NIM
P07134014027
Semester
IV (Empat)
Judul
Hari, Tanggal :
Tempat
I. TUJUAN
Untuk screening test secara kualitatif dan semikuantitatif untuk membantu menegakkan
diagnosa sifilis (Treponematosis)
II. METODE
Slide test
III.PRINSIP
Reaksi flokulasi antara antibodi dalam serum atau plasma dengan antigen VDRL.
IV. DASAR TEORI
Penyakit Menular Seksual adalah suatu penyakit yang penularannya melalui hubungan seks,
salah satu penyakit yang tergolong penyakit menular seksual adalah sifilis. Sifilis merupakan
suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Treponema pallidum
adalah bakteri yang termasuk ke dalam ordo spirochaetales, family spirichataceae dan genus
treponema. Treponema berbentuk spiral, langsing berukuran lebar kira kira 0,2 m dan
panjangnya antara 5-15 m (Bala, Manju, et al, 2012). Sifilis merupakan penyakit kronis dan
bersifat sistemik, selama perjalanan penyakit dapat menyerang seluruh organ tubuh, ada masa
laten tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan dapat ditularkan kepada bayi di dalam kandungan yang
disebut sifilis kongenital. Sifilis dijumpai di seluruh dunia terutama negara negara berkembang,
namun sulit untuk membandingkan insidensi dari satu negara dengan negara yang lain karena
ada perbedaan pelaporan (Zhan, Weihai, et al, 2012).
Tes serologis sifilis merupakan pembantu diagnosis yang penting bagi sifilis terutama pada
pasien asymptomatik. Tes serologis pada sifilis dapat dibagi menjadi dua, yaitu treponemal tes
dan nontreponemal tes. Uji treponemal merupakan uji yang spesifik terhadap sifilis, karena
mendeteksi langsung antibodi terhadap antigen Treponema pallidum (R. Castro, Arnold, et al,
2011. Biasanya uji ini digunakan untuk mengkonfirmasi uji non-treponemal (non spesifik) dan
untuk menilai respon bakteri treponemal tersebut. Pada uji treponemal, sebagai antigen
INTERPRETASI HASIL
Test reaktif : bila terjadi flokulasi
Non reaktif : tidak terjadi flokulasi
Serum B
Tidak adanya reaki
flokulasi (Non Reaktif)
Serum A
Adanya reaki flokulasi
(Reaktif)
IX. PEMBAHASAN
VDRL adalah uji non treponemal yang berfungsi hanya sebagai skrining tes saja dalam
membantu diagnosis penyakit sifilis. Selain itu VDRL juga berfungsi untuk mengetahui adanya
bakteri penyebab sifilis pada tahap awal, dan untuk melihat keberhasilan pengobatan terhatap
penyakit sifilis. Tes VDRL mendeteksi antibodi IgG dan IgM terhadap materi-materi lipid yang
dilepaskan dari sel-sel rusak. Uji ini tidak langsung mendeteksi terhadap keberadaan Treponema
pallidum itu sendiri, oleh karena itu uji ini termasuk ke dalam uji non spesifik. Metode yang
digunakan dalam pemeriksaan sifilis yaitu metode slide tes secara kualitatif (Zhu, Lin, et al,
2014).
Prinsip dari pemeriksaan VDRL adalah adanya reaksi flokulasi antara antibodi dalam serum
atau plasma dengan antigen VDRL pada reagen. Pada antigen VDRL yang telah termodifikasi ini
mengandung mikropartikel karbon, EDTA, choline chloride dan merthiolate. Metode kualitatif
berfungsi untuk mengetahui ada atau tidaknya antibodi VDRL pada sampel serum atau plasma
pasien, jika positif ditandai dengan adanya flokulasi berupa gumpalan gumpalan yang besar
pada slide tes (Jiang, Chuanhao, et al, 2013). Hasil yang didapat dibandingkan dengan kontrol
positif dan negatif. Penggunaan bahan kontrol ini bertujuan untuk menilai kualitas reagen VDRL
yang digunakan masih layak atau tidak. Hasil positif pada metode kualitatif harus dilanjutkan ke
metode treponemal untuk mengetahui secara spesifik bahwa pasien memang benar menderita
sifilis atau tidak. Salah satu contoh uji konfirmasi terhadap penyakit sifilis adalah uji TPHA. Tes
ini merupakan tes hemagglutinin indirek untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap Treponema
pallidum. Adanya antibodi sifilis yang mensentisasi sel akan menghasilkan aglutinasi dengan
pola khas didalam mikroplate (Zhu, Lin, et al, 2014).
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan VDRL secara kualitatif. Pemeriksaan
dilakukan 3-6 minggu setelah timbulnya gejala awal pada paien. Sampel yang digunakan pada
uji ini adalah serum. Selain menggunakan serum, diperbolehkan juga menggunakan plasma
sebagai sampel karena reagen VDRL mengandung EDTA sehingga tidak akan mempengaruhi
hasil pemeriksaan ataupun menimbulkan reaksi sampingan. Apabila pemeriksaan ditunda, serum
disimpan pada suhu 2 - 8oC tahan hingga 48 jam atau suhu -20OC hingga 4 minggu. Jika tidak
ditunda maka kondisikan serum dalam suhu ruang yaitu 18 30OC (Bala, Manju, et al, Bala,
Manju, et al. 2012. Bala, Manju, et al. 2012. 2012). Syarat serum yang boleh digunakan untuk
pemeriksaan VDRL adalah tidak boleh lisis, tidak keruh (lipemik) karena akan mengganggu
hasil pembacaan.
Reagen VDRL yang telah dimodifikasi mengandung mikropartikel karbon yang berfungsi
untuk membantu proses pembacaan, slide yang digunakan berwarna putih agar mudah dalam
proses pengamatan reaksi flokulasi. Reagen yang digunakan juga harus diperhatikan kondisinya,
reagen harus disimpan pada suhu yang sesuai dengan petunjuk yang ada pada katalog kit yaitu
pada suhu 2 8oC pada tempat yang gelap terhindar dari paparan sinar matahari langsung dan
tidak kadaluarsa. Penggunaan reagen yang kadaluarsa dapat mempengaruhi hasil karena adanya
gumpalan gumpalan reagen yang mengganggu proses pembacaan dan menyebabkan hasil yang
positif palsu. Sebelum digunakan, reagen harus dikondisikan pada suhu ruang dan
dihomogenkan. Hal ini penting dilakukan untuk mengoptimalkan reaksi antara antigen pada
sampel serum yang diperiksa dengan antigen VDRL pada reageN (G. Morshed, Muhammad, et
al. 2015).
Menurut Jiang, Chuanhao, et al (2013), uji VDRL memiliki sensitifitas yang sangat tinggi
dalam mendeteksi penyakit sifilis tetapi spesifisitasnya rendah karena akan memberikan hasil
yang positif terhadap penyakit organ reproduksi selain sifilis. Sensitivitas adalah kemampuan
untuk bereaksi dengan penyakit sifilis. Sedangkan spesifisitas berarti kemampuan non reaktif
pada penyakit yang bukan sifilis. Tes dengan spesifisitas yang tinggi sangat baik untuk diagnosis.
Semakin spesifik suatu tes maka semakin sedikit memberi hasil positif palsu dan negatif palsu.
Adanya prozone efek dapat memberikan hasil negatif palsu terhadap pemeriksaan. Prozone efek
adalah suatu keadaan dimana titer atau jumlah antibodi dengan antigen tidak ekuivalen sehingga
tidak menghasilkan reaksi imunologis yang baik. Oleh karena itu jika ditemukan hasil positif
pada uji VDRL maka harus dikonfirmasi lagi dengan menggunakan uji yang lebih spesifik
terhadap Treponema pallidum. Adapun uji- uji spesifik terhadap Treponema pallidum, yaitu Tes
Treponema pallidum Immobilization (TPI), Tes Flourescent Treponemal Antibody (FTA-Abs)
dimana hasil positif bila dijumpai kuman yang bersinar pada pemeriksaan mikroskop flouresensi,
Microhemagglutination for T pallidum (MHA-Tp), dan Treponema pallidum Hemagglutination
(TPHA), keuntungan penggunaan tes TPHA ialah mempunyai spesifisitas terhadap Treponema
dan dapat dilakukan cara otomatisasi, reprodusibilitas yang baik dan sensitifitasnya terhadap
antibodi anti Treponema IgM spesifik (Muller,M, et al, 2011). Pada umumnya tes TPHA menjadi
reaktif setelah sifilis primerdan bila telah reaktif akan tetap reaktif dalam waktu yang lama.
Walaupun terjadi penurunan antibodi setelah pengobatan kemungkinan tes TPHA akan tetap
reaktif (R. Castro, Arnold, et al, 2011).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan terhadap dua sampel yang berbeda, hasil uji
VDRL pada serum pasien dengan kode A dari RSUD Wangaya Denpasar adalah reaktif ditandai
dengan adanya reaksi flokulasi berwarna hitam pada slide tes, sehingga hal tersebut
mengindikasikan bahwa pasien memiliki resiko terkena penyakit sifilis , dan untuk
memastikannya harus dilakukan uji TPHA yang lebih spesifik. Sedangkan sampel dengan kode B
atas nama Bagus Adigunawan menunjukkan hasil yang non reaktif yang ditandai dengan tidak
adanya reaksi flokulasi pada slide tes.
X. SIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum pemeriksaan VDRL, serum pasien dengan kode A yang berasal
dari RSUD Wangaya menunjukkan hasil reaktif yang ditandai dengan adanya flokulasi berwarna
hitam. Sedangkan serum pasien dengan kode B atas nama Bagus Adigunawan menunjukkan
hasil non reaktif yaitu tidak adanya reaksi flokulasi yang muncul pada slide tes.
DAFTAR PUSTAKA
Bala, Manju, et al. 2012. Evaluation of the usefulness of Treponema pallidum hemagglutination
test in the diagnosis of syphilis in weak reactive Venereal Disease Research
Laboratory sera. [online]. Tersedia :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3505284/. [diakses : 12 April
2016, 18.05 wita]
G. Morshed, Muhammad, et al. 2015. Recent Trends in the Serologic Diagnosis of Syphilis.
[online]. Tersedia : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4308867/.
[diakses : 11 April 2016, 17.21 wita]
Jiang, Chuanhao, et al. 2013. Evaluation of the Recombinant Protein TpF1 of Treponema
pallidum for Serodiagnosis of Syphilis. [online]. Tersedia :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3807206/. [diakses : 11 April
2016, 21.02 wita]
L. Ho, Emily, et al. 2011. Syphilis: using modern approaches to understand an old disease.
[online]. Tersedia : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3225993/.
[diakses : 11 April 2016, 20.03 wita]
Muller,M, et al. 2011. Detection of Treponema pallidum in the vitreous by PCR. [online].
Tersedia : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1954749/. [diakses : 11
April 2016, 18.29 wita]
R. Castro, Arnold, et al. 2011. Use of Synthetic Cardiolipin and Lecithin in the Antigen Used by
the Venereal Disease Research Laboratory Test for Serodiagnosis of Syphilis.
[online]. Tersedia : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC95930/.
[diakses : 13 April 2016, 22.07 wita]
Zhan, Weihai, et al. 2012. Concurrent Sexual Partnerships and Sexually Transmitted Diseases in
Russia. [online]. Tersedia :