Tengah berada di kampus analis kesehatan, pada video kali ini kami akan melakukan
pemeriksaan makroskopik urine
Pemeriksaan makroskopik urine adalah pengamatan urin yang dilihat dengan mata telanjang
dan tidak memerlukan pemeriksaan di bawah mikroskop. Analisis makroskopik urin dilakukan
dengan memeriksa penampilan fisik urin. Informasi dari pemeriksaan makroskopik dapat
memberikan petunjuk penting untuk praktisi kesehatan. Sampel urine yang normal adalah
kuning dan jernih tanpa adanya kekeruhan apapun. Yang diperiksa adalah volume, warna,
kejernihan, buih, berat jenis, bau dan pH urine.
Pengukuran volume urine berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi
kuantitatif suatu zat dalam urine dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan
badan. Pengukuran volume urine yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urine bermanfaat
untuk menentukan gangguan faal ginjal. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume
urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan
aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara
800 -1300 ml untuk orang dewasa.
Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut
poliuri. Bila volume urin selama 24 jam 300 -750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.
Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, dan nefritis
menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml.
Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam
keadaan normal, 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan
tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.
Warna urine normal adalah kuning muda atau kuning jerami, jernih. Pada produksi urine
yang banyak, berat jenisnya antara 1.015 - 1.030 tergantung pada konsentrasi bahan solid
yang larut dalam urine. bila produksi urine sedikit, maka urine menjadi pekat dan berat
jenisnya naik, sedangkan warnanya lebih gelap. bila berat jenisnya turun, berarti urine lebih
encer dan menjadi tidak bewarna, seperti yang terjadi pada diabetes insipidus.
Urine normal agak asam atau pH nya kurang dari 7. Urine normal mengandung urea,
kreatinin, asam urat, garam, pigmen empedu, dan asam oksalat. bila urine normal ini
disimpan, maka akan bereaksi menjadi bersifat alkalis, karena urea diubah menjadi amonia.
Urine dikatakan tidak normal apabila mengandung albumin, gula, aseton, nanah, ataupun
butir darah, serta kast positif. Dalam keadaan normal, seseorang akan membuang air kecil
setiap 3 - 4 jam.
Macam – Macam warna Urin :
1. Warna Merah :
- Ada hemonglobin, mioglobin dan porfirin ( berarti ada perdarahan saluran kencing ).
- Oleh karena obat tertentu.
- Karena zat warna dari makanan tertentu, misal biet, senna, robarber.
2. Warna Jingga :
- Zat warna empedu.
-Karena obat-obat: antiseptic saluran kencing, pyridium, dan obat fenothiazin.
3. Warna Kuning :
- Urine pekat.
- Keberadaan urobilin dan bilirubin.
- Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif.
4. Warna Hijau :
- Keberadaan biliverdin.
- Keradaan bakteri pseudomonas
- Obat preparat vitamin dan obat psikoaktif.
5. Warna Biru :
- karena patologis Deuretika tertentu.
6. Warna Coklat :
- Keberadaan hematin asam, mioglobin dan zat warna empedu
- Obat-obat nitrofurantioin, levodova.
Urine yang berwarna coklat disertai buih biasanya disebabkan oleh penyakit liver atau
saluran empedu. Pemeriksaan urine di bawah mikroskop dilakukan untuk mengetahui
apakah ada butir darah merah maupun butir darah putih, sel epithel, bakteri, jamur, dan
kristal.
B. Tujuan : Untuk mengetahui warna urine.
C. Prinsip : Warna urine diuji pada penebalan 7-10 cm, dengan cahaya terang dan latar
belakang putih pada sikap serong.
D. Alat dan Bahan :
1. Beaker glass
2. Tabung reaksi
3. Sampel urine
4. Latar belakang putih
E. Prosedur :
1. Masukkan urine 3/4 tabung penuh ke dalam tabung reaksi.
2. Miringkan tabung reaksi hingga membentuk sudut 60°.
3. Warna urine diuji pada penebalan 7-10 cm dengan cahaya terang dan latar belakang
putih.
F. Nilai Normal : kuning muda – kuning tua
Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau
sangat keruh. Biasanya urine segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut
nubecula yang terdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap.
Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol
penampung. Urine yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus,
bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak. Bila normal
maka biasanya jernih, tetapi juga bisa keruh karna beberapa faktor, antara lain karena fosfat
nanah, darah, bakteri, dan spermatozoa.
B. Tujuan : Untuk mengetahui kejernihan urine.
C. Prinsip : Kejernihan urine diuji pada keseluruhan tabung dengan cahaya pantul tanpa
latar belakang putih pada sikap serong.
D. Alat dan Bahan :
1. Beaker glass
2. Sampel urine
3. Tabung reaksi
E. Prosedur :
1. Masukkan urine 3/4 tabung penuh ke dalam tabung reaksi.
2. Miringkan tabung reaksi hingga membentuk sudut 60°.
3. Kejernihan urine diuji pada keseluruhan tabung dengan cahaya pantul tanpa latar
belakang putih pada sikap serong.
F. Nilai Normal : Jernih
A. Dasar Teori
Pada urin normal yang baru saja dikeluarkan tidak akan langsung menimbulkan buih
namun jika dikocok akan menimbulkan buih putih. Jika, pada urin yang baru saja
dikeluarkan langsung membentuk buih putih maka urin tersebut mengandung protein,
dan urin yang berbuih kuning maka urin tersebut mengandung bilirubin.
B. Tujuan : Untuk mengetahui buih urine.
C. Prinsip : Berdasarkan perubahan warna pada buih, maka bila urine dikocok :
a) Busa berwarna putih tidak hilang dalam waktu 5 menit berarti kemungkinan
protein.
b) Busa berwarna kuning tidak hilang dalam waktu 5 menit berarti kemungkinan
bilirubin.
c) Busa berwarna putih / kuning hilang dalam waktu 5 menit berarti protein dan
bilirubin negatif.
D. Alat dan Bahan :
1. Beaker glass
2. Sampel urine
3. Gelas ukur
4. Tabung reaksi
5. Penyumbat tabung
E. Prosedur :
1. Masukkan 5 ml sampel urine kedalam tabung reaksi, tutup dengan penyumbat
tabung.
2. Kocok kuat-kuat.
3. Buka penyumbat tabung, baca hasil dalam waktu 5 menit.
F. Interprestasi hasil :
1. Busa berwarna putih tidak hilang dalam waktu 5 menit berarti kemungkinan
protein.
2. Busa berwarna kuning tidak hilang dalam waktu 5 menit berarti kemungkinan
bilirubin.
3. Busa berwarna putih / kuning hilang dalam waktu 5 menit berarti protein dan
bilirubin negatif.
G. Nilai Normal : Busa berwarna putih / kuning hilang dalam waktu 5 menit berarti protein
dan bilirubin negatif.
6. Pemeriksaan pH Urine
A. Dasar teori
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi
kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain itu
penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada
infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan
kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin
bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan
asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya
dipertahankan basa.
Pemeriksaan berat jenis urin berkaitan dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno
meter, refraktometer dan reagens 'pita'. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara
1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa
makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya,
jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat
jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat
dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang
dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan
kegagalan ginjal yang menahun.
Ditanyakan :
Bj Urine : ……?
Penyelesaian
Bj Urine = Bj Sementara + (Suhu urine – suhu urinometer) x 0,001
3
= 1.030 + (35℃ - 20℃) x 0,001
3
= 1.030 + 5 x 0,001
= 1.030 x 0,005
= 1.035 g/dl
Penutup :
Demikianlah penjelasan kami mengenai proses pemeriksaan makroskopik urin, jangan lupa
like, comen and subscribe video kami dan share sebanyak-banyaknya agar yang lain dapat
memperoleh ilmunya.
Semoga bermanfaat dan selamat beraktivitas.
Sumber :
https://medlab.id/pemeriksaan-makroskopis-urine/
https://fzahra97.blogspot.com/2016/02/laporan-praktikum-biokimia-klinik.html
https://doktersehat.com/pemeriksaan-air-seni-urinalisis-makroskopis/