Anda di halaman 1dari 15

PEMERIKSAAN NILAI HEMATOKRIT (HCT) ATAU

PACKED CELL VOLUME (PCV)

OLEH :

DESAK GEDE DIAN PURNAMA DEWI


P07134014027

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN ANALIS KESEHATANTAHUN
AKADEMIK 2015/2016

Hari / Tanggal

: Rabu, 30 September 2015

Tempat Praktikum : Laboratorium Hematologi Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar


Semester

: III (Tiga)

I TUJUAN
a Tujuan Umum
1 Mahasiswa dapat mengetahui cara penetapan nilai Hematokrit (Hct) darah
2

probandus.
Mahasiswa dapat menjelaskan cara penetapan nilai Hematokrit (Hct) darah

probandus.
b Tujuan Khusus
1 Mahasiswa dapat melakukan cara penetapan nilai Hematokrit (Hct) darah
2
3

probandus.
Mahasiswa dapat mengetahui volume eritrosit dalam 100 ml darah probandus.
Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil penetapan nilai Hematokrit (Hct) darah
probandus.

II METODE
Makrometode dan Mikrometode
IIIPRINSIP
Apabila darah dicentrifuge, sel sel yang lebih berat (Eritrosit) akan turun kedasar tabung,
sedangkan sel sel yang lebih ringan (Leukosit dan Trombosit) berada diatas sel sel yang
berat tadi.

IV DASAR TEORI
Darah adalah cairan yang terdapat di dalam tubuh yang berfungsi sebagai alat transportasi
berbagai zat seperti oksigen, bahan hasil sisa metabolism tubuh, pertahanan tubuh dari serangan
kuman, dan lain sebagainya. Banyaknya kirakira 5 juta dalam 1 mm3. Visikositas atau kekuatan
darah lebih kental dari pada air yang mempunyai berat jenis 1,041-1,067, temperatur 38C dan
pH 7,37-7,45 (Alan, 2008).
Hematokrit merupakan tes darah yang berfungsi untuk mengukur persentase volume eritrosit
yang terdapat di dalam darah. Sebagai contoh, nilai hematokrit seseorang adalah 25% yang
berarti ada 25 mililiter sel darah merah dalam 100 mililiter darah. Sel eritrosit akan dipadatkan
dengan melalui proses sentrifugasi (George, 2005)
Nilai hematokrit rendah dapat diakibatkan oleh anemia, pendarahan, penghancuran sel darah
merah, leukemia, dan intake cairan yang berlebihan. Sedangkan tingginya nilai hematokrit dapat
disebabkan oleh penyakit jantung bawaan, dehidrasi, eritrositosis, hipoksia, jaringan parut atau
penebalan paru-paru (pulmonary fibrosis), dan polisitemia vera (Gersted, 2014).
Penurunan nilai hematokrit dari normal dapat mengindikasikan terjadinya anemia. Anemia
adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin dan hematokrit yang lebih rendah dari normal.
Anemia bisa juga berarti suatu kondisi ketika terdapat defisiensi ukuran atau jumlah eritrosit
yang mengakibatkan darah tidak mampu membawa oksigen dalam jumlah yang cukup sesuai
dengan kebutuhan tubuh (Richardo, 2011).
Sedangkan tingginya nilai hematokrit dapat mengindikasikan terjadinya polisitemia.
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana proporsi volume darah yang ditempati oleh sel darah
merah meningkat akibat dari pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang
(Holger, 2009).
V ALAT DAN BAHAN
a Alat
Tabung hematokrit Wintrobe
Pipet hematokrit
Tabung Mikrokapiler
Centrifuge mikrohematokrit
b Bahan
Darah kapiler atau darah vena
Readacrit
VI CARA KERJA

A Makrometode menurut Wintrobe:


1Tabung Wintrobe diisi dengan darah oxalat atau cukup sampai garis tanda 100.
2Tabung itu dimasukkan kedalam centrifuge yang cukup besar, pusinglah selama 30
menit pada kecepatan 3000 rpm.
3Bacalah hasil penetapan itu.
B Mikrometode :
1Tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan mikro hematokrit dengan
darah.
2Ujung satu ditutup dengan dempul.
3Tabung kapiler itu dimasukkan kedalam centrifuge khusus (centrifuge mikrohematokrit)
dengan kecepatan 16000 rpm atau lebih.
4Pusinglah selama 3 5 menit.
5Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan grafik atau alat khusus.
VII

NILAI RUJUKAN
Pria : 40 48 vol%
Wanita : 37 43 vol% (Herawati,Sianny,dkk. 2015)
Sedangkan menurut Riswanto (2013), nilai rujukan hematokrit yaitu :
Laki laki dewasa :
40 52 vol%
Wanita dewasa
: 35 47 vol%
Bayi baru lahir
: 44 72 vol%
Anak usia 2 3 tahun
:
35 43 vol%
Anak usia 4 5 tahun
:
31 43 vol%
Anak usia 6-10 tahun:
33 45 vol%

VIII

HASIL PRAKTIKUM
Nama Probandus : Vitri Anastasia Irianto
Umur

: 19 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Sampel Px.

: Darah vena + anticoagulant EDTA

No

Nilai Hematokrit
(Vol %)

Nilai Rujukan
(Vol %)

Keterangan

1.

41 Vol %

37-43 Vol %

Normal

IX PEMBAHASAN
Hematokrit berasal dari kata haimat yang artinya darah dan krinein yang berarti pemisahan.
Hematokrit adalah volume seluruh eritrosit yang ada didalam 100 ml darah dan dinyatakan
dalam satuan persen (%) (Gandasoebrata, 2006). Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk
mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah dan untuk memantau volume sel darah merah
dalam darah selama terjadi suatu penyakit yang melemahkan. Nilai hematokrit dapat digunakan
sebagai tes skrining sederhana untuk anemia, kadarnya sekitar tiga kali kadar Hb dan hematokrit
berbanding lurus dengan Hb. Rendahnya kadar hemoglobin diikuti dengan penurunan nilai
hematokrit (Kiswari, 2014).
Prinsip dari pemeriksaan hematokrit adalah darah dengan antikoagulan disentrifugasi dalam
jangka waktu dan kecepatan tertentu, sehingga sel darah dan plasmanya terpisah dalam keadaan
memadat. Prosentasi volume kepadatan sel darah merah terhadap volume darah semula dicatat
sebagai hasil pemeriksaan hematokrit (Endah, 2014).
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan hematokrit yaitu metode manual dan metode
otomatis yang menggunakan alat tertentu. Metode manual terbagi atas dua metode yaitu
mikrometode dan makrometode. Pada metode makro darah vena dimasukkan ke dalam tabung
Wintrobe yang memiliki skala dengan panjang 100mm dan disentrifus selama 30 menit. Volume
eritrosit dibaca secara langsung dari angka millimeter disisi tabung. Sedangkan pada metode
mikrohematokrit dimana darah kapiler atau darah vena dengan penambahan antikoagulan
dimasukkan ke dalam tabung kapiler dengan panjang 7 cm dan diameter 1 mm. Tabung yang
telah diisi sampel darah kemudian disentrifus selama 3-5 menit dengan kecepatan 16.000 rpm.
Metode ini cepat dan sederhana, namun, sentrifugasi harus dikontrol agar gaya sentrifugalnya
optimal (Sacher, 2012). Pada praktikum kali ini, dilakukan pemeriksaan nilai hematokrit dengan
menggunakan metode mikrohematokrit. Metode ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan metode makro, yaitu : volume sampel darah yang digunakan lebih sedikit, waktu
sentrifugasi untuk mendapatkan endapan eritrosit lebih singkat dibandingkan dengan metode
makro, serta dapat menggunakan darah kapiler sebagai sampel pemeriksaannya. Disamping
memiliki kelebihan, metode mikro juga memiliki kekurangan yaitu : lapisan putih (buffy coat)
sukar dilihat secara visual karena ukuran tabung yang sangat kecil, sedangkan pada metode
makro lapisan buffy coat jelas terlihat dan intensitas warna plasmanya terang. Lapisan buffy coat
adalah lapisan putih yang terdiri dari sel leukosit dan trombosit. Tiap 1 mm buffy coat secara
kasar sesuai dengan 10.000 leukosit per l darah (Umiyati, 2012).

Sampel yang digunakan saat praktikum adalah sampel darah vena dengan antikoagulan
EDTA. Selain menggunakan darah vena, pemeriksaan metode mikro ini juga bisa menggunakan
darah kapiler. Kadar hematokrit jika menggunakan darah kapiler akan sedikit lebih rendah jika
dibandingkan dengan menggunakan darah vena. Hal ini karena darah vena dan darah kapiler
memiliki susunan yang berbeda serta berkaitan dengan adannya adhesi trombosit pada tempat
kebocoran kulit (Purwanto dalam Endah, 2014). Selain itu, hal yang menyebabkan kadar
hematokrit pada darah kapiler lebih rendah

karena darah yang diperas agar keluar yang

menyebabkan cairan jaringan ikut terperas dan tercampur dengan darah (Riswanto, 2013). Jika
menggunakan sampel darah kapiler kita harus bekerja secara cepat untuk mencegah terjadinya
bekuan karena sampel tidak mengandung antikoagulan. Penggunaan sampel darah vena atau
kapiler tergantung dari jenis dan banyaknya pemeriksaan. Jika pemeriksaan hanya merujuk pada
pemeriksaan hematokrit maka darah kapiler dapat digunakan sebagai sampel walaupun hasilnya
akan lebih rendah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Paramartha
Wicaksana (2015) dimana diperoleh hasil secara uji statistik tidak adanya perbedaan bermakna
nilai hematokrit metode mikro menggunakan darah vena dan darah kapiler.
Tabung kapiler yang digunakan dalam metode mikro ada dua jenis yaitu tabung dengan
tanda merah dan tabung dengan tanda biru. Tabung kapiler dengan tanda merah mengandung
antikoagulan heparin, tabung ini digunakan jika bahan pemeriksaan berupa darah kapiler.
Sedangkan tabung kapiler dengan tanda biru didalamnya tidak mengandung antikoagulan,
tabung ini digunakan jika bahan pemeriksaan berupa darah vena dengan penambahan
antikoagulan tertentu seperti EDTA dan oxalat (Gandasoebrata, 2006). Menurut Kiswari (2014),
EDTA adalah jenis antikoagulan yang paling sering digunakan dalam pemeriksaan laboratorium
hematologi. Cara kerja EDTA yaitu mengikat ion kalsium sehingga terbentuk garam kalsium
yang tidak larut. Kalsium adalah salah satu faktor pembekuan darah sehingga tanpa kalsium
tidak terjadi pembekuan darah. Selain itu EDTA tidak berpengaruh pada ukuran dan bentuk sel
jika penambahannya sesuai, tetapi jika penambahannya berlebihan akan menyebabkan eritrosit
mengkerut. Mengkerutnya eritrosit sangat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan terutama
pemeriksaan mikrohematokrit menjadi rendah palsu.
Sebelum melakukan praktikum terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan serta praktikan harus menggunakan alat pelindung diri yang benar dan lengkap untuk
menghindari terjadinya kecelakaan kerja. Langkah pertama yang dilakukan yaitu memasukkan
sampel darah ke dalam tabung kapiler, oleh karena adanya gaya kapilaritas maka sampel darah

akan masuk secara otomatis ke dalam tabung kapiler. Tabung diisi sampai 2/3 bagian, jika tabung
diisi dengan sampel yang jumlahnya terlalu sedikit atau terlalu banyak maka nantinya akan
mempersulit proses pembacaan dengan alat readcrit atau Ht Reader. Setelah itu salah satu ujung
tabung mikro ditutup dengan menggunakan dempul atau malam yang fungsinya untuk menahan
darah agar tidak keluar dari tabung. Kemudian dilakukan proses sentrifugasi dengan sentrifus
hematokrit dengan kecepatan 16.000 rpm selama 3-5 menit. Penempatan tabung mikrokapiler
harus seimbang dan bagian dempulnya harus menghadap keluar, karena jika terbalik dalam
penempatan maka darah yang berada dalam tabung hematokrit akan keluar oleh adanya gaya
sentrifugal yang sangat cepat. Setelah disentrifus dilakukan pembacaan terhadap nilai hematokrit
dengan menggunakan Ht Reader. Pembacaan dilakukan dengan menepatkan skala, yaitu bagian
plasma berada pada skala 100 dan perbatasan antara dempul dengan sel darah berada pada skala
0, kemudian dibaca tingginya sel eritrosit yang terbentuk (Sianny,dkk. 2015).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, nilai hematokrit probandus atas nama Vitri
Anastasia Irianto (perempuan ) adalah 41 vol%. Hasil ini tergolong normal karena nilainya masih
berada dalam batas nilai rujukan yang ada. Nilai rujukan hematokrit untuk wanita dewasa adalah
37-43 vol%. Hasil yang didapat ini sesuai dengan hasil anamnesis yang telah dilakukan, dimana
probandus tidak mengalami keluhan- keluhan mengenai kesehatannya. Menurut Riswanto
(2013), peningkatan kadar hematokrit dapat diakibatkan oleh dehidrasi, atau hipovolemia, diare
berat, polisitemia vera, eritrositosis, diabetes asidosis, emfisema pulmonary tahap akhir, iskemia
serebrum sementara, eklampsia, pembedahan, luka bakar. Sedangkan penurunan kadar
hematokrit dapat disebabkan oleh anemia, pendarahan akut, leukemia, dan intake cairan yang
berlebihan.
Menurut Endah (2014), faktor faktor yang mempengaruhi nilai hematokrit antara lain :
a. Eritrosit
Faktor ini sangat penting pada pemeriksaan hematokrit karena eritrosit merupakan sel yang
diukur dalam pemeriksaan tersebut. Hematokrit dapat meningkat pada polisitemia yaitu
peningkatan jumlah eritrosit dan nilai hematokrit dapat menurun pada anemia yaitu
penurunan kuantitas sel sel eritrosit dalam sirkulasi.
b. Viskositas darah
Efek hematokrit terhadap viskositas darah adalah makin besar prosentase sel darah maka
makin tinggi hematokritnya dan makin banyak pergeseran diantara lapisan lapisan darah,
pergeseran inilah yang menentukan viskositas. Oleh karena itu, viskositas darah meningkat
secara drastic ketika hematokrit meningkat.

c. Plasma
Paada pemeriksaan hematokrit plasma harus pula diamati terhadap adanya ikterus atau
hemolisis. Keadaan fisiologis atau patofisiologis pada plasma dapat mempengaruhi
pemeriksaan hematokrit.
d. Sentrifugasi
Penempatan tabung kapiler pada lubang jari jari sentrifus yang kurang tepat dan penutup
yang kurang rapat dapat menyebabkan hasil pembacaan hematokrit tinggi palsu. Kecepatan
putar sentrifus dan pengaturan waktu dimaksudkan agar eritrosit memadat secara maksimal.
Oleh karena itu harus diatur secara tepat. Pemakaian mikrosentrifus dalam waktu yang lama
mengakibatkan alat menjadi panas sehingga dapat mengakibatkan hemolisis dan nilai
hematokrit menjadi rendah palsu.
e. Antikoagulan
Penggunaan antikoagulan EDTA lebih dari kadar maka akan mengakibatkan eritrosit
mengkerut sehingga nilai hematokrit akan rendah.
f. Pembacaan yang tidak tepat
Kegiatan pembacaan dan pelaporan di laboratorium harus dilaksanakan dengan cermat dan
teliti karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan dapat mengakibatkan kesalahan
dalam penyampaian hasil pemeriksaan.
g. Pemilihan lokasi pengambilan specimen
Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (mediana cubiti, vena sephalika, atau vena
basilica). Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infuse atau transfuse, bekas luka,
hematoma, oedema.
h. Waktu pengambilan sampel
Pengambilan specimen sebaiknya diambil pada pagi hari. Hasil yang diperoleh dalam
keadaan basal lebih akurat. Pengambilan sampel dilakukan 12 jam setelah makan terakhit
dan tidak melakukan aktivitas olahraga.
i. Suhu dan waktu penyimpanan sampel
Bahan pemeriksaan sebaiknya segera diperiksa, jika dilakukan penundaan pemeriksaan
sebaiknya sampel disimpan pada suhu 4 derajat celcius selama 24 jam memberikat kadar
hematokrit yang lebih tinggi
Adapun kesalahan kesalahan yang terjadi dalam pemeriksaan hematokrit yaitu : jika sampel
darah diambil pada daerah lengan yang terpasang jalur intra vena, nilai hematokrit cenderung
rendah karena terjadinya hemodilusi. Pemasangan tali tourniquet yang terlalu lama ( lebih dari 2
menit) berpotensi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga nilai hematokrit bisa menigkat
a. Pra analitik
Untuk sampel darah kapiler :

Pada waktu pengambilan sampel darah tusukan kurang dalam sehingga volume darah

yang diperoleh sedikit.


Darah diperas-peras keluar menyebabkan cairan jaringan ikut terperas dan tercampur

3
4
1

dengan darah yang dapat menyebabkan hematokrit rendah palsu.


Kulit yang ditusuk masih basah oleh alcohol sehingga terencerkan.
Terjadi bekuan dalam tetes darah karena lambat dalam bekerja
Untuk sampel darah vena :
Sampel darah diambil dari lengan atau tangan yang sedang menerima cairan intra

vena dapat menyebabkan hematokrit rendah palsu


2 Memasang tourniquet terlalu lama
b. Analitik
Pada tahap ini kesalahan dapat berasal dari :
1) Alat : kesalahan pada alat yang digunakan misalnya pipet yang digunakan kotor, alat
tidak dikalibrasi, metode yang digunakan.
2) Teknik : kesalahan teknik misalnya, volume yang tidak tepat, pencampuran tidak
homogen, terdapat gelembung udara dalam pipet.
c. Pasca analitik
Kesalahan pada tahap ini biasanya bersifat administratif. Salah dalam penulisan
nama, umur atau alamat pasien, penulisan hasil dan pelaporan hasil (Riswanto, 2013).
X SIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan mengenai pemeriksaan nilai hematokrit
didapatkan nilai hematokrit probandus atas nama Vitri Anastasia Irianto adalah 41 vol% dengan
nilai rujukan untuk wanita dewasa adalah 37-43 vol%. Hal tersebut menandakan bahwa nilai
hematokrit probandus normal, karena masih berada dalam range nilai rujukan.

DAFTAR PUSTAKA
Cario,Holger,dkk. 2009. Clinical and hematological presentation of children
and adolescents with polycythemia vera. [Online]. Tersedia :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4135082/. [Diakses :
01 Oktober 2015, 17.03 Wita]
Endah, R., 2014, Perbedaan HCT Mikro Darah Vena dan Kapiler, Kediri :
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata.
Gandasoebrata, R., 2006, Penuntun Laboratorium Klinik, Cetakan
Keduabelas, Jakarta : Dian Rakyat.
Gersten,Todd. 2014. Packed Cell Volume. [Online]. Tersedia :
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003646.htm.
[Diakses : 01 Oktober 2015, 18.41 Wita]
Herawati,Sianny,dkk. 2015. Penuntun Praktikum Hematologi, Denpasar :
Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar.
J, Richardo. 2011. Mapping the Risk of Anaemia in Preschool-Age Children:
The Contribution of Malnutrition, Malaria, and Helminth Infections
in West Africa. [Online]. Tersedia :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3110251/. [Diakses :
01 Oktober 2015, 16.20 Wita]
Kiswari,R., 2014, Hematologi & Transfusi, Jakarta : Erlangga
Mayer,George. 2005. Hematocrit and Coronary Heart Disease. [online].
Tersedia : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1935068/.
[Diakses : 01 Oktober 2015, 18.03 Wita]
Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi, Yogyakarta :
Alfamedia Kanal Medika.
Sacher, R.A., dialih bahasa oleh Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari, 2012,
Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Jakarta : EGC.
Schechter,Alan. 2008. Hemoglobin research and the origins of molecular
medicine. [Online]. Tersedia :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2581994/. [Diakses :
01 Oktober 2015, 16,41 Wita]
Umiyati, 2012, Perbedaan Pemeriksaan Hematokrit Metode Makro (Wintrobe)
dan Metode Mikro, Makassar : Universitas Indonesia Timur.
Wicaksana, Paramartha., 2015, Perbedaan Nilai Hematokrit Metode Mikro
Menggunakan Darah Vena dan Darah Kapiler Pada Penderita DBD,
Denpasar : Politeknik Kesehatan Denpasar.

Denpasar, 07 Oktober 2015


Praktikan
.

Desak Gede Dian Purnama Dewi


P07134014027
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui,
Pembimbing I

Pembimbing II

DR. dr. Sianny Herawati, Sp.PK

Rini Riowati, B.Sc

Pembimbing III

Pembimbing IV

I Ketut Adi Santika, A. Md. AK

Luh Putu Rinawati, S.Si

Pembimbing V

Surya Bayu Kurniawan, S.Si

SURAT PERSETUJUAN / PENOLAKAN MEDIS KHUSUS


Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

Umur/Tgl Lahir

Alamat

Telp

Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk dilakukan tindakan medis


berupa...............................
Dari penjelasan yang diberikan, telah saya mengerti segala hal yang berhubungan dengan
penyakit tersebut, serta tindakan medis yang akan dilakukan dan kemungkinan pasca tindakan
yang dapat terjadi sesuai penjelasan yang diberikan.
Denpasar, 30 September 2015

(............................)

LAMPIRAN GAMBAR

Bahan yang

Sampel darah EDTA

Tabung mikrokapiler

digunakan (dempul /

yang akan diperiksa

dengan tanda biru

malam)

nilai hematokritnya

(tanpa antikoagulan)

Alat pembaca

Proses memasukkan

Proses pendempulan

hematokrit (Readcrit)

sampel darah ke

salah satu ujung

dalam tabung kapiler

tabung mikro

Proses meletakkan
tabung mikro pada
sentrifus

Proses setting

Proses setting waktu

kecepatan pada

pada sentrifus (10

sentrifus (12000 rpm)

menit)

Proses sentrifus

Nilai hematokrit yang

sedang berlangsung

didapat adalah 41 vol


%

Anda mungkin juga menyukai