Urine Analyzer
2017
2. Pemeriksaan Urin
Menurut Wulangi (1990), menyatakan bahwa analisa urin itu
penting, karena banyak penyakit dan gangguan metabolisme dapat
diketahui dari perubahan yang terjadi didalam urin. Zat yang dapat
dikeluarkan dalam keadaan normal yang tidak terdapat adalah glukosa,
aseton, albumin, darah dan nanah (Wulangi, 1990). Pemeriksaan urin
merupakan pemeriksaan yang dipakai untuk mengetahui adanya kelainan di
dalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan salurannya, kelainan yang
terjadi di luar ginjal, untuk mendeteksi adanya metabolit obat seperti zat
narkoba dan mendeteksi adanya kehamilan (Medika, 2012). Bahan urin
yang biasa di periksa di laboratorium dibedakan berdasarkan
pengumpulannya yaitu : urin sewaktu, urin pagi, urin puasa, urin
postprandial (urin setelah makan) dan urin 24 jam (untuk dihitung
volumenya). Tiap-tiap jenis sampel urin mempunyai kelebihan masing-
masing untuk pemeriksaan yang berbeda misalnya urin pagi sangat baik
untuk memeriksa sedimen (endapan) urin dan urin postprandial baik untuk
pemeriksaan glukosa urin. Jadi sebaiknya sebelum kita melakukan
pemeriksaan urin sebaiknya meminta keterangan dari petugas laboratorium
tentang bahan urin yang mana yang diperlukan untuk pemeriksaan
(Djojodibroto, 2001).
Pemeriksaan urin terbagi menjadi dua jenis yaitu pemeriksaan kimiawi dan
pemeriksaan sedimen.
a. Sebagaimana namanya dalam pemeriksaan kimia yang diperiksa
adalah pH urin / keasaman, berat jenis, nitrit, protein, glukosa,
bilirubin, urobilinogen,dll. Jenis zat kimia yang diperiksa
merupakan penanda keadaan dari organ2 tubuh yang hendak
didiagnosa. Seperti penyakit kuning yang disebabkan oleh
bilirubin darah yang tinggi biasanya menghasilkan urin yang
mengandung kadar bilirubin diatas normal. Begitu pula zat
kimia lainnya yang dihubungkan dengan keadaan organ tubuh
yang berbeda (Djojodibroto, 2001).
b. Dalam pemeriksaan sedimen yang diperiksa adalah zat sisa
metabolisme yang berupa kristal, granula termasuk juga bakteri.
Dengan pemeriksaan sedimen maka keberadaan suatu benda
normal ataupun tidak normal yang terdapat dalam urin kita akan
dapat menunjukkan keadaan organ tubuh. Dalam urin yang
ditemukan jumlah eritrosit jauh diatas angka normal bisa
menunjukkan terjadinya perdarahan di saluran kemih bagian
bawah. Begitu juga dengan ditemukannya kristal-kristal
abnormal dapat diprediksi jika seseorang beresiko terkena batu
ginjal, karena kristal-kristal dalam urin merupakan pemicu
utama terjadinya endapan kristal dalam saluran kemih terutama
ginjal yang jika dibiarkan berlanjut akan membentuk batu ginjal
(Djojodibroto, 2001).
C. Cara kerja
Strip uji ditempatkan pada tray, lalu tray ditarik motor penggerak
sehingga strip bergerak kedalam alat pembaca. Analisa pada membaca
referensi, diikuti oleh masing-masing dari bagian uji pada strip, sample
masuk pada (LED Spectral Reflectance). Alat pembaca berisi LED yang
memancarkan cahaya pada berbagai macam panjang gelombang.
Pembacaan dilakukan secara electro-optically, ada banyak parameter
yang ada dalam urine analyzer dari PH, leukosit, nitrit dll.
VIII. Pembahasan
Strip uji ditempatkan pada baki geser, lalu motor penggerak bergerak
kedalam alat pembaca. Analisa pad membaca referensi, diikuti oleh masing-
masing dari bagian uji pada strip. Alat pembaca berisi LED yang
memancarkan cahaya pada berbagai macam panjang gelombang. Pembacaan
dilakukan secara electro-optically yang dilakukan sebagai berikut
Berat Jenis: Dengan adanya kation, proton yang dilepaskan oleh zat
pengompleks dalam pad tes. Indikator bromthymol biru perubahan dari biru
melalui biru-hijau ke kuning.
Uji pH: pad pengujian berisi indikator metil merah dan bromthymolbiru.
Indikator-indikator ini memberikan perbedaan warna yang jelas pada
rentang pH dari 5 sampai 9.1, Dua warna berkisar dari oranye ke kuning
dan hijau ke biru.
Uji Nitrit: Nitrit, jika ada, akan bereaksi dengan amina aromatik untuk
memberikan garam diazonium, lelu terangkai dengan senyawa lebih lanjut,
menghasilkan pewarna merah-ungu azo
Uji Protein: Tes ini didasarkan pada perubahan warna indikator 3 ', 3 ",5',
5"-tetrachlorophenol-3, 4, 5, 6-tetrabromosulfophthalein dengan adanya
protein. Reaksi positif ditunjukkan dengan perubahan warna dari kuning ke
hijau muda atau hijau
IX. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/das.html#ixzz4ySJKGWxW
Ethel, S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi Keempat. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.