Anda di halaman 1dari 36

PENUNTUN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

DISUSUN OLEH

TIM BIOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS DHARMA ANDALAS

2016
DAFTAR ISI

PEMERIKSAAN URINE SECARA MAKROSKOPIS.....................................................................3

PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE................................................................................................8

PEMERIKSAAN URINE TERHADAP PROTEIN.........................................................................12

PEMERIKSAAN URINE TERHADAP GLUKOSA.......................................................................15

PEMERIKSAAN URINE ATAS INDIKASI BILIRUBIN..............................................................18

PEMERIKSAAN URINE ATAS INDIKASI UROBILIN...............................................................20

PEMERIKSAAN URINE ATAS INDIKASI UROBILINOGEN....................................................22

GULA DARAH...............................................................................................................................24

PEMERIKSAAN GULA DARAH..................................................................................................26

PROTEIN PLASMA........................................................................................................................28

PEMERIKSAAN PROTEIN PLASMA...........................................................................................30

KOLESTEROL DARAH.................................................................................................................32

2
PEMERIKSAAN URINE SECARA MAKROSKOPIS

I. TUJUAN
Untuk megetahui volume, warna, kekeruhan, keasaman/reaksi,berat
jenis dan bau dari urine.

II. PRINSIP

Adanya kelainan pada ginjal dapat diketahui dengan melakukan


pemeriksaan urine secara makroskopis.

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat – alat
i. Tabung reaksi
ii. Beker glass
iii. Gelas ukur
iv. Kertas pH
b. Bahan – bahan
i. Urine pagi
ii. Urine sewaktu
iii. aquadest
IV. PEMERIKSAAN
a. Volume
i. Volume urine normal orang dewasa 800 – 1600 ml/24 jam
tergantung dari pemasukan cairan, penguapan dan sebagainya
ii. Volume urine siang hari biasanya 3 – 4 kali volume urine
malam hari.
iii. Peningkatan jumlah urine (poli urine) ditemukan pada diabetes
melitus, diabetes insipidus, nefritis kronis, pada saat keadaan
edema menghilang dan masa penyembuhan dari penyakit
febris acut

3
iv. Pengurangan jumlah urine (oliguri) ditemukan pada nefritis
akut,aklampsi, diare berat. Muntah – muntah hebat terlalu
banyak keluar keringat dan demam.
v. Anuri (tidak terbentuk urine) terjadi pada colaps dengan
tekanan darah sistolik < 70 mmHg, nefritis akut yang berat dan
keracunan HgCl2.
b. Warna
i. Warna urine normal adalah kuning muda, hal ini disebabkan
kearena adanya pigmen dalam urine (urine dan urobilin)
ii. Warna urine dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:
1. Kosentrasi urine, makin pekat warna urine masih gelap
2. Keasaman urine, makin alkalis warna urine makin
gelap
3. Pigmen – pigmen abnormal dalam urine dan obat –
obatan.
iii. Darah menyebabkan urine bewarna merah, coklat, keruh
(berawan)
iv. Bilirubin, menyebabkan urine bewarna kuning tua, coklat
kehijauan.
v. Fenol, salisilat dan resorsinol, menyebabkan urine bewarna
hijau gelap
vi. Antipirin menyebabkan urine bewarna kuning hitam
vii. Fenacetin, menyebabkan urine bewarna kuning.
c. Kekeruhan
Urine normal biasanya jernih, dapat terjadi kekeruhan karena:
i. Fosfat dan nanah
Kekeruhan purih dan tebal dalam urine alkalis atau netral
disebabkan karena fosfat atau karbonat ataupus/nanah.
Fosfat/karbonat menghilang pada penambahan asam cuka 6%
(carbonat akan timbul gas), sedangkan pada pus tidak hilang
pada penambahan asam.

4
ii. Darah menyebabkan urine merah keruh, pada pemeriksaan
sedimen ditemukan eritrosit
iii. Bakteri
Biasanya kekeruhan merata, bakteri dapat dilihat dalam sedimen
dengan pewarnaan gram.
iv. Spermatozoa
d. Keasaman/ Reaksi
i. Urine normal mempunyai pH antara 4,7-7,5 dengan rata – rata
6,0
ii. Untuk memeriksa pH urine dipakai kertas lakmus merah dan
kertas lakmus biru
iii. Bila lakmus biru dicelupkna ke dalam urine berubah menjdi
merah, berarti urine asam
iv. Bila lakmus merah dicelupkan dalam urine berubah menjadi
biru, berarti urine alkalis.
v. Bila kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru dicelupkan
ke dalam urine, kedua – duanya tidak berubah warna, berarti
urine netral
vi. pH diukur dengan kertas pH atau kertas nitrazin, caranya kita
mbil sedikit kertas, celupkna dalam urine dan warnanya
disesauikkan dengan warna standar.
vii. Pemeriksaan keasaman urine harus selalu dilakukan karena:
1. Pemeriksaan protein harus dilakukan dengan urine
yang asam
2. Interpretasi hasil pemeriksaan urine lebih mudah, bila
kita mengetahui reaksi dan berat jenis urine.
e. Manfaat pemeriksaan keasaman urine dalam klinik:
i. Urine baru yang alkalis pada penderita peradangan saluran
kencing menunjukkan adanya infeksi oleh “Urea Splitting
Organisme” yang sangat resisten terhadap antibiotik, sehingga
sering merupakan indikasi untuk operasi radikal.

5
ii. Penderita dengan asidosis (koma diabetikum) membutuhkan
terapi dengan akali atau atas penuntun alkali reserve.

f. Berat Jenis
i. Dipakai urinometer yang kecil, dengan skala 1.000 – 1.040,
yang selalu dikalibrasikan pada temperatur 15˚C.
ii. Normal BJ Urine sewaktu adalah 1002 – 1030, sedangkan
urine 24 jam adalah 1.015 – 1.025.
iii. Hasil pemeriksaan BJ harus dikoreksi terhadap
a. Suhu Ruang
Per 3˚C di atas 15 ˚C  hasil ditambah 1 (0,001)
Per 3˚C di bawah 15 ˚C  hasil dikurang 1 (0,001)
b. Kadar gula
Per 1% glukosa  hasil dikurang 4 (0,004)
c. Kadar 1% protein  hasil dikurang 3 (0,003)

Contoh :

Pada penetapan BJ urine yang mempunyai kadar glukosa 1% dan kadar protein 1%
didapatkan hasil BJ adalah 1010 pada suhu 18˚C.

Maka nilai BJ yang sebenarnya pada urine tersebut adalah:

1010 +1-4-3 = 1004

g. Arti klinis pemeriksaan berat jenis urine:


i. Membantu mendiagnosa glukosuri pada penderita koma, pada
penderita koma diabetika didapat urine yang sangat jernih
tetapi mempunyai berat jenis yang sangat tinggi.
ii. Untuk mengetahui faal ginjal ginjal, melalui percobaan
konsentrasi menurut Fishberg:
1. Penderita tidak boleh minum lagi sesudah jam 18.00
2. Boleh kencing sewaktu – waktu
3. Yang diperiksa adalah urine pagi.

6
a. Bila berat jenis urine ini melebihi 1020,berarti faal ginjal sangat
baik
b. Bilaberat jenis kurang dari 1020, ada beberapa kemungkinan:
i. Ada gangguan faal ginjal akibat penyakit primer dari ginjal
(glumerulus nefritis), dsb
ii. Ada udem yang dikeluarkan pada malam hari, misalnya pada
penderita dekompensasi jantung.

Dalam klinik, percobaan konsentrasi menurut fishberg ini dilakukan:

a. Bila diduga adanya suatu penyakit ginjal yang primer


b. Bila diduga adanya dekompensasi jantung

Keuntungan percobaan konsntrasi menurut fishberg ini adalah

a. Mudah dikerjakan tanpa menyulitkan penderita


b. Selain memeriksa faal ginjal kita sekaligus memperoleh urine dengan berat
jenis tinggi untuk pemeriksaan bahan – bahan yang sering kali negatif bila
dilakukan pada urine yang mempunyai berat jenis yang rendah.
h. Bau
Bau urine normal disebabkan oleh sebagian asam – asam organik yang
mudah menguap, yaitu:
1. Bau aromatik, timbul karena pemecahan ureum dalam urine oleh
bakteri
2. Bau buah, (fruity) terdapat pada ketonuria
3. Bau jengkol, terdapat pada keracunan jengkol, sering disertai
proteinuria.

7
PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE

I. TUJUAN
Untuk mengetahui unsur – unsur patoligis dalam urine
II. ALAT – ALAT
Mikroskop
Objek glass
Cover glass
III. METODA
a. UNSUR SEDIMEN URINE ORGANIK
i. Eritrosit
Normal dijumpai 0 – 1/ LBP(perbesaran ojektif 40x)
Eristrosit ini dapat dilihat dalam bentuk – bentuk:
- bentuk normal
Bentuk bundar,bahan tegas dengan diameter sama besar yanitu ±7μ dan
bewarna kuning muda. Bentuk ini dapat dijumpai pada urine baru
- bentuk berduri (creanated)
Berbentuk seperti durian, terdapat pada urine dengan berat jenis tinggi.
Karena eritrosit kehilangan cairan
Arti klinis eritrosit: terdapat eritrosit pada sedimen, selalu mempunyai arti
penting, terutama bila dijumpai pada pria. Bila dijumpai pada wanita maka
pemeriksaan harus diulangi dengan ”Gewassen Urine” atau Catheter Urine
Eritrosit dalam urine:
- pendarahan :Tumor ginjal, karsinoma kandung kemih
- trauma : batu, kristal, dsb
- peradangan : TBC, glomerulunefritis
Ditemukannya eritrosit dalam sedimen merupakan indikasi ntuk pemeriksaan
yang lebih teliti.

8
Keterangan:
- Gewassen Urine
- wanita : vagina dicuci terlebih dahulu, terutama sekitar urethra.
Waktu berkemik, labia dibuka kemudian diambil midstream urine, yaitu
bagian pertama urine yang keluar dibiarkan dahulu, kemudian diambil
urine yang berikutnya, urine yang terakhir juga tidak diambil
- pria : lubang urethra dibersihkan, peputium dibuka lebar, diambil
midstream urine

- urine Catheter
Banyak klinisi ang berkeberatan untuk melakukan katheterisasi karena
sering menyebabkan infeksi. Oleh karena itu, sebaiknya jangan
melalkukan katheterisasi hanya untuk pemeriksaan urine saja.
ii. Leukosit
- Dalam keadaan normal terdapat < 6 leukosit/LPB
- Leukosit berdiameter kira – kira 11μ, batas tidak jelas dan selalu penuh
dengan granula
- Pada urine baru masih tampak gerakan amuboid, pada urine akalis sering
berkelompok
- Arti kllinis leukosit: adanya leukosit menunjukkan suatu peradangan
disalahsatu tempat dalam sistem urogenitalia
iii. Silinder
Patologis terjadinya silinder : pengendapan albumin/protein baik itu yang
berasal dari filtrat ataupun sekret tubuli (thramhorsfall) akan menjaring bahan –
bahan yang banyak ditemukan dalam urine. Oleh karena itu dapat ditemukan
bermacam – macam slinder tergantung dari bahan yang terkandung dalam urine
tersebut.
Macam – macam slinder
- Silinder hialin
Slinder ini tampak pucat bening, homogen

9
Untuk memperjelas dapat diwarnai dengan menambahkan kalium iodida,
dimana silinder akan tmapak bewarna kuning
Silinder ini dijumpai pada nefritis akut, juga pada ikhterus tanpa
albuminuria dan pada orang sehat seterlah olahraga
- Silinder epitel
Silinder ini mengandung beberapa sel epitel (1 -2 sel epitel)
Bila nefritis masih akut, maka struktur sel epitel tersebut masih jelas, tetapi
bila prosesnya terjadi subacut atau kronik maka struktur epitel akan
berubah menjadi butir – butir lemak
Adanya sillinder ini menunjukkan proses degenerasi yang berat dari epitel
tubuli ginjal
- Silinder berbutir
Silinder ini mengandung butir – butir halus sampai kasar
Materi dari butir – butir ini adalah albumin, sel epitel, lemak, leukosit, dan
eritrosit yang rusak
Silinder ini biasanya dijumpai pada nefritis kronis
- Silinder eritrosit
Silinder ini mengandung sel eritrosit
Biasanya dijumpai pada nefritis akut
- Silinder lemak
Silinder ini mengandung butir lemak
Biasanya dijumpai pada stadium lanjut nefritis berat
- Silinder leukosit
Silinder ini mengandung leukosit
- Silinder lilin
Silinder ini tidak bewarna, lebih besar dari silinder hialin, pinggirnya
sering tidak rata oleh karena adanya lekukan – lekukan
Biasanya dijumpai pada perubahan degenarasi berat pada ginjal, kadang –
kadang dijumpai pada amiloid ginjal
- Silinder campuran
Silinder ini mengandung campuran bermacam unsur: epitel, lemak,
eritrosit

10
- Silinder fibrin
Silinder ini mengandung fibrin
Silinder ini adalah silinder palsu
iv. Sel epitel
- Sel ini berasal dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan urethra
- Yang paling penting adalah sel epitel dari tubuli ginjal, sel ini lebih kecil
dari sel epitel ureter dan kandung kemih tapi lebih besar dari leukosit
- Biasanya sel epitel selalu terdapat dalam urine, pada glomerulonefritis. Sel
– sel ini bertambah banyak
v. Spermatozoa
- Biasanya dijumpai pada urine setelah koitus
- Spermatozoa mempunyai bentuk badan oval memanjang, tipis dan
mempunyai ekor halus
vi. Parasit
- Schistosoma
- Trochomonas vaginalis
b. SENYAWA ANORGANIK
Yang termasuk unsur ini adalah kristal dan amorf.
i. Kristal yang dapat dijumpai dalam keadaan normal
Dalam suasana asam
-kristal asam urat
-kristal Ca-oksalat
Dalam suasana basa
-kristal triple fosfat
-kristal Ca-fosfat
-kristal Ca-karbonat
ii. Kristal yang dijumpai dalam keadaan urine abnormal
-kristal sistin : dijumpai pada kelainan kongenital
-kristal tirosin dan leusin : dijumpai pada penyakit hepar yang berat
iii. Bahan amorf yang dapat ditemukan pada pemeriksan sedimen, misalnya:
-Amorf urat dalam urine asam
-Amorf fosfat dalam urine alkalis

11
IV.

12
PEMERIKSAAN URINE TERHADAP PROTEIN

I. TUJUAN
1. Untuk menentukan adanya protein dalam urine
2. Untuk menentukan adanya indikasi kelainan – kelainan pada fungsi
ginjal
II. PRINSIP
Pemeriksaan berdasarkan pengendapan protein yang terjadi dalam suasana
asam karena hasil pemeriksaan dinilai dari kekeruhan, maka urine harus
jernih.
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat – Alat
i. Tabung reaksi
ii. Centrifuge dan tabungnya
iii. Penjepit
iv. Lampu spritus
v. Pipet tetes
b. Bahan – Bahan
i. Asam Asetat 10%
ii. Natrium Asetat
iii. Asam Asetat Glasial
iv. Aquadest
v. Urine
IV. METODA
a. TES PEMANASAN DENGAN ASAM ASETAT
i. Prinsip

Protein akan membentuk endapan/ menggumpal bila dipanaskan dalam suasana


asam

13
ii. Pembuatan reagen
Asam Asetat 10%

Cara kerja:

b. Tabung diisi dengan urine sebanyak ¾


c. Didihkan selama 1-2 menit
d. Kekeruhan yang terjadi disebabkan fosfat, karbonat atau albumin
e. Tambahkan 3 tetes asam asetat 10% tetes demi tetes dalam keadaan
mendidih. Kekeruhan yang disebabkan oleh karbonat dan fosfat akan hilang

Pengamatan Hasil

a. Tidak ada kekeruhan (-)


b. Kekeruhan sedikit sekali (±)
c. Kekeruhan sedikit sekali (tanpa butir - butir) (+) 10 – 50 mg %
d. Kekeruhan jelas (berbutir - butir) (++) 50 – 200 mg %
e. Kekeruhan hebat (berkeping – keping) (+++) 200 – 500 mg %
f. Menggumpal (++++) > 500 mg %

b. PEMERIKSAAN SECARA BANG


i. Prinsip
Protein akan membentuk endapan/ menggumpal bila dipanaskan dalam suasana
asam
ii. Pembuatan reagen
Natrium asetat 11,8 gram dan asam asetat glasial dilarutkan dalam aquadest sampai
volume 100 ml
iii. Cara kerja
5 ml urine ditambah 0,5 ml reagen bang, kemudian dipanaskan dalam air mendidih
selama 5 menit.
iv. Pengamatan hasil
Bila timbul kekeruhan berarti terdapat protein.

14
v. Catatan
Keuntungan cara bang adalah tidak terganggu oleh kekeruhan oleh garam – garam
kalsium, fosfat, dengan adanya buffer dari asam asetat maka didapat pH ideal untuk
pengendapan protein.

15
PEMERIKSAAN URINE TERHADAP GLUKOSA

I. TUJUAN
Untuk menentukan adanya glukosa dalam urine
II. Prinsip
Dalam suasana alkali kuat, ditambahn dengan pemanasan, gula – gula
(reduktor) akan mereduksi ion cupri menjadi cupro dengan hasil terjadi CuOH
yang bewarna kuning atau CuO yang bewarna merah, tergantung dari jumlah
reduktor yang terdapat dalam urine.
III. Alat dan Bahan
a. Alat – Alat
 Tabung reaksi
 Waterbath/ lampu spritus
 Penjepit kayu
 Gelas kayu
 Pipet tete
b. Bahan – Bahan
 CuSO4. 5 H2O
 Asam Sitrat
 Na2CO3 Anhidrat
 Aquadest
 Tablet Clinitest
 Urine
IV. METODA
BENEDICT
a. Pembuatan reagen
- Larutkan 17,3 g CuSO4.5H2O dalam 100 ml aquadest, dengan
pemanasan
- Larutkan 173 g ntrium sitrat dan 100 g Na2CO3 anhidrat dalam 600 ml,
panaskan, kemudian saring

16
- Perlahan – lahan dengan adukan yang konstan tambahkan larutan sitrat
karbonat, bersihkan seluruh CuSO4 dengan aquadest dan tambahkan
aquadest sehingga mencapai volume 1000ml.
b. Cara Kerja
- Masukkan 2,5 ml eagen benedict ke dalam tabung reaksi
- Tambahkan 0,25 ml (4 tetes) urine dan campurkan
- Letakkan dalam penangas air mendidih selama 2 – 3 menit
- Angkat dan langsung baca
c. Pengamatan Hasil
- Biru hijau tidak ada endapan (-) 0,0 – 0,1 g/dL
- Hijau dengan endapan kuning (+) 0,5 – 1,0 g/dL
- Kuning (++) 1,0 – 1,5 g/dL
- Orange (+++) 1,5 – 2,5 g/dL
- Merah (++++) 2,5 – 4,0 g/dL
d. Catatan
Pemeriksaan benedict adalah semikuantitatif artinya dapat menentukan
kira – kira jumlah zat dicari dalam bahan pemeriksaan
Keuntungan :
- Lebih spesifik
- Semikuantitatif

Kerugian :

- Kurang sensitif

Hal ini disebabkan karena benedict dengan basa lemah

TABLET CLINITEST

Pembuatan Reagen

Tablet clinitest (AMES) adalah kombinasi CuSO 4, asam sitrat, Na2CO3 anhidrat
dan NaOH. Dengan penambahan urine akan terjadi dua reaksi eksoterm, yaitu:

17
a. Pemanasan larutan NaOH
b. Reaksi antara NaOH dalam asam sitrat
Panas yang terjadi berguna untuk membantu proses reduksi ion cupri menjadi
cupro.

Cara Kerja

a. Masukkan tablet Clinitest ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 5


tetes urine.
b. Tunggu 15 detik atau sampai gelembung – gelembung yang terjadi berhenti
baru lihat hasilnya. Diakhir 15 detik tabung dikocok perlahan – lahan,
kemudian dibandingkan warna yang timbul dengan standar warna yang
tersedia

Pengamatan Hasil

Hasil dilaporkan sesuai dengan warna yang terjadi dengan kadar glukosanya:

- Negatif 0,0%
- Positif lemah 0,25%
- (+) 0,5%
- (++) 0,75%
- (+++) 1%
- (++++) 2%
- Bila warna segera mejadi coklat >2%

18
PEMERIKSAAN URINE ATAS INDIKASI BILIRUBIN

I. TUJUAN
Untuk menentukan adanya bilirubin dalam urine
II. ALAT DAN BAHAN
Alat – alat
- Tabung reaksi
- Corong
- Kertas saring
- Pinset
- Pipet tetes
- Pipet takar 5 ml

Bahan

- FeCl3
- Trikloroasetat
- BaCl2
- Urine
III. METODA
PERCOBAAN HARRISON
Prinsip
BaCl2 bereaksi dengan sulfat dalam urine membentuk endapan BaSO 4 dan
bilirubin menempel pada molekul ini. FeCl3 mengoksidasi bilirubin menjadi:
Biliverdin  warna hijau
Bilicyanin  warna biru
Chloetelin  warna kuning

Pembuatan Reagen
- Reagen Fauchet
0,9 g FeCl3 dilarutkan dalam trikloroasetat 25% sampai 100ml.
- Larutan BaCl2 10%

19
Cara pemeriksaan
a. 5 ml urine dimasukkan dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 5 ml BaCl2 10% campur, kemudian saring dengan kertas
saring
c. Presipitat pada kertas saring dibiarkan sampai kering
d. Tambahkan 1 tetes reagen Fauchet pada presipitat.

Pengamatan Hasil
Positif bila timbul warna hijau atau biru kehijauan
Sensitivitas
0,05 – 0,1 mg bilirubin/dl urine.

PERCOBAAN HAWKINSON
Cara ini menggunakan kertas saring yang tebal (shlesinger atau schull no 470)
yang direndam dengan BaCl2 jenuh, kemudian kertas saring dikeringkan.
Potong kertas saring berukuran 4 x ½ inci

Cara Pemeriksaan
a. Pada potongan kertas saring yang mengandung BaCl 2 diteteskan urine
beberapa tetes
b. Biarkan selama 30 detik sampai 2 menit
c. Teteskan 2 – 3 tetes reagen Fauchet

Pengamatan Hasil
Positif bila terbentuk warna hijau

Keterangan
a. Pemeriksaan bilirubinuria harus menggunakan urine segar, < 4 jam,
karena bilirubin akan teroksidasi, sehingga menghasilkan false negatif,
terutama bila terkena cahaya
b. Percobaan Hawkinson lebih cepat dan sederhana dibandingkan percobaan
Harrison.

20
PEMERIKSAAN URINE ATAS INDIKASI UROBILIN

(PERCOBAAN SCHLESINGER)

I. TUJUAN
Untuk menentukan adanya urobilin dalam urine
II. PRINSIP
Urobilin dengan reagen Shlesinger membentuk suatu kompleks dengan
memberikan flouresensi hijau
III. ALAT DAN BAHAN
Alat – Alat
a. Pipet takar 5 ml/gelas ukur 10 ml
b. Pipet tetes
c. Kertas saring
d. Corong
e. Tabung reaksi
f. Rak tabung
Bahan – Bahan
a. Zn (CH3COO)2
b. Alkohol 96%
c. I2
d. KI
e. Aquadest
f. Urine
IV. PROSEDUR KERJA
Pembuatan reagen
a. Reagen Schlesinger
10 g Zn(CH3COO)2 disuspensikan dalam 100 ml alkohol 96%
b. Larutan Lugol
0,5 g I2 dan 1 g KI dilarutkan dalam air, setelah larut ditambahkan air
sampai 150 ml

21
Cara Pemeriksaan
a. 5 ml urine ditambah 2 tetes larutan lugol
b. Tambahkan 7,5 ml reagen schlesinger, kemudian kocok
c. Saring sampai didapat filtrat yang jernih
d. Filtrat diperiksa/ dilihat dengan latar belakang hitam

Pengamatan Hasil
Positif bila didapat flouresensi hijau pada filtrat

V. KETERANGAN
a. Dalam keadaan normal, selalu terdapat flurescensi hijau yang amat ringan
b. Bila hasil ragu – ragu harus dibandingkan dengan percobaan schlesinger pada
urine pada urine normal
c. Adanya bilirubin dalam urine akan mengganggu hasil pemeriksaan karena
menyebabkan flourescensi merah muda.Oleh karena itu bila ada bilirubin
maka bilirubin iniharus dikeluarkan dahulu dnegan CaCl2 dan Na2CO3.
d. Filtrat yang diperoleh dari percobaan untuk bilirubin menurut harrison tidak
dapat dipakai untuk pemeriksaan urobilin menurut Schlesinger karena
urobilin akan diabsorbsi oleh endapan yang terjadi karena BaCl 2 (dari reagen
Fauchet). Oleh karena itu dalam reagen Fauchet, BaCl2 diganti dengan CaCl2
sehingga pemeriksaaan bilirubin menurut harrison dan pemeriksaan
schlesinger dan endapan untuk pemeriksaan bilirubin
e. Riboflavin (vitamin B2) yang terdapat dalam tablet/ injeksi B-Kompleks akan
mempengaruhi flourescensi hijau, tetapi flourescensi ini telah tampak pada
urine sebelum diberi reagen Schlesinger.

22
PEMERIKSAAN URINE ATAS INDIKASI UROBILINOGEN

(PERCOBAAN WALLACE DIAMOND)

I. TUJUAN
Untuk menentukan adanya urobilinogen dalam urine
II. PRINSIP
Urobilinogen ditambah para-dimetilamobenzaldehide akan membentuk
kompleks bewarna merah anggur.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat – alat
a. Pipet takar 5 ml dan 10 ml
b. Tabung reaksi
c. Rak tabung reaksi
Bahan – Bahan
a. dimetilamobenzaldehide
b. HCl 37%
c. Aquadest
d. Urine
IV. PROSEDUR KERJA
Pembuatan reagen
Larutan aldehid menurut Ehrlich:
Dimetilamobenzaldehide 2 g dilarutkan dalam HCl 37% sebanyak 50 ml
dan dicukupkan volumenya sampai 100 ml dengan penambahan aquadest.

Cara Pemeriksaan
a. 5 ml urine ditambah 10 ml reagen Ehrlich
b. Dilihat perubahan warna yang terjadi

Pengamatan Hasil
Positif bila timbul warna merah anggur
V. KETERANGAN

23
a. Dalam keadaan normal selalu terdapat urobilinogen dalam urine baru
(± 2 mg/urine 24 jam) dan pada percobaan wallace diamond memberi
warna merah muda.
b. Bahan pemeriksaan yang dipakai urine segar dan jernih
c. Dalam urine segar terdapat urobilinogen
d. Dalam urine yang asam bila dibiarkan beberapa jam (dengan pengaruh
cahaya dan O2) urobilinogen akan berubah menjadi urobilin yang
tidak bereaksi dengan reagen menurut ehrlich.

24
GULA DARAH

I. PENDAHULUAN
Gula darah tediri dari glukosa, fruktosa dan galaktosa. Tapi glukosa
merupakan monosakarida yang palng dominan. Sedangkan fruktosa akan
meningkat pada diet buat yang banyak dan galaktosa darah akan meningkat
pada waktu wanita hamil dan laktasi.
Pada laboratorium pemeriksaan gula darah banyak dilakukan mengingat
kepentingan dagnostik klinik yang luas dalam bidang kedokteran. Dalam
keadaaan fisiologis kadar ula darah mempunyai variasi, namun dipertahanan
dalam batas – batas normal, yang mana nilai tersebut tergantung kepada waktu
setelah makan, jenis makanan, jenis makanan dan termasuk metoda yang
digunakan dalam pemeriksaanya. Yang lazim sekarang digunakan adalah
metoda enzimatis yang hanya mendeteksi glukosa darah.
Pada metode nonenzimatis, seperti metoda reduksi atau kolorimetri,
selain itu, glukosa zat – zat lain ikut terbaca, seperti fruktosa, galaktosa,
vitamin C dan lain – lain. Nilai normal untuk kadar glukosa darah adalah 60 –
100 mg/100ml wholeblood dalam keadaan puasa (Nucter) minimal 10 jam, 70
– 110 dengan metodeOrto-Toluidin dan lebih tinggi lagi 80 – 120 mg dengan
metode reduksi. Metode reduksi yang sering dipakai adalah metode Hagedorn
Jensen dibanding metode Nelson atau Samogy. Puasa 10 jam merupakan syarat
yang penting dalam pemeriksaan glukosa darah, sebab hasil yang didapat lebih
bermaksan bila dibandingkan pemeriksaan sewaktu – waktu (random)
Sumber glukosa dalam darah:
a. Usus
Gula darah akan meningkat setelah makn yang berasal dari usus, tapi akan
normal kembali setelah kurang lebih 2 jam
b. Glikogen
Glikogen merupakan cadangan karbohidrat dalam tubuh yang dengan cepat
dapat dimobilisasi bila kadar guladarah mulai menurun dalam sirkulasi
terutama untuk kepentingan energi tubuh pada waktu lapar.

25
c. Asam lemak
Lemak merupakan cadangan berikutnya setelah glikogen. Melalui proses
lipolipisis, yang kemudian masuk jalur glukoneogenesis yang akhhirnya
menjadi glukosa.
d. Protein
Protein disunakan untuk diperlukan energi akan terjadi pada kelapara yang
telah lanjut. Melalui proses deaminasi asam amino terbentuk glukosa baik
asam amino ketogenik aau glukogenik.

II. PEMAKAIAN GULA DARAH


1. Gula darah merupakan sumber energi yang paling aktif digunakan oleh tubuh
melalui glikolisis lengkap (embden Meyerhof, kreb cycle)
2. Selain untuk energi. Glukosa disintesis menjadi asam lemak melalui malonil
pathwy dan kemudian dengan gliserol akan membentuk trigliserida
3. Disamping glukosa disimpan sebagai sebagai lemak cadangan melalui
lipogenesis, glukosa dapat juga digunakan sebagai bahan dasar untuk sintesis
untuk sintesis asam amino nonesensial melalui proses aminasi asam keto
4. Glukosa juga dapat disintesa menjadi bahan aktif lain seperti golongan
glikolipid atau glikoprotein
5. Sebaliknya bila pemakaian glukosa mengalami hambatan seperti kekurangan
insulin atau reseptor pada dinding sel akan berakibat meningkatnya gula
darah yang disebut hiperglikemi, bila kadar gula tersebut telah melewati
amang kemampuan ginjal akan keluar ke urine sebagai glikosuria.

26
PEMERIKSAAN GULA DARAH

(METODA HAGEDORN JENSEN)

I. TUJUAN
Uuntuk menentukan adanya glukosa dalam darah
II. PRINSIP REAKSI
Gula darah akan mereduksi K3Fe(CN)6. Sisa K3Fe(CN)6 akan direksikan
dengan KI, yang akan menghasilkan I2. I2 yang dihasilkan dititer dengan
Na2S2O3. Dengan perhitungan kimia K3Fe(CN)6 yang telah tereduksi dapat
diperhitungkan, yang setara dengan jumlah gula.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat – alat
Buret mikro 2 ml
Tube tube
Blood lancet
Kapas, funel
Penangas ait(waterbath)
Bahan – Bahan
Zinc Sulfat 0,45%
NaOH 0,1 N
K3Fe(CN)6 0,005N
KI
Asam Asetat
Amilum
Na2S2O3 0,005 N
Fungsi Reagen
a. Campuran ZincSulfat dan NaOH merupakan pengendap protein sebab
mengganggu reaksi kimia. Amilum berfungsi sebagai indikator yang
bewarna biru dengan I2.
IV. PROSEDUR KERJA

27
a. Campur NaOH dan ZnSO4 dalam test tube masing – masing 1 ml dan 5
ml
b. Tambahkan 0,1 ml darah kapiler, campur, lalu rebus selama 4 menit
c. Saring dan cuci dengan aquadest melalui saringan kapas 2x3 ml
d. Air cucian masukkan ke filtrat
e. Filtrat ditambah dnegan 2ml K3Fe(CN)6 rebus selama 15 menit, dinginkan
lalu tambahn dengan 3 ml KI dan 2ml Asam Asetat
f. Tambahkan 2 – 3 tetes amilum lalu titer sengan Natrium tiosulfat
g. Blanko dibuat sama tapai tanpa darah, perlakuan yang lain sama
h. Catat Na tiosulfat terpakai, kadar gula liat tabel (sampel-blanko)

28
PROTEIN PLASMA

I. PENDAHULUAN
Protein plasma terdiri dari albumin dari fraksi – frakdi globulin,
termasuk fibrinogen, faktor pembekuan darah dan antibodi yang sering
disebut immunoglobulin. Albumin dalam bidang klinik sanga berperan dalam
mempertahankan tekanan osmotik intravaskular dan mencegah terjadinya
edema. Tekanan osmotik intravaskuler selalu lebih tinggi 18 mmH dari
ekstravaskuar yang disebut dengan tekanan onkotik. Tekanan onkotik inilah
yang dipertahankan terutama oleh albumin plasma. Sebenarnya tekanan
osmotik intra dan ekstra vaskuler lebih bersar daripada tekanan onkotik,
namun yang lain itu berada dalam keadaan seimbang. Hal ini mudah
dimegerti karena bahan – bahan yang terlarut di dalam plasma mudah
terdifusi keluar dan masuk vaskuler kecuali protein. Disamping portein
plasmasebagai antiedema juga berperan dalam pengangkutan materi, seperti
asam lemak bebas, bilirubin dan juga obat – obatan tertentu. Globulin tertentu
berperan sebagai antibodi, juga dalam proses pembekuan darah karena faktor
– faktor pembekuan darah tergolong globulin, seperti fibrinogen, protromin,
dan faktor – faktor lainnya.
Albumin disintesis dihepar, makanya penyakit hepar yang kronis
selalu disertai oleh udem. Udem juga terdapat pada penyakit ginjal seperti
sindrom nefrotik dan glomerulonefrotis kronis dengan patofisiologi yang
berbeda. Disini (ginjal) faktor kehilangan albumin melalui glomerulosa
menurunkan kadar albumin plasma yang mekanismenya tentu berbeda
dengan hipoprotein pada penyakit hepar (sintesis yang berkurang). Pada luka
bakar yang luas, albumin juga banyak hilang melalui ujung – ujung kapiler
kulit. Dalam pengobatan udema infus albumin paling menolong walaupun
protein akan hilang dalam proses proteinuria atau melalui siklus urea. Urea
merupakan sisa akhir dari metabolisme protein yang utama disamping asam
urat, urobilin, kreatinin, dan NPN lainnya.
Nilai normal protein plasma:

29
Total protein : 6-8 gr/100ml
Albumin : 3-5,5 gr/100ml
Globulin : 1,5-3 gr/100ml

30
PEMERIKSAAN PROTEIN PLASMA

I. TUJUAN
Untuk menentukan adanya protein dalam darah
II. PRINSIP
Pembentukan warna violet dari protein dengan CuSO 4. Albumin diperiksa
setelah mengendapkan globulin dengan Na2SO4 23%
III. ALAT DAN BAHAN
Alat – alat:
a. Spektrofotometer
b. Sentrifus listrik
c. Centrifuge tube
d. Pipet 0,05 ml, 1 ml, 10 ml
e. Waterbath

Bahan – bahan:

a. Na2SO4 23%
b. Reagen buret
c. Eter\serum kontrol/ serum standart
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
Warna dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm atau
546 nm (filter) dengan pembanding serum kontrol yang telah diketahui
standarnya (setiap batch berbeda), kadar sampel dapat dicari. Untuk
pemeriksaan albumin, globulin diedapkan dengan teknik salting out yang
menggunakan larutan Na2SO4 23%. Presipitasi globulin diikat dengan eter
sehingga presipitasinya akan mengapung ke permukaan. Setelah disentifuge
akan didapatkan filtrat albumin yang jernih, filtrat inilah yang akan digunakan
dalam pemeriksaan albumin.

ZAT TEST Blanko TEST Standart TEST Sampel


REAGEN BIURET 3 ml 3 ml 3 ml
SERUM STANDART 0,05 ml
SERUM SAMPLE 0,05 ml

31
Campur, tunggu 10 menit, baca apada absorbansi 546 nm. Nilai standart
6,35(tergantung nomor batch). Bila slanjutnya ingin pakai F (F = C/A)
V. CARA MEMBUAT FILTRAT ALBUMIN
Dengan teknik salting out, Na2SO4 sebagai pengendap globulin.

ZAT TEST STANDART TEST SAMPEL


SERUM STANDART 0,25 ml
SERUM SAMPEL 0,25 ml
Na2SO4 23% 37˚ 5 ml 5 ml
Campur, tunggu 5 menit, tambahkan masing – masing eter 1 ml, kocok kuat
selama 1 menit. Kemudian biarkan 5 menit lalu sentrifuge 5 menit 1500 rpm.
Dari masing – masing tes ambil filtrat, dimana:
- Fst = filtrat albumin dari serum standart
- Fs = filtrat albumin dari serum sample.
PEMERIKSAAN ALBUMIN

ZAT TEST B TEST ST TEST S


Na2SO4
FILTRAT ST
FILTRAT S
BIURET

Campur, tunggu 10 menit, baca pada 546 nm, St = 4,2 (tergantung batch)
F = C/A atau C = As/Ast x 4,2 gr/100ml
C = kadar albumin
Globulin = Total Protein - Albumin

32
KOLESTEROL DARAH

I. PENDAHULUAN
Kolesterol dalam plasma terikat dengan protein dan lipid – lipid lain yang
disebut dengan misel lipoprotein plasma, contoh kilomikron, LDL, HDL,
VLDL, ALB FFA. Kolesterol dalam tubuh berasal dari makanan (eksogen)
dan disintesis oleh tubh (endogen). Kolesterol eksogen hanya terdapat pad
hewan seperti otak, usus, ginjal, sedang kolesterol endogen disintesis dari
asetil CoA (intermediet glikoslisis). Fungsi kolesterol dalam tubuh untuk
sintesis membran sel, prekursor hormon steroid dan asam empedu. Obat dapat
merangsang empedu untuk menrunkan kadar kolesterol darah. Disamping
kegunaan dalam metabolisme, kolesterol dapat membentuk atherom pada
dinding pembuluh darah yang disebut atherosklerosis. Pembuluh darah yang
mengalami atherosklerosis akan menjadi kaku, rapuh, mudah pecah, iskemik
organ dan bisa berlanjut menjadi infark lokal atau organ yang dialiri oleh
pembuluh darah tersebut. Pada akhir – akhir ini adalah penyakit jantung
koroner dan stroke. Banyak sekali yang terkait dengan penyakit ini seperti
kadar kolesterol darah yang tinggi( > 200 g/dl).
Nilai normal kolesterol plasma puasa 120 – 220 g/dl. Dengan metode
lieberman-burchard lebih tinggi yaitu 150 – 250 g/dl. Faktor yang bersifat
hiperkolesterolgenik adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti
umur, dan genetik. Faktor yang dapat dikendalikan adalah life style, seperti:
merokok, olahraga, makanan banyak lemak, minyak jenuh, stress,kopi, diet
kurang sehat, dll.
II. METODE PEMERIKSAAN KOLESTEROL
1. Zak modifikasi
Dalam plasma kolesterol terikat dalam misel liporotein. Protein plasma
diendapkan dengan alkohol, fraksi lipid diekstraksi dengan aseton atau eter.
Residu yang sukar menguap adalah kolesterol. Residu kolesterol tersebut
dilarutkan dengan asam asetat glasiat, dan diwarnai dengan FeCl 3 dalam asam
sulfat.
Stock : 2,5 g FeCl3 dengan asam asetat glasial

33
Work : encerkan dengan asam sulfat konsentrasi 1 : 100 2 jam. Semua alat
harus kering, awas hati – hati dengan bahan keras.
2. Metode lieberman-burchard
Pada metode ini tidak dilakukan deproteinisasi. Dasar reaksi pembentukan
warna hijau-biru kolesterol dengan colour reagen (campuran asam asetat
glasial/anhidrid 60/40), alat – alat harus kering. Baca pada 578 nm.

3. Metode enzimatis
Metoda ini hasilnya lebih teliti, hanya saja reagen – reagen harus disimpan
baik, sebab enzim mudah rusak.

Prinsip: kolesterol akan menghasilkan peroksida. Peroksida yang terbentuk diwarnai


dengan 4 amino antipirin membentuk kuinonimine yang bewarna pink.

METODE ZAK (METODE EKSTRAKSI)

PROSEDUR:

1. Serum dengan aseton/eter  filtrat lipid only, protein no


2. Filtrat lipid diekstraksi  residu kolesterol only
3. Residu kolesterol dilarutkan dengan asam asetat glasial  larutan kolesterol
4. Pewarnaan

ALAT DAN BAHAN

1. Alkohol aseton mixer 1:1 pa


2. Asetat glasial pa
3. Reagen pewarna CRK
4. Serum standar atau standar kolesterol murni dalam asetat glasial
5. Alat : pipet 0,1 ml, 2 ml, 5 ml dan masker kalo tidak ada lemari asam
6. Waterbath, spektrofotometer.

MEMBUAT FILTRAT LIPID

34
ZAT TEST B TEST ST TEST S
SERUM SAMPEL 0,1 ml
SERUM STANDAR 0,1 ml
ASETON MIXER 0,5 ml 0,5 ml 0,5 ml
Campurkan, inkubasi dalam waterbath 1 menit 70˚C, sentrifuge 3 menit/1500rpm.
Supernatan merupakan filtrat lipid yang mengandung kolesterol, filtrat
diesktraksi untuk mendapatkan residu kolesterol.

MEMBUAT RESIDU KOLESTEROL

Ambil masing – masing filtral 2,5 ml, beri label RK, ST dan RKS keduanya
diuapkan dalam waterbath sampai kering

ZAT BLANKO STANDART SAMPEL


ASETAT GLASIAL 3 ml 3 ml, dikocok, 3 ml, dikocok,
panaskan 30 menit panaskan 30 menit
dalam waterbath dalam waterbath
REAGEN PEWARNA 2 ml 2 ml 2 ml
Campurkan, sesaat kemudian dinginkan dalam baker yang berisi air dingin atau pada
air kran. Bila terlambat mendinginkan warna akan ebrubah karena panes. Setelah
dingin pada pada absorbansi 560 nm, kalkulasi sama dengan kimia klinik lainnya.

C = As/Ast x kadar standar (ergantung batch)

III.

35
36

Anda mungkin juga menyukai