Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

HEMATOLOGI
“PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP DAN PENGUKURAN
LAJU ENDAP DARAH”

OLEH :
PUTU PRAMI PRADNYANI
1603051001

PROGRAM STUDI ANALIS KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2018
I. Judul
Pemeriksaan Darah Lengkap dan Pengukuran Laju Endap Darah

II. Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara
pemeriksaan darah lengkap dan pengukuran laju endap darah.

III. Metode
Pemeriksaan darah lengkap menggunakan metode Automatic Analyzer
(fotometer), sedangkan pengukuran laju endap darah menggunakan metode
Westergren.

IV. Prinsip
Pemeriksaan darah lengkap:
Sampel darah dicampur antikoagulan EDTA kemudian dilakukan
perhitungan jumlah sel-sel darah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, indeks
eritrosit, hitung jenis leukosit dengan alat automatic analyzer yaitu Mindrary BC
2800 hematology analyzer.
Pengukuran laju endap darah:
Sampel darah dibubuhi antikoagulan dan diisap kedalam pipet westergren
yang diposisikan tegak. Eritrosit akan mengendap dan lapisan plasma akan berada
diatasnya. Tinggi kolom plasma yang diukur 1 jam sesudahnya, menunjukkan laju
pengendapan eritrosit.

V. Dasar Teori
Darah merupakan cairan penopang kehidupan yang terdiri dari plasma, sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan platelet. Darah beredar
melalui jantung, arteri, kapiler, dan kapiler membawa nutrisi, elektrolit, hormon,
vitamin, antibodi, panas, dan oksigen ke jaringan dan kembali membawa zat
limbah dan karbon dioksida. Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua
belas berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah,
sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah (Ulti, 2016). Darah biasanya digunakan
untuk melihat suatu penyakit yang terdapat di dalam tubuh. Untuk menganalisis
penyakit yang ada dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan pengukuran laju
endap darah.
Pemeriksaan darah lengkap (Complete blood count /CBC) yaitu suatu jenis
pemeriksaan penyaring untuk menunjang diagnose suatu penyakit dan atau untuk
melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Selain itu, pemeriksaan
ini juga sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien
yang menderita suatu penyakit infeksi. Pemeriksaan darah lengkap terdiri dari
beberapa jenis parameter pemeriksaan yaitu, hemoglobin, hematokrit, leukosit,
trombosit, eritrosit, indeks eritrosit (MCV,MCH,MCHC), hitung jenis leukosit dan
laju endap darah (LED) (Riswanto, 2013).
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi
sebagai media transport oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan membawa
karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat
dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah (Sianny, dkk., 2015).
Hematokrit adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dan
dimampatkan dengan jalan sentrifugasi dalam waktu tertentu dan pada kecepatan
tertentu. Hematokrit menunjukan persentase sel darah merah tehadap volume
darah total (Sianny, dkk., 2015).
Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam memerangi
infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri ataupun proses metabolik toksin.
Leukosit bertanggungjawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh.
Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang yang
kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang
kekurangan leukosit menderita penyakit leucopenia (Marya, 2016).
Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi membantu
dalam proses pembekuan darah dan menjaga integrasi vaskuler. Beberapa
kelainan dalam morfologi trombosit antara lain giant platelet (trombosit besar)
dan platelet clumping (trombosit bergerombol). Kadar trombosit yang rendah
biasanya disebut trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus demam
berdarah, idiopatik trombositopenia purpura (ITP), dan supresi sumsum tulang
(Marya, 2016).
Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah yang paling
banyak ditemukan. Eritrosit berfungsi sebagai pengangkut/ pembawa oksigen dari
paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan membawa karbondioksida dari
seluruh tubuh ke paru-paru. Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun
organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung
hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam
penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit
anemia. Indeks eritrosit biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis
penyebab anemia. MCV yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan
dalam femtoliter. MCH yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit dengan satuan
pikogram. MCHC yaitu kadar hemoglobin yang didapat per eritrosit, dinyatakan
dalam persen (%) atau gr/ dL (Marya, 2016).
Laju endap darah (LED) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah
yang belum membeku dengan satuan mm/ jam. LED merupakan uji yang tidak
spesifik. Perbedaan hasil LED tergantung pada kondisi fisiologis, seperti tingkat
protein plasma dan hematokrit. Selain itu, LED merupakan indikator RBC (Red
Blood Cell) agregasi dan vsikositas darah pada kondisi laju geser rendah
(Riswanto, 2013).
VI. Peralatan
No. Nama Alat Fungsi Keterangan
1. Handscoon Untuk melindungi tangan
petugas, dan menghidari
peyebaran penyakit dari pasien
ke petugas maupun dari petugas
ke pasien. Peralatan umum
2. Masker Menutup mulut untuk
mengurangi infeksi.
3. Tabung tutup Digunakan sebagai penampung
ungu sampel. Tabung ini telah berisi
antikoagulan.
4. Roller mixer Untuk menghomongenkan
sampel darah agar bercampur
rata dengan antikoagulan,
sehingga tidak terjadi
pembekuan darah.
Peralatan untuk
5. Mindrary BC Jenis dari automatic
pemeriksaan darah
2800 analyzer yang berfungsi untuk
lengkap
hematology mendeteksi hemoglobin,
analyzer hematokrit, leukosit, trombosit,
eritrosit, indeks eritrosit
(MCV,MCH,MCHC), dan
hitung jenis leukosit.
6. Pipet Alat untuk pemeriksaan laju
Westergren endap darah berdasarkan
ketinggian plasma dalam Peralatan untuk
mm/jam. pengukuran laju endap
7. Rak Untuk menempatkan pipet darah
Westergren Westergren pada pemeriksaan
LED dalam vertika.

VII. Reagensia

 Sampel darah
 Larutan NaCl 0.85%

VIII. Cara Kerja


1. Siapkan peralatan dan reagen yang digunakan.
2. Alat pelindung diri seperti masker dan handscoon.
3. Sampel darah ditampung dalam tabung vacum tutup ungu yang telah berisi
anti koagulan.
4. Sampel darah dalam tabung dihomogenkan dengan menggunakan alat
roller mixer.
5. Setelah sampel homogen, sampel dianalisis dengan menggunakan alat
Mindrary BC 2800 hematology analyzer.
6. Selanjutnya sampel darah tersebut digunakan untuk pengukuran laju endap
darah (LED).
7. Larutan NaCl 0,85 % dipipet sebanyak 50 mm dengan menggunakan pipet
Westergreen dan bantuan spuit, kemudian dipindahkan ke dalam tabung
reaksi.
8. Sampel darah dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi NaCl
0,85 % dengan menggunakan pipet Westergreen dan bantuan spuit yang
tadi.
9. Campuran darah dan NaCl 0,85 % dihomogenkan dengan baik.
10. Campuran tersebut dipipet ke dalam pipet Westergreen sampai garis tanda
0 mm, kemudian pipet berisi campuran tersebut didiamkan dalam sikap
tegak lurus dalam rak Westergreen selama 60 menit.
11. Tingginya lapisan plasma yang berada diatas lapisan eritrosit yang
mengendap dibaca dengan milimeter dan angka tersebut dilaporkan
sebagai LED.
IX. Hasil dan Pembahasan
9.1 Hasil
Hasil analisi yang diperoleh dilampirkan pada lampiran 1.

9.2 Pembahasan
Pemeriksaan darah lengkap di Laboratorium Hematologi RSUD Buleleng
menggunakan alat automatic analyser yaitu Mindrary BC 2800 hematology
analyzer seperti gambar 1. Parameter yang dapat diperiksa adalah WBC (White
Blood Cell) seperti neutrofil, Limposit, Monosit, Basofil dan Eosinofil, RBC (Red
Blood Cell), HGB (Hemoglobin), HCT (Hematokrit), MCV, MCH, MCHC, RDW,
PLT dan MPV. Sedangkan untuk pengukuran laju endap darah menggunakan
metode Westergreen.

Gambar 1. Alat automatic analyzer jenis Mindrary BC 2800 hematology


analyzer.
Semua parameter yang dianalisis dengan alat Mindrary BC 2800
hematology analyzer langsung dianalisis oleh alat tersebut. Praktikan hanya
menunggu hasil yang langsung dikeluarka alat tersebut melalui komputer yang
tersambung ke alat. Sedangkan pengukuran laju endap darah pada praktikum ini
menggunakan metode Westergreen
Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah darah vena dengan
antikoagulan EDTA. Alasan digunakannya antikoagulan EDTA (ethylene diamine
tetra acetate) karena, sebagai garam natrium atau kaliumnya, garam-garam
tersebut dapat mengubah ion kalsium (Ca2+) dari darah menjadi bentuk yang
bukan ion sehingga mencegah terjadinya penggumpalan. Tiap 1 mg EDTA dapat
mencegah membekunya 1 ml darah. Antikoagulan ini sangat cocok digunakan
untuk pemeriksaan hematologi seperti pemeriksaan darah lengkap dan
pengukuran laju endap darah pada darah manusia. Pemeriksaan sampel dengan
antikoagulan EDTA harus dilakukan segera setelah darah dimasukkan ke dalam
tabung, namun jika pemeriksaan terpaksa harus ditunda, maka sampel dapat

diletakkan pada lemari es dengan suhu 4°C dalam waktu 24 jam. Jika tidak, maka
akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Pengukuran laju endap darah dengan metode Westergreen dilakukan dengan
menggunakan pipet Westergreen, rak Westergreen, dan Natrium sitrat 3,8 %
sebagai antikoagulan sekaligus pengencer seperti gambar 2. Namun pada
praktikum ini Natrium sitrat 3,8 % digantikan dengan Natrium Klorida (NaCl)
0,85 %. Digunakannya NaCl karena sampel darah vena yang digunakan telah
ditampung dalam tabung ungu yang berisi antikoagulan EDTA, sehingga telah
terjadi pengenceran darah dengan antikoagulan tersebut. Jika tetap digunakan
Natrium sitrat 3,8 % maka akan terjadi pengenceran darah berlebih karena
Natrium sitrat merupakan salah satu jenis antikoagulan, sehingga dapat
mempengaruhi hasil pengukuran laju endap darah. Selain itu, larutan Natrium
klorida (NaCl) juga berfungsi untuk membuat campuran menjadi isotonik karena
NaCl memiliki pH netral (7,0). Isotonik adalah keadaan dimana konsentrasi zat
terlarut yang ada di dalam dan diluar sel sama. Keadaan isotonik dibuat untuk
menghindari terjadinya kerusakan pada sel – sel darah terutama sel darah merah
seperti terjadinya lisis (pecah) atau krenasi (mengkerut).

Gambar 2. Pengukuran laju endap darah.


Perbandingan darah vena dengan NaCl yang digunakan adalah 4 : 1, yaitu
200 mm darah vena dengan 50 mm NaCl. Sebanyak 50 mm NaCl yang telah
diukur dengan pipet Westergreen dipindahkan ke dalam tabung. Kemudian
sebanyak 200 mm darah vena dimasukkan ke dalam tabung tersebut dan
dilakukan penghomogenan. Campuran yang telah homogen dipipet ke dalam pipet
Westergreen sampai tanda batas 0 mm dan kemudian diletakkan secara vertikal
pada rak Westergreen selama 1 jam. Pipet Westergreen harus diletakkan secara
vertikal pada rak Westergreen agar tidak mempengaruhi kecepatan pengendapan
eritrosit. Karena semakin besar kemiringan penempatan pipet maka kecepatan
pengendapannya akan semakin tinggi sehingga hasil yang didapatkan tidak tepat.
Pengukuran LED dilakukan selama 1 jam karena kecepatan pengendapan eritrosit
melewati 3 fase yang masing – masing memiliki waktu tertentu. Fase – fase
tersebut yaitu, fase pembentukan rouleaux, fase pengendapan, dan fase
pemadatan. Jika waktu pengukuran kurang dari 1 jam maka fase – fase tersebut
tidak akan tercapai dengan baik, sedangkan jika waktu pengukuran tidak tepat.
Setelah 1 jam, ketinggian lapisan plasma yang terbentuk dibaca dalam satuan
mm/jam dan dilaporkan sebagai nilai laju endap darah (LED).
Pengukuran nilai laju endap darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Kemampuan eritrosit membentuk rouleaux. Rouleaux adalah gumpalan sel – sel
darah merah yang disatukan bukan oleh antibodi atau ikatan kovalen, tetapi
semata – mata oleh gaya tarik permukaan.
2. Luas permukaan/ukuran eritrosit, semakin luas permukaan suatu eritrosit maka
LED semakin meningkat.
3. Bentuk eritrosit, sel sabit gagal membentuk rouleaux sehingga LED nya rendah.
4. Rasio eritrosit terhadap plasma, pada anemia LED meningkat, sedangkan pada
polisitemia LED rendah.
5. Konsentrasi makromolekul dalam plasma, peningkatan kadar globulin atau
fibrinogen menyebabkan peningkatan pembentukan rouleaux sehingga
pengendapan eritrosit juga lebih cepat.
6. Viskositas (kekentalan) plasma, viskositas plasma yang tinggi menetralkan
tarikan ke bawah atau gumpalan sel – sel darah merah sehingga kecepatan
pengendapan berkurang.
7. Faktor teknis
- Letak posisi pipet, pipet yang diletakkan miring meningkatkan kecepatan
pengendapan eritrosit.
- Penampang pipet, makin besar diameter pipet, makin tinggi LED.
- Temperature, makin tinggi suhu, makin tinggi LED.
- Kelebihan antikoagulan dapat menyebabkan penurunan LED.

X. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa analisis WBC (White Blood
Cell) seperti neutrofil, Limposit, Monosit, Basofil dan Eosinofil, RBC (Red Blood
Cell), HGB (Hemoglobin), HCT (Hematokrit), MCV, MCH, MCHC, RDW, PLT
dan MPV dapat diukur dengan metode automatica analyzer dengan alat Mindrary
BC 2800 hematology analyzer dan nilai laju endap darah (LED) dapat diukur
dengan menggunakan metode Westergreen.

XI. Daftar Pustaka


Marya, Ulfa Karina. 2016. Pengambilan Darah Kapiler Dan Darah Vena.
Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.
Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta : Alfa Media
dan Kanal Media.
Sianny, dkk. 2015. Penuntun Praktikum Hematologi. Denpasar : Politeknik
Kesehatan Denpasar Jurusan Analis Kesehatan.
Ulti, Iskandar Assyfa. 2016. Pengambilan Sampel Darah. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Anda mungkin juga menyukai