Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Pemeriksaan urin adalah salah satu tes tertua di kedokteran. Walaupun

dengan banyaknya pengetahuan tentang penyakit ginjal dan teknik yang canggih

untuk mempelajari proses ini, urinalisis sederhana tetap menjadi landasan untuk

evaluasi ginjal. Pemeriksaan urinalisis merupakan pemeriksaan skrining

diagnostik in vitro rutin urutan ketiga dalam praktek klinis setelah pemeriksaan

darah lengkap dan kimia serum. Urinalisis adalah uji laboratorium pertama dan

paling penting dalam mengevaluasi pasien yang dicurigai dengan penyakit ginjal.1

Pemeriksaan urinalsis meliputi uji makroskopik, kimiawi, dan

mikroskopik. Pada pemeriksaan makroskopik akan menilai warna, bau dan berat

jenis urin. Pada pemeriksaan kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasama/pH,

protein dan gula dalam urin. Pada pemeriksaan mikroskopik mencari

kemungkinan adanya sel-sel cast (silinder), atau bentukan lain di dalam urin.

Pemeriksaan urinalisis sangat penting untuk diagnosis urologi seperti batu

saluran kemih, infeksi saluran kemih (ISK), dan keganasan. Pemeriksaan ini juga

dapat menunjukkan adanya penyakit sistemik yang mempengaruhi ginjal.

Meskipun urine tidak dianjurkan sebagai alat skrining rutin kecuali pada wanita

yang mungkin hamil, dokter harus tahu bagaimana menafsirkan hasil urinalisis

dengan benar.2

1
Pada referat ini akan dibahas tentang urinalisis yang perlu diketahui

seorang dokter untuk menunjang diagnosis penyakit yang dicurigainya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Sejarah urinalisis

Awalnya penegakkan diagnosis melalui urin secara visual dapat dilihat

kembali ke zama mesir kuno. Hipokrates mengenali bahwa karakter urin (bau

/ warna) berubah dari berbagai penyakit. Hipotesisnya menyatakan bahwa

urin di filtrasi dari 4 bagian (darah, phlegm, empedu kuning dan empedu

hitam), dimana berasal dari darah dan difiltrasi melalui ginjal dan menjadi

petunjuk penting pada pemeriksaan urin. Enam abad kemudian, Galen

memperbarui ide hipokrates, bahwa urin tidak difiltrasi oleh 4 bagian tetapi

filtrat dari darah. Doktrin ini mendominasi pemikiran medis diatas abad 16.3

Diakhir abad ke 18 para dokter menjadi lebih tertarik pada ilmu kimia dan

mengalihkan perhatian mereka ke dasar sains urinalisis. Tes strip pertama

dikembangkan oleh seorang ahli kimia asal Paris Jules Maumene (1819-1898)

pada 1850.3

Urinalisis dapat dikerjakan melalui metode pemeriksaan dipstik dan

pemeriksaan mikroskopik urin yang telah disentrifugasi. Dari dipstik dapat

diperoleh informasi mengenai pH, berat jenis, adanya eritrosit, lekosit, protein,

glukosa, ketone, bilirubin dan urobilirubin di dalam urin.4

Urinalisis merupakan pemeriksaan dasar yang harus dilakukan pada semua

pasien urologi. Meskipun, dalam banyak kasus uji dipstick urin sederhana akan

3
memberikan informasi yang dibutuhkan, sebuah urinalisis lengkap termasuk

urinalisis kimia dan analisis mikroskopik.5

2. Teknik mengambil spesimen urin

 Pada pria

Pada pasien pria, digunakan pengambilan sampel urin midstream.

Pasien yang tidak di sunat harus menarik preputium, kemudian

membersihkan glans penis dengan larutan antiseptik dan tetap menarik

preputium selama berkemih. Awalnya pasien memulai berkemih ke toilet

kemudian tempatkan wadah yang lebar dibawah penis untuk mengambil

midstrem sampel. Kondisi ini untuk menghindari kontaminasi spesimen

urin dengan organisme kulit dan uretra.5

 Pada wanita

Pada wanita, lebih sulit untuk mendapat spesimen urin yang bersih.

Pasien wanita harus membersihkan vulva, memisahkan labia dan

mengambil spesimen midstream seperti pada pasien lelaki. Jika dicurigai

ada infeksi saat mengambil spesimen, spesimen tidak dapat digunakan

ataupun dikirim untuk dilakukan kultur. Untuk mengevaluasi

kemungkinan infeksi pada wanita, pengambilan sampel urin melalui

kateter harus dilakukan.5

 Pada neonatus atau anak

Cara yang biasa dilakukan untuk mengambil sampel urin pada

neonatus atau anak adalah dengan menempatkan kantong plastik steril

dengan collar adesif di area genital anak. Namun, perangkat ini mungkin

4
sulit untuk membedakan kontaminasi dari ISK. Bila mungkin, sampel

harus diperiksa dalam waktu 1 jam setelah pengumpulan spesimen dan

disiapkan untuk kultur dan uji sensitivitas jika di indikasikan. Jika urin

tidak dapat segera di periksa, sampel harus disimpan di lemari es pada

suhu 5oC. 5

3. Pemeriksaan makroskopik

 Warna dan aroma

Warna pada urin harus dinilai. Warna dari urin normal bervariasi

dari jernih ke kuning. Warna urin bervariasi biasanya disebabkan

konsentrasi, tetapi beberapa makanan, pengobatan, produk metabolik dan

infeksi mungkin menyebabkan warna urin menjadi abnormal. Ini menjadi

penting karena banyak pasien akan datang untuk konsultasi jika terjadi

perubahan pada warna urin. Secara makroskopik (gross) hematuri

membuat urin tampak merah. Warna urin erah gelap atau seperti cola

menandakan glomerulonefritis. Kuning gelap sampai orange merupakan

tipikal urin pada bilirubinuria. Urin yang keruh menandakan pyuria atau

crystaluria (biasanya fosfat). Urin yang berwarna seperti susu

menandakan chyluria (fistula limfatik).5,6

No. Warna Urine Penyebab patologis Penyebab Non patologis


Ada hemoglobin, - Oleh karena obat
mioglobin dan porfirin tertentu
1 Merah - Karena zat warna dari
(berarti ada perdarahan
makanan tertentu, misal
saluran kencing) biet, senna, robarber.
Karena obat-obat: antiseptik
2 Jingga Zat warna empedu saluran kencing, pyridium
dan obat fenothiazin.

5
-Urine pekat - Banyak makan wortel
3 Kuning -Keberadan urobilin - Obat fenacetin, kaskara,
dan bilirubin nitrofurantoin
- Keberadaan
biliverdin - Obat preparat vitamin
4 Hijau
- Keberadaan bakteri dan obat psikoaktif
pseudomonas
- Keberadaan hematin
- Obat – obat nitrofurantoin,
5 Coklat asam, mioglobin dan
levodopa
zat warna empedu
Keberadaan melanin,
Hitam/hampir Obat levodopa, kaskara,
6 urobilin dan
hitam senyawa besi dan fenol
methemoglobin
Tabel penyebab perubahan warna pada urin

Aroma urin normal diuraikan sebagai urinoid; aroma ini bisa

sangat kuat pada spesimen yang pekat tetapi tidak menyatakan bahwa

telah terjadi infeksi. Ketoasidosis diabetik dapat menyebabkan urin

beraroma buah atau manis, dan fermentasi alkali dapat menyebabkan

aroma ammoniac setelah retensi urin yang panjang. Orang dengan infeksi

saluran kemih sering menghasilkan aroma urin yang tajam. Penyebab

lain dari aroma urin yang abnormal termasukfistula gastrointestinal-

bladder ( terkait dengan aroma feses), pembusukan cystin (terkait dengan

aroma sulfur) dan pengobatan dan diet (misalnya asparagus).7

4. Pemeriksaan menggunakan strip

Pemeriksaan dengan dipstik urin memberikan metode yang cepat dan tidak

mahal untuk mendeteksi substansi abnormal yang terdapat didalam urin.

Dipstik berbentuk pendek, strip plastik dengan bantalan – bantalan kecil yang

telah dipenuhi oleh reagen kimia yang berbeda yang bereaksi terhadap

6
substansi abnormal pada urin yang nantinya menghasilkan perubahan warna

pada strip dipstik. Substansi abnormal yang biasanya diperiksa dengan

menggunakan dipstik termasuk (1) darah), (2) protein, (3) glukosa, (4) keton,

(5) urobilinogen dan bilirubin, (6) sel darah putih, (7) pH, (8) berat jenis, (9)

nitrit.5

Beberapa substansi yang menghasilkan warna urin abnormal dapat

mengganggu kesesuaian perubahan warna pada dipstik. Dari beberapa

penelitian, biasanya terjadi pada pasien yang mendapat phenazopyridine

(pyridium) untuk infeksi saluran kemih. Phenazopyridine mengubah warna

urin menjadi jingga dan membuat evaluasi dipstik tidak dapat dipercaya. 5

 Berat jenis

Berat jenis urin mudah ditentukan dengan menggunakan dipstick

urin dan hasilnya bervariasi antara 1.001-1,035. Berat jenis biasanya

mencerminkan status hidrasi pasien tetapi juga dapat dipengaruhi oleh

fungsi ginjal yang abnormal, jumlah zat terlarut dalam urin atau beberapa

penyebab lain. Berat jenis yang kurang dari 1,008 dikatakan sebagai urin

encer, dan berat jenis urin lebih dari 1,020 dianggap pekat. Berat jenis

tetap 1,010 merupakan tanda insufisiensi ginjal akut ataupun kronik. 5

Pada umunnya, berat jenis mencerminkan status hidrasi tapi juga

memberikan beberapa gambaran kemampuan konsentrasi ginjal. Kondisi

yang dapat menurunkan berat jenis ginjal termasuk (1) peningkatan

asupan cairan, (2) diuretik, (3) penurunan kemampuan konsentrasi ginjal,

(4) diabetes insipidus, (5) pada pasien dengan trauma intrakranial yang

7
signifikan oleh karena kekurangan hormon antidiuretik (vasipressin).

Kondisi yang dapat meningkatkan berat jenis urin antara lain (1)

penurunan asupan cairan, (2) dehidrasi oleh karena demam, keringat,

muntah dan diare, (3) diabetes mellitus (glucosuria).berat jenis urin juga

akan meningkat diatas 1.035 setelah pemberian injeksi intravena kontras

iodin dan pada pasien yang mendapat dextran.5,8

Berat jenis urin mungkin mempengaruhi hasil dari tes urin lainnya :

pada urin yang encer, tes kehamilan mungkin menghasilkan false negatif;

pada urin yang pekat, protein mungkin menjadi false positif pada dip-

strip sebelum dikonfirmasi pada tes kuantitatif. Berat jenis urin mungkin

dapat menjadi false elevasi oleh adanya glukosa, protein, artifisial plasma

expander atau agen kontras intravena.8

 Darah

Menurut American Urological Association, adanya empat atau lebih

sel darah merah per high-powered field (HPF) dalam 2 atau 3 sampel

urin sudah bisa dikatakan adanya hematuria. Normalnya urin

mengandung sedikitnya tiga sel darah merah per HPF. Hasil tes positif

pada dipstik untuk pemeriksaan darah di dalam urin mengindikasikan

adanya hematuria, hemoglobinuria, atau myoglobinuria. Deteksi kimia

darah di dalam urin didasari pada aktivitas peroksidase dari hemoglobin.

Ketika terjadi kontak dengan substrat organik peroksidase, hemoglobin

mengkatalis reaksinya dan menyebabkan oksidasi berikutnya dari

8
indikator chromogen, yang mana menyebabkan perubahan warna yang

mengacu ke derajat dan julah dari oksidasi. Derajat perubahan warna

secara langsung sesuai dengan jumlah hemoglobin yang ada di dalam

spesimen urin.5

 pH

pH urin dinilai dengan menggunakan dipstick test strip dengan

menyertakan 2 indikator warna, methyl red dan bromothymol blue,

dimana menghasilkan perbedaan warna yang jelas dalam rentang pH 5

sampai 9. pH urin mungkin bervariasi dari 4.5 hingga 8; rata-rata pH

bervariasi antara 5.5 dan 6,5. pH urin antara 4.5 dan 5.5 menunjukkan

9
bahwa sifatnya asam, sedangkan pH urin antara 6.5 dan 8 adalah

alkaline. 5

Pada umumnya, pH urin mencerminkan pH pada serum. Pada pasien

dengan asidosis metabolik atau respiratorik, urin biasanya asam, dan

sebaliknya, pasien dengan alkalosis metabolik atau respiratorik urin

bersifat alkaline.

Penentuan pH urin juga berguna dalam mendiagnosis dan

penanganan dari infeksi saluran kemih dan batu saluran kemih. Pada

pasien dengan dugaan infeksi saluran kemih, urin alkali dengan pH lebih

dari 7.5 memberi kesan infeksi dengan organisme pemecah urea, paling

sering proteus. Bakteri penghasil urease mengkonversi ammonia ke ion

ammonium, dengan jelas meningkatkan pH urin dan menyebabkan

presipitasi kristal kalsium magnesiu ammonium fosfat. Jumlah yang

sangat besar dari proses kristalisasi akan menghasilkan batu staghorn. pH

urin biasanya bersifat asam pada pasien dengan asam urat dan batu

cystin. 5

 Protein

Walaupun orang dewasa yang sehat mengekskresi 80 – 150 mg

protein didalam urin setiap hari, penemuan kualitatif terhadap proteinuria

pada pemeriksaan urinalisis harus meningkatkan kecurigaan terhadap

penyakit ginjal. Proteinuria mungkin menjadi indikator awal terhadap

penyakit renovaskular, penyakit glomerular atau penyakit

10
tubulointerstisial renal, atau mungkin adanya luapan protein abnormal di

urin pada kondisi seperti multiple myeloma. 5

Dipstik strip yang mengandung Bromphenol blue dapat digunakan

untuk menentukan adanya protein >10mg/dLpada urin, tetapi proteinuria

persisten yang dideteksi menggunakan cara ini membutuhkan tes protein

kuantitatif untuk konfirmasi. Urin yang pekat dapat memberikan hasil

false positif, terhadap urin yang mengandung banyak sel darah putih

(leukosit) atau sekret vagina penuh dengan sel epitel.8

Dipstik tes untuk menilai jumlah protein menghasilkan nilai positif

pada konsentrasi 5 sampai 10 mg/dL lebih rendah dari ambang batas

untuk proteinuria klinis yang signifikan. Hasil 1+ setara dengan sekitar

30mg protein per dL dan dianggap positif; 2+ setara dengan 100mg/dL;

3+ setara dengan 300mg/dL dan 4+ setara dengan 1.000mg/dL. 8

 Glukosa

Tes urin untuk glukosa dan keton sangat berguna dalam skrining

pasien diabetes melitus. Normalnya, hampir smua glukosa di filtrasi oleh

glomerulus direabsorbsi di tubulus proksimal. Walaupun sejumlah kecil

dari glukosa normal diekskresi melalui urin, jumlah ini bukan tanda

klinis yang signifikan dan berada dibawah tingkat deteksi dengan

menggunakan dipstik. Namun, sejumlah glukosa difiltrasi melebihi

kapasitas reabsorbsi tubular, glukosa akan diekskresi didalam urin dan

terdeteksi pada dipstik. Ini disebut ambang ginjal sesuai dengan serum

11
glukosa sekitar 180mg/dL; diatas tingkat ini, glukosa akan terdeteksi

didalam urin. 5

Deteksi glukosa dalam urin menggunakan dipstik didasarkan pada

reaksi enzimatik ganda berurutan yang menghasilkan perubahan warna.

Pada reaksi pertama, glukosa dalam urin bereaksi dengan oksidase

glukosa pada dipstik untuk membentuk asam glukonat dan hidrogen

peroksida. Direkasi kedua, hidrogen peroksida bereaksi dengan

peroksidase, menyebabkan oksidasi chromogen pada dipsik,

menghasilkan perubahan warna pada dipstik. 5

Hasil positif palsu bisa didapatkan pada pasien yang telah

mengkonsumsi aspirin dalam dosis besar, asam ascorbat atau

cephalosporin. Juga bisa memberikan hasil negatif palsu jika

mengkonsumsi obat metabolik yang dapat menurunkan jumlah glukosa.


3,8

 Keton

Keton tidak biasanya ditemukan dalam urin, tetapi akan muncul

ketika persediaan karbohidrat dalam tubuh habis dan tejadi pemecahan

lemak dalam tubuh. Hal ini terjadi biasanya pada pasien dengan

ketoasidosis diabetik, tetapi mngkin juga terjadi selama kehamilan dan

setelah periode kelaparan atau penurunan berat badan yang sangat cepat.

Keton yang diekskresikan termasuk asam asetoasetat, aseton dan β-

hydroxybutyric acid. Dengan pemecahan lemak yang abnormal, keton

akan muncul di dalam urin sebelum serum. 5

12
 Nitrit

Adanya nitrit dalam urin adalah salah satu tanda adanya infeksi

bakteri pada traktus urinarius dimana bakteri mengurangi nitrat urin

menjadi nitrit. Wanita utamanya dapat mengalami kondisi ini. Pria

mengalami kondisi ini meningkat setelah usia 60 tahun keatas. Nitrit

dapat dengan mudah dideteksi dalam urin karena nitrit bereaksi dengan

reagen pada dipstik dan menngalami proses diazotisasi untuk membentuk

pewarna azo merah.5,3

Pemeriksaan nitrit menggunakan dipstik dapat memberikan hasil

positif palsu jika strip dipstik telah kadaluarsa atau terpapar udara yang

lama, penggunan obat yang dapat mebuat warna urin berubah (mis.

Phenazopyridine), kontaminasi bakteri saat pengambilan sampel. Juga

dapat memberikan hasil negatif palsu jika menggunakan terapi antibiotik

yang menekan metabolisme enzim dan populasi mikroba sehingga tidak

cukup nitrat yang terbentuk untuk memberikan hasil pada tes. 3

 Leukosit

Aktivitas leukosit esterase mengindikasikan adanya sel darah putih

di dalam urin. Dan adanya nitrat didalam urin menguatkan adanya

bakteruria. Dengan demikian kedua tes ini telah sering digunakan untuk

skrining pada pasien infeksi saluran kemih. leukosit esterase di produksi

oleh neutrofil dan merupakan tanda dari piuria yang mengarah ke infeksi

saluran kemih. organisme seperti Chlamydia dan ureaplasma urealyticum

harus dipertimbangkan pada pasien dengan piuriadan hasil kultur negatif.

13
Beberapa penyebab piuria steril termasuk balanitis, uretritis, tuberculosis,

tumor kandung kemih, infeksi virus, nefrolitiasis, glomerulonefritis dan

penggunaan cyclophosphamide.2,5

Leukosit esterase diproduksi oleh neutrofil dan mengkatalis

hidrolisis dari indoxyl asam carbon esterase ke indoxyl. Bentuk indoxyl

mengoksidasi garam chromogen pada dipstik untuk menghasilkan

perubahan warna. Disarankan untuk pemeriksaan leukosit esterase

dilakukan 5 menit setelah strip dipstik direndam di dalam urin agar

inkubasi adekuat. 5

Pemeriksaan leukosit menggunakan dipstik dapat memberikan hasil

positif palsu diakibatkan pengambilan spesimen midstream urin yang

tidak bersih atau terkontaminasi sekret vagina pada perempuan, strip

kadaluarsa, penggunaan meropenem atau asam clavulanis. Juga dapat

menghasilkan positif palsu dikarenakan spesimen dalam keadaan suhu

rendah, proteinuria > 500mg/dL, glukosuria > 2.000 mg/dL. 3

14
Alur pengiriman sampel pemeriksaan nitrit dan leukosit5

 Bilirubin dan urobilinogen

Normalnya urin tidak mengandung bilirubin. Bilirubin tidak

terkunjugasi bersifat tidak larut dalam air dan tidak dapat melewati

glomerulus sehingga tidak akan muncul di dalam urin dalam kondisi

patologis apapun; bilirubin terkonjugasi bersifat larut dalam air dan

normalnya melewati hepar masuk ke usus halus melalui duktus biliaris

dan dapat menjadi evaluasi untuk disfungsi hati dan obstruksi bilier

ataupun terjadi hemolisis sehingga terjadi peningkatan produksi bilirubin

dari heme ketika terdeteksi di dalam urin. 2,5

Normal urin hanya mengandung sedikit urobilinogen, akhir produk

dari bilirubin tak terkonjugasi setelah melewati duktus biliaris dan telah

dimetabolisme oleh usus. Urobilinogen diabsorbsi masuk ke sirkulasi

porta dan sejumlah kecil dapat difiltrasi oleh glomerulus. Hemolisis dan

15
penyakit hepatoseluler dapat meningkatkan urobilinogen dan penggunaan

antibiotik dan obstruksi duktus biliaris dapat mengurangi jumlah

urobilinogen.2

Ada reagen dipstik dan metode yang berbeda untuk menguji

urobilinogen dan bilirubin dalam urin, tetapi prinsip fisiologis dasarnya

sama melibatkan pengikatan bilirubin atau urobilinogen ke garam

diazonium untuk menghasilkan reaksi colorimetric. Nhasil negatif palsu

dapat diakibatkan adanya asam askorbat dimana menurunkan sensitivitas

untuk mendeteksi bilirubin. Positif palsu dapat terjadi akibat adanya

phenazopyridin yang menyebabkan warna urin menjadi jingga. 5

Penyebab positif palsu dan negatif palsu

16
Dipstik

5. Pemeriksaan mikroskopik

 Persiapan spesimen

Spesimen urin midstream yang bersih harus di dapatkan, jika

memungkinkan diambil spesimen urin pertama pada pagi hari dan harus

diperiksa dalam jangka waktu 1 jam. Prosedur standar untuk pemeriksaan

mikroskopik urin dimulai dengan 10 – 15 ml urin harus disentrifugasi

selama 5 menit pada kecepatan 3000rpm. Supernatan kemudian dibuang

dan sedimen disuspensi dalam tabung sentrifuge dengan menekan lembut

bagian bawah tabung. Meskipun sejumlah kecil sisa cairan dapat dituang

ke slide mikroskop, biasanya dapat menghasilkan kelebihan cairan pada

slide sehingga perlu kehati-hatian dalam menuangkan cairan ke slide.

Untuk itu lebih baik menggunakan pipet ukuran kecil untuk

memindahkan cairan sisa dari tabung sentrifuge dan tempatkan dengan

17
tepat di slide mikroskop. Cara ini biasanya menghasilkan volume ideal

antara 0,01 – 0,02ml cairan pada slide. Kemudian slide di tutup dengan

coverslip.5

 Teknik pemeriksaan mikroskop

Analisis mikroskop terhadap sedimen urin harus dilakukan dengan

lensa kekuatan rendah ( perbesaran x100) dan kekuatan tinggi

( perbesaran x400). Dibawah kekuatan rendah, seluruh area yang

tertutupi oleh coverslip harus diamati. Pengamatan harus terarah pada

tepi dari coverslip, dimana cast/silinder dan elemen lainnya

terkonsentrasi. Perbesaran kekuatan rendah sudah cukup untuk

mengidentifikasi eritrosit, leukosit, cast/silinder, kristal cystin, ,

makrofag lemak, parasit seperti Trichomonas vaginalis dan Schistosoma

hematobium. Perbesaran kekuatan tinggi, memungkinkan untuk

membedakan bentuk sirkular dari eritrosit dismorfik, untuk

mengidntifikasi beberapa tipe kristal, dan tentunya mengidentifikasi

bakteri dan yeast. 5

 Sel

Morfologi eritrosit dapat ditentukan dibawah pembesaran kekuatan

tinggi. Eritrosit eumorfik secara umum dapat dibedakan dari eritrosit

dismorfik dengan mengatur pencahayaan mikroskop. Dengan mengatur

apertur mikroskop sehingga membuat latar belakang cahaya menjadi

lebih gelap yang membuat komponen sedimen lebih kelihatan. 5

18
Walaupun sedikit, adanya eritrosit di dalam urin (hematuria)

merupakan kondisi abnormal dan membutuhkan pemeriksaan lebih

lanjut. Walaupun hematuria makroskopik lebih mengkhawatirkan kepada

pasien, hematuria mikroskopik tidak bisa disepelekan. Hematuria karena

alasan fisiologis (olahraga berat) dan kontaminasi vagina (menstruasi)

harus dihindari jika mungkin saat persiapan pasien.7

Eritrosit eumorfik

19
Leukosit umumnya dapat diidentifikasi di bawah daya rendah dan

didiagnosis definitif di bawah perbesaran daya tinggi. Dalam sedimen

dari spesimen midstream dari laki – laki yang diperoleh dari aspirasi

suprapubik atau kateterisasi pada wanita, temuan lebih dari 5 leukosit per

bidang daya tinggi umumnya dianggap abnormal (piuria).8

Granulosit adalah leukosit yang paling sering terdeteksi dalam urin

pasien dengan infeksi saluran kemih akibat organisme umum, dan juga

dapat dilihat dalam kondisi lain seperti glomerulonefritis, nefritis

interstitial dan cystitis. adanya limfosit dalam urin dikaitkan dengan

kondisi infammatory kronis dan penyakit virus. Makrofag (fagosit

mononuklear, histiosit) muncul cukup sering dalam urin pasien dengan

infeksi saluran kemih.7

20
Umumnya sel epitel dapat diamati pada urin sedimen. Sel squamos

dapat dideteksi pada spesimen urin perempuan dan bersasal dari bagian

bawah uretra, trigonum postpuberal dan vagina. Sel epitel squamos

berukuran besar, memiliki nukleus kecil dibagian tengah seukuran

eritrosit dan memiliki sitoplasma ireguler dengan granulasi halus. 5

 Cast/ silinder

Sebuah silinder adalah gumpalan protein yang terbentuk di tubulus

ginjal dan menjerat setiap isi lumen tubular dalam matriks. Tamm-

21
Horsfall mucoprotein adalah matriks dasar dari semua silinder ginjal; itu

berasal dari sel-sel epitel tubular dan selalu hadir dalam urin. Ketika

silinder hanya berisi mucoproteins, mereka disebut silinder hialin dan

mungkin tidak memiliki signifikansi patologis. silinder hialin dapat

dilihat dalam urin setelah latihan atau panas paparan tetapi juga dapat

diamati pada pielonefritis atau penyakit ginjal kronis.5

Bentuk silinder mereka mencerminkan di tubulus mana mereka

terbentuk dan dipertahankan ketika cast/silinder keluar. Unsur-unsur

seluler dominan menentukan jenis silinder: hialin, eritrosit, leukosit,

epitel, granular, lemak.2

Meskipun silinder leukosit telah dianggap sugestif pielonefritis,

mereka bukan merupakan indikator mutlak dan tidak boleh digunakan

sebagai satu-satunya kriteria untuk diagnosis. Silinder sel darah merah

adalah indikasi glomerulonefritis, dengan kebocoran sel darah merah dari

glomeruli, atau kerusakan tubular yang parah. silinder hialin terutama

terdiri dari mucoprotein (Tamm-Horsfall protein) yang disekresikan oleh

sel tubulus. Mereka terbentuk dalam urin terkonsentrasi dan dapat dilihat

dalam jumlah kecil pada pasien yang sehat; jumlah besar menyarankan

aliran urin rendah (tingkat prerenal atau postrenal). Silinder sel epitel

tubular renal terlihat pada gagal ginjal akut dan kronis. Silinder lemak

dapat terlihat pada pasien dengan sindrom nefrotik. 6

22
Berbagai tampakan cast/ silinder

 Kristal

Identifikasi kristal dalam urin sangat penting pada pasien dengan

penyakit batu karena dapat membantu menentukan etiologi.temuan

kristal dalam sedimen urin sangat menarik bagi pemeriksa karena terlihat

dengan keberagaman bentuk dan warna. Kristal bentuk padat dari zat

terlarut tertentu dalam urin.9

 Kristal kalsium oksalat

Kristal kalsium oksalat dalam bentuk oktahedral reguler

monohydrates. Mereka jelas dan tembus sehingga ketika sekrup

mikrometer disesuaikan, pertama tepi depan dan kemudian tepi belakang

bisa divisualisasikan dalam bidang fokus. Tepi masing di luar bidang

23
fokus menunjukkan melalui sebagai garis hitam atau putih sehingga

kalsium oksalat yang digambarkan memiliki bentuk amplop. Namun,

karena pembiasan cahaya mereka yang kuat mereka lebih seperti berlian

berkilau. kristal kalsium oksalat biasanya lebih kecil atau sekitar ukuran

yang sama seperti sel-sel darah merah, tapi mereka juga bisa menjadi

ukuran raksasa (100 m). Kadang-kadang, bulat, oval, atau kristal kalsium

oksalat berbentuk jam pasir juga terlihat. Pada pembesaran rendah bentuk

bulat dapat bingung dengan sel darah merah.3

Oksalat dan kalsium adalah konstituen fisiologis urin. Jika mereka

berulang kali ditemukan dalam urin segar dalam jumlah besar, tes

kuantitatif untuk hiperoksaluria harus dilakukan.3

Kristal kalsium oxalat

 Kristal asam urat

Asam urat adalah metabolit larut metabolisme urine. Diet purin tinggi,

cacat enzim bawaan, dan degradasi sel yang cepat semua dapat

menyebabkan sejumlah besar asam urat akan disekresikan dalam tubulus

dan dieliminasi dalam urin. Kelarutan asam urat tergantung pada pH. Jika

24
pH urin dalan keadaan asam, konsentrasi asam urat fisiologis mengendap

sebagai kristal. Sebaliknya dapat larut jika pH urin alkali. Setelah

kalsium oksalat, kristal asam urat merupakan yang paling sering

ditemukan dalam urin. 3

Kristal asam urat terjadi dalam berbagai bentuk dan ukuran. Tampak

jelas dan transparan sampai berwarna coklat padat. Paling sering mereka

memiliki bentuk piring belah ketupat atau whetstones yang jarang

melebihi ukuran sel darah merah. Ketika diaglomerasikan, mereka

membentuk mawar atau menutupi konstituen sedimen selular. Bentuk

gentong, roset, berbentuk batang, atau heksagonal kristal asam urat

terlihat dalam kasus yang jarang. Asam urat adalah konstituen fisiologis

urin. Namun, agregat besar, jika terdeteksi berulang kali, dapat

diindikasikan hyperuricosuria primer atau sekunder dan batu ginjal asam

urat.3

Kristal asam urat

 Kristal cystine

25
Kristal sistin tidak berwarna, memiliki bentuk heksagonal, dan hadir

dalam urin asam, yang merupakan diagnostik cystinuria. Untuk

mendeteksi adanya kristal cystin, spesimen harus dibuat dalam keadaan

asam dengan asam asetat (pada pH<6).

Kristal cystin

 Kristal magnesium ammonium fosfat

Amonium magnesium fosfat mengkristal dalam alkali untuk urin

netral. Larut ketika asam asetat atau asam klorida ditambahkan. Karena

bentuk prismatik khas mereka juga disebut “coffin lid” atau kristal

amplop. Jika ditemukan dalam jumlah banyak dan menumpuk dapat

menjadi batu struvit.6

26
Kristal magnesium ammonium fosfat

BAB III
KESIMPULAN

Pemeriksaan urinalisis merupakan pemeriksaan yang paling sering

dikerjakan pada praktek dokter sehari – hari, apalagi kasus urologi. Pemeriksaan

ini meliputi uji :

1. Makroskopik dengan menilai warna, bau

2. Kimiawi meliputi pemeriksaan berat jenis, derajat keasaman/pH, protein

dan gula dalam urin

3. Makroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel , cast (silinder), kristal,

atau bentukan lain di dalam urin.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Kurup R, Leich M. Comparison of urine analysis using manual and

sedimentation methods. West Indian medical journal: 2012; Volume 61 (3),

p.240-244

2. Simerville JA, Maxted WC, Pahira JJ. Urinalysis: A Comprehensive Review.

Am fam physician: 2010; 71(6), p.1153-1162, diakses dari

http://www.austincc.edu/clin2/Clin2UAcomprehensiveReview.pdf, pada

tanggal 4 februari 2016

3. Roche, 2011, Compendium of Urynalisis, Roche Diagnostic Ltd : Switzerland

28
4. Basuki B Purnomo, 2011, Dasar – dasar Urologi edisi ketiga, sagung seto :

Jakarta

5. Wein J Alan, 2012, Campbell-Walsh Urology 10th ed, Elsevier : USA

6. David J Leehey, 2013, Handbook of Nephrology 1st ed, Lippincott Williams

& Wilkins : Philadelphia

7. Scand J, 2010, European Urinalysis Guidelines, European Confederation of

Laboratory Medicine (ECLM), diakses dari

http://www.hemltd.ru/publications/sections/bakteriozi/urina/medicine/

Bac_urina004/article.PDF, pada tanggal 4 februari 2016

8. Emil A et al, 2008, Smith’s General Urology 7th ed, Mc-Graw Hill : USA

9. Edgar V Lerma, 2015, Urynalisis, Medscape, diakses dari

http://emedicine.medscape.com/article/2074001-overview#a4 pada tanggal 4

februari 2016

29

Anda mungkin juga menyukai