Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

1. Pengertian Urin
Cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
2. Komposisi Urin:

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin
berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang
proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa,
diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang
tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang
berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh (Widyastuti
Rahma dkk, 2018).
3. Fungsi Urin:
a. Membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh,
b. Penunjuk dehidrasi. Orang yang mengalami dehidrasi akan mengeluarkan
berwarna kuning pekat/coklat. Jika tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin bening seperti air,
c. Membasuh luka luar sebagai pencegah infeksi dan diminum untuk
meredakan sakit lambung dan usus (Dukun Aztec). Pemutih pakaian
(Romawi Kuno),
d. Diminum bila telah mengkonsumsi fly agaric (jamur beracun
halusinasi/kematian
(Lesmana Ronny, 2017).
4. Urinalisis
Urinalisis adalah pemeriksaan urin rutin yang sering dilakukan karena
relatif mudah, murah, dan tidak invasif. Urinalisis mencakup pemeriksaan
makroskopik, kimia, dan mikroskopik urin. Urinalisis tidak hanya dapat
memberikan informasi mengenai keadaan ginjal dan saluran kemih, tetapi
juga dapat memberikan informasi mengenai faal hati, saluran empedu,
pankreas, korteks adrenal, kelainan genetik dan lain-lain.
5. Proses Pembentukan Urin
Sistem uropoetik merupakan sistem yang terdiri dari ginjal, ureter, vesica
urinaria, dan uretra. Sistem ini berfungsi menghasilkan, menyimpan, dan
mengeluarkan urin. Proses pembentukan urin dimulai dari masuknya darah
ke glomerulus melalui arteriol afferent, kemudian mengalami ultrafiltrasi
plasma. Hasil ultrafiltrasi masuk ke kapsula Bowman selanjutnya masuk ke
dalam tubulus. Di dalam tubulus terjadi proses reabsorbsi dan sekresi
berbagai substansi, selanjutnya hasil reabsorbsi tubulus akan memasuki
duktus kolektivus, pelvis renalis, ureter, vesica urinaria, dan uretra kemudian
dipancarkan sebagai urin (Rosida Azma, 2019).
6. Pemeriksaan Makroskopis Urine meliputi:
a. Warna Urine:
Urin normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit
berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin.
Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urin; urin encer hampir tidak
berwarna, urin pekat berwarna kuning tua atau sawo matang.
Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat
mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin
(hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh.
Obat-obatan tertentu dapat mengubah warna urin. Beberapa keadaan yang
menyebabkan warna urin adalah :
a. Merah: hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin.
Penyebab nonpatologik: banyak macam obat dan zat warna, bit,
rhubab (kelembak), senna.
b. Oranye: pigmen empedu.
Penyebab nonpatologik: obat untuk infeksi saliran kemih (piridium),
obat lain termasuk fenotiazin.
c. Kuning: urin yang sangat pekat, bilirubin, urobilin.
Penyebab nonpatologik: wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.
d. Hijau: biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas).
Penyebab nonpatologik: preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.
e. Biru: tidak ada penyebab patologik.
Pengaruh obat: diuretik, nitrofuran.
f. Coklat Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen
empedu.
Pengaruh obat: levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
g. Hitam atau hitam kecoklatan: melanin, asam homogentisat, indikans,
urobilinogen, methemoglobin.
Pengaruh obat: levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.
(Santhi Dharma, 2016).
b. Bau Urine
Urine baru, pada umumnya tidak berbau keras. Baunya disebut
pesing, disebabkan karena adanya asam-asam yang mudah menguap. Bau
urine dapat dipengaruhi oleh makanan/ minuman yanga dikonsumsi.
Apabila urine dibiarkan lama, maka akan timbul bau amonia, sebagai hasil
pemecahan ureum. Aceton memberikan bau manis dan adanya kuman akan
memberikan bau busuk pada urine.
(Santhi Dharma, 2016).
c. Berat Jenis (BJ)
Bj (Berat Jenis) adalah pengukur kepatan air seni sehingga dipakai
untuk menilai kemampuan ginjal untuk menekatkan dan mengencerkan
urine. Nilai BJ urine yang rendah dan persisten menunjukkan gangguan
fungsi reabsorbsi tubulus. Nilai BJ urine 1,005-1,035 masih dianggap normal
pada urine sewaktu. Nilai normal untuk urine pagi 1,015-1,025, sedangkan
pada urine dengan pembatas minum selama ± 12 jam akan menghasilkan
nilai normal > 1,022 dan pada urine 24 jam akan mencapai > 1,026
(Purwaningsih Nur Vita, 2018).
d. Keasaman (pH)
Ginjal yang berperan penting dalam mengatur asam basa sistemik
setelah respirasi. Dengan cara menekresikan hidrogen dalam bentuk ion
ammonium, asam lemah, dan hidrogen fosfat yang kemudian akan diasam
kan oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4menjadi sekitar 6
difinal urine. Urine pagi pada orang yang sehat akan menunjukkan pH 5-6
lebih asam dari urine lainnya, dan juga akan menjadi lebih basa tetapi
semua tergantung pada makanan yang dikonsumsinya.
pH urine mempunyai sifat yang tidak stabil jika urine dibiarkan lebih
dari dua jam baik pada suhu ruang maupun pada suhu refrigerator. Ketidak
stabilan urine ditandai dengan peningkatan kadar ammonium sehingga
dapat mempengaruhi nilai pH pada urine. Urine yang disimpan sangat lama
pada suhu ruang akan menyebabkan lebih basa karena pembusukan urea
yang disebabkan oleh bakteri.
e. Pemeriksaan Bilirubin Urine
Bilirubin secara normal tidak terdapat dalam urine, namun dalam
jumlah yang sangat sedikit dapat berada dalam urine, tanpa terdeteksi
melalui pemeriksaan rutin. Bilirubin terbentuk dari penguraian hemoglobin
dan ditranspor menuju hati, tempat bilirubin berkonjugasi atau tak langsung
bersifat larut dalam lemak, serta tidak dapat diekskresikan ke dalam urine.
Bilirubinuria mengindikasikan kerusakan hati atau obstruksi empedu dan
kadarnya yang besar ditandai dengan warna kuning.
f. Pemeriksaan Urobilinogen Urine
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin yang
terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri dalam usus
mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen
berkurang dalam feses dan sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran
darah. Kemudian urobilinogen diproses ulang menjadi empedu kira-kira
ejumlah 1% diekskresi oleh ginjal di dalam urine. Spesimen urine harus
segera diperiksa dalam setengah jam karena urobilinogen urine dapat
teroksidasi menjadi urobilin.
7. Jenis-jenis Urin:
a. Urin Sewaktu
Untuk bermacam-macam pemeriksaan dapat digunakan urin
sewaktu, yaitu urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan
dengan khusus. Urin sewaktu ini biasanya cukup baik untuk pemeriksaan
rutin.
b. Urin Pagi
Urin pagi ialah urin yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari
setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat dari urin yang dikeluarkan siang
hari, jadi baik untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein dll.
c. Urin Postprandial
Sampel urin ini berguna untuk pemeriksaan terhadap glukosarik. Urin
ini merupakan urin pertamakali dilepaskan 1,5 - 3 jam sehabis makan. Urin
pagi tidak baik untuk pemeriksaan penyaring terhadap adanya glukosariak.
d. Urin 24 Jam
Apabila diperlukan penetapan kuantitatif sesuatu zat dalam urin, urin
sewaktu tidak bermakna dalam menafsirkan proses-proses metabolik dalam
badan. Hanya jika urin itu dikumpulkan selama waktu yang diketahui dapat
diberikan suatu kesimpulan agar angka analisa dapat diandali khususnya
dipakai urin 24 jam.
(Ferdhyanti Ulfa A., 2019)
B. Uraian Bahan
C. Uraian Sampel

1. Urin Normal (Hidayah, 2018)

Komposisi : Air (96%), Urea (2%), Natrium (2%)

Warna : Bening Orange Pucat

Bau : Tajam dan Khas

Reaksi : Sedikit Asam Terhadap Lakmus

pH Rata-rata :6
DAFTAR PUSTAKA

Al Jamil, Azia Putri dkk. 2018 "Gambaran Hasil Pemeriksaan Urine pada Pasien
dengan Pembesaran Prostat Jinak di RSUP DR. M. Djamil Padang"
Jurnal Kesehatan Andalas.

Fadilla, Ivan, Putra Pandu Adikara dkk. 2018. “Klasifikasi Penyakit Chronic
Kidney Disease (CKD) Dengan Menggunakan Metode Extreme Learning
Machine (ELM)”. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu
Komputer. Vol 2. No.10. Oktober 2018

Fahmi, Aliyah. 2021. "Kimia Klinik Dasar" Penerbit Media Sains Indonesia;
Bandung.

Ferdhyanti, A.Ulfa. 2019. "Teknik Hitung Leuokosit dan Eritrosit Urine" Uwais
Inspirasi Indonesi.

Fristiohady, Adryan, 2020.”Pengantar Kimia Klinik dan Diagnostik. Penerbit


Wahana Resolusi. Yogyakarta.

Gunansah, Gun gun. 2021. “Pengantar Hidup Sehat Siram Zaman”. Poltekes
Kemenkes. Palembang.

Rohman Fathur K. M, Vidi Pratama dkk. 2020. “Sistem Pendeteksi Keasaman


dan Warna Urin Sebagai Indikasi Dini Dehidrasi. Prodi Elektronika
Industri Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Jakarta.

Lesmana, Ronny, dkk. 2017 "Fisiologi Dasar" Departemen Anatomi, Fisiologi


dan Biologi Sel. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Mukarramah, Rifkatul. dkk. 2018 "Studi Hasil Pemeriksaan Protein Urin Segera
Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Menggunakan Asam Sulfosalisilat di
RSU Wisata Universitas Indonesia Timur" Jurnal Media Laboran Volume
8 Nomor 1 Mei 2018.

Nugroha, dkk. 2019 "Analisis Cairan Tubuh dan Urine" Pusat Penerbitan dan
Pencetakan. Universitas Airlangga; Surabaya.

Purwaningsih, Nur Vita. 2018 "Perbandingan Pemeriksaan Leukosit Urine Segar


Dengan Setelah 2 Jam Disuhu Kamar" Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat. Universitas Mihammadiyah; Surabaya.

Ramayubis, R. 2017 "Did Rest ala Rita Ramayulis Dengan Pengaturan Pola
Asam Basa Makanan" PT. Gramedia Pustaka Utama; Jakarta.
Rozida, Azam & Pratiwi, Dewi I.N. 2019 "Pemeriksaan Laboratorium Sistem
Uropoetik PK Unlam" Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
PSPD; Banjarmasin.

Santhi, Dharma, dkk. 2016 "Penuntun Praktikum Kimia Klinik" Program Studi
Pendidikan Dokter. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana; Bali.

Wahudi,dkk. 2016 "Praktikum Biomedik Dasar dalam Keperawatan".

Wibawa, A.A Putu Putra. 2016. “Diklat Biokimia Ginjal dan Urine”. Fakultas
Pertenakan Universitas Udayana

Widyastuti, Rahma, dkk. 2018 "Modul Praktikum Urinalisis dan Cairan Tubuh"
Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah; Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai