Anda di halaman 1dari 17

PENETAPAN NILAI HEMATOKRIT (Hct)

(PACKED CELL VOLUME = PVC)

I. TUJUAN

a. Tujuan Umum

1. Untuk dapat mengetahui cara penetapan nilai Hematokrit (Hct) darah


probandus.
2. Untuk dapat menjelaskan cara penetapan nilai Hematokrit (Hct) darah
probandus.
b. Tujuan Khusus

1. Untuk dapat melakukan cara penetapan nilai Hematokrit (Hct) darah


probandus.
2. Untuk dapat mengetahui volume eritrosit dalam 100 ml darah probandus.
3. Untuk dapat menginterpretasikan hasil penetapan nilai Hematokrit (Hct)
darah probandus.

II. METODE
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu Makrometode
dan Mikrometode

III. PRINSIP

Apabila darah disentrifuge dengan microhematocrit centrifuge, sel-sel yang


lebih berat (Eritrosit) akan turun ke dasar tabung (mampat), sedangkan sel-sel
yang lebih ringan (Leukosit dan Trombosit) berada di atas sel-sel yang berat tadi.
Kemudian Eritrosit yang sudah mampat dibaca pada chart.
IV. DASAR TEORI

Hematokrit atau volume eritrosit yang dipadatkan (packed cell volume,


PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah dengan cara diputar pada
kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya pemeriksaan
adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Pemeriksaan
hematokrit paling dapat dipercaya di antara pemeriksaan yang lainnya, yaitu
kadarhemoglobin dan hitung eritrosit. Hematokrit dapat dipergunakan sebagai tes
penyaring sederhana terhadap anemia. Pemeriksaan hematokrit dapat diukur
dengan menggunakan darah vena atau darah kapiler (Gandasoebrata, 2008).
Darah kapiler digunakan bila jumlah darah yang dibutuhkan hanya sedikit,
sedangkan bila jumlah darah yang dibutuhkan lebih dari 0,5 ml lebih baik
menggunakan darah vena (Kiswari dan Agung, 2005). Nilai hematokrit ialah
volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan % dari volume
darah tersebut. Mengukur nilai hematokrit digunakan dua metode pemeriksaan
yaitu mikrohematokrit dan makrohematokrit. Cara makrohematokrit digunakan
tabung wintrobe, sedangkan pada cara mikrohematokrit digunakan tabung
mikrokapiler (Gandasoebrata,2010).
Metode pengukuran secara makro menggunakan darah vena yang
dimasukkan kedalam tabung wintrobe dan disentrifus pada kecepatan tertentu
sehingga eritrosit terpisah dari plasmanya secara sempurna (Nugraha, 2015).
Metode pemeriksaan secara mikro sering digunakan karena cepat dan mudah
dibandingkan dengan metode makro yang membutuhkan sampel lebih banyak dan
waktu yang lama. Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada darah
dengan antikoagulan disentrifus dalam jangka waktu dan kecepatan tertentu,
sehingga sel darah dan plasmanya terpisah. Presentase volume kepadatan sel
darah merah terhadap volume darah semula dicatat sebagai hasil pemeriksaan
hematokrit (Gandasoebrata,2010).
V. ALAT dan BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu
a. Alat
1. Tabung hematokrit Wintrobe
2. Heparinized microhematocrit tube atau tabung mikrokapiler
3. Centrifuge mikrohematokrit
4. Seal (Malam)
b. Bahan
1. Darah kapiler atau darah vena (antikoagulan EDTA)
2. Readacrit / Chart / Hematokrit Reader (Pembaca Hematokrit)

VI. PROSEDUR KERJA


a. Makrometode menurut Wintrobe:
1. Darah dicampur dengan seksama sehingga homogen.
2. Dengan menggunakan pipet Pasteur atau pipet Wintrobe darah
dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe hingga mencapai garis tanda 100,
mulai dari dasar tabung dan hindari terjadinya gelembung udara di dalam
tabung.
3. Tabung yang telah berisi darah dipusing selama 30 menit pada kecepatan
2.000-2.300 g. Untuk mengkonversikan kecepatan pemusingan dari satuan
g ke satuan RPM.
4. Hasil penetapan hematokrit dibaca dengan memperhatikan:
a) Tinggi kolom eritrosit yang dibaca sebagai nilai hematokrit yang
dinyatakan dalam %.
b) Tebalnya lapisan putih di atas eritrosit yang tersusun dari leukosit dan
trombosit. Lapisan ini disebut sebagai buffy coat dan dinyatakan
dalam mm.
c) Warna kuning dari lapisan plasma yang disebut indeks ikterus. Warna
kuning tersebut dibandingkan dengan warna larutan kalium bikromat
yang intensitas warnanya dinyatakan dalam satuan (S). Satu satuan
dengan warna larutan I g kalium bikromat dalam 10.000 ml air.
5. Bila nilai hematokrit melebihi 50%, dipusing tabung tersebut 30 menit
lagi

b. Mikrometode :
1. Tabung micro Hematoctit diisi dengan sampel darah sebanyak 2/3 bagian
2. Salah satu ujung (yang tertutup darah) ditutup dengan seal.
3. Ditempatkan tabung micro Hematokrit tadi pada centrifuge mikro
Hematokrit. (Perhatikan : ujung pipet kapiler yang di seal menghadap ke
luar)
4. dipusingkan dengan kecepatan 16000 rpm atau lebih.
5. dipusingkan selama 3 — 5 menit.
6. dibaca nilai hematokrit dengan menggunakan Chart.
7. Bila nilai hematokrit melebihi 50 %, pemusingan ditambah 5 menit lagi.

VII. NILAI NORMAL


Adapun nilai normal hematokrit sebagai berikut
a. Pria : 40-50%
b. Wanita : 38-47%

VIII. HASIL PENGAMATAN


Adapun hasil pengamatan yang saya dapatkan setelah melakukan praktikum
pada pasien atas I Wayan Suralaga yang berumur 58 tahun dan berjenis kelamin
laki-laki sebagai berikut pada pemeriksaan mikrometode didapatkan hasil 18% di
mana hal ini menunjukkan hasil penghitungan hematokrit di bawah normal.
Sedangkan pada hasil makrometode didapatkan hasil sebesar 34,5 % di mana hal
ini menunjukkan hasil penghitungan hematokrit di bawah normal.
IX. PEMBAHASAN

Istilah "hematokrit (HCT)" berasal dari bahasa Inggris "hemato-" dan


bahasa Yunani "krites." HCT mengukur volume sel darah merah yang dikemas
(RBC) relatif terhadap seluruh darah. Oleh karena itu, ini juga dikenal dan
dilaporkan sebagai volume sel yang dikemas (PCV). Ini adalah tes sederhana
untuk mengidentifikasi kondisi seperti anemia atau polisitemia dan juga untuk
memantau respons terhadap pengobatan. Tabung gelas dan mesin centrifuge
cukup untuk mengukur HCT. Setelah sentrifugasi, komponen darah terpisah
menjadi tiga bagian berbeda. Dari bawah ke atas, lapisannya adalah - lapisan sel
darah merah (RBC), lapisan sel darah putih (WBC) dan trombosit, dan lapisan
plasma di bagian atas. Metode penentuan HCT oleh tabung hematokrit Wintrobe
dikenal sebagai metode "makro-hematokrit". Tabung Wintrobe adalah tabung
kaca sempit berukuran panjang 110 mm, dengan kelulusan dari 0 hingga 100 mm
dalam urutan naik dan turun. Metode ini telah berhasil dengan metode "micro-
hematocrit" yang menggunakan tabung kapiler kecil sebagai pengganti tabung
hematokrit Wintrobe. Ini membutuhkan jumlah darah yang lebih sedikit serta
persyaratan waktu yang lebih sedikit untuk prosedur pengujian. Ini bermanfaat
bagi pasien yang sulit mendapatkan pengumpulan darah (mis., Pasien anak /
hipovolemia). Namun, prinsip pengujian tetap sama dengan metode “hemat-
makro”. Perhitungan HCT adalah dengan membagi panjang lapisan RBC yang
dikemas dengan panjang total sel dan plasma. Karena ini adalah rasio, ia tidak
memiliki unit apa pun. Mengalikan rasio dengan 100 memberikan nilai yang
akurat, yang merupakan gaya pelaporan yang diterima untuk HCT. Meskipun
kedua metode ini masih digunakan di beberapa pengaturan perawatan primer dan
pengajaran medis, mereka secara luas diganti di sebagian besar pengaturan oleh
penganalisa otomatis, di mana laporan HCT dihasilkan bersamaan dengan jumlah
darah lengkap (Mondal, 2019).

Pada hasil pengamatan yang saya dapatkan setelah melakukan praktikum


pada pasien atas I Wayan Suralaga yang berumur 58 tahun dan berjenis kelamin
laki-laki sebagai berikut pada pemeriksaan mikrometode didapatkan hasil 18% di
mana hal ini menunjukkan hasil penghitungan hematokrit di bawah normal.
Sedangkan pada hasil makrometode didapatkan hasil sebesar 34,5 % di mana hal
ini menunjukkan hasil penghitungan hematokrit di bawah normal. Perbedaan hasil
ini kemungkinan terjadi karena kurangnya homegenitas sampel sehingga pada
pemeriksaan micrometode lebih rendah daripada macrometode. Selain dari pada
itu hasil pemeriksaan pasien yang di mana nilai HCT di bawah normal sehingga
dapat di simpulkan pasien mengalami anemia.
Prinsip kerja dalam penghitungan kadar hematokrit yaitu darah dengan
antikoagulan isotonik dalam tabung dipusingkan selama 30 menit dengan
kecepatan 3000 rpm sehingga eritrosit dipadatkan membuat kolom di bagian
bawah dari tabung. Tingginya kolom mencerminkan nilai hematokrit
(Hematologi, 2005). Dalam pengukuran hematokrit yang perlu diperhatikan
adalah lapisan buffi coat. Lapisan ini terdiri dari lekosit dan trombosit yang
berwarna kelabu kemerahan atau keputih-putihan. Dalam keadaan normal
tingginya lapisan buffi coat dari 0,1 mm. 0,1 mm kira-kira sesuai dengan 1.000
lekosit per mm3 . Tinginya buffi coat hanya merupakan perkiraan terhadap ada
tidaknya lekositisis . Nilai normal hematokrit adalah sebagai berikut : Pria : 40
vol% - 48 vol% Wanita : 37 vol% - 47 vol% Dalam pemeriksaan hematokrit
tersedia dua metode yang berbeda yaitu secara makro dan mikro. Pemeriksaan
menggunakan metode makro dilakukan dengan cara wintrobe yang klasik dengan
darah vena yang telah dicampur dengan antikoagulan dimasukkan ke dalam
tabung yang panjangnya 100mm, kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3000
rpm selama 30 menit. Volume eritrosit dan plasma dapat dibaca langsung pada
tanda milimeter pada dinding tabung. Kekurangan metode makro yaitu
membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya dan sampel lebih banyak
dibandingkan dengan metode mikroyang membutuhkan sampel lebih sedikit dan
waktu yang cepat (Sacher, 2004). Cara makro menggunakan sentrifuge yang
cukup besar, untuk memadatkan sel-sel darah merah tersebut dilakukan
sentrifugasi selama 30 menit. Harga normal nilai hematokrit untuk laki-laki 40-48
vol % dan untuk wanita 37-47 vol %. Penetapan hematokrit secara manual dapat
dilakukan sangat teliti, kesalahan metodik ± 2% (Gandasoebrata, 2010).

Pemeriksaan hematokrit metode makro bahan yang digunakan adalah


darah vena. Pemeriksaan hematokrit metode mikro dapat menggunakan darah
kapiler dan darah vena. Pemeriksaan hematokrit baik metode makro maupun
metode mikro terdapat lapisan Buffy coat yang letaknya diantara lapisan sel darah
merah dan plasma. Lapisan ini terdiri dari leukosit dan trombosit yang berwarna
kelabu kemerahan atau keputih-putihan. Keadaaan normal tingginya lapisan
Buffy coat 0,1 mm sampai dengan 1 mm. Tingginya 0,1 mm kira-kira sesuai
dengan 1000 leukosit/mm³. Tinggi Buffy coat yang masih dalam range normal
belum berarti benar, misalnya kalau ada limfosit yang pada umumnya lebih kecil
dari granulosit. Tingginya lapisan Buffy coat merupakan perkiraan saja terhadap
ada tidaknya leukositosis (Dacie and Lewis,2010).

Teknik mikro dilakukan dengan cara tabung mikro kapiler yang


panjangnya 7 cm dan diameter 1 mm diisi dengan darah vena yang telah dicampur
dengan antikoagulan, kemudian disentrifuge dengan kecepatan 16.000 rpm
selama 3-5 menit. Perbandingan plasma dan eritrosit diukur dengan menggunakan
alat baca berskala khusus. Tabung mikrokapiler ada yang telah dilapisi heparin
untuk pemeriksaan yang menggunakan darah EDTA dan darah oxalate
(Gandasoebrata, 2010).

Tabung mikro memilik kelebihan antara lain : volume sampel yang


digunakan sedikit, waktu pemusingan untuk mendapatkan sel darah merah secara
singkat sesuai dengan kepentingan rutin dan dapat digunakan sampel darah
kapiler serta cara pengisian sampel ke dalam tabung mikrokapiler lebih mudah.
Cara mikro berprinsip sejumlah darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler lalu
dilakukan sentrifugasi untuk mendapatkan nilai hematokrit yang diukur
menggunakan hematokrit (Ht) Reader, sedangkan cara makro berprinsip sampel
darah yang di sentrifuge dalam waktu tertentu kemudian dibaca volume dari masa
eritosit yang telah dipadatkan didasar tabung dan dinyatakan dalam sekian % dari
volume semula (volume %) (Gandasoebrata, 2010). Penetapan nilai hematokrit
dapat dilakukan dengan cara mikrohematokrit dan makrohematokrit. Cara
makrohematokrit digunakan tabung wintrobe, sedangkan pada cara
mikrohematokrit digunakan tabung mikrokapiler. Cara mikro digunakan tabung
mikrokapiler yang panjangnya 75 mm dan diameter dalam 1,2 sampai 1,5 mm.
Pemeriksaan dengan darah kapiler ada tabung yang telah dilapisi heparin dan dan
tabung tanpa heparin yaitu menggunakan darah EDTA dari vena. Metode
pemeriksaan secara makro digunakan tabung khusus yang mempunyai diameter
dalam 2,5 sampai 3 mm, panjang 110 mm dengan skala interval 1 mm sepanjang
100 mm. Volume tabung ini adalah 1 ml. Dapat menggunakan darah heparin atau
EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate) (Gandasoebrata, 2010).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan hematokrit


yaitu

1. Faktor invivo
a. Eritrosit
Faktor ini sangat penting pada pemeriksaan hematokrit karena
eritrosit merupakan sel yang diukur dalam pemeriksaan tersebut.
Hematokrit dapat meningkat pada polisitemia yaitu peningkatan jumlah
sel darah merah dan nilai hematokrit dapat menurun pada anemia yaitu
penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi (Corwin, 2001).
b. Viskositas
Darah Efek hematokrit terhadap viskositas darah adalah makin
besar presentasi sel arah merah maka makin tinggi hematokritnya dan
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah, pergeseran inilah
yang menentukan viskositas. Viskositas darah meningkat secara drastis
ketika hematokrit meningkat (Guyton, 2007).
c. Plasma
Pada pemeriksaan hematokrit plasma harus pula diamati terhadap
adanya ikterus atau hemolisis. Keadaan fisiologis atau patofisiologis pada
plasma dapat mempengaruhi pemeriksaan hematokrit.

2. Faktor invitro
a. Pemusingan / sentrifugasi Penempatan tabung kapiler pada lubang jari-jari
centrifuge yang kurang tepat dan penutup yang kurang rapat dapat
menyebabkan hasil pembacaan hematokrit tinggi palsu. Kecepatan putar
centrifuge dan pengaturan waktu dimaksudkan agar eritrosit memadat
secara maksimal. Harus diatur secara tepat. Pemakaian microcentrifuge
dalam waktu yang lama mengakibatkan alat menjadi panas sehingga dapat
mengakibatkan hemolisis dan nilai hematokrit menjadi rendah palsu.
b. Antikoagulan Penggunaan antikoagulan Na 2 EDTA/ K 2 EDTA lebih
dari kadar 1,5 mg/ ml darah mengakibatkan eritrosit mengkerut sehingga
nilai hematokrit akan rendah
c. Bahan pemeriksaan tidak dicampur hingga homogen sebelum pemeriksaan
dilakukan
d. Tabung hematokrit tidak bersih dan kering
e. suhu dan waktu penyimpanan sampel Bahan pemeriksaan sebaiknya
segera diperiksa, jika dilakukan penundaan pemeriksaan sebaiknya sampel
disimpan pada 4 derajat celcius selama 24 jam memberikan nilai
hematokrit yang lebih tinggi (Gandasoebrata, 2008).

Selain itu pembendungan darah juga darah juga dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan hematokrit, pemasangan torniquet (tali pembendung) hendaknya
tidak lebih dari 2 menit. Pemasangan tali pembendung dalam waktu lama dan
terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi. Hemokonsentrasi adalah
pengentalan darah akibat perembesan plasma (komponen darah cair non seluler)
ditandai dengan nilai hematokrit. Hematokrit adalah perbandingan sel darah
merah dan serum darah (cairan darah). Semakin tinggi nilai hematokrit, artinya
semakin rendah nilai serum darah. Apabila serum darah berfungsi sebagai pelarut
rendah, maka terjadi kekentalan di dalam pembuluh darah. Selain peningkatan
nilai hematokrit juga terjadi peningkatan PCV, elemen sel, hemoglobin,
peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total)
(Riswanto, 2009).

Ada beberapa kondisi fisiologis dan patologis di mana HCT dapat


menyimpang dari kisaran normalnya. Bayi yang baru lahir menunjukkan HCT
yang tinggi, dan secara bertahap menurun selama periode neonatal. Pria dewasa
menunjukkan HCT lebih tinggi daripada wanita dewasa. Wanita hamil
menunjukkan HCT lebih rendah karena hemodilusi. Di tempat yang tinggi,
jumlah sel darah merah menjadi tinggi karena hipoksia persisten; karenanya,
penghuni dataran tinggi menunjukkan HCT yang lebih tinggi. Variasi
metodologis dapat memberikan penyimpangan minor HCT yang diuji untuk
sampel yang sama. Dalam metode hematokrit makro, ada peningkatan jumlah
plasma yang terperangkap (sekitar 2%) dalam RBC yang dikemas, yang dapat
memberikan HCT lebih tinggi. Faktor ini menjadi diminimalkan dalam metode
microhematocrit, di mana jumlah plasma yang terperangkap kurang karena
diameter tabung kapiler kurang dari tabung hematokrit Wintrobe. Darah yang
dikumpulkan dari berbagai sumber juga dapat menunjukkan variasi. Darah vena
menunjukkan HCT lebih tinggi daripada darah arteri. Namun, tidak ada
perbedaan dalam HCT antara darah vena dan darah tusukan jari. (Mondal, 2019)

Penanganan darah harus dilakukan dengan pemeliharaan tindakan


pencegahan aseptik yang tepat. Darah yang terkumpul harus diuji sesegera
mungkin setelah pengumpulan. Penyimpanan berkepanjangan pada suhu kamar
akan menghasilkan perubahan dalam bentuk sel darah merah karena
metabolisme. Setelah sekitar 6 jam, kemungkinan hemolisis meningkat, yang
akan memberikan hasil yang keliru. Dalam metode hematokrit makro,
pengarsipan tabung hematokrit Wintrobe membutuhkan perawatan yang
tepat. Dalam metode microhematocrit, penyegelan tabung kapiler harus aman
untuk mencegah kebocoran. Mesin centrifuge tidak boleh dibuka selama
pengujian untuk menghindari hasil yang salah. Peluang kesalahan dalam hasil
akan meningkat jika sentrifugasi terganggu. Segera setelah rotasi selesai, operator
tidak boleh membuka tutupnya sampai setelah penghentian rotasi
sepenuhnya. Untuk menggunakan kembali tabung hematokrit Wintrobe,
pembersihan yang tepat diperlukan karena setiap partikel asing di dalam tabung
akan dihitung baik dalam kolom RBC atau kolom plasma (Mondal, 2019)

Tinggi rendahnya kadar HCT dapat mengindikasikan adanya gangguan pada


pasien gangguan yang bisa terjadi jika kadar HCT rendah adalah anemia
sedangkan jika kadar HCT lebih tinggi dari normal bisa diindikasikan pasien
mengalami gangguan polisitemia.

Hematokrit rendah, atau yang dikenal juga dengan istilah anemia,


merupakan pertanda dari berbagai jenis gangguan pada area tubuh yang berbeda
pula. Beberapa kondisi yang ditandai dengan rendahnya level hematokrit rendah,
antara lain:

1. Anemia defisiensi besi, anemia defisiensi B12 dan folat


2. Penyakit peradangan kronis
3. Pendarahan internal atau organ di dalam tubuh.
4. Anemia hemolitik
5. Gagal ginjal
6. Penyakit tulang sumsum
7. Limfoma
8. Anemia sel sabit
9. Leukemia
10. Thalassemia
Selain berbagai kondisi di atas, kadar hematokrit juga bisa dipengaruhi oleh
kehamilan, transfusi darah, kehilangan banyak darah dalam jumlah banyak
(misalnya akibat pendarahan), atau tinggal di dataran tinggi. Dokter biasanya
akan mencocokkan hasil tes hematokrit dengan hasil tes darah lainnya dan
pemeriksaan fisik berikut gejala yang dialami, sebelum menentukan diagnosis.

Jika kadar hematokrit menurun sedikit dari rentang normal dan orang tersebut
tidak memiliki keluhan , biasanya dokter hanya akan melakukan observasi.
Namun, apabila level hematokrit rendah yang terjadi disebabkan oleh anemia,
dokter akan merekomendasikan pengobatan yang sesuai dengan penyebab
anemia, misalnya dengan memberikan tambahan suplemen zat besi, mengobati
luka atau infeksi, hingga mengangkat kanker yang ada di usus. Tentunya
pengobatan ini didahului dengan pemeriksaan fisik dan penunjang yang tepat oleh
dokter.

Begitu juga dengan penyakit lain yang menyebabkan hematokrit rendah,


dokter akan menyesuaikan penanganan kondisi ini dengan penyebabnya. Pada
kondisi tertentu seperti penyakit demam berdarah dengue, pemeriksaan
hematokrit dan darah lengkap disertai tanda vital penting untuk dipantau secara
berkala guna menilai kondisi penderita.

Hasil pemeriksaan darah dengan hematokrit rendah bisa mengandung


banyak arti. Menyampaikan gejala dan riwayat kesehatan yang pernah Anda atau
keluarga alami akan membantu dokter menentukan diagnosis yang tepat. Dokter
juga mungkin akan melakukan pemeriksaan tambahan untuk memastikan
penyebab rendahnya hematokrit serta ada tidaknya gangguan kesehatan lain.

Polisitemia adalah suatu keadaan yang ditandai oleh peningkatan


abnormal sel darah, terutama sel darah merah, disertai peningkatan konsentrasi
hemoglobin perifer. Keadaan ini harus dibedakan dengan polisitemia relatif, di
mana terjadi peningkatan hemoglobin yang tidak disertai peningkatan jumlah sel
darah merah, misalnya karena dehidrasi dan luka bakar. (Tefferi 2019)
Berdasarkan penyebabnya, polisitemia dapat dibagi menjadi polisitemia
vera (primer) dan polisitemia sekunder(Srikanth,2019). Polisitemia vera adalah
gangguan sel punca yang ditandai dengan kelainan sumsum tulang
panhiperplastik, maligna, dan neoplastik. Pada polisitemia vera, akan didapatkan
peningkatan massa sel darah merah akibat produksi yang tidak terkontrol.
Peningkatan ini juga diikuti dengan peningkatan produksi sel darah putih
(myeloid) dan platelet (megakariotik) akibat klon abnormal sel punca
hematopoietik (Aljabry, 2018).

Polisitemia sekunder adalah peningkatan jumlah sel darah merah akibat


suatu penyakit dasar. Polisitemia sekunder lebih cocok disebut sebagai
eritrositosis atau eritrositemia sekunder (Srikanth, 2018). Sedangkan istilah
polisitemia biasanya mengarah pada polisitemia vera. Jenis ini biasanya dipicu
oleh keadaan hipoksemia kronis, seperti pada emfisema dan penyakit jantung
bawaan sianotik, yang menyebabkan peningkatan produksi eritropoietin di ginjal
(Tefferi, 2017).

Gejala yang muncul pada polisitemia vera bersifat tidak spesifik. Keluhan
yang berhubungan dengan polisitemia antara lain mudah lelah, sesak napas, nyeri
dada, nyeri abdomen, pandangan kabur, pusing, nyeri kepala, pruritus, dan early
satiety.
X. SIMPULAN
Pada hasil pengamatan yang saya dapatkan setelah melakukan praktikum
pada pasien atas I Wayan Suralaga yang berumur 58 tahun dan berjenis kelamin
laki-laki sebagai berikut pada pemeriksaan mikrometode didapatkan hasil 18% di
mana hal ini menunjukkan hasil penghitungan hematokrit di bawah normal.
Sedangkan pada hasil makrometode didapatkan hasil sebesar 34,5 % di mana hal
ini menunjukkan hasil penghitungan hematokrit di bawah normal. Perbedaan hasil
ini kemungkinan terjadi karena kurangnya homegenitas sampel sehingga pada
pemeriksaan micrometode lebih rendah daripada macrometode. Selain dari pada
itu hasil pemeriksaan pasien yang di mana nilai HCT di bawah normal sehingga
dapat di simpulkan pasien mengalami anemia.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil pembacaan hematocrit
baik dari invivo dan invitro.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J.2000.Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.


Dacie, Lewis, 2010. Practical Haematology. 9th ed. Churchill Livingtone. 391- 413.
DepKes RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasional 2004, Jakarta.
Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama

Febianty, N,. 2013 Perbandingan Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Dengan


Menggunakan Metode Sahli dan Autoanalyzer Pada Orang Normal

Gandasoebrata, R 2010. Penuntun Laboratorium Klinik . Cetakan Keenambelas Dian


Rakyat, Jakarta.

Gibson RS. 2005. Principle of Nutritional Assessment. Oxford University Press. New
York

Guyton, 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran ECG.

Hoffbrand,dkk., 2005. Kapita Selekta HaemOotologi. Edisi 4. EGC Penerbit Buku


Kedokteran. Jakarta. hlm. 1-3.

Indah,dkk., 2015. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kadar Hematokrit Mikro Pada


Darah yang Mengandung Antikoagulansia Dengan Darah Segar Tanpa
Antikoagulansia.

Joyce, LeFever. (2007) Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Edisi 6.


Jakarta : EGC.

Keohane C, McMullin MF, Harrison C. The diagnosis and management of


erythrocytosis. BMJ 2013; 347:f6667. doi: https: //doi.org /10.1136 /bmj.f6667
Kiswari, Agung. 2005. Hematologi dan Transfusi. Erlangga. Jakarta

Kiswari,. 2014 Hematologi dan Transfusi. Jakarta


Mahode, A.A., Lestari, E., Chairlan. 2011.Pedoman Teknik Dasar Laboratorium
Kesehatan. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Mondal H, Budh DP. Hematocrit (HCT) [Diperbarui 2019 Juni 3]. Dalam: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019 Jan-. Tersedia dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542276/

National Anemia Action Council. 2009 Anemia in Adolescents : The Teen Scene.

Nugraha, Gilang (2015) Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar.


Jakarta: CV Trans Info Medika

Nugrahani, I., 2013 Perbedaan Kadar Hemoglobin Sebelum dan Sesudah Menstruasi
Pada Mahasiswa DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Pearce,Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.PT.Gramedia Pustaka


Utama. Jakarta.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Turgeon, Mary Louise. 2007. Clinical
Hematology: theory and prosedures. Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia.

Riswanto., 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta, Alfamedika


dan Kanal Medika.

Sacher, Ronald A dan Richard A. McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil


Pemeriksaan Laboratorium, e/11. Jakarta: EGC.

Sadikin., 2002. Biokimia Darah Edisi ke-1. Jakarta: penerbit Wijaya Medika.

Sloane, E., 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran
(EGC). Jakarta
Sodikin, Muhammad. 2002.Biokimia Darah. Widyamedika. Jakarta.

Srikanth N. Polycythemia Vera. Medscape [Online]. Available from URL:


https://emedicine.medscape.com/article/205114-overview
Aljabry MS. Primary familial and congenital polycythemia; The forgotten entity.
JAppl Hematol 2018;9:39-44. DOI: 10.4103/joah.joah_30_18

Srikanth N. Secondary Polycythemia. Medscape [Online]. Available from URL:


https://emedicine.medscape.com/article/205039-overview

Sujud, dkk., 2015 Perbedaan Jumlah Trombosit Pada Daerah EDTA yang Segera
Diperiksa dan Penundaan Selama 1 Jam Di Laboratorium RSJ Grhasia,
Yogyakarta.

Sunita, 2001. Tiga Fase Penting Pada Wanita. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sutedjo,AY., (2009). Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan


Laboratorium. Yogyakarta : Penerbit Amara Books.
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Tankersley, M.C, McCall, E.R. 2012. Phlebotomy Essentials (4th ed.).

Tefferi A, Barbui T. Polycythemia vera and essential thrombocythemia: 2017 update


on diagnosis, risk-stratification, and management. American Journal of
Hematology, 2016. 92(1): 94–108. doi:10.1002/ajh.24607

Tefferi A. Diagnostic approach to the patient with polycythemia. UpToDate [Online].


Available from URL: https://www. uptodate.com/ contents/diagnostic-approach-
to-the-patient-with-polycythemia#H1
Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta : EGC Wirawan,
R. (2000). Pemantapan Kualitas Uji Hematokrit. Jakarta.

Yusuf, A.R.E. 2009. Laporan Praktikum Pengenalan Alat Biologi.

Anda mungkin juga menyukai