Diagnosis klinis merupakan rangkaian pemeriksaan medis terhadap kondisi fisik hewan hidup. Satu hal yang sangat khusus dalam diagnosis klinis adalah rangkaian pemeriksaan fisik. Tahapan ini diakhiri diagnosis khusus yang disebut terapi diagnosis (Widodo, 2011). Pemeriksaan kesehatan berdasarkan urin atau yang sering disebut dengan urinalysis berdasarkan pada kandungan urin dapat menunjukkan potensi kelainan pada pasien. Urinalisis sering dilakukan pada manusia dan hewan kecil tetapi pada hewan ruminansia besar seperti sapi, hal ini belum merupakan uji rutin (Utama,2011) .Beberapa manfaat urinalysis adalah dapat digunakan untuk mengetahui adanya potensi gangguan hati, diabetes mellitus, infeksi pada ginjal atau saluran kemih. Uji urinalysis terdiri dari dua macam, yaitu uji makroskopik dan uji mikroskopik (Izzah, 2013).
1.2 Tujuan 1.3 Rumusan Masalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemeriksaan Fisik
Diagnosis klinis merupakan rangkaian pemeriksaan medis terhadap kondisi fisik hewan hidup. Satu hal yang sangat khusus dalam diagnosis klinis adalah rangkaian pemeriksaan fisik. Tahapan ini diakhiri diagnosis khusus yang disebut terapi diagnosis. Sinyalemen atau identitas diri dari seekor hewan merupakan ciri khusus yang membedakan dari hewan lain. Sinyalemen pada anjing terdiri atas nama hewan, jenis hewan, bangsa atau ras, jenis kelamin, umur, warna kulit, warna rambut, berat badan, dan ciri-ciri khusus (Widodo,2011). Setelah dilakukan sinyalemen/registrasi dan anamnesa maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan umum yang meliputi, Inspeksi dan adspeksi diantaranya melihat, membau, dan mendengarkan tanpa alat bantu. Sebelum melakukan inspeksi, usahakan hewan tidak menaruh curiga kepada pemeriksa dan usahakan agar hewan tenang. Inspeksi atau melihat keadaan pasien dari jarak jauh dan jarak dekat secara menyeluruh dari segala arah serta perhatikan keadaan sekitarnya. Perhatikan ekspresi muka, kondisi tubuh, pernafasan, keadaan abdomen, posisi berdiri, keadaan lubang alami, aksi dan suara (Boddie, 1962). Inspeksi dan adspeksi diantaranya melihat, membau, dan mendengarkan tanpa alat bantu. Usahakan agar hewan tenang dan tidak menaruh curiga kepada pemeriksa. Lakukan inspeksi dari jauh dan dekat terhadap pasien secara menyeluruh dari segala arah serta perhatikan keadaan sekitarnya. Perhatikan ekspresi muka, kondisi tubuh, pernafasan, keadaan abdomen, posisi berdiri, keadaan lubang alami, aksi dan suara. Pulsus dan nafas diperiksa pada bagian arteri femoralis yaitu sebelah medial femur. Nafas diperiksa dengan menghitung frekuensi dan memperhatikan kualitasnya dengan melihat kembang-kempisnya daerah thoraco-abdominal dan menempelkan telapak tangan di depan cuping bagian hidung (Boddie. 1962). Conjunctiva diperiksa dengan cara menekan dan menggeser sedikit saja kelopak mata bawah. Conjunctiva kedua mata harus diperiksa, sehingga keabnormalitasan tertuju sebagai local disease dinilai dan tidak dirancukan dengan gejala klinik umum. Penampakan conjunctiva noramal berbeda- beda pada tiap hewan. Pada kuda berwarna pink pucat, pada sapi dan domba warnanya lebih pucat daripada milik kuda, pada babi adalah warna kemerahan, pada kucing tampak pucat. Variasi warna pada hewan yang berbeda ini sebaiknya dihafalkan. Membrane mukosa yang tampak Anemi (warna pucat) dan lembek merupakan indikasi anemia. Intensitas warna conjunctiva dapat menunjukkan kondisi peradangan akut seperti enteritis, encephalonitis dan kongesti pulmo akut. Cyanosis (warna abu- abu kebiruan) dikarenakan kekurangan oksigen dalam darah, kasusnya berhubungsn dengan pulmo atau system respirasi. Jaundice (warna kuning) karena terdapatnya pigmen bilirubin yang menandakan terdapatnya gangguan pada hepar. Hiperemi (warna pink terang) adanya hemoragi petechial maenyebabkan hemoragi purpura dan ingusan pada kuda atau septisemia hemoragi pada ternak (Boddie. 1962). Mukosa hidung pemeriksaan yang dilkukan adalah dengan melihat apakah terdapat kepucatan, leleran, perubahan warna, petechiasi atau ulserasi. Perubahan ini penting untuk identifikasi conjunctiva. Ulserasi pada mukosa hidung adalah karakteristik gejala klinik ingusan pada kuda (Boddie. 1962). Pemeriksaan mulut dengan cara inspeksi membrane mukosa dan jaringan lain di dalam mulut, palpasi lidah dengan paksaan dan deteksi abnormalitas sepeti trismus. Diperiksa apakah ada iritasi local seperti ulserasi, vesikel, penyakit pada lidah, pipi atau rahang atau trauma langsung pada mulut. Ulserasi mungkin dikarenakan gigi yang sudah tidak berfungsi, pada anjing dapat terjadi pada toksemia yang dikarenakan nephritis akut, infeksi lepstospira, dan defisiensi vitamin akut (Boddie. 1962). Penampakan mata normal sehat adalah jernih dan basah. Penampakan mata yang tidak normal dapat menandakan adanya dehidrasi pada jaringan tubuh. Adanya lesi pada kornea, seperti keratitis dan corneal opacity, kemungkinan merupakan luka yang bersifat local, tetapi lesi dapat terjadi juga merupakan gejala klinik dari penyakit yang spesifik seperti canine distemper, dan lain-lain. Respon pada mata dapat dengan menggunakan cahaya dari penlight, jika cahaya didekatkan pada mata maka aka nada reaksi dari pupil yaitu pupil akan berdilatasi, namun jika tidak terdapat reaksi apa- apa berarti kemungkinan adanya gangguan pada system saraf pusat dan berakibat pada system refleknya (Boddie. 1962).
2.2 Pemeriksaan Darah
Pertama-tama cari titik pada tubuh ternak yang banyak mempunyai pembuluh darah sehingga akan mempermudah dalam pengambilan darah. Bagian tersebut sebelumnya perlu dibersihkan dengan alkohol. Pembersihan tersebut berfungsi untuk menghindarkan dari adanya bakteri (sterilisasi). Selain untuk sterilisasi, pembersihan dengan alkohol dapat meminimalisir terjadinya infeksi pada ternak setelah dilakukan pengambilan sampel darah. Jarum yang merupakan alat suntik yang digunakan dalam pengambilan sampel darah ini memepunyai bermacam-macam ukuran. Ukuran tersebut telah disesuaikan dengan tempat pengambilan sampel darah supaya jarum tersebut tepat sasaran dan tidak melukai bagian yang lain. Apabila jarum tersebut tidak sesuai dengan ukuran tempat pengambilan sampel darah, maka pengambilan sampel darah akan sulit dilakukan (Ahmad., et al 2012) Alat suntik diposisikan secara tepat ketika pengambilan sampel darah.Bagian jarum yang runcing berada di bawah (posisi jarum menengadah ke atas) sehingga fungsinya berjalan dengan baik yaitu untuk menngambil darah supaya terhisap oleh tabung hisap. Selain itu, ujung jarum usahakan masuk atau tertutupi sehingga darah akan mudah masuk pada jarum tersebut. Alat suntik tersebut di suntikkan berlawanan arah dengan pembuluh darah dan di masukkan dengan lurus tidak keluar dari pembuluh darah (Ahmat et al., 2012).
3.3 Pemeriksaan Urine
Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli per menit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk satu mili liter urin per menit. (R. Wirawan, S. Immanuel, R. Dharma, 2008). Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul- molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Popy, 2008). Pemeriksaan kesehatan berdasarkan urin atau yang sering disebut dengan urinalysis berdasarkan pada kandungan urin dapat menunjukkan potensi kelainan pada pasien. Urinalisis sering dilakukan pada manusia dan hewan kecil tetapi pada hewan ruminansia besar seperti sapi, hal ini belum merupakan uji rutin (Utama,2011) .Beberapa manfaat urinalysis adalah dapat digunakan untuk mengetahui adanya potensi gangguan hati, diabetes mellitus, infeksi pada ginjal atau saluran kemih. Uji urinalysis terdiri dari dua macam, yaitu uji makroskopik dan uji mikroskopik (Izzah, 2013). Tes mikroskopik dilakukan dengan memutar (centrifuge) urin lalu mengamati endapan urin di bawah mikroskop. Sedangkan tes makroskopik dilakukan dengan cara visual yakni, pemeriksaan urin meliputi penaksiran dari kenampakan, bau, keadaan, dan fisik (Izzah, 2013). Analisis kimiawi urin umumnya dilakukan dengan cara uji dipstick yaitu suatu tes yang menggunakan stik yang dibuat khusus yang terdiri atas strip untuk mendeteksi glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit, dan leukosit. Penggunaan dipstick pada urinalisis tidak memerlukan keterampilan khusus, selain itu hasilnya bisa didapat hanya dalam waktu beberapa menit (Utama,2011). Untuk berbagai jenis pemeriksaan urine, diperlukan bahan pemeriksaan yang berbeda sesuai dengan jenis tes yang diperiksa. Pada umumnya yang paling sering digunakan adalah urine sewaktu. Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan kapan saja saat diperlukan pemeriksaan kuantitatif zat tertentu di dalam urine misalnya protein. Pada keadaan demikian, diperlukan pengumpulan urine 24 jam. Berikut ini akan dijelaskan berbagai jenis bahan urine yang sering diminta untuk urinalisis: a. Freshly voided urine specimen adalah urine segar yang baru dikeluarkan; b. Clean voided specimen; c. Urine pagi. Merupakan urine pagi yang pertama kali dikeluarkan; d. Urine sewaktu yaitu urine yang dikeluarkan kapan saja saat akan diperiksa tanpa memperhatikan waktu atau interval waktu tertentu; e. Urine 24 jam. Digunakan untuk pemeriksaan zat tertentu secara kuantitatif, seperti protein, kreatinin, kalsium, fosfor, natrium, kalium dan klorida. Untuk menampung urine 24 jam harus disediakan wadah yang dapat memuat 2-3 urine dan diberi pengawet toluene 1 ml/liter urine; f. Urine 2 jam postprandial.Digunakan untuk pemeriksaan glukosa urine pada penderita diabetes mellitus (Anonim, 2012)