Anda di halaman 1dari 6

PEMERIKSAAN URINE KUCING

Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b)
dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika
urinaria tempat urin dikumpulkan, dan d)satu uretra urin dikeluarkan dari vesika urinaria
(Panahi, 2010).

Pemeriksaan urine terdiri dari tiga pemeriksaan rutin yaitu:


A. Pemeriksaan Fisik
B. Pemeriksaan Kimia
C. Pemeriksaan Sedimen

A. PEMERIKSAAN FISIK

1. Kuantitas ( jumlah)
Hasil : 25 ml
Pembahasan : Mengukur jumlah urin bermanfaat untuk menentukan adanya
gangguan faal ginjal, kelainan dalam keseimbangan cairan badan
dan berguna juga untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif
dan semi kuantitatif dengan rutin
2. Warna
Hasil : Kuning tua
Pembahasan : Urine normal berwarna antara kuning muda sampai kuning tua
warna itu disebabkan oleh karena adanya urobilin lurocrom. Warna
urine yang normal kuning-kuningan dan ada juga urine yang jernih
itu disebabkan karena obat itu warnanya kuning ke orange.

3. Kejernihan (transparan)
Hasil : Agak Keruh
Pembahasan : Kejernihan ( transparan ) pada urin itu dipengaruhi oleh normal
atau tidaknya saluran dan organ perkencingan hewan tersebut.

4. Berat jenis
Hasil :
Pembahasan : Berat jenis urine mercerminkan jumlah zat padat yang terlarut
dalam urin. BJ normal urin kucing adalah 1.020-1.030
5. Bau Urine
Hasil : Bau urinnya ammoniak
Pembahasan : Urine normal baunya memusingkan atau bau khas hewan itu
sendiri.
Bau urin yang normal disebabkan sebagian asam-asam oganik
mengalami penguapan.

B. PEMERIKSAAN KIMIA

1. Reaksi (pH)
Indikator : Perubahan kertas lakmus
Hasil : Asam
Pembahasan : pH normal pada urine kira-kira asam yaitu 5.9-6.4 ( Sadjana dan
Kusmawati, 2006 ) Proses-proses yang mencakup ekskresi dan
reabsorbsi yang dilakukan oleh sistem perkemihan akan
mempengaruhi pH urin. Pada hewan normal, pH urin bervariasi
tergantung pada makanannya. Apabila asupan protein tinggi, maka
urin menjadi lebih bersifat asam, sedangkan apabila asupan
makanan banyak mengandung serat yang tinggi, maka urin
menjadi lebih bersifat alkalis atau netral (Meyer dan Harvey,
1998). Infeksi sistem perkemihan oleh beberapa mikroorganisme
juga dapat membuat suasana menjadi asam. Obstruksi pada saluran
urin atau cystitis dapat menimbulkan retensi urin, khususnya dalam
vesika urinaria, yang menyebabkan suasana urin menjadi lebih
alkalis. Dengan demikian, suasana asam dan basa urin dapat
dipakai sebagai tolak ukur pertama kesehatan system saluran
perkemihan dan atau pada sistem digesti serta sistem sirkulasi.

2. Protein
Indikator : Uji Robert
Hasil : Positif ada proteinuria
Pembahasan : Adanya cincin putih antara reagen dan urin. Kadar potein tinggi
didalam urin disebut hiperproteinuria, dan kadar protein rendah
didalam urine disebut hipoproteinuria.

3. Glukosa
Indikator : Uji Robert
Hasil : Positif Adanya glukosa pada urin kucing tersebut
Pembahasan : Positif kehijauan Pemeriksaan glukosa urin merupakan
pengukuran kadar glukosa dalam urin. Pemeriksaan ini
sebenarnya tidak dapat digunakan untuk menggambarkan kadar
glukosa dalam darah. Kadar glukosa normal pada kucing adalah <
100 mg/dl.

C. PEMERIKSAAN SEDIMEN
Hasil : Ditemukan sel epitel squamosa
Pembahasan : Pada pemeriksaan sedimen urine ditemukan sel epitel. Unsur-unsur
sedimen dibagi atas 2 golongan : organik, yaitu yang berasal dari suatu
organ atau jaringan dan non organik, tidak berasal dari suatu jaringan.
Biasanya unsur organik lebih bermakna daripada yang non organik.

a. Unsur – unsur organic

1) Sel epitel, adalah sel berinti satu yang ukurannya lebih besar dari lekosit. Sel epitel
gepeng (skuameus) berasal dari uretra bagian distal. Sel - sel epitel yang berasal dari
kandung kemih sering mempunyai tonjolan dan diberi nama sel transisional. Sel - sel
yang berasal dari pelvis ginjal dan tubulus ginjal lebih bulat dan lebih kecil dari sel
epitel skuameus dan tidak mempunyai arti jika jumlahnya sangat kecil. Jumlah sel
epitel bulat bertambah banyak pada glomerulonephritis. Bertambahnya sel epitel
menunjukkan kepada iritasi atau radang suatu permukaan selaput lendir dalam
traktus urogentalis (Gandasoebrata, 2007)

2) Leukosit, sel yang seperti benda bulat yang berbutir halus . Adanya banyak leukosit
dalam sedimen urin menunjukkan radang purulent di suatu bagian traktus
urogenitalis (misalnya pielonefritis, sistitis, urethritis).

3) Eritrosit, adalah sel yang sering terlihat sebagian benda bulat yang mempunyai
warna kehijau-hijauan.
4) Silinder
a. Silinder hialin : silinder yang ujungnya membulat dan menunjukkan kepada
kepada iritasi atau kelainan yang ringan.
b. Silinder berbutir : halus menunjukkan arti sama seperti hialin sedangkan
berbutir kasar mengarah kepada kelainan yang lebih serius.
c. Silinder lilin : lebih lebar dari silinder hialin dan mempunyai kilauan seperti
permukaan lilin. Didapat pada keadaan nephritis lanjut dan pada
amyloidosis.
d. Silinder eritrosit : permukaan silinder terlihat eritrositerotrosit.
e. Silinder lekosit : permukaan silinder dilapisi oleh lekosit.
f. Silinder lemak : silinder yang mengandung butir-butir lemak
g. Oval fat bodies, adalah sel epitel yang mengalami degenerasi lemak,
berbentuk bulat.
h. Benang lendir, didapat pada iritasi permukaan selaput lendir traktus
urogenitalis bagian distal. Silindroid, hampir serupa dengan silinder hialin
tetapi salah satu ujung menyempit menjadi halus seperti benang

Unsur - unsur non organik meliputi bahan amorf dan Kristal- kristal

Macam Kristal

1. Kristal kalsium oksalat, adalah yang paling banyak menyebabkan batu saluran kemih
(70-75%), batu terdiri dari kalsium oksalat, terjadi karena proses multifaktor,
congenital dan gangguan metabolik sering sebagai faktor penyebab.
2. Kristal asam urat, dibentuk hanya oleh asam urat. Diet dengan tinggi protein serta
minuman beralkohol meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi
rendah.
3. Kristal kalsium fosfat, terjadi pada suasana air kemih yang alkali atau terinfeksi.
Terjadi bersama dengan Ca Oxalat atau struvit.
4. Kristal struvit (magnesium-amonium fosfat), disebabkan karena infeksi saluran kemih
oleh bakteri yang memproduksi urease (Proteus, Provindentia, Klebsiella dan
Psedomonas).
5. Kristal sistin, disebabkan karena gangguan ginjal.

Gangguan system urinaria pada kucing yang sering terjadi adalah urolithiasis.
Urolithiasis adalah panyakit pada sistem urinaria karena adanya pembentukan dan akumulasi
kristal yang menghambat proses urinasi (Lulich dan Osborne, 2007). Hal ini berkaitan dengan
diet tinggi protein dan adanya perubahan pola gaya hidup ke modern. Kristal kalsium oksalat
(CaOx) adalah tipe kristal yang paling sering terjadi pada kucing dengan angka prevalensi 90%
(Sparkes dan Philippe, 2008). Proses pembentukan kristal berasal dari beberapa proses
fisiokimia seperti peningkatan eksresi kalsium dan oksalat dalam urin, supersaturasi urin,
kristalisasi, agregasi kristal, pertumbuhan kristal, penempelan kristal ke saluran ureter, retensi
ureter, dan agglomerasi ureter (Yadav, dkk., 2011).

KESIMPULAN
Sistem urinaria merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang
masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin. Pemeriksaan urine bertujuan untuk mengetahui kelainan pada system
urinaria. Pemeriksaan urine meliputi pemeriksaan fisik, kimia dan sedimemen. Pada
pemerisksaan urine pada kucing diketahui dalam keadaan normal.
DAFTAR PUSTAKA

Alatas H, Rusdidjas, Ramayati R. 2002. Infeksi saluran kemih.Buku Ajar Nefrologi Anak.
Jakarta : .Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Chandrasegaran,K.2013. Gambaran Nilai International Prostate Symptom Score
Pada Pasien Benign Prostate Hyperplasia Di Poliklinik Urologi Rsup Haji Adam Malik
Medan. Medan : USU
Farida,L. 2011. Anatomi dan Fisiologi Ginjal. Semarang : UMS
Frandson, R.D., 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
Gandasoebrata. 2007. Penuntun Labiratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat
Harjana, Tri. 2010. Modul Praktikum Struktur Dan Fisiologi Hewan. Yogyakarta:
UNY
Hartono. 1992. Histologi Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan . Bogor : Institut Pertanian
Bogor.
Meyer, D.J. and J.W. Harvey. 1998. Vete rinary Laboratory Medicin Interpretation and
Diagnosis. Philadelphia : W.B.Saunders

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan keperawatan bayi dan anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta:
Salemba Medika
Panahi A., Bidaki R., Rezahosseini O. 2010. Validity and Realibility of Persian Version of IPSS.
Iran: Galen Medical
Pearce, Evelyn C.2006. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Rodrigues P., Hering F. P., Campagnari J. C. 2008. Impact of Urodynamic Learning on the
Management of Benign Prostate Hyperplasia Issue. Canada : Canadian Medical
Sardjana,I.K.W dan Kusumawati,D. 2006. Perbandingan Pemberian Cat Food dan Pindang
terhadap pH Urin, Albuminuria dan Bilirubinuria Kucing. Surabaya: Unair

Speakman M. J. 2008. Lower Urinary Tract Symptom Suggestive of Benign Prostate


Hyperplasia (LUTS/BPH) . European : Dept. Urology

Anda mungkin juga menyukai