Judul
Hematologi: Profil Eritrosit dan Profil Leukosit
II. Tujuan
1. Mengetahui profil eritrosit dan leukosit.
2. Mempelajari cara menghitung jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, jumlah leukosit,
dan penentuan persentase leukosit differensial.
3. Mengetahui kisaran normal jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, jumlah leukosit dan
persentase leukosit differensial dengan hasil percobaan.
4. Mengetahui kemungkinan sebab dan akibat jika jumlah eritrosit, kadar jumlah
leukosit, dan persentase leukosit differensial lebih tinggi atau lebih rendah dari kisaran
normal.
5. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah eritrosit, kadar
hemoglobin, jumlah leukosit, dan persentase leukosit differensial.
hemopoietik dalam sumsum tulang. Vitamin B12 dan asam folat mempengaruhi eritropoiesis
pada tahap pematangan akhir dari eritrosit.Sedangkan hemolisis dapat mempengaruhi jumlah
eritrosit yang berada dalam sirkulasi (Meyer dan Harvey 2004).
Hemoglobin merupakan protein yang mengandung zat besi dan memiliki afinitas
terhadap oksigen untuk mmebentuk oksihemaglobin didalam eritrosit. Dari mekanisme
tersebut dapat berlangsung proses distribusi oksigen dari pulma menuju jaringan (Pearce,
2002).
Kurang dari 1 % darah manusia adalah leukosit. Ukuran leukosit lebih besar daripada
eritrosit. Leukosit tidak mengandung haemoglobin, memiliki nucleus dan pada dasarnya
dijumpai dalam keadaan tidak berwarna (Kimball, 1993).
Ada 2 macam tipe leukosit yaitu granular dan agranular. Granulosit adalah leukosit
sirkular dan memiliki granule pada sitoplasmanya. Sedangkan agranulosit tidak memiliki
granule pada sitoplasmanya. Granulosit terdiri atas 3 tipe yaitu sel metrofil, dimana paling
banyak dijumpai, mewarnai dirinya dengan pewarna netral atau campuran pewarna asam basa
dan tampak berwarna ungu; sel eusinofil, dimana sel ini sedikit dijumpai, penyerap warna
yang bersifat asam atau eosin dan kelihatan merah; sel basofil yang menyerap pewarna basa
dan menjadi biru. Sedangkan agranulosit terdiri atas monosit, yang berfungsi untuk menutup
daerah luka, membungkus dan memfagosit setelah netrofil dan basofil (Pearce, 2002).
Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Luekosit ini
sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit dan monosit serta sedikit limfosit) dan
sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini
diangkut dalam darah menuju
sesungguhnya dari sel darah putih ialah bahwa kebanyakan ditranspor secara khusus ke
daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius, jadi, menyediakan pertahanan yang
cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius yang mungkin ada (Guyton, 1997).
Monosit dan neutrofil adalah fagosit, yang menelan dan mencerna bakteri dan
serpihan sel- sel mati dari tubuh. Sel darah putih menghabiskan sebagian besar waktu di luar
system sirkulasi, berkeliling di dalam cairan interstitial dan system limfatik untuk melawan
pathogen (Campbell, 2008).
Mikroskop
Hand counter
Larutan Hayem
Haemometer
Pipet tetes
Batang pengaduk
Pipet haemoglobin
HCl 0,1 N
Aquadest
Mikroskop
Hand counter
Larutan turk
4. Alat dan Bahan yang digunakan pada Hemogram (Penentuan persentase leukosit
differensial)
-
Hand counter
Rak pewarnaan
Pipet tetes
Gelas benda
Larutan turk
Pemulas Giemsa 3%
Metanol
B. Cara Kerja
1. Cara kerja perhitungan Eritrosit.
-
Diisap cuplikan darah dengan pipet pencampur eritrosit sampai angka 1,0.
Ditempelkan ujung pipet pada bilik hitung yang ditutup dengan gelas penutup.
Dihitung dan dicatat jumlah eritrosit yang terdapat dibagian tengah bilik hitung dengan
menggunakan mikroskop.
x4000x100 = 5000 E
Diisi HCl 0,1 kedalam tabung pengencer sampai angka 2 pada skala
Diisap darah kapiler dengan pipet hemoglobin yang telah disediakan sampai 20 angka.
Diisap HCl dalam tabung pengencer dengan pipet untuk membersihkan pipet
Ditambahkan aquadest sedikit demi sedikit dan diaduk dengan batang pengaduk
Diamati sampai warna larutan darah uji sama dengan warna larutan standar
Diisap cuplikan darah dengan pipet pencampur eritrosit sampai angka 1,0.
Ditempelkan ujung pipet pada bilik hitung yang ditutup dengan gelas penutup.
Dihitung dan dicatat jumlah leukosit yang terdapat di keempat bujur sangkar pojok bilik
hitung dengan menggunakan mikroskop.
x160x10 = 25 L
Ujung gelas benda 2 disentuhkan pada gelas 1 tepat didepan tetesan darah sehingga
gelas 1 dan 2 membentuk sudut 45o.
Digeser gelas 2 dengan cepat sehingga tetesan darah membntuk apusan darah tipis.
Dicuci sediaan dengan akuadest lalu dibiarkan kering dengan suhu ruangan.
c. Pengamatan
-
V. Hasil Percobaan
1. Hasil perhitungan eritrosit
Jumlah eritrosit/mm3 =
x 160 x 10 = 25 x 278
= 6950 /mm3
Jenis Leukosit
1.
Jumlah
Persentase (%)
36
36%
5%
3%
5%
51
51%
100
100%
Neutrofil
2.
Eosinofil
3.
Basofil
4.
Monosit
5.
Limfosit
Total
VI. Pembahasan
Perhitungan Jumlah Eritrosit
Pada praktikum perhitungan jumlah eritrosit ini bertujuan untuk mengetahui cara
menghitung eritrosit dan mengetahui jumlah eritrosit dalam darah dengan menggunakan
larutan Hayem. Larutan Hayem adalah larutan isotonis yang dipergunakan sebagai pengencer
darah dalam penghitungan sel darah merah. Apabila sampel darah dicampur dengan larutan
Hayem maka sel darah putih akan hancur, sehingga yang tinggal hanya sel darah merah saja.
Larutan Hayem terdiri dari 5gr Na-sulfat, 1 gr NaCl, 0,5gr HgCl2 dan 200 ml
aquadest. Larutan Natrium clorit 1 gr bersifat isotonis pada eritrosit. Kandungan lain adalah
formalin 40 % yang berfungsi untuk mengawetkan/mempertahankan bentuk discoid eritrosit.
Kandungan larutan Hayem ini mengakibatkan larutan Hayem dikenal sebagai larutan
Formasitrat. Larutan hayem yang memiliki fungsi antara lain mengencerkan darah, merintangi
pembekuan, bentuk bentuk eritrosit terlihat jelas, sedangkan bayangan leukosit dan trombosit
lenyap, mempertahankan bentuk diskoid eritrosit dan tidak menyebabkan aglutinasi,
(Syaifuddin, 1997).
Setelah darah dicampurkan dengan larutan hayem dalam pipet, 2-3 tetes dalam pipet
dibuang atau di teteskan pada tissu hal ini dilakukan agar dalam hemocytometer benar-benar
mengandung sel darah merah bukan larutan hayem saja. Campuran darah dan hayem
dimasukkan kedalam hemocytometer untuk diamati dan dihitung jumlah eritrositnya.
sehingga diketahui jumlah eritrosit dari Tikus putih yaitu 6.935.000/mm3.
Perhitungan Kadar Hemoglobin
Pada perhitungan hemoglobin, metode yang digunakan adalah metode sahli, metode
sahli mengandalkan pembentukan asam hematin yang kemudian diukur kadarnya dengan cara
membandingkan warna hasil pengenceran dengan warna standar. Menurut Wijayanti at. al.,
(2011) cara kerja penghitungan hemoglobin dengan metode sahli yaitu: tabung pengencer
diisi HCl 0,1 sampai angka 2 pada skala, ditambahkan 20 ml darah dengan cara
mengambilnya menggunakan pipet hisap, didiamkan selama 5 menit, kemudian ditambahkan
lagi aquades tetes demi tetes hingga warna sesuai dengan standar. Penggunaan HCl
dipraktikum ini, bertujuan untuk meliliskan eritrosit sehingga Hb yang terdapat dalam eritrosit
dapat keluar dan bereaksi dengan HCl membentuk asam hematin. Dari hasil praktikum
penentuan kadar HB menggunakan metode sahli, didapatkan hasil 12,1 g/100 mL (normal).
Metode sahli membutuhkan ketelitian visualisasi praktikan dalam mmebandingkan warna
yang diperoleh dari pengenceran dengan warna standar.
7
Ada bermacam-macam leukosit dengan berbagai fungsi (Dorland, 1995). Berdasarkan ada
atau tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi menjadi dua yaitu:
1. Leukosit bergranula (granulosit):
-
Neutrofil, plasmanya bersifat netral, inti selnya seringkali berjumlah banyak dengan
bentuk bermacam-macam, bersifat fagositosis terhadap eritrosit, kuman dan jaringan
mati. Selain itu juga menghasilkan interferon, yaitu suatu protein yang membantu
melindungi sel-sel tubuh yang sehat terhadap serangan virus. fungsi interferon adalah
menghambat perkembangbiakan virus.
Eosinofil, plasmanya bersifat asam sehingga akan berwarna merah tua bila ditetesi eosin,
bersifat fagosit dan jumlahnya akan meningkat jika tubuh terkena infeksi.
Basofil, plasmanya bersifat basa sehingga akan berwarna biru jika ditetesi larutan basa,
jumlahnya bertambah banyak jika terjadi infeksi, bersifat fagosit, mengandung heparin,
yaitu zat kimia anti penggumpalan.
Limfosit, tidak dapat bergerak, berinti satu, ukuran ada yang besar dan ada yang kecil,
berfungsi untuk membentuk antibodi.
Monosit, dapat bergerak seperti amoeba, mempunyai inti yang bulat atau bulat panjang,
diproduksi pada jaringan limfa dan bersifat fagosit. Monosit juga menghasilkan lisozim
yang berfungsi untuk menghancurkan sel mikroba dan makromolekul.
Makrofag, merupakan sel pembersih yang akan memakan mikroba dan menyerahkan
kepada limfosit untuk dihancurkan melalui proses kekebalan.
VII. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1. Menghitung jumlah eritrosit dilakukan dengan mencampur darah dengan Larutan
Hayem dan diteliti dengan alat Haemocytometer.
2. Jumlah eritrosit dari Tikus putih yaitu 6.935.000/mm3.
3. Penggunaan HCl pada metode sahli bertujuan untuk meliliskan eritrosit sehingga Hb
yang terdapat dalam eritrosit dapat keluar dan bereaksi dengan HCl membentuk asam
hematin.
4. Prinsip alat Haemocytometer adalah menghitung jumlah eritrosit dalam menggunakan
kamar hitung , dihitung dalam volume tertentu dengan menggunakan faktor konversi.
5. Larutan Hayem berfungsi untuk mengencerkan darah, merintangi pembekuan,
membuat
10
Daftar Pustaka
Aboderin, F. I. & V.O. Oyetayo. 2006. Haematological Studies of Rats Fed Diff erent Doses
of Probiotic, Lactobacillus plantarum, isolated from fermenting corn slurry. Pakistan
J of Nutrition 5: 102-105.
Anonimous, 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Laboratorium Fisiologi hewan.
Fakultas Biologi. Universitas Gajah mada. Yogyakarta.
Campbell et all. 2008. Biology Eight Edition.Benjamin Cummings: San Fransisco
Dahelmi.1991. Fisiologi Hewan. UNAND Padang.
Dorland. 1995. Pocket Medical Dictionary. Philadelphia: Saunders Company.
Guyton dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Irawati Stiawan, penerjemah.
Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Textbook of Medical Physiology.
Kale, S. R., dan Kale, R., R, 2008. Practical Human Anatomy and Physiology. Pune: Nirali
Prakashan.
Keir, L., Wise, B. A., Krebs, C. 2003. Medical Assisting: Essentials of Administrative and
Clinical Competencies. Singaphore: Thomson Learning
Kimball, Jhon W, (1993).Biologi, Jilid 2, Erlangga, Jakarta
Meyer D J and Harvey JW. 2004.Veterinary Laboratory Medicine Interpretation &
Diagnosis.Third edition. USA: Saunders.
Pearce, C.E. 1991. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Pearce, Evelyn. (2002).Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta
Syaifuddin.1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta : EGC
Tobin, M. 1994. Fisiologi Hewan : Mekanisme Fungsi Tubuh. Yogyakarta: Angkasa.
Wijayanti, F., Solihin, D. D., Alikodra, H. S., Maryanto, I. 2011. Eritrosit dan Hemoglobin
pada Kelelawar Gua di Kawasan Karst Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Jurnal
Biologi Indonesia 7(1): 89-98.
11
Lampiran:
Gambar: Haemocytometer
Gambar: Leukosit
Gambar: Haemometer
12