Anda di halaman 1dari 5

Ada berbagai macam metode dalam menghambat pertumbuhan bakteri, baik secara

kimia antibiotik ataupun kandungan alami dari tanaman ataupun rempah-rempah


tradisional. Indonesia kaya akan sumber bahan obat tradisional yang telah digunakan
oleh sebagian masyarakat secara turun temurun, penggunaan obat tradisional disukai
karena selain terjangkau oleh masyarakat dari segi harga maupun ketersediaannya
obat tradisional juga dipilih masyarakat sebagai bahan alternatif pengganti obat-obatan
(Sukandar, 2011). Salah satu jenis tanaman yang bisa dimanfaatkan ialah tanaman
bunga kaktus pakis giwang (Euphorbia milii). Bunga kaktus pakis giwang (Euphorbia
milii) adalah sejenis tanaman hias yang termasuk familia Euphorbiaceae, dimana bunga
ini jarang sekali dimanfaatkan oleh masyarakat umum untuk pengobatan herbal,
melainkan hanya sebagai tanaman hias yang dipandang dari segi estetika saja.(Hiday,
2015).
Bunga kaktus pakis giwang (Euphorbia milii) ini banyak mengandung senyawa minyak
atsiri seperti saponin, tanin, flavonoid yang berfungsi sebagai antibakteri.(Sativa, 2014).
Sehingga besar kemungkinan zat yang terkandung dalam bunga Euphorbia milii
diharapkan dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dalam
penelitian ini.

Pirmansyah Diki, Nor Istiqomah, M. Choiroel Anwar. 2017. Aktifitas Antibakteri Ekstrak
Bunga Kaktus Pakis Giwang (Euphorbia Milii) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus Aureus. Jurnal Pena Medika Vol 7 (1) Juni 2017.

Perkembangan riset saat ini, cenderung menekankan prinsip back to nature, dalam
berbagai bidang penelitian, termasuk dalam pengendalian gulma, mengingat
penggunaan herbisida kimia dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, kematian
tanaman budidaya secara masal, harga yang lebih mahal bioherbisida alami (Sumekar,
2022).

Wildan Habibi Mohammad, Hasyim As’ari. 2022. Toksisitas Getah Euphorbia Milii
Terhadap Pertumbuhan Rumpu Teki (Cyperus Rotundus). Biosense Vol. 05 No.
01, Juni 2022.
Euphorbia milii (E. milii) adalah tanaman hias yang memiliki beragam manfaat.
Tanaman ini biasa digunakan oleh orang Cina dan Brasil sebagai obat tradisional.
Studi tentang aktivitas anti-mikroba E. milii dilakukan oleh peneliti India menggunakan
metode cup plate, menghasilkan zona perlambatan pertumbuhan yang cukup
berpengaruh pada organisme gram positif (Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus)
dan organisme gram negatif (Escherichia coli dan Proteus vulgaris). E. milii
mengandung senyawa glikosida triterpen aktif yang berfungsi sebagai imunomodulator.
Senyawa-senyawa ini bekerja dengan menstimulasi aktivitas lisosom makrofag dan
meningkatkan kadar IL-12, peningkatan proliferasi sel B dan sel T limpa sebagai
pertahanan tubuh terhadap patogen. Senyawa glikosida triterpen diharapkan dapat
meningkatkan eliminasi M. tuberculosis oleh makrofag. Imunomodulator adalah zat
yang dapat memodulasi fungsi dan aktivitas system kekebalan tubuh. Imunomodulator
memiliki 3 fungsi utama yaitu, mengatur sistem kekebalan tubuh (imunoregulator),
meningkatkan fungsi dan aktivitas sistem kekebalan tubuh (immunostimulator), dan
dapat menekan atau menghambat respon imun yang tidak diperlukan
(immunosuppressors). E. milii memiliki manfaat sebagai antimikroba dan
imunomodulator, memungkinkan untuk memberikan manfaat pada kasus pasien yang
terinfeksi TB. Tubuh yang terinfeksi M. tuberculosis akan merangsang makrofag
terhadap bakteri M. tuberculosis dengan membungkus bakteri, mengaktifkan
sistem kekebalan seluler dan humoral.

Bunga Euphorbia memiliki 2000 spesies berbeda. Genus Euphorbia adalah genus
terbesar di kerajaan tanaman obat. Banyak penelitian telah membahas kemampuan E.
milii sebagai anti proliferatif, senyawa sitotoksik, antitumor, antimikroba, antidiare,
antidipsogenik, urease inhibitor, angiotensin converting enzyme inhibitor, antipiretik, dan
analgesik. E. milii mengandung senyawa fenolik yang dapat bertindak melawan
beberapa gram positif dan negatif. Bahan aktif dari ekstrak etanol E. milii mengandung
alkaloid, triterpenoid, saponin, fenolik, dan flavonoid yang mampu memberikan efek
imunomodulator. Berdasarkan studi fitokimia pada E. milii ditunjukkan adanya bahan
aktif β-sitosterol, cycloartenol, β-amyrin asetat, lupeol, euphol, flavonoid, dan
triterpenoid. Flavonoid (fenol dan fenolik) adalah pigmen kuning yang ditemukan di
kerajaan tumbuhan, bisa bebas, bisa berupa glikosida dan terkait dengan tanin
(karbohidrat). Flavonoid juga dikenal sebagai anthoxanthins. Milliamine yang diisolasi
dari lateks E. milii menunjukkan aktivitas yang kuat terhadap aspergillus dan mollusca.
Bahan baku untuk ekstrak metanol dari E. milii menunjukkan aktivitas analgesik yang
signifikan setara dengan natrium diklofenak.

E. milii telah diketahui memiliki property yang dapat mempengaruhi sistem kekebalan
tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan efeknya terhadap respon imun in vitro dan in
vivo. E. milii memiliki molekul gula yang berperan penting dalam proses inflamasi. E.
milii mengandung senyawa glikosida triterpen aktif yang berfungsi sebagai
imunomodulator. Senyawa ini bekerja dengan menstimulasi aktivitas lisosom makrofag
dan meningkatkan kadar IL-12, menghasilkan peningkatan proliferasi sel B dan sel T
limpa sebagai pertahanan tubuh terhadap patogen. Penelitian yang dilakukan oleh
Baruffi et al., 2000 menunjukkan bahwa dengan menggunakan ekstrak E. milii pada
tikus, terjadi agregasi neutrofil dengan cepat ketika dipicu oleh E. milii 0,1 mg/ml.
Penjelasan dari hal ini adalah bahwa E. milii menginduksi migrasi dari neutrofil.
Agregasi neutrofil sementara, yang diinduksi oleh E. milii mirip dengan respon
kemotaksis maksimal, yaitu dengan adanya karakteristik adhesi neutrofil homotypic,
sedangkan agregasi persisten, dipicu oleh jumlah E. milii yang lebih tinggi, sesuai
dengan aglutinasi sel oleh lektin multivalen.

Ramadanti Rachmatia, Tri Umiana Soleha, Muhammad Maulana. 2019. Pengaruh


Euphorbia milii Terhadap Respon Imunitas pada Infeksi Tuberkulosis. Majority.
Volume 8. Nomor 1. Maret 2019.

Bunga Euphorbia milii juga mengandung antosianin. Intensitas dan stabilitas dari
ekstrak antosianin ini bergantung kepada suhu, cahaya, dan penyimpan (Husniati dkk.,
2017). Beberapa penelitian lainnya telah melaporkan bahwa hasil ekstrak bunga
Euphorbia milii (Divya et al., 2016) mengandung antimikroba dan antitumor. Penelitian
ini melaporkan cara menyiapan sediaan antosianin dalam bentuk enkapsulasi agar
dipertahankan aktivitas antioksidannya untuk penggunaan yang lebih luas.

Husniati. 2018. Pengkapsulan Ekstrak Antosianin Bunga Euphorbia milii.


Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi) Volume 10 No. 2 Desember 2018.

Potensi sumber daya tumbuhan yang ada di Indonesia merupakan aset dengan nilai
keunggulan komparatif dan merupakan modal dasar untuk pemanfaatan dan
pengembangannya untuk dapat menjadi komoditif yang kompetitif. Keanekaragaman
tumbuhan dapat dimanfaatkan dan dilestarikan karena sangat berpotensial untuk dapat
dikembangkan dengan melibatkan masyarakat yang memiliki pengetahuan tersebut
(Rahayu 2005).

Evanglin Tobondo Vanda, Roni Koneri, Dingse Pandiangan. 2019. Keanekaragaman


dan Pemanfaatan Tanaman Pekarangan di Desa Taripa, Kecamatan Pamona
Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Jurnal Bios Logos Vol. 11 No.1,
Februari 2021.
Euphorbia milii Des Moul. (Mahkota Duri)

Nama Daerah :
Eporbia, kaktus pakis giwang (Indonesia); sudu-sudu, susumu, susudu (Jawa)

Sinonim :
Euphorbia bojeri Hook; Euphorbia bojeri Klotzsch; Euphorbia breonii Nois; Euphorbia
rubrostriata Drake; Euphorbia splendens subsp, bojeri (Hook.) Denis; Euphorbia
splendens var. bojeri (Hook.) Costantin & Gallaud; Euphorbia splendens var. imperatae
Leandri; Sterigmanthe bojeri (Hook.) Klotszh & Garcke; Tumalis bojeri (Hook.) Raf

Ciri-ciri :
Tumbuhan sukulen tahunan, tegak dengan tinggi 40-80 cm. Batang bersegi atau bulat,
percabangan rapat, warna cokelat kelabu, bergetah, berduri tajam, rapat, panjang duri
3-5 cm. Daun tunggal, tersusun berseling, tangkai pendek, helaian daun lonjong atau
bundar telur, ukuran 3-5 cm x 1,5-3 cm, pangkal dan ujung daun runcing, tepi rata,
permukaan licin, petualangan menyirip, dan berwarna hijau. Bunga majemuk, muncul di
ketiak daun, membentuk dompolan-dompolan; panjang ibu tangkai bunga 5-10 cm;
kelopak 2 helai, bentuk ginjal, halus, panjang 8-13 mm, warna merah; bakal buah
menumpang; benang sari dan putik membentuk prisma, panjang 1-2 mm, warna merah;
mahkota merupakan daun pelindung, 5 helai, warna jingga, merah hingga merah
keunguan, bentuk bulat, lancip hingga berbentuk hati dan terbelah; posisi mahkota
bertumpuk, mengait, dan bersinggungan. Buah kotak, bentuk bulat, ukurann kecil, dan
warna putih kehijauan. Biji bulat, kecil, dan berwarna cokelat. Akar serabut dan
berwarna cokelat kehitaman.

Sebaran :
Mahkota duri berasal dari Madagaskar dan telah tersebar luas di seluruh Amerika,
Afrika, dan Asia Tropis, termasuk Indonesia.

Habitat :
Jenis ini tumbuh dengan baik di daerah yang panas dengan pencahayaan penuh, suhu
4-40 0C, dan curah hujan rendah.

Budi Daya :
Perbanyakan dengan biji dan setek batang

Kegunaan :
Sebagai tanaman hias dan obat tradisional. Bunga mahkota duri dimanfaatkan untuk
mengobati pendarahan rahim, pucuk batang untuk mengobati hepatitis, daun dan
batang untuk menyembunyikan luka bakar dan bisul.

Status Konservasi :
Jenis ini banyak ditemukan tumbuh meliar di alam dan telah dibudidayakan sebagai
tanaman hias. Menurut IUCN redlist (2016), mahkota duri termasuk kategori Data
Deficient ver 3.1 (membutuhkan updating data).

Esti Munawaroh, Yuzammi, Saniyatun Mar’atus Solihah, Suhendar. 2017. Koleksi


Kebun Raya Liwa, Lampung. Tumbuhan Berpotensi Sebagai Tanaman Hias. Jakarta:
LIPI Press.

Euphorbia milii merupakan tanaman hias dengan ciri khas banyak duri di batangnya.
Euphorbia milii sangat mudah ditemukan di Indonesia karena Indonesia merupakan
negara beriklim tropis. Euphorbia milii mengandung beberapa senyawa seperti saponin,
tanin, dan flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa yang memiliki efek
imunomodulator yang mempengaruhi limfosit dengan meningkatkan produksi
interleukin-2 (IL-2) yang merupakan salah satu sitokin penginduksi aktivitas sel Natural
Killer (NK), sel B, dan sel T3.

Gede Angga Triadi Nata I Dewa, Ni Made Linawati, I Gusti Ayu Dewi Ratnayanti, I
Wayan Sugiritama. 2021. Efek Pemberian Teh Kombinasi Bunga Euphorbia Milii Dan
Propolis Terhadap Diameter Pulpa Putih Limpa Tikus Wistar Jantan. Jurnal Medika
Udayana, Vol. 10 No.5 Mei, 2021

Anda mungkin juga menyukai