Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

Urine Analyzer

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2017

I. Judul Praktikum : Pengenalan alat Urine Analyzer


II. Hari, Tanggal : Senin, 6 November 2017
III. Tujuan :
- agar mahasiswa dapat memahami penggunaan alat urine analyzer
- agar mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian serta fungsi dari
alat urine analyzer
IV. Prinsip Kerja

Urine Analyzer adalah alat fotometer reflektansi (reflectance


photometer).Urine Analyzer membaca strip tes urine pada kondisi standar,
menyimpan hasil ke memori dan menampilkan hasil melalui printer built-in
dan / atau serial interface pada alat tersebut. Urine Analyzer menstandarisasi
hasil Urine Test Strip dengan dengan menghilangkan faktor-faktor yang
diketahui dapat mempengaruhi evaluasi/pengecekan secara visual pada strip
tes urine.
V. Dasar Teori
Urin merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat
kelebihan urine dari penyaringan unsur-unsur plasma (Frandson, 1992). Urine
atau urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal,
dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh
melalui uretra (Ningsih, 2012). Proses pembentukan urin di dalam ginjal
melalui tiga tahapan yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan
kembali), dan augmentasi (penambahan) (Budiyanto, 2013).
a. Pada filtrasi terjadi proses sebagai berikut. Filtrasi darah terjadi di
glomerulus, yaitu kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam
kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium
sehingga memudahkan proses penyaringan. Selain itu, di
glomerulus juga terjadi pengikatan sel-sel darah, keping darah, dan
sebagian besar protein plasma agar tidak ikut dikeluarkan. Hasil
proses infiltrasi ini berupa urine primer (filtrate glomerulus) yang
komposisinya mirip dengan darah, tetapi tidak mengandung protein.
Di dalam urine primer dapat ditemukan asam amino, glukosa,
natrium, kalium, ion-ion, dan garam-garam lainnya (Budiyanto,
2013).
b. Proses reabsorpsi terjadi di dalam pembuluh (tubulus) proksimal.
Proses ini terjadi setelah urine primer hasil proses infiltrasi mengalir
dalam pembuluh (tubulus) proksimal. Bahan-bahan yang diserap
dalam proses reabsorpsi ini adalah bahan-bahan yang masih
berguna, antara lain glukosa, asam amino, dan sejumlah besar ion-
ion anorganik. Selain itu, air yang terdapat dalam urine primer juga
mengalami reabsorpsi melalui proses osmosis, sedangkan reabsorpsi
bahan-bahan lainnya berlangsung secara transpor aktif. Proses
penyerapan air juga terjadi di dalam tubulus distal. Kemudian,
bahan-bahan yang telah diserap kembali oleh tubulus proksimal
dikembalikan ke dalam darah melalui pembuluh kapiler yang ada di
sekeliling tubulus. Proses reabsorpsi ini juga terjadi di lengkung
Henle, khususnya ion natrium. Hasil proses reabsorpsi adalah urine
sekunder yang memiliki komposisi zat-zat penyusun yang sangat
berbeda dengan urine primer. Dalam urine sekunder tidak
ditemukan zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh dan kadar urine
meningkat dibandingkan di dalam urine primer (Budiyanto, 2013).
c. Pada augmentasi, terjadi proses sebagai berikut. Urine sekunder
selanjutnya masuk ke tubulus kontortus distal dan saluran
pengumpul. Di dalam saluran ini terjadi proses penambahan zat-zat
sisa yang tidak bermanfaat bagi tubuh. Kemudian, urine yang
sesungguhnya masuk ke kandung kemih (vesika urinaria) melalui
ureter. Selanjutnya, urine tersebut akan dikeluarkan dari tubuh
melalui uretra. Urine mengandung urea, asam urine, amonia, dan
sisa-sisa pembongkaran protein. Selain itu, mengandung zat-zat
yang berlebihan dalam darah, seperti vitamin C, obat-obatan, dan
hormon serta garam-garam (Budiyanto, 2013).
1. KarakteristikUrin
Secara umum urin berwarna kuning. Urin yang didiamkan agak
lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas yaitu berbau
ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 7,5 dan akan menjadi lebih asam
jika mengkonsumsi banyak protein serta urin akan menjadi lebih basa jika
mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin yakni 1,002 1,035 g/ml
(Uliyah, 2008). Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat
terlarut. Di dalam urin terkandung bermacam macam zat, antara lain (1)
zat sisa pembongkaran protein seperti urea, asam ureat, dan amoniak, (2)
zat warna empedu yang memberikan warna kuning pada urin, (3) garam,
terutama NaCl, dan (4) zat zat yang berlebihan dikomsumsi, misalnya
vitamin C, dan obat obatan serta juga kelebihan zat yang yang diproduksi
sendiri oleh tubuh misalnya hormon (Ethel, 2003). Urin yang normal tidak
mengandung protein dan glukosa. Jika urin mengandung protein, berarti
telah terjadi kerusakan ginjal pada bagian glomerulus. Jika urin
mengandung gula, berarti tubulus ginjal tidak menyerap kembali gula
dengan sempurna. Hal ini dapat diakibatkan oleh kerusakan tubulus ginjal.
Dapat pula karena kadar gula dalam darah terlalu tinggi atau melebihi batas
normal sehingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali semua gula
yang ada pada filtrat glomerulus. Kadar gula yang tinggi diakibatkan oleh
proses pengubahan gula menjadi glikogen terlambat, kerena produksi
hormon insulin terhambat. Orang yang demikian menderita penyakit
kencing manis (diabetes melitus). Zat warna makanan juga dikeluarkan
melalui ginjal dan sering memberi warna pada urin. Bahan pengawet atau
pewarna membuat ginjal bekerja keras sehingga dapat merusak ginjal.
Adanya insektisida pada makanan karena pencemaran atau terlalu banyak
mengkonsumsi obat obatan juga dapat merusak ginjal (Scanlon, 2000).

2. Pemeriksaan Urin
Menurut Wulangi (1990), menyatakan bahwa analisa urin itu
penting, karena banyak penyakit dan gangguan metabolisme dapat
diketahui dari perubahan yang terjadi didalam urin. Zat yang dapat
dikeluarkan dalam keadaan normal yang tidak terdapat adalah glukosa,
aseton, albumin, darah dan nanah (Wulangi, 1990). Pemeriksaan urin
merupakan pemeriksaan yang dipakai untuk mengetahui adanya kelainan di
dalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan salurannya, kelainan yang
terjadi di luar ginjal, untuk mendeteksi adanya metabolit obat seperti zat
narkoba dan mendeteksi adanya kehamilan (Medika, 2012). Bahan urin
yang biasa di periksa di laboratorium dibedakan berdasarkan
pengumpulannya yaitu : urin sewaktu, urin pagi, urin puasa, urin
postprandial (urin setelah makan) dan urin 24 jam (untuk dihitung
volumenya). Tiap-tiap jenis sampel urin mempunyai kelebihan masing-
masing untuk pemeriksaan yang berbeda misalnya urin pagi sangat baik
untuk memeriksa sedimen (endapan) urin dan urin postprandial baik untuk
pemeriksaan glukosa urin. Jadi sebaiknya sebelum kita melakukan
pemeriksaan urin sebaiknya meminta keterangan dari petugas laboratorium
tentang bahan urin yang mana yang diperlukan untuk pemeriksaan
(Djojodibroto, 2001).

Pemeriksaan urin terbagi menjadi dua jenis yaitu pemeriksaan kimiawi dan
pemeriksaan sedimen.
a. Sebagaimana namanya dalam pemeriksaan kimia yang diperiksa
adalah pH urin / keasaman, berat jenis, nitrit, protein, glukosa,
bilirubin, urobilinogen,dll. Jenis zat kimia yang diperiksa
merupakan penanda keadaan dari organ2 tubuh yang hendak
didiagnosa. Seperti penyakit kuning yang disebabkan oleh
bilirubin darah yang tinggi biasanya menghasilkan urin yang
mengandung kadar bilirubin diatas normal. Begitu pula zat
kimia lainnya yang dihubungkan dengan keadaan organ tubuh
yang berbeda (Djojodibroto, 2001).
b. Dalam pemeriksaan sedimen yang diperiksa adalah zat sisa
metabolisme yang berupa kristal, granula termasuk juga bakteri.
Dengan pemeriksaan sedimen maka keberadaan suatu benda
normal ataupun tidak normal yang terdapat dalam urin kita akan
dapat menunjukkan keadaan organ tubuh. Dalam urin yang
ditemukan jumlah eritrosit jauh diatas angka normal bisa
menunjukkan terjadinya perdarahan di saluran kemih bagian
bawah. Begitu juga dengan ditemukannya kristal-kristal
abnormal dapat diprediksi jika seseorang beresiko terkena batu
ginjal, karena kristal-kristal dalam urin merupakan pemicu
utama terjadinya endapan kristal dalam saluran kemih terutama
ginjal yang jika dibiarkan berlanjut akan membentuk batu ginjal
(Djojodibroto, 2001).

VI. PROSEDUR KERJA


A. Alat
1. Mikroskop
2. Tabung reaksi
3. Rak tabung
4. Pot sampel
5. Pipet tetes
B. Bahan
1. Urine 24 jam
2. Label
3. Aquadest
4. Tissue

C. Cara kerja
Strip uji ditempatkan pada tray, lalu tray ditarik motor penggerak
sehingga strip bergerak kedalam alat pembaca. Analisa pada membaca
referensi, diikuti oleh masing-masing dari bagian uji pada strip, sample
masuk pada (LED Spectral Reflectance). Alat pembaca berisi LED yang
memancarkan cahaya pada berbagai macam panjang gelombang.
Pembacaan dilakukan secara electro-optically, ada banyak parameter
yang ada dalam urine analyzer dari PH, leukosit, nitrit dll.

LED memancarkan cahaya dari panjang gelombang yang diarahkan


oleh light guide ke permukaan test pad dengan sudut yang optimal. Cahaya
LED yang mengenai pad atau test zone (zona uji) terpantul secara
proporsional dengan warna yang dihasilkan pada test pad dan ditangkap
oleh detektor. Kemudian panjang gelombang yang diterima detektor
dikuatkan (amplification) dan difilter. Kemudian masin-masing cahaya
reflectance yang sudah dikuatkan tersebut dikelompokan berdasarkan
parameter dan dirubah menjadi sinyal analog menggunakan IC ADC
(Analog Digital to Converter). Proses selanjutnya dianalisa kadarnya
dengan microcomputer dengan membandingkan dengan cahaya referensi,
hasilnya ditampilkan pada LCD. Proses ini memakan waktu kurang lebih
55-56 detik.

VII. Hasil pengamatan


1. Gambar reagent strip laki-laki

2. Gambar reagent strip perempuan

Tabel Pengamatan Hasil Reagent strip

Parameter Laki-laki Perempuan


Leukosit 1+ 1+
Nitrogen + +
Protein - -
Glukosa Normal Normal
Keton - -
Urobilinogen Normal Normal
Bilirubin - -
Eritrosit - 1+
HB - -
BJ 1,005 1,01
pH 8 7

VIII. Pembahasan

Pemeriksaan urine secara otomatis Yaitu tetap menggunakan urine strip


tetapi pembacaanya menggunakan alat yang disebut Urine Analyzer. Urine
analyzer adalah alat semi-otomatis untuk pengecekan yang dilakukan diluar tubuh
untuk mendapatkan hasil pengecekan urine dengan hasil yang lebih tepat.Urine
Analyzer adalah alat fotometer reflektansi (reflectance photometer). Urine
Analyzer membaca strip tes urine pada kondisi standar, menyimpan hasil ke
memori dan menampilkan hasil melalui printer built-in dan / atau serial interface
pada alat tersebut.

A. Fungsi urine analyzer :


Urine Analyzer digunakan untuk membaca dan mengevaluasi hasil dari
Urine Strip test. Strip tes urine ini digunakan untuk strip multiparameter penentuan
berat jenis, pH, leukosit, nitrit, protein, glukosa, keton, urobilinogen, bilirubin dan
darah dalam urin.
Urine Analyzer menstandarisasi hasil Urine Test Strip dengan
menghilangkan faktor-faktor yang diketahui dapat mempengaruhi
evaluasi/pengecekan secara visual pada strip tes urine. Pemakaian strip test
haruslah hati-hati, setiap habis mengambil 1 batang strip test reagen harus ditutup
segera secara rapat agar terlindung dari kelembapan, sinar.

B. Cara Kerja Blok Diagram :

Strip uji ditempatkan pada baki geser, lalu motor penggerak bergerak
kedalam alat pembaca. Analisa pad membaca referensi, diikuti oleh masing-
masing dari bagian uji pada strip. Alat pembaca berisi LED yang
memancarkan cahaya pada berbagai macam panjang gelombang. Pembacaan
dilakukan secara electro-optically yang dilakukan sebagai berikut

LED memancarkan cahaya dari panjang gelombang yang ditetapkan


kepermukaan test pad pada sudut optimal. Lampu yang mengenai test zone
(zonauji) terpantul secara proporsional dengan warna yang dihasilkan pada
test pad dan ditangkap oleh detektor. Sebuah phototransistor diposisikan
tepat di atas zona uji. Phototransistor mengirimkan sebuah sinyal listrik
analog ke A / D converter, yang berubah ke bentuk digital. Mikroprosesor
kemudian mengkonversi pembacaan digital menjadi nilai reflektansi relative
dengan mengacu pada standar kalibrasi. Akhirnya, system membandingkan
nilai reflektansi dengan batas jangkauan yang ditetapkan (reflektansi nilai-
nilai yang diprogram kedalam analisa untuk setiap parameter) dan output
hasil semi-kuantitatif. Setiap pad tes membaca photometrically sekitar 55-65
detik. Dalam sampel urin yang sangatbasa, Urine Analyzer secara otomatis
mengoreksi hasil tes berat jenis.

C. Parameter Urine Analyzer


Parameter dan panjang gelombang cahaya yang digunakan.
Parameter Panjang gelombang
Berat Jenis 620 nm
pH 620 nm / 557 nm
Leukosit 557 nm
Nitrit 557 nm
Darah (eritrosit) 620 nm / 557 nm
Glukosa 557 nm
Keton 557 nm
Urobilinogen 557 nm
Bilirubin 557 nm
Protein 557 nm

Berikut ini adalah daftar prinsip-prinsip uji spesifik untuk setiap


parameter:

Berat Jenis: Dengan adanya kation, proton yang dilepaskan oleh zat
pengompleks dalam pad tes. Indikator bromthymol biru perubahan dari biru
melalui biru-hijau ke kuning.
Uji pH: pad pengujian berisi indikator metil merah dan bromthymolbiru.
Indikator-indikator ini memberikan perbedaan warna yang jelas pada
rentang pH dari 5 sampai 9.1, Dua warna berkisar dari oranye ke kuning
dan hijau ke biru.

Uji Leukosit: leukosit granulocytic mengandung esterases yang


mengkatalisis hidrolisis dari suatu indoxylcarbonic asam ester menjadi
indoxyl. Indoxyl yang terbentuk bereaksi dengangaram diazonium untuk
menghasilkan warna ungu.

Uji Nitrit: Nitrit, jika ada, akan bereaksi dengan amina aromatik untuk
memberikan garam diazonium, lelu terangkai dengan senyawa lebih lanjut,
menghasilkan pewarna merah-ungu azo

Uji Protein: Tes ini didasarkan pada perubahan warna indikator 3 ', 3 ",5',
5"-tetrachlorophenol-3, 4, 5, 6-tetrabromosulfophthalein dengan adanya
protein. Reaksi positif ditunjukkan dengan perubahan warna dari kuning ke
hijau muda atau hijau

Uji Glukosa: deteksi Glukosa didasarkan pada metode enzymatic glucose


oxidase/peroxidase (GOD/POD) atau oksidasi /peroksidasi glukosa
enzimatik Reaksi oksidasi glukosa memanfaatkan enzim untuk
mengkatalisis pembentukan asam gluconic dan peroksida hidrogen dari
oksidasi glukosa. Selanjutnya, enzim kedua, peroksidasi,mengkatalisis
reaksi hidrogen peroksida dengan chromogen tetramethylbenzidine untuk
membentuk kompleks pewarna hijau. Reaksi positif ditunjukkan dengan
perubahan warna dari kuning ke hijau

Uji Keton: Berdasarkan prinsip Legals Test, natrium nitroprussidedan


glisin bereaksi dengan asetoasetat dan aseton dalam media alkali untuk
membentuk kompleks pewarna ungu.Hasil positif ditunjukkan dengan
perubahan warna dari krem ke ungu

Uji Urobilinogen: Urobilinogen digabungkan dengan 4-methoxybenzene-


diazonium-tetrafluoroborate dalam asam media untuk membentuk zat
warna azo merah

Uji Bilirubin: Deteksi bilirubin berdasarkan pada reaksi penggabungan dari


garam diazonium dengan bilirubin dalam suatu asam menengah. Reaksi
menghasilkan warna merah muda menjadi merah-ungu sebanding dengan
konsentrasi totalbilirubin (Beberapa pengguna dapat menggambarkan ini
sebagai krem pada warna persik.)

Uji Darah: Hemoglobin dan mioglobin, jika ada, mengkatalisisoksidasi


indikator dengan peroksida organik terkandung dalam tes pad. Eritrosit
hemolisis utuh pada tes pad dan hemoglobin membebaskan hemoglobin
yang menghasilkan suatu titik hijau. Karena test pad menyerap beberapa
microliter urin, eritrosit akan lebih terlihat. Pada set yang terpisah dari blok
warna yang mewakili eritrosit dan hemoglobin. Titik hijau tersebar atau
dipadatkan pada pad tes kuning adalah indikasi dari eritrosit utuh, atau
mioglobin.

IX. Kesimpulan

1. Evaluasi skrining terhadap fungsi ginjal dapat dilakukan dengan cara


urinanalisis menggunakan carik uji atau reagent strip.
2. Dari hasil pemerikasaan disimpulkan bahwa pada sampel urin baik
laki laki maupun perempuan, semua parameter (protein, glukosa, eritrosit,
leukosit, nitrit, keton, urobilinogen, bilirubin, bobot jenis, dan pH)
menunjukkan nilai normal.
X. Saran

1. Diharapkan kepada praktikan pada saat melalukan praktikum selalu


menggunakan APD.
2. Pada saat melakukan praktikum urine analyzer diharapkan menggunakan
(SOP) prosedur kerja yang sesuai, agar tidak menimbulkan kesalahan
dalam proses praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/das.html#ixzz4ySJKGWxW

Budiyanto. 2013. Proses Pembentukan Urin Pada Ginjal. Tersedia di:


http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-xi/proses-pembentukan-urine-
pada-ginjal/ [Akses tanggal 6 April 2013].

Djojodibroto, R.D. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check


Up): Bagaimana Menyikapi Hasilnya. Pustaka Populer Obor. Jakarta.

Ethel, S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi Keempat. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.

Medika. 2012. Pemeriksaan Urin. Tersedia di: http://www.biomedika.


co.id/services/laboratorium/31/pemeriksaan-urin.html [Akses tanggal 6 April
2013].

Ningsih, Suti. 2012. Proses Pembentukan Urin. Tersedia di:


http://sutiningsih2/2012/12/proses_pembentukan_urin_15.html. [Akses tanggal 6
April 2013].

Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Uliyah, Musrifatul. 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Salemba Medika.


Jakarta.
Wulangi, Kartolo. 1990. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. ITB Press. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai