Sisanya yang tak

bergunaseperti ampas peromabakan metabolism protein (ureum) untuk sebagianbesar tidak diserap kembali.Sebelum ke saluran pengumpul ditubulus distalada dua bagian, bagian pertama temapat terjadinya reabsorpsi aktif Na tanpaair dan dibagian kedua ion Na ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+ . +

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 4

Dan akhirnya filtrate dari semula tubuli ditampung disuatu saluran pengumpul(ductus colligens), dimana terutama berlangsung penyerapan air kembali.Filtrat disalurkan kekandung kemih dan ditimbun disini sebagai urin. Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi vagina,perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan

jaringansekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapamillimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haidharus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan kateterisasi untuk memperoleh spesimen

yangtidak tercemar. Pemeriksaan Makroskopik Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik : warna dan kekeruhan.

Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin .Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidakberwarna, urine pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhanbiasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urineasam) atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan olehbahan selular berlebihan atau protein dalam urin. Volume urine

normal adalah 750-2.000 ml/24hr. Pengukuran volume inipada pengambilan acak (random) tidak relevan. Karena itu pengukuran Volume harus dilakukan secara berjangka selama 24 jam untuk memperolehhasil yang akurat.Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat
Page 5

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

mengindikasikankemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakithati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obatobatan tertentu jugadapat mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar protein dalam urin (proteinuria). Volume harus dilakukan secara berjangka selama 24 jam untuk memperoleh hasil yang akurat. Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikankemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakithati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu jugadapat mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar protein dalam urin (proteinuria). warna urin

Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah : -Merah Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen,porfirin. Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit,rhubab (kelembak), senna. -Oranye Penyebab patologik : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik :obat untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat lain termasuk fenotiazin. - Kuning Penyebab patologik : urine yang : sangat wotel, pekat, fenasetin, bilirubin, cascara,

urobilin.Penyebab nitrofurantoin. Hijau

nonpatologik

Penyebab

patologik

biliverdin,

bakteri

(terutama

Pseudomonas).Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik. Biru


Page 6

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

: tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran. Coklat patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen

Penyebab

empedu.Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa Hitam Atau Hitam kecoklatan patologik : melanin, asamhomogentisat, indikans,

Penyebab

urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat :levodopa, cascara, kompleks besi, fenol Keasaman (ph) Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjaldan saluran pengumpul dari ph 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun,tergantung pada status asam-basa, ph kemih dapat berkisar dari 4,5 8 Ph bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifatbasa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelangmakan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam.Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan

keseimbangan asam-basa jugadapt mempengaruhi ph urine.Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama,maka ph akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasilnegatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalamilisis. Ph urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi.Urine dengan ph yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batuasam urat Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi ph urine : a. Ph basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksisaluran kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadico2 dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal,spesimen basi

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 7

b. .b. Ph asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak),asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosisrespiratorik atau metabolic memicu pengasaman urine

danmeningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman Berat Jenis ( Specific Gravity, SG ) jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin

Berat

yangmengukur konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta dipakaiuntuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan

mengencerkan urin.Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak harusdianggap wajar jika fungsi ginjal normal. Nilai rujukan untuk urine pagi adalah1,015 1,025, sedangkan dengan pembatasan minum selama 12 jam nilainormal > 1,022, dan selama 24 jam bisa mencapai 1,026. Defek fungsi diniyang tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untukmemekatkan urine.BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsitubulus. Nokturia dengan ekskresi urine malam > 500 ml dan BJ kurang dari1.018 Pemeriksaan Mikroskopis Unsur Sedimen Urin Organik o Eritrosit

Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih. Secara teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan adanya eritrosit, namun dalam urine normal dapat ditemukan 0 3 sel/LPK. Hematuria adalah adanya peningkatan jumlah eritrosit dalam urin karena: kerusakan

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 8

glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih, trauma ginjal, batu saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut, infeksi saluran kemih atas dan bawah, nefrotoksin. Hematuria dibedakan menjadi hematuria makroskopik (gross hematuria) dan hematuria mikroskopik. Darah yang dapat terlihat jelas secara visual menunjukkan perdarahan berasal dari saluran kemih bagian bawah, sedangkan hematuria mikroskopik lebih bermakna untuk kerusakan glomerulus. Dinyatakan hematuria mikroskopik jika dalam urin ditemukan lebih dari 5 eritrosit/LPK. Hematuria mikroskopik sering dijumpai pada nefropati diabetik, hipertensi, dan ginjal polikistik. Hematuria mikroskopik dapat terjadi persisten, berulang atau sementara dan berasal dari sepanjang ginjalsaluran kemih. Hematuria persisten banyak dijumpai pada perdarahan glomerulus ginjal. Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal, membengkak, krenasi, mengecil, shadow atau ghost cells dengan mikroskop cahaya. Spesimen segar dengan berat jenis 1,010-1,020, eritrosit berbentuk cakram normal. Eritrosit tampak bengkak dan hampir tidak berwarna pada urin yang encer, tampak mengkerut (crenated) pada urine yang pekat, dan tampak mengecil sekali dalam urine yang alkali. Selain itu, kadang-kadang eritrosit tampak seperti ragi.

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 9

Eritrosit dismorfik tampak pada ukuran yang heterogen, hipokromik, terdistorsi dan sering tampak gumpalan-gumpalan kecil tidak beraturan tersebar di membran sel. Eritrosit dismorfik memiliki bentuk aneh akibat terdistorsi saat melalui struktur glomerulus yang abnormal. Adanya eritrosit dismorfik dalam urin menunjukkan penyakit glomerular seperti

glomerulonefritis. o Leukosit

Lekosit berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 2 kali eritrosit. Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil

(polymorphonuclear, PMN). Lekosit dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih. Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal. Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut. Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris, dehidrasi, stress, leukemia tanpa adanya infeksi atau inflamasi, karena kecepatan ekskresi leukosit meningkat yang mungkin disebabkan karena adanya perubahan permeabilitas membran glomerulus atau perubahan motilitas leukosit. Pada kondisi berat jenis urin rendah, leukosit dapat ditemukan dalam bentuk sel Glitter merupakan lekosit PMN yang menunjukkan gerakan Brown butiran dalam sitoplasma. Pada suasana pH alkali leukosit cenderung berkelompok.

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 10

Lekosit dalam urine juga dapat merupakan suatu kontaminan dari saluran urogenital, misalnya dari vagina dan infeksi serviks, atau meatus uretra eksterna pada laki-laki. o Sel Epitel Sel Epitel Tubulus

Sel epitel tubulus ginjal berbentuk bulat atau oval, lebih besar dari leukosit, mengandung inti bulat atau oval besar, bergranula dan biasanya terbawa ke urin dalam jumlah kecil. Namun, pada sindrom nefrotik dan dalam kondisi yang mengarah ke degenerasi saluran kemih, jumlahnya bisa meningkat. Jumlah sel tubulus 13 / LPK atau penemuan fragmen sel tubulus dapat menunjukkan adanya penyakit ginjal yang aktif atau luka pada tubulus, seperti pada nefritis, nekrosis tubuler akut, infeksi virus pada ginjal, penolakan transplnatasi ginjal, keracunan salisilat.

Sel epitel tubulus dapat terisi oleh banyak tetesan lemak yang berada dalam lumen tubulus (lipoprotein yang menembus glomerulus), sel-sel seperti ini
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4 Page 11

disebut oval fat bodies / renal tubular fat / renal tubular fat bodies. Oval fat bodies menunjukkan adanya disfungsi disfungsi glomerulus dengan kebocoran plasma ke dalam urin dan kematian sel epitel tubulus. Oval fat bodies dapat dijumpai pada sindrom nefrotik, diabetes mellitus lanjut, kerusakan sel epitel tubulus yang berat karena keracunan etilen glikol, air raksa. Selain sel epitel tubulus, oval fat bodies juga dapat berupa makrofag atau hisiosit. Sel epitel tubulus yang membesar dengan multinukleus (multinucleated giant cells) dapat dijumpai pada infeksi virus. Jenis virus yang dapat menginfeksi saluran kemih adalah Cytomegalovirus (CMV) atau Herpes simplex virus (HSV) tipe 1 maupun tipe 2.

o Silinder Hialin

Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri dari mucoprotein (protein Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh sel-sel tubulus. Silinder ini homogen (tanpa struktur), tekstur halus, jernih, sisi-sisinya parallel, dan ujung-ujungnya membulat. Sekresi protein Tamm-Horsfall membentuk sebuah silinder hialin di saluran pengumpul. Silinder hialin tidak selalu menunjukkan penyakit klinis. Silinder hialin dapat dilihat bahkan pada pasien yang sehat. Sedimen urin normal mungkin berisi 0 1 silinder hialin per LPL. Jumlah yang lebih besar dapat dikaitkan dengan proteinuria ginjal (misalnya, penyakit glomerular) atau ekstra-ginjal (misalnya, overflow proteinuria seperti dalam myeloma). Silinder protein dengan panjang, ekor

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 12

tipis terbentuk di persimpangan lengkung Henle's dan tubulus distal yang rumit disebut silindroid (cylindroids).

Unsur Sedimen Bukan Organik o Kristal Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate, triple phosphate, asam urat. Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun, dalam jumlah berlebih dan adanya predisposisi antara lain infeksi, memungkinkan timbulnya penyakit "kencing batu", yaitu terbentuknya batu ginjal-saluran kemih (lithiasis) di sepanjang ginjal saluran kemih, menimbulkan jejas, dan dapat menyebabkan fragmen sel epitel terkelupas. Pembentukan batu dapat disertai kristaluria, dan penemuan kristaluria tidak harus disertai pembentukan batu. 1. Kalsium Oksalat

Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan pada pasien yang sehat. Mereka dapat terjadi pada urin dari setiap pH, terutama pada pH yang asam. Kristal bervariasi dalam ukuran dari cukup besar untuk sangat kecil. Kristal ca-oxallate bervariasi dalam ukuran, tak berwarna, dan bebentuk amplop atau halter. Kristal dapat muncul dalam specimen urine setelah konsumsi makanan tertentu (mis. asparagus, kubis, dll) dan keracunan ethylene glycol. Adanya 1 5 ( + ) kristal Ca-oxallate per LPL masih
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4 Page 13

dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5 ( ++ atau +++ ) sudah dinyatakan abnormal.

2.Triple Fosfat

Seperti halnya Ca-oxallate, triple fosfat juga dapat dijumpai bahkan pada orang yang sehat. Kristal terlihat berbentuk prisma empat persegi panjang seperti tutup peti mati (kadang-kadang juga bentuk daun atau bintang), tak berwarna dan larut dalam asam cuka encer. Meskipun mereka dapat ditemukan dalam setiap pH, pembentukan mereka lebih disukai di pH netral ke basa. Kristal dapat muncul di urin setelah konsumsi makan tertentu (buah-buahan). Infeksi saluran kemih dengan bakteri penghasil urease (mis. Proteus vulgaris) dapat mendukung pembentukan kristal (dan urolithiasis) dengan meningkatkan pH urin dan meningkatkan amonia bebas. 3.Asam Urat

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 14

Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat, berbentuk belah ketupat (kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar). Dengan

pengecualian langka, penemuan kristal asam urat dalam urin sedikit memberikan nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat sampah metabolisme normal; jumlahnya tergantung dari jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin. Meskipun peningkatan 16% pada pasien dengan gout, dan dalam keganasan limfoma atau leukemia, kehadiran mereka biasanya tidak patologis atau meningkatkan konsentrasi asam urat. 4. Sistin (Cystine)

Cystine berbentuk heksagonal dan tipis. Kristal ini muncul dalam urin sebagai akibat dari cacat genetic atau penyakit hati yang parah. Kristal dan batu sistin dapat dijumpai pada cystinuria dan homocystinuria. Terbentuk pada pH asam dan ketika konsentrasinya > 300mg. Sering membingungkan dengan kristal asam urat. Sistin crystalluria atau urolithiasis merupakan indikasi cystinuria, yang merupakan kelainan metabolisme bawaan cacat yang melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal tertentu termasuk asam amino sistin.

5.Leusin dan Tirosin

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 15

Leusin dan tirosin adalah kristal asam amino dan sering muncul bersamasama dalam penyakit hati yang parah. Tirosin tampak sebagai jarum yang tersusun sebagai berkas atau mawar dan kuning. Leusin muncul-muncul berminyak bola dengan radial dan konsentris striations. Kristal leucine dipandang sebagai bola kuning dengan radial konsentris. Kristal ini kadangkadang dapat keliru dengan sel-sel, dengan pusat nukleus yang menyerupai. Kristal dari asam amino leusin dan tirosin sangat jarang terlihat di sedimen urin. Kristal ini dapat diamati pada beberapa penyakit keturunan seperti tyrosinosis dan "penyakit Maple Syrup". Lebih sering kita menemukan kristal ini bersamaan pada pasien dengan penyakit hati berat (sering terminal).

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 16

BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat Tabung reaksi, Objek glass dan cover glass, Mikroskop, Urinometer, Pipet tetes, Rak tabung reaksi, Gelas ukur 10 ml dan 100 ml, Beaker glass 1000 ml Sentrifuge, Thermometer, wadah urin 3.2 bahan - bahan Urin pagi dan urin 24 jam, Aquadest. Kertas PH 3.3 Cara kerja Pemeriksaan Urin secara makroskopis a) Pemeriksaan volume urin Urin dimasukkan pada gelas ukur yang mempunyai skala Baca volume urin yang tertera pada gelas ukur tersebut Nilai normal dewasa : 800 1600 ml/24 jam (tergantung dari pemasukan urin, penguapan, dan dsb). b) Warna Masukkan urin kedalam tabung reaksi sebanyak bagian tabung Dilihat dalam posisi miring/ serong dengan penerangan cahaya matahari. Nilai normal : kuning muda c) Pemeriksaan kejernihan urin Masukkan urin kedalam tabung reaksi sebanyak bagian tabung Dilihat dengan latar belakang hitam dengan penerangan cahaya matahari Dilihat kejernihannya, apakah terdapat kekeruhan Nilai normal : jernih
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4 Page 17

d) Pemeriksaan derajat keasaman (PH) Masukkan urin kedalam tabung bersih sebanyak tabung Kemudian celupkan kertas indicator kedalam urin yang akan diperiksa Warna yang terjadi dibandingkan dengan skala warna yang tersedia Nilai normal : 4,7 7,5 (rata rata 6,0) e) Pemeriksaan Berat Jenis urin Masukkan 50 ml urin kedalam gelas urinometer Masukkan thermometer kedalamnya, lalu catat suhu urin tersebut Kemudian masukkan urinometer kedalamnya, usahakan agar urinometer bebas terapung Putarlah tangkai urinometer dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, dijaga jangan sampai menempel pada dinding tabung Setelah berhenti dan tidak menempel pada dinding tabung, bacalah berat jenis setinggi miniskus bawah Nilai normal BJ : Urin sewaktu : 1.002 1.030 Urin 24 jam : 1.015 1.025 f) Pemeriksaan bau urin Bau urin normal disebabkan oleh sebagian asam asam organic yang mudah menguap: Bau aromatic : karena pemecahan ureum dalam urin oleh bakteri Bau buah (fruity) terdapat pada ketonuria Bau jengkol : terdapat pada keracunan jengkol Pemeriksaan Mikroskopis Urin ( Sedimen Urin)
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4 Page 18

1) Pemeriksaan Sedimen Urin Botol yang berisi urin digoyangkan agar memperoleh sampel yang homogen Sebanyak 5-10 urin dimasukkan kedalam tabung reaksi Urin disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 2000 rpm Isi tabung dituang habis ( gerakan satu kali cepat), kemudian tegakkan tabung hingga cairan yang melekat pada dinding tabung bisa mengalir pada dasar tabung Dasar tabung diketok beberapa kali agar agar sisa urin dan endapan tercampur Letakkan 1 tetes campuran pada objek glass, tutup pada cover glass Priksa dibawah mikroskop mula mula lensa objektif 10 x (LPK) untuk melihat slinder dan lensa objektif 40 x (LPB) untuk melihat leukosit dan eritrosit Laporan jumlah unsure sedimen yang Nampak secara semikuantitatif yaitu jumlah rata rata eritrosit dan leukosit per LPB, jumlah rata rata slinder per LPK dan unsure unsure sedimen seperti sel epitel serta Kristal Kristal dilaporkan per LPK dengan tanda tanda : + (ada), ++ ( banyak ) , +++ ( banyak sekali). Nilai normal : Eritrosit : 0 - 1 /LPB Leukosit : < 6 / LPB Slinder : 0 -5 /LPK

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 19

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan Pemeriksaan Maksroskopis dan Mikroskopis : Pemeriksaan Makroskopis No Kelompok Volume Warna Kekeruhan Bau BJ Ph Pemeriksaan Mikroskopis Sedimen Benang lendir

780 ml

Kuning muda

Keruh

Fruity

1.021

6,5

Kristal asam urat

Kristal asam urat Kuning muda Aroma tik

II

1300 ml

Keruh

1.156

Kristal asam urat Kuning muda Aroma tik

III

400 ml

Keruh

1.024

Sel epitel

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 20

Kristal asam urat

IV

800 ml

Kuning kehijauan

Keruh

Khas

1.017

6,0

Sel epitel

1650 ml

Kuning muda

Keruh

khas

1.012

Kristal Na. oxalate

Perhitungan bj urin 24 jam : Kelompok iv : Diket : Volume urin 24 jam Bj urin Suhu urin Factor Jawaban : = = 1.011 + 0,006 = 1.017 x 0,001 = 800 ml = 1.011 = 32 c = 0,001

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 21

gambar alat dan bahan :

alat ukur ph urine 4.2 Pembahasan Pemeriksaan urin dalam mengindikasikan bebrapa penyakit sangat penting. Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta fakta tentang ginjal dan saluran urin tetapi juga mengenai faal berbagai organ dalam beberapa tubuh seperti hati, saluran empedu, pancreas dan korteks adrenal. Jika kitamelakukan urinalisis dengan memakai urin 24 jam pada seseorang ternyata susunan urin tidak berbeda dengan susunan urin 24 jam berikutnya. Akan tetapi jika kita melakukan pemeriksaan dengan sampel urindari orang tersebut pada saat tidak menentu, maka akan kita lihat susunan sampel urin dapat berbeda jauh. Itu sebabnya sangat penting memilih sampel urin sesuai dengan tujuan dari pemeriksan. Adapun dalam percobaan ini, dilakukan pengujian terhadap 2 sampel urin yaitu menggunakan urin 24 jam dan urin pagi, dengan melakukan pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis (sedimen). Pemeriksaan makroskopis

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 22

Pada pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan bau, volume, warna, kekeruhan, bj, kejernihan dan ph dari urin. Dimana urin pada kelompok 4 yang kami gunakan untuk pemeriksaan makroskopis ini adalah urin 24 jam dan urin sewaktu. Pada urin 24 jam didapatkan bau yang khas hal ini disebabkan karena oleh sebagian asam asam organic yang mudah menguap. Pengujian urin 24 jam dengan cara sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dan diamati, dari pengamatan didapatkan warna urin yaitu kuning kehijauan. Warna urin tersebut disebabkan adanya zat warna urochrom dan urobilin. Pada umumnya warna urin ini ditentukan juga oleh besarnya dieresis , semakin besar dieresis maka makin muda warna urin. Sedangakan zat warna yang abnormal bisa disebabkan oleh adanya zat warna normal dalam jumlah yang besar. Hasil metabolisme yang abnormal , jenis obat, dan makanan yang dikonsumsi serta adanya perubahan setelah dibiarkan beberapa lama. Pada praktikum diatas didapatkan hasil urin yang normal. Parameter selanjutnya adalah kejernihan urin, pemeriksaan dilakukan dengan cara sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian tabung ditempatkan didepan sinar dan sampel dilihat pada lapisan yang berwarna hitam. Dan sampel yang didapatkan pada praktikum diatas adalah keruh. Hal ini bisa disebabkan karena urin didiamkan terlalu lama. Adapun volume urin 24 jam praktikum diatas adalah 800 ml. Dan hasil tersebut merupakan normal untuk orang dewasa hal ini bisa saja tergantung dari pemasukan cairan, penguapan, dan sebagainya. Pemeriksaan bj menggunakan urin 24 jam dan didapatkan bj urin yaitu 1.017.dimana nilai normal bj urin 24 jam ini adalah 1.015 1.025. Sesuai dengan hasil yang didapatkan 1.017 merupakan normal yang berarti tidak ada gangguan pada faal ginjal. Selain beberapa parameter diatas, dilakukan juga uji ph. Pada praktikum diatas didapatkan ph dari urin 24 jam 6,0. Dari hasil uji ph diatas masih tergolong dalam nilai rujukan yang normal yang berarti tidak diindikasikan kedalam kelainan yang abnormal pada saluran kencingnya. Pemeriksaan Mikroskopis
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4 Page 23

Pada praktikum ini digunakan urin pagi untuk pemeriksaan sedimentasi karena Yaitu urin yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur sehingga didapatkan urin yang sangat pekat. pertama- tama sampel urin diisi bagian tabung sentrifuge. setelah itu sampel urin disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 2000 rpm. kemudian sampel urin yang telah disentrifuge didekantasi dan diambil endapannya yang ditempatkan diatas objeck glass dan ditutup dengan cover glass. dari percobaan ini didapatkan adanya: sel epitel

Sel epitel tubulus ginjal berbentuk bulat atau oval, lebih besar dari leukosit, mengandung inti bulat atau oval besar, bergranula dan biasanya terbawa ke urin dalam jumlah kecil. Namun, pada sindrom nefrotik dan dalam kondisi yang mengarah ke degenerasi saluran kemih, jumlahnya bisa meningkat. Jumlah sel tubulus 13 / LPK atau penemuan fragmen sel tubulus dapat menunjukkan adanya penyakit ginjal yang aktif atau luka pada tubulus, seperti pada nefritis, nekrosis tubuler akut, infeksi virus pada ginjal, penolakan transplnatasi ginjal, keracunan salisilat. Pada praktikum diatas didapat kan sel epitel + (ada) 3 / LPK yang berarti masih dalam range normal dan tidak ada kelainan pada saluran kemih. Kristal asam urat

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 24

Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat, berbentuk belah ketupat (kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar). Dengan pengecualian langka, penemuan kristal asam urat dalam urin sedikit memberikan nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat sampah metabolisme normal; jumlahnya tergantung dari jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin. Meskipun peningkatan 16% pada pasien dengan gout, dan dalam keganasan limfoma atau leukemia, kehadiran mereka biasanya tidak patologis atau meningkatkan konsentrasi asam urat. pada praktikum diatas didapat kan Kristal asam urat + (ada) 3 /LPK dan tidak mengindikasikan adanya kelainan patologis.

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 25

BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli per menit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk satu mili liter urin per menit. (R. Wirawan, S. Immanuel, R. Dharma, 2008). Pemeriksaan/analisis urine (urinalisis) tidak hanya memberikan informasi tentang keadaan ginjal dan saluran kemih, tetapi juga informasi tentang faal hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, abnormalitas genetik, dan lain-lain. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada urine meliputi pemeriksaan makroskopis, mikroskopis, mikrobiologi, dan kimia. Pada tahap I ini akan diberikan keterampilan pemeriksaan urine secara makroskopis dan mikroskopis yang merupakan bagian dari urinalisis rutin. Dari praktikum biokimia klinik yang dilakukan dengan menggunakan urine 24 jam dan urin pagi seorang praktikan, didapatkan hasil yang menunjukkan ciri-ciri urine normal, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak adanya kelainan ginjal

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 26

DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth J. Corwin. Patofisiologi, penerbit buku kedokteran EGC. Baron D.N, kapita selekta patologi klinik, 4thed, penerbit buku kedokterran EGC.1990 Colby, 1992, Ringkasan Biokimia Harper, Alih Bahasa: Adji Dharma, Jakarta, EGC Depkes, 1991, Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas,Jakarta,Depkes Ganda soebrata, R. 2009. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta Timur : Penerbit dian Rakyat. Ganiswarma Sulistia.2007.Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta: FKUI. Harjasasmita, 1996, Ikhtisar Biokimia Dasar B, Jakarta, FKUI Poedjiadi, Supriyanti, 2007, Dasar-Dasar Biokimia, Bandung, UI Press Tjay, Tan Hoan & KiranaRahardja. 2000. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Alex Media Kompotindo.

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK KEL. 4

Page 27

Anda mungkin juga menyukai