FUNGI AS MEDICINES
SI Rahmawati
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas Ilmu Pangan Halal Universitas Djuanda Bogor, Jl. Tol Ciawi
No. 1, Kotak Pos 35 Ciawi, Bogor 16720.
Korespondensi: Siti Irma Rahmawati, E-mail: siti.irma.rahmawati@unida.ac.id
(Diterima oleh Dewan Redaksi: 02-01-2015)
(Dipublikasikan oleh Dewan Redaksi: 01-04-2015 )
ABSTRACT
On the health perception, content of fungi nutrient and its function as medicine have been
known by China from 2000 years ago. Fungi has high water content, so raw fungi has lower
macronutrient and lower calorie. Fungi also a good sources for edible protein, on the other
hand lipid content of fungi is less. Lipids content on fungi are phospholipid, sterol, sterol
ester, mono-, di-, triglecerides, include fatty acids. Moreover, bioactive compounds from
fungi, which is polysaccharide and proteoglycan, has strong ability as antioxidant.
Furthermore, the development of chronic disease could be addressed by consume
antioxidant to increase health. Based on this information, changes on dietary habit to
increase the consumption of fungi could increase bioactive coumponds in the body, and also
could increase the probability of chronic disease.
Keywords: antioxidant, chronic disease, fungi, medicines, nutraceutical.
ABSTRAK
Dari kacamata kesehatan, kandungan nutrisi jamur maupun fungsinya sebagai obat telah
dikenali oleh Negara China dari 2000 tahun yang lalu. Jamur memiliki kandungan air yang
tinggi, sehingga jamur segar mempunyai kandungan makronutrient dan energi yang rendah.
Jamur merupakan sumber yang baik untuk protein yang dapat dicerna, dilain pihak
kandungan lemaknya rendah. Kandungan lemak yang ada pada jamur biasanya terdiri dari
phospholipid, sterol, sterol ester, mono-, di-, triglycerides, termasuk juga asam lemak.
Sedangkan komponen bioaktif yang ada pada jamur biasanya terdiri dari polisakarida dan
proteoglycans. Komponen bioaktif dari jamur mempunyai kemampuan sebagai antioksidan
yang kuat. Pada perkembangannya penyakit yang akut dan kronis dapat mengkonsumsi
antioksidan sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan kesehatan. Berdasarkan hal ini,
perubahan kebiasaan makanan dengan meningkatkan konsumsi jamur, dapat meningkatkan
jumlah komponen bioaktif pada tubuh sehingga dapat mengurangi resiko penyakit kronis.
Kata kunci: antioksidan, jamur, nutraceutical, obat, penyakit kronis.
Rahmawati, SI. 2015. Jamur sebagai Obat. Jurnal Agroindustri Halal 1(1): 014 – 024.
Jurnal Agroindustri Halal ISSN 2442-3548 Volume 1 Nomor 1, April 2015 15
Jamur memiliki kandungan air yang jamur kuping bisa ditanam di daerah
tinggi, sehingga jamur segar mempunyai beriklim dingin sampai daerah yang
kandungan makronutrient dan energi yang beriklim panas. Namun idealnya jamur
rendah. Jamur merupakan sumber yang baik konsumsi ini akan tumbuh subur pada suhu
untuk protein yang dapat dicerna, dilain antara 20-30°C, dengan tingkat kelembapan
pihak kandungan lemaknya rendah. sekitar 80-90%. Beberapa jenis jamur
Kandungan lemak yang ada pada jamur kuping yang mulai dibudidayakan petani di
biasanya terdiri dari phospholipid, sterol, Indonesia antara lain jamur kuping merah
sterol ester, mono-, di-, triglycerides, (Auricularia yudae), jamur kuping hitam
termasuk juga asam lemak. Sedangkan (Auricularia polytricha), serta jamur kuping
bioaktif yang ada pada jamur biasanya agar (Tremella fuciformis).
terdiri dari polisakarida dan proteoglycans Jamur kuping, atau biasa dikenal sebagai
(Sadler, 2003). “black tree ear”, merupakan jamur makro
Beberapa jenis jamur yang telah dikenal yang sangat berharga karena merupakan
petani Indonesia seperti jamur merang, jamur tropis yang dibudidayakan secra luas
jamur kuping, jamur shitake, jamur tiram, di Asia tenggara. Jamur ini merupakan
dan jamur lingzhi yang mempunyai nilai bahan makanan tradisional China, dimana
ekonomi yang tinggi untuk dikembangkan, terdapat kepercayaan dari jaman dahulu
karena cara budidaya yang relatif mudah, bahwa berkhasiat untuk menyembuhkan
tidak memerlukan lahan yang luas dan berbagai penyakit. Berbagai penelitian telah
prospeknya menjanjikan Di alam liar, jamur dilakukan untuk mengetahui aktivitas
tiram merupakan tumbuhan saprofit yang biokimia dari jamur ini, diantaranya sebagai
hidup dikayu lunak dengan cara antitumor (Misaki, et al., 1981), anti
memperoleh bahan makanan dengan inflammatory (Ukai et al., 1983), darah
memanfaatkan sisa-sisa bahan organik. rendah (Yuan et al., 1998) dan aktifitas
Jamur tiram termasuk termasuk tumbuhan antikoagulan (Yoon et al., 2003). Akhir –
yang tidak berklorofil (tidak memliliki zat akhir ini aplikasi dari polisakarida jamur ini
hijau daun) sehingga tidak bisa mengolah mulai berkembang, polisakarida merupakan
bahan makanan sendiri. Nutrisi utama yang komponen utama bioaktivitas dari jamur
dibutuhkan jamur tiram adalah sumber kuping. Monosakarida utama yang
karbon yang dapat disediakan melalui membentuk polisakarida jamur kuping
berbagai sumber seperti sebuk kayu gergaji adalah glukosa (72%), mannose (8%),
dan berbagai limbah organik lain (Agfianto, xylose (10%) dan fucose (10%). Rantai
2002). Oleh karena itu, mengingat polisakarida ini sering disebut ß-glucan,
manfaatnya yang sangat banyak terutama yang mempunyai beberapa aktivitas biologi
bagi kesehatan ditambah budidaya jamur seperti antioksidan, antivirus, antitumor,
yang tergolong mudah dan murah sehingga bahkan melindungi jantung (Takeujchi et al.,
jamur sebagai sumber obat-obatan sangat 2004).
potensial bagi masyarakat luas.
JAMUR MERANG
JENIS JAMUR DAN MANFAATNYA Jenis jamur "ini dikenal sebagai jamur
merang karena umumnya dibudidayakan
JAMUR KUPING
pada merang padi, dikenal juga jamur
Jamur kuping (Auricularia auricular) memiliki jerami padi yang mempunyai ratusan jenis
bentuk tubuh yang melebar seperti bentuk (species) sampai varietas (strain) . Spesies
daun telinga manusia, karena itulah jamur yang paling terkenal dan banyak
yang masuk dalam kelompok jelly fungi ini dibudidayakan adalah jamur merang putih
diberi nama jamur kuping oleh masyarakat (Volvariella volvacea). Beberapa species lain,
luas, kata “kuping” diambil dari Bahasa Jawa dari genus Volvariella yang dibudidayakan
yang memiliki arti daun telinga. Umumnya adalah : V bombvcina, V diplasia dan V.
Jurnal Agroindustri Halal ISSN 2442-3548 Volume 1 Nomor 1, April 2015 17
esculenta . Menurut Chang dan Miles 2008). Kimura (2005) melaporkan bahwa
(1989), jamur merang sudah dibudidayakan 200,000-400,000 kg jamur kering
di China sejak tahun 1822 yang diabadikan diproduksi setiap tahunnya di Jepang.
pada tugu Nanhua Utara di propinsi Kebanyakan penelitian jamur ini berfokus
Guangdong . Sekira tahun 1932-1935, jamur pada efek therapeutic, dan hanya sedikit
ini mulai diperkenalkan ke negaranegara informasi mengenai kandungan
tetangga seperti Filipina, Malaysia dan antioksidannya (Mau et al., 2002).
negara-negara Asia Tenggara lain. Sejak itu Agaricus bisporous biasa disebut jamur
jamur ini mulai ditanam dan semakin lama kancing, merupakan jamur dari kelas
semakin berkembang dan memasyarakat Basidiomycetes yang dapat dimakan dan
sampai ke Indonesia (Suharjo, 2006) tumbuh secara alami di Eropa dan Amerika
V. volvaceae termasuk kelas : Utara. Jamur ini memiliki kalori yang
"BASIDIOMYCETES" (Jamur pembentuk rendah, dengan kandungan purine,
basidium). Melalui perkembangan serta karbohidrat dan sodium sama tingginya
kemajuan teknologi, kini jamur ini telah dengan kandungan beberapa vitamin,
banyak diusahakan petani. Dengan adanya potassium, fosfor dan beberapa elemen
usahatani jamur maka disamping dasar (Savoie et al., 2008). Polisakarida
meningkatkan pendapatan petani, juga yang terkandung dalam jamur ini yaitu
mempunyai manfaat lain, yaitu menambah glucomanan yang membentuk kompleks
sumber bahan pangan yang bernilai gizi dengan protein serta mannan dan protein
tinggi, Memanfaatkan limbah pertanian, kompleks menunjukkan adanya aktivitas
Merupakan penyedia pupuk organic (untuk antitumor dari keduanya.
menyuburkan tanah). Usahatani jamur
merang dapat dilakukan secara tradisional JAMUR TIRAM
dan Konvensional (Suharjo, 2006). Spesies Plerotus dikenal secara luas dan
Jamur merang rendah akan kalori, dibudidayakan di seluruh dunia terutama di
mempunyai sedikit kandungan kolesterol Asia dan Eropa. Teknologi yang cukup
dan tidak mengandung lemak serat sodium. sederhada untuk budidaya tersebut serta
Jamur ini juga mengandung Selenium dan hasil panen yang efisien menambah
Niacin (mineral esensial) mempunyai penyebaran budidaya jamur ini (Mane et al.,
peranan penting pada system imunitas, 2007). Jamur ini secara efisien dapat
system thyroid, system reproduksi laki-laki mendegradasi lignin, sehingga dapat
dan dapat mencegah kanker. Sehingga tumbuh di berbagai macam limbah
jamur merang mempunyai nilai nutrisi yang pertanian dengan kemampuan adaptasi
sangat tinggi dan bukan tidak mungkin yang luas terhadap kondisi iklim apapun
dapat dijadikan sebagai bahan obat-obatan (Jandaik dan Goyal, 1995).
(Ukoima et al., 2009). Spesies Pleurotus kayak akan sumber
protein dan mineral (Ca, P, Fe, K dan Na)
JAMUR KANCING dan vitamin C, B kompleks (thiamin,
Jamur kancing (Agaricus brasiliensis), riboflavin, asam folat dan niacin)
dikenal juga sebagai jamur matahri (Çağlarırmak, 2007). Jamur ini dikonsumsi
termasuk ke dalam jamur obat-obatan. karena kandungan nutrisinya maupun
Jamur ini dikenal sebagai “Cogumelo do Sol” karena manfaatnya yang dapat meningkatan
di Brazil dan “Himematsutake” di Jepang. kesehatan tubuh (Agrahar-Murugkar &
Jamur ini berasal dari Brazil dan telah Subbulakshmi, 2005). Protein jamur ini
digunakan secara tradisional sebagai merupakan intermediate antara hewan dan
makanan untuk kesehatan (Gan et al., 2013). sayuran, oleh karena itu memiliki kualitas
Pada pertengahan tahun 1960, spora jamur yang sempurna karena jamur ini
ini di bawa ke Jepang untuk kepentingan mengandung semua asam amino esensial
kultivasi dan penelitian (Hetland et al., (Purkayastha & Nayak, 1981). Jamur ini juga
18 Rahmawati SI Jamur sebagai Obat
JAMUR LIAR
Pada umumnya jamur liar mengandung yang berhubungan dengan oxidative stress
antioksidan yang berbeda-beda seperti (radikal bebas). Berikut di Tabel 1.
komponen phenol, tocopherols, asam Beberapa contoh jamur liar yang ditemukan
askorbat da carotenoid yang dapat di beberapa negara lain beserta komponen
diekstraksi untuk sebagai salah satu bahan bioaktif yang ada di dalamnya.
fungsional untuk melawan penyakit kronis
Trends Food Science Technology, 6: 75- Wasser SP, E Nevo, D Sokolov, M Timor-
82. Tismenetsky dan SV Reshetnikov. 2000.
Liu RH. 2004. Potential synergy of The regulation of dietary supplements
phytochemicals in cancer prevention: from medicinal mushrooms. Science and
mechanism of action. Journal Nutrition, Cultivation of Edible Fungi, Van
134: 3479S-3485S. Griensven (ed.).
Willett WC. 2002. Balancing life-style and Fowler S, R Roush dan H Wise. 2013.
genomics research for disease Consepts of Biology. Rice University,
prevention. Science, 296: 695-698. Texas, United State of America.
Liu RH. 2003. Health benefits of fruit and Mane VP, SS Patil, AA Syed, dan MM Baig.
vegetables are from additive and 2007. Bioconversion of low quality
synergistic combinations of lignocellulosic agricultural waste into
phytochemicals. Am. J. Clin. Nutr., 78: edible protein by Pleurotus sajor-caju
517S-520S. (Fr.) Singer. Journal of Zhejiang
Keles A, I Koca dan H Genccelep. 2011. University of Science, 8(10): 745-751.
Antioxidant properties of wild edible Jandaik CL dan SP Goyal. 1995. Farm and
mushroom. Journal of Food Process farming of oyster mushroom (Pleurotus
Technology, 2:6. sp). In: Mushroom Production
Hetland G, E Johnson, T Lyberg, S Technology (Eds. Singh, R.P. and Chaube,
Bernardshaws, AMA Tryggestad dan B H. S.). G. B. Pant Univ. Agril. And Tech.,
Grinde. 2008. Effects of the medicinal Pantnagar India, 72-78.
mushroom Agaricus blazei Murill on Çağlarırmak N. 2007. The nutrients of exotic
immunity, infection and cancer. Journal mushrooms (Lentinula edodes and
of Immunology 68(4): 363–370. Pleurotus species) and an estimated
Kimura Y. 2005. Review: New anticancer approach to the volatile compounds.
agents: In Vitro and In Vivo evaluation of Food Chemistry, 105, 1188–1194.
the antitumor and antimetastatic actions Agrahar-Murugkar D dan G Subbulakshmi.
of various compounds isolated from 2005. Nutritional value of edible wild
medicinal plants. In vivo 19(1): 37-60. mushrooms collected from the Khasi hills
Mau JL, H Lin dan CC Chen. 2002. of Meghalaya. Food Chemistry, 89, 599-
Antioxidant properties of several 603.
medicinal mushrooms. Journal of Purkayastha RP dan D Nayak. 1981. Analysis
Agricultural and Food Chemistry 50 (21): of Protein patterns of an Edible
6072-6077. mushroom by GelElectrophoresis and its
Savoie JM, N Minvielle dan ML Largeteau. amino acid composition. Journal Food
2008. Radical-scavenging properties of Science and Technology, 18: 89-91.
extracts from the white button Ortega GM, EO Martinez, D Betancourt, AE
mushroom, Agaricus bisporous. Journal of Gonzalez dan MA Otero. 1992.
the Science of Food and Agriculture, 88: Bioconversion of sugarcane crop residues
970-975. with white rot fungi Pleurotus species.
Gan CH, NB Amira dan R Asmah. 2013. World Journal of Microbiology and
Antioxidant analysis of different types of Biotechnology. 8(4): 402-405.
edible mushrooms (Agaricus bisporous Maher MJ. 1991. Spent mushroom compost
and Agaricus brasiliensis). International (SMC) as a nutrient in peat based potting
Food Research Journal, 20 (3): 1095- substrates. In Maher MJ (Ed.) Science and
1102. Cultivation of Edible Fungi. Balkema.
Chang ST dan KE Mshigeni. 2000. Rotterdam, Holland. pp: 645-650.
Ganoderma lucidum – Paramount among Dai J dan RJ Mumper. 2010. Plant phenolics:
the medicinal mushrooms. Discovery and Extraction, analysis and their antioxidant
Innovation, 12 (3): 97 –101. and anticancer properties. Molecules, 15:
7313–7352.
24 Rahmawati SI Jamur sebagai Obat