Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIUM III

PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT (PCV)


MAKROMETODE DAN MIKROMETODE

I. Tujuan
A. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara penetapan nilai Hematokrit (Hct)
darah probandus.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara penetapan nilai Hematokrit (Hct)
darah probandus.
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan cara penetapan nilai Hematokrit (Hct)
darah probandus.
2. Mahasiswa dapat mengetahui volume eritrosit dalam 100 ml darah
probandus.
3. Mahasiswa dapat menginterpretasi hasil penetapan nilai Hematokrit
(Hct) darah probandus.

II. Metode
Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu Makrometode dan Mikrometode.

III. Prinsip
Apabila darah disentrifuge, sel – sel yang lebih berat (Eritrosit) akan turun ke dasar
tabung, sedangkan sel – sel yang lebih ringan (Leukosit dan Trombosit) berada diatas
sel – sel yang berat tadi.

IV. Dasar Teori


Hematokrit berasal dari kata Hemato,Haima ( Yunani ) artinya darah dan Crit , Krinein
(Yunani) artinya untuk memisahkan. Hematokrit adalah rasio volume sel darah merah
dengan volume darah total, yang dikenal juga dengan nama volume sel dikemas PCV
(Wennecke, 2004).
Hematokrit adalah tes yang digunakan untuk mengukur presentase dari darah yang
terdiri dari sel darah merah. Hematokrit sering disebut dengan volume sel dikemas
(PCV) atau Fraksi volume eritrosit (EVF) (Gebretsadkan, Tessema, 2015).
Pengukuran hematokrit dapat dilakukan ketika pasien diduga menderita anemia atau
menderita dehidrasi, perdarahan atau kondisi medis lainnya. Pengukuran hematokrit
dapat dilakukan dengan berbagai macam metode yaitu: Mikrohematokrit, CBC,
Konduktifias dengan analisa gas darah, dan perbandingan hematokrit (Wennecke, 2004)
Mikrohematokrit marupakan metode yang direkomendasikan oleh NCCLS untuk
menentukan hematokrit (PCV). Metode hematokrit merupakan metode standar emas
yang digunakan untuk penentuan hematokrit (Gebretsadkan et al., 2015).
Kelebihan dari metode mikrohematokrit yaitu memerlukan sampel yang sedikit, relative
cepat, tidak diperlukan pengenceran. Dan kekurangan dari metode ini yaitu tabung
mikrokapiler yang mudah pecah (Wennecke, 2004).
Makrohematokrit merupakan metode untuk pemeriksaan hematokrit yang
menggunakan tabung wintrobe tanpa adanya antikoagulan tambahan dalam tabung.
Kelebihan dari metode ini yaitu tabung yang berukuran lebih besar dari tabung
mikrokapiler memudahkan untuk penyimpanannya dan tidak mudah pecah. Kekurangan
dari metode ini yaitu waktu yang dibutuhkan lebih lama, hasil kurang akurat,
membutuhkan sampel yang lebih banyak.
Menurut (Herawati, Sianny, 2018) Hal – hal atau kesalahan yang dapat mempengaruhi
nilai hematokrit yaitu:
1. Bila memakai sampel darah kapiler maka tetesan pertama harus dibuang karena
mengandung cairan interstisial.
2. Pengggunaan antikoagulan Na2EDTA/ K2EDTA lebih dari kadar 1,5 mg/ml
darah mengakibatkan eritrosit mengkerut sehingga nilai hematokrit akan rendah.
3. Bahan pemeriksaan yang ditunda lebih dari 6 jam akan meningkatkan nilai
hematokrit.
4. Kecepatan dan lama pemusingan tidak sesuai.
5. Terjadi hemolisis.
6. Pembacaan yang salah.
Selain hal tersebut faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai hematokrit yaitu Faktor
alat, faktor tenaga laboratorium, faktor bahan pemeriksaan. (Tirtamara,2013)
Implikasi klinik pemeriksaan Hematokrit :
Penurunan nilai hematokrit dapat mengindikasi pasien mangelami anemia sedang
sampai parah, reaksi hemolitik, leukemia,sirosis, kehilangan banyak darah, dan
hipertiroid. Jika terjadi peningkatan nilai hematokrit dapat terjadi eritrositosis,
dehidrasi,kerusakan paru-paru kronik, polisitemia dan syok. (Herawati, Sianny. 2018).

V. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Tabung hematokrit wintrobe
2. Pipet hematocrit
3. Tabung mikrokapiler
4. Centrifuge mikrohematokrit
B. Bahan
1. Darah kapiler atau darah vena ( antikoagulan EDTA)
2. Readacrit

VI. Cara Kerja


A. Makrometode menurut wintrobe
1. Darah dicampur dengan seksama hingga homogen.
2. Dengan menggunakan pipet Pasteur atau pipet Wintrobe darah
dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe hingga mencapai garis tanda
100, mulai dari dasar tabung dan hindari terjadinya gelembung udara di
dalam tabung.
3. Tabung yang telah berisi darah dipusing selama 30 menit pada kecepatan
2 .000 – 2.300 g. Untuk mengkonversikan kecepatan pemusingan dari
satuan g ke satuan RPM.
4. Hasil penetapan hematocrit dibaca dengan memperhatikan :
a. Tinggi kolom eritrosit yang dibaca sebagai nilai hematocrit yang
dinyatakan dalam %.
b. Tebal lapisan putih diatas eritrosit yang tersusun dari leukosit dan
trombosit. Lapisan ini disebut sebagai buffy coat dan dinyatakan
dalam mm.
c. Warna kuning dari lapisan plasma disebut Indeks Ikterus. Warna
kuning tersebut dibandingkan dengan warna larutan kalium bikromat
yang intensitas warnanya dinyatakan dalam satuan (S). Satu satuan
dengan warna larutan 1 g kalium bikromat dalam 10.000 ml air.
5. Bila nilai hematokrit melebihi 50%, pusinglah tabung tersebut 30 menit
lagi.

B. Mikrometode :
1. Tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan
mikrohematokrit dengan darah.
2. Ujung satu ditutup dengan dempul.
3. Tabung kapiler dimasukkan ke dalam centrifuge khusus (Centrifuge
mikrohematokrit) dengan kecepatan 16000 rpm atau lebih.
4. Pusinglah selama 3-5.
5. Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan grafik atau alat khusus.
6. Bila nilai hematokrit melebihi 50% pemusingan ditambah 5 menit lagi.

VII. Interpretasi Hasil


Nilai normal untuk nilai hematokrit yaitu :
Pria : 40 – 48 vol %
Wanita : 37 – 43 vol %

VIII. Hasil Pengamatan


Jenis Nilai Hematokrit
No Nama Umur
Kelamin Makrometode Mikrometode
1. Ni Made Candra 19 tahun Perempuan Nilai Htc :46 43 vol %
Setiari vol %
Buffy Coat:
0,1 mm.
Indeks
Ikterus :
Negatif (-)
IX. Pembahasan
Hematokrit atau volume sel dikemas (packed cell volume/PCV) adalah volume eritrosit
total dalam darah dibagi volume darah. Pada praktikum penetapan nilai hematokrit
(Hct) digunakan metode mikro (mikrometode) dan metode makro (makrometode) dan
menggunakan sampel darah vena yang berisi antikoagulan EDTA. Pada metode mikro,
sampel darah dimasukkan dalam sebuah tabung kapiler sekali pakai. Riswanto (2013)
menyatakan bahwa tabung ini yang mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan
diameter 1 mm. Pada metode makro, sampel darah dimasukkan ke dalam tabung
wintrobe kemudian dilakukan centrifuge. Kegiatan centrifuge yang dilakukan dalam
kedua metode tersebut tujuannya agar memisahkan eritrosit dengan plasma, yang
dimana nantinya nilai hematokrit dibaca dari sampel yang sudah di sentrifuge, jika pada
mikro eritrosit langsung dibaca dengan readacrit dan pada makrometode akan terbentuk
bidang miring dimana yang dihitung yaitu meniscus atas bidang miring dijumlahkan
dengan meniscus bawah bidang miring kemudia dibagi dua, hasil dari pembagian
tersebut merupakan nilai hematokrit. Pada metode mikro yang dilaporkan yaitu nilai
hematokrit. Pada metode makro yang dilaporkan yaitu volume eritrosit, warna plasma
(indeks icterus), dan tebal buffy coat.
Pada praktikum kali ini didapatkan nilai hematokrit 46 Vol % pada makrometode dan
43 Vol% pada mikrometode pada pasien atas nama Ni Made Candra Setiari, umur 19
tahun, jenis kelamin perempuan. Dapat dilihat perbedaan dari nilai hematokrit dari
sampel yang sama yaitu dengan selisih nilai 3 Vol%.
Perbedaan nilai hematokrit ini dapat disebabkan karena beberapa faktor. Faktor yang
dapat mempengaruhi nilai hematokrit yaitu Faktor alat, faktor manusia, faktor bahan
pemeriksaan (Tirtamara,2013)
1. Faktor Alat
Pada makrometode menggunakan tabung wintrobe yang sudah lama disimpan dan
jarang di kalibrasi hal ini dapat menyebabkan volume tabung yang kurang tepat,
tidak seperti mikrometode yang menggunakan tabung mikrohematokrit sekali pakai.
2. Faktor Tenaga Laboratorium
Tenaga Laboratorium sangat mempengaruhi dari hasil pemerisaan yaitu saat
pengambilan darah, dan penglihatan dari petugas dan pembacaan hasil yang salah.
3. Fator Bahan Pemeriksaan
Sampel darah diambil dari lengan atau tangan yang sedang menerima cairan intra
vena dapat menyebabkan hematokrit rendah palsu. Memasang tourniquet terlalu
lama (lebih dari 1 menit) menyebabkan hematokrit meningkat palsu dan sampel
mengalami hemolisis.
Namun dalam pemeriksaan nilai hematokrit standar yang digunakan yaitu
mikrometode dikarenakan mikrometode ini direkomendasikan oleh NCCLS untuk
menentukan hematokrit (PCV). Metode hematokrit merupakan metode standar emas
yang digunakan untuk penentuan hematokrit (Gebretsadkan et al., 2015).
Menurut Riswanto (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi persentase hematokrit
berarti konsentrasi darah semakin kental, dan diperkirakan banyak plasma darah yang
keluar dari pembuluh darah hingga berlanjut pada kondisi syok hipovolemik.
Sebaliknya kadar hematokrit akan menurun ketika terjadi penurunan hemokonsentrasi,
karena penurunan kadar selular darah atau peningkatan kadar plasma darah, antara lain
saat terjadinya anemia.

X. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum penetapan nilai Hematokrit (PCV) dengan makrometode dan
mikrometode , pasien atas nama Ni Made Candra Setiari, umur 19 tahun , jenis kelamin
Perempuan, didapatkan hasil :
a. Makrometode
- Nilai Hematokrit : 46 Vol %
- Tebal Buffy Coat : 1 mm
- Indeks Ikterus : Negatif (-)
b. Mikrometode
- Nilai Hematokrit : 43 Vol
Standar metode yang digunakan yaitu mikrometode, jadi pasien dapat digolongkan
dalam keadaan normal.
XI. Daftar Pustaka
Gebretsadkan, G., Tessema, K., & Ambachew, H. (2015). Blood Research and
Disorders The Comparison between Microhematocrit and Automated Methods
for Hematocrit Determination ClinMed. Internacional Journal of Blood
Research and Disorders, 2(1), 1–3.
Technique, B. (n.d.). 4 Hematocrit, 27–33.
Wennecke, G. (2004). Hematocrit - a review of different analytical methods.
Acutecaretesting.Org, (September), 1–9.
Herawati, Sianny, dkk. 2018. Penuntun Praktikum Hematologi. Denpasar: Politeknik
Kesehatan Denpasar.

Riswanto, 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfamedia &


Kanal Medika.

Tirtaamara, Ayu 2013. Pengukuran Kadar Hb dengan metode sahli. Tersedia pada :
https://www.scribd.com/doc/213717489/Pemeriksaan-Hb-Sahli. Diakses tanggal
23 September 2018

Anda mungkin juga menyukai