Anda di halaman 1dari 13

Penentuan Kadar Hematokrit

I. Tujuaan :
Menetukan kadar hemaktokrit (% volume eritrosit di dalam darah )
II. Metode :
Mikrohematokrit
III. Prinsip :
Darah di tambah antikoagolan, kemudian disentrifuge dengan kecepatan 10.000-
12.000 rpm selama 5 menit, maka sel darah merah akan terpisah dari plasma.
IV. Dasar Teori :
Darah adalah suatu fluida (yang dinamakan plasma) tempat beberapa bahan
terlarut dan tempat eritrosit, leukosit dan beberapa bahan lain yang tersuspensi.
Sistem peredaran darah terdiri dari jantung(yang merupakan pusat pemompaan
darah), arteri (pembuluh darah dari jantung), kapiler (yang menghubungkan arteri
dengan vena) dan vena (pembuluh darah yang menuju jantung). Sistem peredaran
darah pada ikan disebut sistem peredaran darah tunggal. Yang dimaksud dengan
peredaran darah tunggal adalah dimana darah hanya satu kali saja melewati jantung.
Darah yang terkumpul dari seluruh tubuh masuk ke atrium. Pada saat relaksasi, darah
mengalir pada sebuah katup kedalam ventrikel yang berdinding tebal. Kontraksi dari
ventrikel ini sangat kuat sehingga menyebabkan darah keluar menuju jaringan
kapiler insang lalu dari insang darah mengalir ke jaringan kapiler lain dalam tubuh.
Pertukaran zat-zat pun terjadi pada saat pengaliran darah ini.
Darah berfungsi mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel tubuh, membawa
oksigen ke jaringan-jaringan tubuh, membawa hormon dan enzim ke organ yang
memerlukan. Pertukaran oksigen terjadi dari air dengan karbondioksida terjadi pada
bagian semipermeable yaitu pembuluh darah yang terdapat di daerah insang. Selain
itu, di daerah insang terjadi pengeluaran kotoran yang bernitrogen.
Melalui sel darah, suatu organisme dapat pula diketahui sampai mana organisme
tersebut mengalami pencemaran, baik itu dari media hidupnya dimana kualitas air
tidak memenuhi syarat. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat kita lihat dari presentase
hematokrit yang terkandung dalam darah
Pemeriksaan hematologi merupakan sekelompok pemeriksaan laboratorium
yang terdiri atas beberapa macam pemeriksaan. Pemeriksaan darah rutin meliputi
hemoglobin, jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED).
Pemeriksaan darah khusus meliputi gambaran darah tepi, jumlah eritrosit,
hematokrit, indeks eritrosit, jumlah retikulosit dan jumlah trombosit (Budiwiyono,
dkk, 1995).
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV)
adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara
diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji
ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.
Berdasarkan reprodusibilitas dan sederhananya, pemeriksaan ini paling dapat
dipercaya di antara pemeriksaan yang lainnya, yaitu kadar hemoglobin dan hitung
eritrosit. Dapat dipergunakan sebagai tes penyaring sederhana terhadap anemia.
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah khusus yang
sering dikerjakan dilaboratorium berguna untuk membantu diagnosa berbagai
penyakit diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD), anemia, polisitemia.
Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro. Pada cara
makro digunakan tabung wintrobe, sedangkan pada cara mikro digunakan pipet
kapiler (Wirawan, dkk, 1996).
Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada darah yang dengan
antikoagulan dicentrifuge dalam jangka waktu dan kecepatan tertentu, sehingga sel
darah dan plasmanya terpisah dalam keadaan mapat. Prosentase volum kepadatan sel
darah merah terhadap volume darah semula dicatat sebagai hasil pemeriksaan
hematokrit (Gandasoebrata, 2008).
Untuk pemeriksaan-pemeriksaan hematologi dan pemeriksaan lain yang
menggunakan darah sebagai bahan pemeriksaan, pengambilan darah penderita
(sampling) merupakan awal pemeriksaan yang harus dikerjakan dengan benar karena
akan sangat menentukan hasil pemeriksaan (Purwanto, 1996). Pemeriksaan
hematokrit dapat diukur dengan menggunakan darah vena atau darah kapiler
(Gandasoebrata, 2008). Darah kapiler digunakan bila jumlah darah yang dibutuhkan
hanya sedikit, sedangkan bila jumlah darah yang dibutuhkan lebih dari 0,5 ml lebih
baik menggunakan darah vena (Kiswari dan Agung, 2005).
Lokasi pengambilan darah kapiler pada orang dewasa dipakai ujung jari atau
cuping telinga sedangkan lokasi pengambilan darah vena pada orang dewasa pada
dasarnya semua vena superfisial dapat dipakai namun yang sering digunakan ialah
vena mediana cibiti karena mempunyai fiksasi yang lebih sehingga memudahkan
pada saat sampling (Gandasoebrata, 2008).
Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan
hematology analyzer atau secara manual. Metode pengukuran hematokrit secara
manual dikenal ada 2, yaitu :
1. Metode makrohematokrit
Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau heparin)
dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm dengan
diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian disentrifus selama 30
menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit
yang dinyatakan dalam %.
2. Metode mikrohematokrit
Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin
atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang
mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang
digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel
darah kapiler (langsung), dan yang tanpa antikoagulan (bertanda biru) untuk darah
EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat.
Prosedur pemeriksaannya adalah : sampel darah dimasukkan ke dalam tabung
kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul
(clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm. Tinggi kolom
eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit, nilainya dinyatakan dalam %.
Metode mikrohematokrit lebih banyak digunakan karena selain waktunya cukup
singkat, sampel darah yang dibutuhkan juga sedikit dan dapat dipergunakan untuk
sampel tanpa antikoagulan yang dapat diperoleh secara langsung.
Pada sampling darah vena pemakaian ikatan pembendung yang terlalu lama atau
kuat dapat mengakibatkan hemokonsentrasi. Hemolisis juga dapat terjadi jika spuit
dan jarum yang digunakan basah atau tidak melepaskan jarum spuit terlebih dahulu
ketika memasukkan darah ke dalam botol sampel (Gandasoebrata, 2008). Sampling
darah kapiler lebih mudah dibanding dengan sampling yang lain. Namun tempat
penusukan harus baik, aliran darah lancar dan tidak boleh ada perdangan. Ujung jari
yang ditekan-tekan dapat menyebabkan tercampurnya darah kapiler dengan cairan
jaringan (Purwanto, 1996).
Darah kapiler dan darah vena mempunyai susunan darah berbeda. Packed Cell
Volume (PCV) atau hematokrit, hitung jumlah sel darah merah, hemoglobin pada
darah kapiler sedikit lebih rendah dari pada darah vena (Purwanto, 1996). Total
lekosit dan jumlah netrofil lebih tinggi darah kapiler sekitar 8%, jumlah monosit
sekitar 12%, sebaliknya jumlah trombosit lebih tinggi darah vena dibanding darah
kapiler. Perbedaan sekitar 9% atau 32 % pada keadaan tertentu. Terjadinya ini
mungkin berkaitan dengan adhesi trombosit pada tempat kebocoran kulit (Dacie and
Lewis, 2002).
V. Alat Dan Bahan :
1. Kapiler Hematokrit
2. Leading Device (kalkulator)
3. Creatoseal
4. Darah Heparin / Darah EDTA
5. Alat untuk mengambil darah

VI. Prosedur Kerja :
Metode : Mikrohematokrit
1. Darah dimasukkan kedalam kapiler hematokrit sampai

sampai

dari
pipa kapiler.
2. Salah satu ujung dari pipa kapiler ditutup dengan creatoseal.
3. Pipa kapiler yang telah ditutup salah satu ujungnya dengan creatoseal diputar
atau disentrifuge dengan kecepatan 10.000-12.000 rpm selama 5 menit.
4. Volume hematokrit dihitung ( dibaca ) dengan menggunakan reading device
(kalkulator hematokrit).
VII. Nilai Rujukan :
Dewasa pria : 40 - 52 %
Dewasa wanita : 35 - 47 %
Bayi baru lahir : 44 - 72 %
Anak usia 1 - 3 tahun : 35 - 43 %
Anak usia 4 - 5 tahun : 31 - 43 %
Anak usia 6-10 tahun : 33 - 45 %


VIII. Hasil Pengamatan :
1. Tinggi darah dalam tabung : 3 ml
2. Di centrifugasi selama 5 menit
3. Tinggi hematokrit dalam sampel 38 %
4. Tinggi plasma dalam sampel 62%

IX. Pembahasan :
Dari pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai plasma darah
sebesar 62 dan sel darah merah sebesar 38. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
diketahui bahwa nilai hematokrit pada per-cobaan di atas termasuk kedalam nilai
hematokrit normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992) yang
menyatakan bahwa nilai hematokrit normal pada laki-laki adalah 42% dan pada
wanita 38%.
Faktor faktor yang mempengaruhi nilai hematokrit adalah jenis kelamin,
spesies, jumlah sel drah merah dimana jumlah sel darah merah pada pria lebih
banyak jika dibandingkan dengan wanita, apabila jumlah sel darah merah meningkat
atau banyak maka jumlah nilai hematokrit juga akan mengalami peningkatan,
aktivitas dan keadaan pagositosia. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1999),
bahwa ketinggian tempat juga mempengaruhi nilai hematokrit, karena pada tempat
yang tinggi seperti pegunungan kadar oksigen dalam udara berkurang sehingga
oksigen yang masuk kedalam paru-paru berkurang, oleh karena itu supaya terjadi
keseimbangan maka sumsum tulang belakang memproduksi sel-sel darah merah
dalam jumlah yang banyak.
X. Kesimpulan :

Jadi peraktikum kali ini di
dapatkan nilai hematokrit dari
sampel Sdr. Nurul sebesar
39%.



Plasma
Buffycoat
PCV (padatan Eritrosit)
Creatoseal
Gambar : Pembacaan Kadar Hematokrit
dalam sampel darah
( Sumber : www. google.co.id )
Gambar : Hasil Pembacaan Kadar Hematokrit menggunakan Reading Device
( Sumber : www.google.co.id )
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Eritrosit. [Online].Tersedia: http://cattiecuttie290.blogspot.com
(di akses pada 10 Juni 2014)
Frandson, R. D. 1992. Anatomi danFisiologi Ternak. Gadjah MadaUniversity Press,
Yogyakarta.
Koasih. 1990. Biologi Edisi Ke Lima.Alumni, Bandung.Oktia. Ilmu Kebidanan Edisi
Ketiga. BinaPustaka Indonesia, Jakarta.
Sonjaya, H. 2013. Bahan Ajar FisiologiTernak Dasar. Fakultas Peter-nakan.
Universitas Hasanuddin,Makassar.





































HITUNG JUMLAH ERITROSIT
I. Tujuan :
Menghitung jumlah eritrosit per mm
3
darah.
II. Metode :
Manual ( menggunakan bilik hitung improve Neubauer )
III. Prinsip :
Darah EDTA ditambahkan larutan Hayem ( larutan isotonis ) maka sel darah
selain eritrosit akan dilisiskan. Darah diencerkan 200 x dan sel eritrosit dihitung pada
5 bidang sedang di tengah pada kamar hitung Improved Neubauer.
IV. Dasar Teori :
Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa
Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel). Eritrosit
merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Setiap mm kubiknya darah pada seorang
laki-laki dewasa mengandung kira-kira 5 juta sel darah merah dan pada seorang
perempuan dewasa kira-kira 4 juta sel darah merah. Eritrosit mempunyai bentuk
bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah 7,5 uM dan tidak berinti. Warna
eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah karena dalam sitoplasmanya
terdapat pigmen warna merah berupa hemoglobin.
Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat
mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang,
dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewatipembuluh kapiler. Warna merah
sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya
adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang,
lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak
terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya
dihancurkan.
Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah.
Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode,
yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung
leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar
daripada hitung leukosit. Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan
dalam larutan isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah
hemolisis. Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian
dirombak di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin
dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang memberi warna empedu. Zat besi hasil
penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, selanjutnya digunakan untuk
membentuk eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada 200.000 eritrosit yang dibentuk
dan dirombak. Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah eritrosit secara keseluruhan.
Peningkatan eritrosit dapat meyebabkan polisitemia era, hemokonsentrasi,
hipertensi , penyakit kardiovaskuler. Salah satu penyakit akibat peningkatan eritrosit
adalah hipertensi, hipertensi tidak menimbulkan gejala meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah
sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang
bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati,
bisa timbul gejala berikut:
Sakit kepala
Kelelahan
Mual
Muntah
Sesak napas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal.
Penurunan eritrosit dapat mengakibatkan kehilangan darah (perdarahan),
anemia, leukemia, infeksi kronis, mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih,
gagal ginjal kronis, kehamilan, hidrasi berlebihan.
V. Alat dan Bahan :
Alat
Hemositometer
Pipet Thoma
Bilik Hitung Improve
Neubauer
Mikroskop
Spuit
Torniquet
Aliquot
Tabung Reaksi
Bahan
Sampel : Darah EDTA ( Darah vena + Na EDTA dengan perbandingan 4:1 )
Larutan Hayem :
1. Na
2
SO
4

2. NaCl
3. MgCl
2

4. Aquadest
VI. Prosedur Kerja :
Menggunakan Pipet Thoma
1. Darah EDTA dipipet sampai 0,5 ml
2. Larutan Hayem dipipet sampai angka 101 ( pengenceran 200x )
3. Dengan cara dibolak-balik membentuk angka 8 larutan dihomogenkan
sebanyak 25x
4. Larutan 3-4 tetes dibuang ( karena 0-0,5 ml hanya berisi reagen saja )
5. Pada bilik hitung yang telah disiapkan larutan di teteskan.
6. Sel darah merah ( eritrosit ) dihitung pada 80 kotak kecil (

mm X


mm ) menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x ( lensa okuler 10 dan
lensa objektif 40 )
Menggunakan Tabung
1. Larutan Hayem dipipet sebanyak 2000L, lalu dibuang 10L ( atau dipipet
larutan hayem sebanyak 1990L ) dan dimasukkan kedalam tabung.
2. Darah EDTA dipipet sebanyak 10L dan dimasukkan kedalam tabung yang
berisi larutan Hayem.
3. Dengan cara sedot sembur larutan dihomogenkan.
4. Setelah dihomogenkan, darah yang telah diencerkan dipipet dan diteteskan ke
bilik hitung.
5. Di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x ( lensa okuler 10 dan lensa
objektif 40 ) Eritrosit dihitung.
VII. Nilai Rujukan :
Nilai eritrosit normal untuk pria : 4,5 6 juta / mm
3
darah
Nilai eritrosit normal untuk wanita : 4 5,5 juta / mm
3
darah




VIII. Hasil Pengamatan :


Sampel : Darah vena Sdr. Nurul
Pengenceran : 200x















IX. Perhitungan :
Rumus Pengenceran





Pengenceran 200x
1 7 5 1
3 6 6 1
3 6 4 3
2 3 1 3
3 3 9 6
5 4 5 8
6 5 3 6
5 2 6 3
5 8 7 11
9 3 3 9
8 6 6 6
6 5 1 5
3 5 7 2
2 2 4 2
4 4 3 5
7 3 2 5
4 5 4 3
3 5 3 -
1 2 8 3
5 4 4 3
Gambar : Bilik Hitung Improved Neubauer
( Sumber : www.google.co.id )
Jumlah = 55 Jumlah = 79
Jumlah = 98
Jumlah = 60
Jumlah = 52
Jumlah N total = 344 sel
Rumus Koreksi Volume




KV =



Rumus Hitung Jumlah Eritrosit






X. Pembahasan :
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh, maka
hasil jumlah sel darah merah sebesar 3.440.000/mm
3
.
Dari data di atas diketahui bahwa jumlah sel darah merahnya tidak normal,
dimana jumlah sel darah merah yang normal pada wanita adalah 4.000.000/mm
3
-
5.500.000/mm
3
, hal tersebut dapat disebabkan karena aktivitas tubuh praktikan yang
padats ehingga memiliki waktu istirahat yang tidak cukup. Hal ini tidak sesuai
dengan pendapat Frandson (1999), yang menyatakan bahwa sel darah merah
merupakan bagian utama dari komponen darah, dimana setiap milimeter kubik pada
darah pria dewasa mengandung 5.200.000 mm
3
sel darah merah, sedangkan pada
wanita yaitu 4.700.000 mm
3
dimana jumlah sel darah merah ini berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dan juga mempertahankan suhu tubuh. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah eritrosit seseorang terdiri atas: jenis kelamin, dimana
jumlah eritrosit pada seorang perempuan lebih sedikit dibandingkan laki-laki, hal ini
terkait siklus menstruasi. Usia seseorang, pembentukan eritrosit pada manusia akan
dibentuk sampai pada usia 5 tahun pada sumsum tulang panjang dan pada usia 20
tahun sumsum tulang panjang tidak lagi menghasilkan. Ketinggian tempat, pada
daerah yang tinggi, kadar oksigen dalam udara berkurang. Untuk memenuhi
keperluan oksigen dalam jaringan, produksi eritrosit harus dipercepat.

XI. Kesimpulan :
Jadi pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa jumlah eritrosit yang
didapatkan dari sampel darah Sdr. Nurul sebanyak 3,44 juta/mm
3



























DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Eritrosit. [Online].Tersedia: http://cattiecuttie290.blogspot.com
(di akses pada 10 Juni 2014)
Frandson, R. D. 1992. Anatomi danFisiologi Ternak. Gadjah MadaUniversity Press,
Yogyakarta.
Koasih. 1990. Biologi Edisi Ke Lima.Alumni, Bandung.Oktia. Ilmu Kebidanan Edisi
Ketiga. BinaPustaka Indonesia, Jakarta.
Sonjaya, H. 2013. Bahan Ajar FisiologiTernak Dasar. Fakultas Peter-nakan.
Universitas Hasanuddin,Makassar.

Anda mungkin juga menyukai