ACARA IV
ANALISIS URIN
OLEH:
NIM. :19/445435/KH/10204
KELOMPOK : 16
YOGYAKARTA
2021
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui sifat-sifat fisika urin yang meliputi kuantitas, warna, kejernihan, berat
jenis dan bau.
2. Menganalisis sifat sifat kimia urin yang meliputi pH, protein dan glukosa.
3. Menganalisa kualitas urin diantaranya bedan keton, bilirubin, darah dan adanya
sedimen dalam urin sebagai deteksi keadaan ginjal, saluran urin, serta organ lain yang
bersangkutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian Urin dan Mekanisme Pembentukan Urin
Urin merupakan produk akir hormonal ginjal yang kompleks yang diperantarai
proses biokimia. (Salasia and Hariono, 2010)
Mekanisme pembentukan urin meliputi filtrasi di glomerulus, reabsobsi pada
tubulus kontortus proksimal dan augmentasi di tubulus kontortus distal. (Frandson et
al., 2009)
1. Filtrasi
Filtrasi adalah masukinya darah dan zat lain ke dalam glomerulus dan kapsula
Bowman dari nefron. Proses ini menghasilkan urin primer yang mengandung
Glukosa, kalium, asam amino, garam, natrium, dan protein.
2. Reabsorbsi
Sebagian besar natrium, fosfat, klorida, glukosa, dan ion-ion bikarbonat
direabsorbsi di tubulus ginjal. Reabsorbsi yang tersisa akan diarahkan ke papilla
ginjal
3. Augmentasi
Darah memasuki tubulus kontortu distal untuk mengisi Kembali zat-zat yang
tidak dibutuhkan tubuh. Proses ini menghasilkan urin normal yang terdiri atas
95% air, urea, ammonia, pewarna empedu, garam mineral, dan zat berlebih
seperti obat-obatan dan vitamin.
(Nurbadriyah, 2021)
Gambar 1. mekanisme pembentukan urin (Isnaeni, 2006)
3. Kejernihan
Urin normal terlihat jernih, kecuali kuda terlihat pekat dan keruh
karena umumnya mengandung kristal CaCO3 dan mucus. Namun urin normal
juga dapat terlihat keruh bila urin didiamkan lama sehingga terbentuk kristal
dan urin yang tersimpan lama dalam lemari es (dingin) juga terlihat keruh.
Urin keruh yang tidak normal biasanya mengandung:
a. Leukosit (putih keruh)
b. Eritrosit (coklat kemerahan keruh)
c. Bakteri (keruh uniform karena bakteri kecil sehingga merata dalam urin
dan tidak dapat mengendap dengan sentrifugasi kecuali ultrasentrifus)
d. Lemak (keruh, bila ditambahakn pelarut lemak misalnya kloroform atau
eter akan kembali jernih/ transparan)
e. Kristal (kandungan Kristal fosfat amorf menimbulkan sedimen putih
pada urin yang alkalis, sedanngkan kandungan urat amorf menimbulkan
warna putih atau kabut merah jambu/ pink pada urin asam yang
dibiarkan/ sudah didinginkan)
f. Mucus
g. Sel-sel epitel
(Salasia dan Hariono, 2010)
4. Berat Jenis
b. Metode
1. Pemeriksaan Fisika Urin
Tujuan: untuk mengetahui kuantitas, warna, kejernihan, bau dan berat jenis
urin.
Prinsip: kuantitas normal tergantung makanan, cuaca, latihan. Warna normal
adalah kuning pucat sampai coklat, normalnya jernih kecuali (kuda), dan
berbau asam organic
Cara kerja dan interpretasi:
a. Kuantitas/volume: diamati langsung, jumlahnya bergantung pada
makanan, cuaca, dan latihan.
b. Warna: diamati langsung, urin noemal akan berrarna kuning pucat atau
kuning coklat.
c. Kejernihan: diamati langsung, urin normal akan berwarna jernih, kecuali
pada kuda yang keruh dan berkabut karena adanya kristal CaCO3.
d. Bau: dihirup langsung, urin normal berbau asam organic yang
mengalami penguapan
e. Berat jenis, menggunakan TS meter/ refractometer.
Angka pada TS
Urin diambil,
meter diamati pada
diteteskan pada TS
TS meter dibuka. bagian kiri untuk
meter, ditutup
mengukur berat
kembali.
jenis.
Warna yang
didapat
dicocokkan
dengan standar.
Interpretasi:
(-) bila larutan tetap bening
(+) bila larutan menjadi keruh
c. Uji glukosa pada urin (uji Nylander)
Tujuan: untuk mengtahui glukosa pada urin.
Prinsip: uji menggunakan garam signatte, bismus nitray base, dam
NaOH 10%. Glukosa dalam urin akan mereduksi bismut nitrat base
(mengendap)
Cara kerja:
Tabung sampel 0,5 ml reagen
Glukosa
dan kontrol Nylander
diteteskan ke
masing-masing diteteskan pada
tabng kontrol.
diisi 10 ml urin. kedua tabung.
Kedua tabung
Perubahan warna
direbus hingga
yang terjadi
tabung kontrol
diamati.
hitam.
Interpretasi:
(+) terdapat endapan hitam
(-) larutan tetap bening/putih
d. Uji benda keton pada urin (uji Vanlounge)
Tujuan: untuk mngetahui benda keton pada urin
Prinsip: uji menggunakan Na nitroprusside, ammonia 10%, asam asetat
glasial. Na nitroprusside berikatan dengan benda keton pada keadaan
basa akan membentuk cincin ungu.
Cara Kerja:
5 tetes larutan Na
0,5 ml aseton
Nitroprusside 5%
dimasukkan ke tabung
diteteskan pada kedua
kontrol.
tabung.
3 ml ammonia dialir-
kan melalui dinding Perubahan yang terjadi
tiap tabung hingga diamati.
terbentuk 2 lapisan.
Interpretasi:
(+) terbentuk lapisan bewarna ungu
(-) tidak terbentuk lapisan bewarna ungu
e. Uji darah dalam urin (uji benzidine)
Tujuan: untuk mengetahui darah pada urin
Prinsip: uji menggunakan serbuk benzidine, Peryhidrol 3%, Asam
asetat glasial. Benzidine mengkatalis proses lisis eritrosit menjadi Hb
sehingga terbentuk cincin
Cara kerja:
1) Pembuatan reagen Benzidine
6 ml asam dicampur 6 ml
asetat Serbuk reagen
glasial. Benzidine. Benzidine.
2) Uji Benzidine
3 ml reagen
Tabung 1 ml urin Perubahan
Benzidine
sampel dan dimasukkan warna yang
dimasukkan
kontrol diisi 1 ke tiap terjadi
perlahan ke
ml peryhidrol. tabung. diamati.
tiap tabung.
Interpretasi:
(+) terbentuk cincin hijau/biru tua
(-) tidak terbentuk cincin hijau/biru tua
f. Uji bilirubin dalam urin (uji Himelin)
Tujuan: untuk mengetahui bilirubin dalam urin
Prinsip: uji menggunakan Asam Nitrat Pekat, Larutan Natrium Nitrat
0,5%. Reagen mengikat zat warna di biliverdin membentuk cincin violet.
Cara Kerja:
Interpretasi:
(+) ada cincin berwarna hijau di batas keduanya, dalam suasana
asam terlihat adanya cincin warna merah sampai kuning (kontrol)
(-) tidak terbentuk cincin berwarna hijau
3. Pemeriksaan Kualitas Urin
Tujuan: untuk mngetahui sedimen urin
Prinsip: mengendapkan urin dan mengamatinya di bawah mikroskop.
Cara kerja:
Cairan di atas
7-8 ml urin Sampel disentrifus dibuang, disisakan
dimasukkan 5 menit pada 0,5 ml lalu
tabung konikel. 1500-2000 rpm. dikocok.
pH 7.5
Uji Glukosa
Uji Protein
Uji Darah
Uji Bilirubin
Pemeriksaan Sedimen
A. Hasil
Hasil pemeriksaan fisika urin kucing:
1. Warna : kuning kemerahan sedikit keruh
2. Volume : 30 ml
3. Bau : berbau tajam
4. Berat jenis : 1022 mg/dL.
Tabel 1. Hasil pemeriksaan kimiawi dan kualitatif urin kucing
NO Aspek / Gambar Keterangan
B. Pembahasan
Dari sampel yang didapat, dilakukan pemeriksaan baik secara fisika,
kimiawi, maupun kualitatif. Pada pemeriksaan fisik, urin tampak berwarna kuning
kemerahan sedikit keruh. Hal ini disebabkan karena Warna urin keruh disebabkan
oleh terdapatnya epitel, lipid, leukosit, dan eritrosit dalam jumlah banyak (Riesta
dan Batan, 2020). Dari pemeriksaan volume, terhitung volume yang didapat
sebanyak 30 ml, volume tersebut normal karena produksi urin normal kucing adalah
20-40 ml (Sirois, 2020). Urin kucing yang didapat berbau tajam, yang menurut
Riesta dan Batan (2020) disebabkan karena pemecahan urea dan kadar eritrosit
yang terdapat pada urin. Dari pemeriksaan berat jenis, didaptkan hasil 1.022 mg/dL.
Berasarkan literatur (Sirois, 2020), berat jenis urin kucing yang normal adalah
1.001-1.080 mg/dL, maka dapat dikatakan bahwa berat jenis urin kucing tersebut
dalam kondisi normal.
Pada pemeriksaan kimiawi, didapatkan bahwa pH urin kucing tersebut
adalah 7,5. Menurut Sirois (2020), pH normal urin kucing adalah 6-7, sehingga
dapat disimpulkan bahwa urin tersebut basa. Menurut Riesta dan Batan (2020),
kenaikan pH ini dapat terjadi Obstruksi pada saluran urin dan peradangan pada VU
(cystitis) dapat menimbulkan retensi urin, khususnya dalam VU, sehingga
menyebabkan suasana urin menjadi lebih alkalis. Adapun pemberian pakan kering
pada kucing yang banyak mengandung ion magnesium secara terus menerus dapat
menyebabkan tingginya penyerapan magnesium yang bersifat basa.
Pada uji protein, didapatkan hasil larutan yang keruh, maka terdapat protein
di dalam urin. Menurut Sirois (2020), urin normal pada kucing tidak terdapat
protein. Menurut Salasia dan Hariono (2010), apabila terdapat protein dalam urin
maka disebut proteinuria, yang dapat disebabkan karena kongestii kapiler,
peningkatan permeabilitas glomerulus yang sifatnya sementara, ada beberapa
protein yang memiliki berat molekul yang lolos dari filtrasi glomerulus, atau karena
kerusakan organ baik renal maupun post renal.
Pada uji glukosa, didapatkan hasil larutan yang bening, yang berarti tidak
terdapa glukosa dalam urin. Hal ini sesuai dengan (Sirois, 2020), bahwa urin normal
kucing tidak terdapat glukosa.
Pada uji keton, tidak terbentuk cincin ungu pada larutan, yang berarti urin
normal. Hal ini sesuai dengan (Sirois, 2020) bahwa urin normal kucing tidak
terdapat keton di dalamnya.
Pada uji darah, terbentuk cincin hijau/biru tua pada larutan yang berarti
kucing tersebut mengalami hematuria atau hemoglobinuria. Hasil dari larutan yang
didapat tidak sesuai dengan (Sirois, 2020), bahwa urin normal kucing tidak
mengandung darah didalamnya. Kemudian (Salasia and Hariono, 2010),
menambahkan bahwa hasil positif tersebut mengindikasikan adanya sel darah
merah yang lisis karena urin yang hipotonis, hemoglobin bebas, atau myoglobin.
Menurut Apritya dan Kartika (2019), Hematuria dapat disebabkan karena trauma,
peradangan, urolithiasis, neoplasia, koagulopati, dan penyakit infeksi saluran
perkemihan.
Pada uji bilirubin, terbentuk cincin kuning kemerahan yang menandakan
bahwa terdapat bilirubin di dalam urin, disebut bilirubinuria. Secara normal,
bilirubin tidak dijumpai di urin. Bilirubin terbentuk dari penguraian hemoglobin
dan ditranspor ke hati, tempat bilirubin berkonjugasi dan diekskresi dalam bentuk
empedu. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut dalam air dan
diekskresikan ke dalam urin jika terjadi peningkatan kadar di serum. Bilirubin tak
terkonjugasi (bilirubinindirek) bersifat larut dalam lemak, sehingga tidak dapat
diekskresikan ke dalam urin. Bilirubinuria tidak diharapkan ada pada kucing.
Adanya bilirubin dalam urin menandakan adanya gangguan patologis pada hati atau
sistem empedunya (Galgut, 2013).
Pada pemeriksaan sedimen urin, teramati sedimen berbentuk seperti peti
mati atau prisma dengan ujung yang runcing yang diduga adalah kristal struvite.
Menurut Nelson dan Couto (2019), Kucing yang diberi pakan kering secara terus-
menerus akan meningkatkan terjadinya penyerapan Mg dan mineral-mineral
lainnya. Pada pakan kering terkandung ion-ion MgO2 dan MgSO4 yang bersifat
basa. Urine yang bersifat basa akan membuat ion Mg, phospat, dan amonium akan
mengkristal membentuk kristal struvit. Kristal ini yang akan menyebabkan
obstruksi vesica urinaria dan kelukaan pada uretra dan ureter. Hal tersebut dapat
menyebabkan keradangan pada vesica urinaria sehingga membengkak. Obstruksi
akibat kristal menyebabkan kucing mengalami disuria hingga hematuria. Obstruksi
tersebut juga menyebabkan edema pada uretra dan vesica urinaria.
V. KESIMPULAN
• Sifat fisika urin dapat diukur melalui warna, volume, berat jenis, kejernihan, dan
bau
• Sifat kimia urin dapat diuji dengan uji pH, uji protein/uji sulfosalisilat, uji
glukosa/uji Nylander, uji benda keton/uji Vanlounge, uji darah/uji Benzidine, uji
bilirubin/Gmelin’s Test
• Sedimen dibagi menjadi dua jenis, yaitu sedimen teroganisir seperti eritrosit,
bakteri, dan sel epitel dan sedimen tak terorganisir seperti Kristal Struvite,
Kalsium Oksalat, dan Cystine.