Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diagnosis klinis merupakan rangkaian pemeriksaan medis terhadap
kondisi fisik hewan hidup. Satu hal yang sangat khusus dalam diagnosis klinis
adalah rangkaian pemeriksaan fisik. Tahapan ini diakhiri diagnosis khusus
yang disebut terapi diagnosis (Widodo, 2011).
Pemeriksaan kesehatan berdasarkan urin atau yang sering disebut
dengan urinalysis berdasarkan pada kandungan urin dapat menunjukkan
potensi kelainan pada pasien. Urinalisis sering dilakukan pada manusia dan
hewan kecil tetapi pada hewan ruminansia besar seperti sapi, hal ini belum
merupakan uji rutin (Utama,2011) .Beberapa manfaat urinalysis adalah dapat
digunakan untuk mengetahui adanya potensi gangguan hati, diabetes mellitus,
infeksi pada ginjal atau saluran kemih. Uji urinalysis terdiri dari dua macam,
yaitu uji makroskopik dan uji mikroskopik (Izzah, 2013).

1.2 Tujuan
1.3 Rumusan Masalah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeriksaan Fisik


Diagnosis klinis merupakan rangkaian pemeriksaan medis terhadap
kondisi fisik hewan hidup. Satu hal yang sangat khusus dalam diagnosis klinis
adalah rangkaian pemeriksaan fisik. Tahapan ini diakhiri diagnosis khusus
yang disebut terapi diagnosis. Sinyalemen atau identitas diri dari seekor hewan
merupakan ciri khusus yang membedakan dari hewan lain. Sinyalemen pada
anjing terdiri atas nama hewan, jenis hewan, bangsa atau ras, jenis kelamin,
umur, warna kulit, warna rambut, berat badan, dan ciri-ciri khusus
(Widodo,2011).
Setelah dilakukan sinyalemen/registrasi dan anamnesa maka
selanjutnya dilakukan pemeriksaan umum yang meliputi, Inspeksi dan adspeksi
diantaranya melihat, membau, dan mendengarkan tanpa alat bantu. Sebelum
melakukan inspeksi, usahakan hewan tidak menaruh curiga kepada pemeriksa
dan usahakan agar hewan tenang. Inspeksi atau melihat keadaan pasien dari
jarak jauh dan jarak dekat secara menyeluruh dari segala arah serta perhatikan
keadaan sekitarnya. Perhatikan ekspresi muka, kondisi tubuh, pernafasan,
keadaan abdomen, posisi berdiri, keadaan lubang alami, aksi dan suara
(Boddie, 1962).
Inspeksi dan adspeksi diantaranya melihat, membau, dan mendengarkan
tanpa alat bantu. Usahakan agar hewan tenang dan tidak menaruh curiga
kepada pemeriksa. Lakukan inspeksi dari jauh dan dekat terhadap pasien secara
menyeluruh dari segala arah serta perhatikan keadaan sekitarnya. Perhatikan
ekspresi muka, kondisi tubuh, pernafasan, keadaan abdomen, posisi berdiri,
keadaan lubang alami, aksi dan suara. Pulsus dan nafas diperiksa pada bagian
arteri femoralis yaitu sebelah medial femur. Nafas diperiksa dengan
menghitung frekuensi dan memperhatikan kualitasnya dengan melihat
kembang-kempisnya daerah thoraco-abdominal dan menempelkan telapak
tangan di depan cuping bagian hidung (Boddie. 1962).
Conjunctiva diperiksa dengan cara menekan dan menggeser sedikit saja
kelopak mata bawah. Conjunctiva kedua mata harus diperiksa, sehingga
keabnormalitasan tertuju sebagai local disease dinilai dan tidak dirancukan
dengan gejala klinik umum. Penampakan conjunctiva noramal berbeda- beda
pada tiap hewan. Pada kuda berwarna pink pucat, pada sapi dan domba
warnanya lebih pucat daripada milik kuda, pada babi adalah warna kemerahan,
pada kucing tampak pucat. Variasi warna pada hewan yang berbeda ini
sebaiknya dihafalkan. Membrane mukosa yang tampak Anemi (warna pucat)
dan lembek merupakan indikasi anemia. Intensitas warna conjunctiva dapat
menunjukkan kondisi peradangan akut seperti enteritis, encephalonitis dan
kongesti pulmo akut. Cyanosis (warna abu- abu kebiruan) dikarenakan
kekurangan oksigen dalam darah, kasusnya berhubungsn dengan pulmo atau
system respirasi. Jaundice (warna kuning) karena terdapatnya pigmen bilirubin
yang menandakan terdapatnya gangguan pada hepar. Hiperemi (warna pink
terang) adanya hemoragi petechial maenyebabkan hemoragi purpura dan
ingusan pada kuda atau septisemia hemoragi pada ternak (Boddie. 1962).
Mukosa hidung pemeriksaan yang dilkukan adalah dengan melihat
apakah terdapat kepucatan, leleran, perubahan warna, petechiasi atau ulserasi.
Perubahan ini penting untuk identifikasi conjunctiva. Ulserasi pada mukosa
hidung adalah karakteristik gejala klinik ingusan pada kuda (Boddie. 1962).
Pemeriksaan mulut dengan cara inspeksi membrane mukosa dan
jaringan lain di dalam mulut, palpasi lidah dengan paksaan dan deteksi
abnormalitas sepeti trismus. Diperiksa apakah ada iritasi local seperti ulserasi,
vesikel, penyakit pada lidah, pipi atau rahang atau trauma langsung pada mulut.
Ulserasi mungkin dikarenakan gigi yang sudah tidak berfungsi, pada anjing
dapat terjadi pada toksemia yang dikarenakan nephritis akut, infeksi
lepstospira, dan defisiensi vitamin akut (Boddie. 1962).
Penampakan mata normal sehat adalah jernih dan basah. Penampakan
mata yang tidak normal dapat menandakan adanya dehidrasi pada jaringan
tubuh. Adanya lesi pada kornea, seperti keratitis dan corneal opacity,
kemungkinan merupakan luka yang bersifat local, tetapi lesi dapat terjadi juga
merupakan gejala klinik dari penyakit yang spesifik seperti canine distemper,
dan lain-lain. Respon pada mata dapat dengan menggunakan cahaya dari
penlight, jika cahaya didekatkan pada mata maka aka nada reaksi dari pupil
yaitu pupil akan berdilatasi, namun jika tidak terdapat reaksi apa- apa berarti
kemungkinan adanya gangguan pada system saraf pusat dan berakibat pada
system refleknya (Boddie. 1962).

2.2 Pemeriksaan Darah


Pertama-tama cari titik pada tubuh ternak yang banyak mempunyai
pembuluh darah sehingga akan mempermudah dalam pengambilan darah.
Bagian tersebut sebelumnya perlu dibersihkan dengan alkohol. Pembersihan
tersebut berfungsi untuk menghindarkan dari adanya bakteri (sterilisasi). Selain
untuk sterilisasi, pembersihan dengan alkohol dapat meminimalisir terjadinya
infeksi pada ternak setelah dilakukan pengambilan sampel darah. Jarum yang
merupakan alat suntik yang digunakan dalam pengambilan sampel darah ini
memepunyai bermacam-macam ukuran. Ukuran tersebut telah disesuaikan
dengan tempat pengambilan sampel darah supaya jarum tersebut tepat sasaran
dan tidak melukai bagian yang lain. Apabila jarum tersebut tidak sesuai dengan
ukuran tempat pengambilan sampel darah, maka pengambilan sampel darah
akan sulit dilakukan (Ahmad., et al 2012)
Alat suntik diposisikan secara tepat ketika pengambilan sampel
darah.Bagian jarum yang runcing berada di bawah (posisi jarum menengadah
ke atas) sehingga fungsinya berjalan dengan baik yaitu untuk menngambil
darah supaya terhisap oleh tabung hisap. Selain itu, ujung jarum usahakan
masuk atau tertutupi sehingga darah akan mudah masuk pada jarum tersebut.
Alat suntik tersebut di suntikkan berlawanan arah dengan pembuluh darah dan
di masukkan dengan lurus tidak keluar dari pembuluh darah (Ahmat et al.,
2012).

3.3 Pemeriksaan Urine


Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui
ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli per menit akan terbentuk
filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan
ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk satu mili liter urin per
menit. (R. Wirawan, S. Immanuel, R. Dharma, 2008).
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-
molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang
menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam
ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar
tubuh melalui uretra (Popy, 2008).
Pemeriksaan kesehatan berdasarkan urin atau yang sering disebut
dengan urinalysis berdasarkan pada kandungan urin dapat menunjukkan
potensi kelainan pada pasien. Urinalisis sering dilakukan pada manusia dan
hewan kecil tetapi pada hewan ruminansia besar seperti sapi, hal ini belum
merupakan uji rutin (Utama,2011) .Beberapa manfaat urinalysis adalah dapat
digunakan untuk mengetahui adanya potensi gangguan hati, diabetes mellitus,
infeksi pada ginjal atau saluran kemih. Uji urinalysis terdiri dari dua macam,
yaitu uji makroskopik dan uji mikroskopik (Izzah, 2013).
Tes mikroskopik dilakukan dengan memutar (centrifuge) urin lalu
mengamati endapan urin di bawah mikroskop. Sedangkan tes makroskopik
dilakukan dengan cara visual yakni, pemeriksaan urin meliputi penaksiran dari
kenampakan, bau, keadaan, dan fisik (Izzah, 2013). Analisis kimiawi urin
umumnya dilakukan dengan cara uji dipstick yaitu suatu tes yang
menggunakan stik yang dibuat khusus yang terdiri atas strip untuk mendeteksi
glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit,
dan leukosit. Penggunaan dipstick pada urinalisis tidak memerlukan
keterampilan khusus, selain itu hasilnya bisa didapat hanya dalam waktu
beberapa menit (Utama,2011).
Untuk berbagai jenis pemeriksaan urine, diperlukan bahan pemeriksaan
yang berbeda sesuai dengan jenis tes yang diperiksa. Pada umumnya yang
paling sering digunakan adalah urine sewaktu. Urine sewaktu adalah urine yang
dikeluarkan kapan saja saat diperlukan pemeriksaan kuantitatif zat tertentu di
dalam urine misalnya protein. Pada keadaan demikian, diperlukan
pengumpulan urine 24 jam.
Berikut ini akan dijelaskan berbagai jenis bahan urine yang sering
diminta untuk urinalisis: a. Freshly voided urine specimen adalah urine segar
yang baru dikeluarkan; b. Clean voided specimen; c. Urine pagi. Merupakan
urine pagi yang pertama kali dikeluarkan; d. Urine sewaktu yaitu urine yang
dikeluarkan kapan saja saat akan diperiksa tanpa memperhatikan waktu atau
interval waktu tertentu; e. Urine 24 jam. Digunakan untuk pemeriksaan zat
tertentu secara kuantitatif, seperti protein, kreatinin, kalsium, fosfor, natrium,
kalium dan klorida. Untuk menampung urine 24 jam harus disediakan wadah
yang dapat memuat 2-3 urine dan diberi pengawet toluene 1 ml/liter urine; f.
Urine 2 jam postprandial.Digunakan untuk pemeriksaan glukosa urine pada
penderita diabetes mellitus (Anonim, 2012)

Anda mungkin juga menyukai