PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2. Kelembaban
Untuk jamur (Fungi) jenis Rhizopus atau Mucor serta jamur (Fungi)
tingkat rendah lainnya biasanya memerlukan lingkungan dengan kelembaban
90%, sedangkan untuk jenis kapang seperti Aspergillus, Penicillum serta
kapang lainnya memerlukan lingkungan dengan kelembaban sekitar 80%.
Untuk jamur (Fungi )yang tergolong seperti Aspergillus flavus dapat hidup
dengan kelembaban lingkungan 70%.
3. Suhu
Suhu menjadi faktor penting bagi pertumbuhan jamur (Fungi). Suhu
ekstrem, yaitu suhu minimum dan maksimum merupakan faktor yang
menentukan pertumbuhan jamur (Fungi), sebab dibawah batas suhu minimum
dan di atas suhu maksimum jamur (Fungi) tidak akan hidup. Berdasarkan
pada kisaran suhu, jamur (Fungi) dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
jamur (Fungi) termofil, mesofil, dan psikrofil.
a. Jamur (Fungi) Termofil
Termofil yaitu jamur (Fungi) yang mempunyai suhu minimum diatas
20 derajat celcius, suhu maksimum 50 derajat celcius atau lebih, dan suhu
optimum sekitar 35 derajat celcius atau lebih.
b. Jamur (Fungi) Mesofil
Jamur mesofil memiliki suhu minimum diatas 0 derajat celcius, suhu
maksimum dibawah 50 derajat celcius, dan suhu optimal antara 15-40
derajat celcius.
c. Jamur (Fungi) Psikrofil
Kelompok psikrofil merupakan jamur yang mempunyai suhu
minimum dibawah 0 derajat celcius, suhu optimum antara 1-17 derajat
celcius, dan pada suhu diatas 20 derajat celcius jamur ini sudah tidak
dapat hidup.
Kisaran suhu untuk mertumbuhan miselium pada umumnya lebih luas
dibandingkan untuk pembentukan tubuh buah jamur (Fungi). Suhu optimum
yang diperlukan untuk pembentukan tubuh buah umumnya lebih rendah dari
pada untuk pertumbuhan miselium.
5. Senyawa kimia
Keberadaan senyawa kimia merupakan hal yang juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan jamur (Fungi), keberadaan senyawa kimia sering
kali mencegah pertumbuhan jamur (Fungi). Misalnya penggunaan natrium
benzoat untuk bahan makanan sebagai pengawet dengan tujuan mencegah
pertumbuhan jamur (Fungi).
- Fungi Kayu atau Jamur Kayu (wood fungi). Sejumlah besar fungi dapat
ditemukan pada kayu dan menyebabkan kerusakan berupa pelapukan
kayu. Fungi tersebut mempunyai aktivitas selulolitik yang sangat kuat.
Hidupnya bisa pada kayu dari pohon yang masih hidup, maupun pada
kayu yang sudah mati. Sebagian besar diantaranya tergolong kedalam
Basidiomycota, antara lain : Volvariella volvaceae, Pleuotus sajor-caju,
Lentinus edodus, Aagaricus sp dan Auricularia sp. (Alexopoulos et
al.,1996; Djarwanto, 1997, Chang & Quimio, 1982; Moore-Landecker,
1996 Charlile & Watkinson, 1994), ada Ascomycetes yang hanya bisa
tumbuh pada kayu untuk mendapatkan nutrien. Fungi kayu terutama
mendegradasi lignin dan selulosa. Kayu terbentuk oleh lignin, selulosa
dan hemiselulosa. Jamur pelapuk kayu terdiri dari 3 macam yaitu Jamur
pelapuk lunak mampu mendegradasi selulosa dari komponen penyusun
dinding sel kayu sehingga menjadi lunak. Jamur pelapuk putih mampu
mendegradasi komponen lignin (Isroi, 2011). Jamur pelapuk cokelat
berfungsi mendegradasi selulosa dan hemiselulosa daripada lignin
(Prasetya, 2005). Jamur pelapuk kayu tidak memproduksi makanannya
sendiri, oleh karena itu jamur ini memerlukan kayu (inang) untuk
memperoleh zat organik (lignin, hemiselulosa dan selulosa) sebagai
sumber energi (Riah, 2014). Jamur pelapuk kayu mempertahankan
hidupnya akan mengambil energi serta bahan-bahan organik baik yang
masih hidup maupun yang sudah mati yang dihasilkan oleh kayu.
- Fungi Hutan Mangrove. Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas
dan terdapat di daerah pantai tempat pertemuan muara sungai dan lautan.
Daerah tersebut selalu dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Di
ligkungan demikian terdapat ekosistem yang khas pula karena
berlangsung keterkaitan ekosistem laut dan ekosistem darat. Dengan
demikian mangrove merupakan ekosistem penghubung dua ekosistem
tersebut. Fungi memainkan peran penting dalam ekosistem mangrove
terutama dalam hubungannya dengan bakteri untuk mempercepat
dekomposisi serasah daun (Fell dkk., 1975). Dari hasil penelitian Ito dan
Nakagiri (1997) diketahui bahwa pada Rizosfer Sonneratia alba terdapat 9
jenis fungi yang terdiri atas: Acremonium sp., Alternaria alternata,
Cylindrocarpon. destractans, Fusarium moniliforme, Pestalotiopsis sp.1
Pencillium sp. 1, Trichoderma harzianum, dan 2 jenis tidak teridentifikasi.
Adapun pada rizosfer A. marina ditemukan 10 jenis fungi, yaitu :
Aspergillus aculeatus, Engyodontium album, Gliomastix murorum,
Pencillium sp. 2, Pencillium sp. 3, Pencillium sp. 4, Trichoderma
aureoviride, Trichoderma harzianum, Virgaria nigra, dan 1 jenis tidak
teridentifikasi.