Anda di halaman 1dari 8

HEMATOKRIT

Eva Ayu Maharani

Tujuan Pembelajaran Praktikum :


Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa mampu :
1. Melakukan tahapan pra-analitik yang meliputi : persiapan alat, sampel yang dibutuhkan
untuk penetapan hematokrit.
2. Melakukan penetapan hematokrit.
3. Membedakan nilai hematokrit yang normal dan abnormal.
4. Melakukan tahapan paska analitik yang meliputi : penulisan laporan hasil pemeriksaan
serta verifikasi nilai hematokrit.
5. Mengaplikasikan K3 selama praktikum.
6. Mengetahui faktor-faktor penyebab penyimpangan hasil hematokrit.

Pendahuluan
Pemeriksaan hematokrit (Ht) merupakan salah satu parameter hematologi rutin.
Parameter ini umumnya digunakan sebagai pemeriksaan penunjang pada kondisi anemia.
Disamping itu, Ht merupakan salah satu komponen untuk hitung indeks eritrosit rata-rata.
Indeks eritrosit rata-rata akan dibahas pada bagian berikutnya.
Ht adalah rasio volume sel darah merah terhadap darah pada volume tertentu, yang
digambarkan dengan persentase. Ht dapat disebut dengan Packed Cell Volume (PCV). Secara
garis besar, terdapat dua metode pengukuran Ht yaitu metode manual dan otomatisasi.
International Commitee Standarization of Hematology (ICSH) merekomendasikan bahwa
penyebutan PCV dilakukan pada metode manual, sedangkan Hct untuk metode otomatisasi.
Pada metode manual disebut juga dengan pengukuran secara langsung yaitu dengan
pengendapan sel darah merah, sedangkan pada metode otomatisasi, nilai Ht didapat dari
penghitungan volume rata-rata sel darah merah. Metode manual akan dijelaskan lebih lanjut
pada bagian ini.
Terdapat dua metode manual Ht, yaitu metode makro (makro-Ht) dan metode mikro
(mikro-Ht). Metode makro ditemukan oleh Maxwell Wintrobe. Metode makro didasarkan
pada pengendapan darah pada satu kolom yang disentrifugasi selama 30 menit s/d 1 jam.
Metode ini merupakan dasar dari metode referensi, tetapi metode ini tidak efisien dan menyita
waktu jika dilakukan untuk pemeriksaan rutin.
Prinsip Pemeriksaan
Darah dengan antikoagulan ditempatkan didalam pipa kapiler / tabung dan disentrifus
pada kecepatan dan waktu tertentu untuk memadatkan eritrosit. Padatnya kolom eritrosit dibaca
dan dinyatakan dalam %.

A. METODE MAKRO
Persiapan Alat :
• Tabung Wintrobe
• Pipet Wintrobe
• Sentrifus
• Rak tabung
Sampel
Darah vena dengan antikoagulan EDTA atau heparin.

Prosedur Pemeriksaan
1. Tabung Wintrobe diisi dengan darah antikoagulan menggunakan pipet Wintrobe sampai
garis tanda 10 (bagian atas).
2. Tabung Wintrobe dimasukkan ke sentrifus , kemudian disentrifus selama 30 menit pada
kecepatan 3000 rpm.
3. Setelah disentrifus, segera lakukan pembacaan hasil. Pembacaan hasil mengacu pada
perhitungan berikut ini :
kemiringan terendah + kemiringan tertinggi
Hasil makro Ht = =a
2
a
= x 100%
10
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

NAMA MAHASISWA :
HARI/TANGGAL :
KELAS :
DATA PASIEN :

HASIL PENGAMATAN :

PERHITUNGAN :
PEMBAHASAN :
B. METODE MIKRO

Persiapan Alat
• Tabung mikrohematokrit, mempunyai dua jenis, yaitu mikro Ht yang dilapisi dengan
antikoagulan heparin (umumnya berwarna merah) dan tanpa antikoagulan (berwarna biru).
Pada umumnya, tabung mikro Ht mempunyai ukuran panjang 75 mm dan diameter internal
1,2 mm.
• Crystosyl / lilin / malam
• Sentrifus Mikro-Ht
• Mikro Ht reader

Sampel
• Darah vena dengan antikoagulan EDTA atau heparin.
• Darah kapiler.

Prosedur Pemeriksaan
1. Tabung mikro-Ht diisi dengan darah sampai terisi ¾ bagian, kemudian salah satu ujungnya
ditutup dengan crstosyl.
2. Tabung mikro-Ht dimasukkan ke sentrifus mikro-Ht dengan bagian yang ditutup crytosyl
menghadap sisi luar sentrifus. Kemudian disentrifus selama 5 menit pada kecepatan 16000
rpm.
3. Setelah disentrifus, segera lakukan pembacaan hasil. Hasil dibaca dengan mikro-Ht reader.
Nilai Normal :
Pria = 40 – 48 vol%
Wanita = 37 – 43 vol%
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

NAMA MAHASISWA :
HARI/TANGGAL :
KELAS :
DATA PASIEN :

HASIL PENGAMATAN :

PEMBAHASAN :
Catatan :
Padatnya kolom eritrosit yang didapat dengan proses sentrifus ditentukan oleh faktor :
radius sentrifus, kecepatan sentrifus, dan lamanya proses sentrifus. Faktor fisik yang
mempengaruhi proses pemadatan sel darah merah pada proses sentrifugasi adalah : ukuran dan
berat jenis (bj) sel darah, kekuatan sentrifus, perbedaan bj antara sel dan plasma, viskositas
medium/plasma.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pembacaan hasil Ht adalah kemungkinan
adanya plasma trapping. Plasma trapping terjadi karena adanya sejumlah kecil plasma di
dalam sel eritrosit yang memadat. Hal ini bisa disebabkan pada kondisi sel eritrosit dengan
morfologi yang bervariasi (poikilositosis). Plasma trapping biasanya terjadi pada darah
dengan peningkatan nilai Ht. Hal tersebut dapat dicegah dengan penambahan waktu
sentrifugasi.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan nilai Ht adalah waktu sentrifugasi yang terlalu
cepat dengan kecepatan tidak sesuai standar. Faktor lain yang bersifat patologis adalah adanya
penyakit dengan kelainan ukuran dan morfologi sel eritrosit, seperti thalasemia, sickle cell.
Faktor yang dapat menurunkan nilai Ht adalah proses sentrifugasi yang terlalu lama
dengan peningkatan kecepatan sentrifus. Faktor patologisnya adalah penurunan darah dengan
jumlah sel eritrosit dan konsentrasi Hb yang menurun seperti pada kondisi anemia.
Berdasarkan ICSH, metode makro merupakan metode referensi. Namun demikian,
metode ini kurang efisien untuk pengerjaan rutin. Metode mikro lebih dipilih untuk
pemeriksaan rutin dibandingkan metode makro. Volume darah yang digunakan pada metode
mikro lebih sedikit dan waktu sentrifugasi yang dibutuhkan juga tidak terlalu lama seperti
metode makro.

Daftar Pustaka
1. Bain BJ. Blood cells a practical guide. 4th ed. Australia: Blackwell publishing; 2006.
2. Rogers K. The human body, blood physiology and circulation. New York USA:
Britannica educational publishing; 2011.
3. Sacher RA, McPherson RA. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Ln:
Hartanto H, editor. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2004.

Anda mungkin juga menyukai