I. TUJUAN
a. Tujuan Umum
II. METODE
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu Makrometode
dan Mikrometode
III. PRINSIP
b. Mikrometode :
1. Tabung micro Hematoctit diisi dengan sampel darah sebanyak 2/3 bagian
2. Salah satu ujung (yang tertutup darah) ditutup dengan seal.
3. Ditempatkan tabung micro Hematokrit tadi pada centrifuge mikro
Hematokrit. (Perhatikan : ujung pipet kapiler yang di seal menghadap ke
luar)
4. dipusingkan dengan kecepatan 16000 rpm atau lebih.
5. dipusingkan selama 3 — 5 menit.
6. dibaca nilai hematokrit dengan menggunakan Chart.
7. Bila nilai hematokrit melebihi 50 %, pemusingan ditambah 5 menit lagi.
1. Faktor invivo
a. Eritrosit
Faktor ini sangat penting pada pemeriksaan hematokrit karena
eritrosit merupakan sel yang diukur dalam pemeriksaan tersebut.
Hematokrit dapat meningkat pada polisitemia yaitu peningkatan jumlah
sel darah merah dan nilai hematokrit dapat menurun pada anemia yaitu
penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi (Corwin, 2001).
b. Viskositas
Darah Efek hematokrit terhadap viskositas darah adalah makin
besar presentasi sel arah merah maka makin tinggi hematokritnya dan
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah, pergeseran inilah
yang menentukan viskositas. Viskositas darah meningkat secara drastis
ketika hematokrit meningkat (Guyton, 2007).
c. Plasma
Pada pemeriksaan hematokrit plasma harus pula diamati terhadap
adanya ikterus atau hemolisis. Keadaan fisiologis atau patofisiologis pada
plasma dapat mempengaruhi pemeriksaan hematokrit.
2. Faktor invitro
a. Pemusingan / sentrifugasi Penempatan tabung kapiler pada lubang jari-jari
centrifuge yang kurang tepat dan penutup yang kurang rapat dapat
menyebabkan hasil pembacaan hematokrit tinggi palsu. Kecepatan putar
centrifuge dan pengaturan waktu dimaksudkan agar eritrosit memadat
secara maksimal. Harus diatur secara tepat. Pemakaian microcentrifuge
dalam waktu yang lama mengakibatkan alat menjadi panas sehingga dapat
mengakibatkan hemolisis dan nilai hematokrit menjadi rendah palsu.
b. Antikoagulan Penggunaan antikoagulan Na 2 EDTA/ K 2 EDTA lebih
dari kadar 1,5 mg/ ml darah mengakibatkan eritrosit mengkerut sehingga
nilai hematokrit akan rendah
c. Bahan pemeriksaan tidak dicampur hingga homogen sebelum pemeriksaan
dilakukan
d. Tabung hematokrit tidak bersih dan kering
e. suhu dan waktu penyimpanan sampel Bahan pemeriksaan sebaiknya
segera diperiksa, jika dilakukan penundaan pemeriksaan sebaiknya sampel
disimpan pada 4 derajat celcius selama 24 jam memberikan nilai
hematokrit yang lebih tinggi (Gandasoebrata, 2008).
Selain itu pembendungan darah juga darah juga dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan hematokrit, pemasangan torniquet (tali pembendung) hendaknya
tidak lebih dari 2 menit. Pemasangan tali pembendung dalam waktu lama dan
terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi. Hemokonsentrasi adalah
pengentalan darah akibat perembesan plasma (komponen darah cair non seluler)
ditandai dengan nilai hematokrit. Hematokrit adalah perbandingan sel darah
merah dan serum darah (cairan darah). Semakin tinggi nilai hematokrit, artinya
semakin rendah nilai serum darah. Apabila serum darah berfungsi sebagai pelarut
rendah, maka terjadi kekentalan di dalam pembuluh darah. Selain peningkatan
nilai hematokrit juga terjadi peningkatan PCV, elemen sel, hemoglobin,
peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total)
(Riswanto, 2009).
Jika kadar hematokrit menurun sedikit dari rentang normal dan orang tersebut
tidak memiliki keluhan , biasanya dokter hanya akan melakukan observasi.
Namun, apabila level hematokrit rendah yang terjadi disebabkan oleh anemia,
dokter akan merekomendasikan pengobatan yang sesuai dengan penyebab
anemia, misalnya dengan memberikan tambahan suplemen zat besi, mengobati
luka atau infeksi, hingga mengangkat kanker yang ada di usus. Tentunya
pengobatan ini didahului dengan pemeriksaan fisik dan penunjang yang tepat oleh
dokter.
Gejala yang muncul pada polisitemia vera bersifat tidak spesifik. Keluhan
yang berhubungan dengan polisitemia antara lain mudah lelah, sesak napas, nyeri
dada, nyeri abdomen, pandangan kabur, pusing, nyeri kepala, pruritus, dan early
satiety.
X. SIMPULAN
Pada hasil pengamatan yang saya dapatkan setelah melakukan praktikum
pada pasien atas I Wayan Suralaga yang berumur 58 tahun dan berjenis kelamin
laki-laki sebagai berikut pada pemeriksaan mikrometode didapatkan hasil 18% di
mana hal ini menunjukkan hasil penghitungan hematokrit di bawah normal.
Sedangkan pada hasil makrometode didapatkan hasil sebesar 34,5 % di mana hal
ini menunjukkan hasil penghitungan hematokrit di bawah normal. Perbedaan hasil
ini kemungkinan terjadi karena kurangnya homegenitas sampel sehingga pada
pemeriksaan micrometode lebih rendah daripada macrometode. Selain dari pada
itu hasil pemeriksaan pasien yang di mana nilai HCT di bawah normal sehingga
dapat di simpulkan pasien mengalami anemia.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil pembacaan hematocrit
baik dari invivo dan invitro.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson RS. 2005. Principle of Nutritional Assessment. Oxford University Press. New
York
Guyton, 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran ECG.
National Anemia Action Council. 2009 Anemia in Adolescents : The Teen Scene.
Nugrahani, I., 2013 Perbedaan Kadar Hemoglobin Sebelum dan Sesudah Menstruasi
Pada Mahasiswa DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Sadikin., 2002. Biokimia Darah Edisi ke-1. Jakarta: penerbit Wijaya Medika.
Sloane, E., 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran
(EGC). Jakarta
Sodikin, Muhammad. 2002.Biokimia Darah. Widyamedika. Jakarta.
Sujud, dkk., 2015 Perbedaan Jumlah Trombosit Pada Daerah EDTA yang Segera
Diperiksa dan Penundaan Selama 1 Jam Di Laboratorium RSJ Grhasia,
Yogyakarta.
Sunita, 2001. Tiga Fase Penting Pada Wanita. Jakarta: Elex Media Komputindo.