Anda di halaman 1dari 12

PARASITOLOGI

“Mikologi Air”

Kelas 1 D3 B

Kelompok 3

Moch Bima Badaru

Putri Widanti Nur

Shafira Nazira

Siti Fadhilah

Jurusan Kesehatan Lingkungan

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II


Fungi/Jamur
Jamur merupakan organisme heterotrofik, yang tergantung terhadap kehadiran senyawa-
senyawa organik.Bentuk-bentuk saprofitik dalam air yang ditemukan seperti halnya parasit yang
menyerang sebagian besar tanaman air dan binatang air. Ada jamur yang hanya mampu sebagai
saprofitik atau sebagai parasititik, tetapi ada juga yang bertindak sebagai parasit fakultatif,
dimana mereka mendapatkan makanan dari bahan-bahan yang telah mati atau hidup parasit pada
organisme lain. Ada juga fungi yang mampu dengan mekanisme yang canggih memangsa
Protozoa, Rotatoria atau Nematoda.Fungi yang demikian dinamakan predator.
Kebanyakan fungi akuatik memerlukan oksigen bebas. Beberapa fungi dapat tumbuh
pada pH 3,2 – 9,6; misalkan Achlya racemosa dan Saprolegnia manoica. Fungi lebih banyak
memiliki variasi morfologis dibandingkan bakteri dan mempunyai sel yang lebih besar.Fungi
tingkat rendah akuatik bersifat uniseluler, pada bentukan yang lebih tinggi mampu menghasilkan
miselium.Kehidupan fungi berkoloni atau hidup pada bahan-bahan yang telah mati.Fungi tingkat
tinggi yang sebagian besar diwakili oleh Ascomycetes juga didapatkan pada air, sedangkan
Basidiomycetes memainkan peran yang kecil pada habitat akuatik.
a. Fungi pada Perairan Tawar
Mikroflora fungi pada air subteranea tidak begitu memainkan peran yang penting.Dalam
air bersih fungi hampir tidak didapatkan, karena kekurangan nutrien. Tetapi fungi dapat berada
dalam sumber air bersih dan sungai. Beberapa koloni dapat tumbuh dengan nutrien yang sedikit
atau pada aliran air eutrofik.Sejumlah Phycomycetes parasitik dalam air tidak hanya menyerang
alga dan binatang-binatang kecil, tetapi juga menyerang telur dan larva Crustacea dan ikan.
Pycomycetes merupakan mikroflora penting dalam danau.Kelompok ini yang dominan
adalah adalah Chytridiales dan Saprolegniales yang bertindak sebagai spesies parasitik dan
saprofitik.Anggota genus Leptolegnia, Achlya, dan Aphanomyces juga sering dijumpai di danau.
b. Fungi pada Danau Bergaram
Sejumlah fungi yang diketahui terdapat di laut juga terdapat di danau bergaram dengan
konsentrasi garam yang rendah.Anastaciou, 1963 dalam Rheiheimer, 1980 menemukan
Ascomycetes di Laut Salton, California.Rhizopidium halophilum tumbuh pada habitat perairan
bergaram atau pada sebuah teluk.

c. Fungi Laut
Organisme dari genus Olpidium, Rozella, Chytridium, Rhizophydium, Sirolpidium dan
Ectrogella yang berperan sebagai parasit di laut.Ada sekitar 91 spesies yang didapatkan di
laut.Basidiomycetes yang berada dalam laut antara lain Nia vibrissa, Diditatispora marina dan
Melanotaenium ruppiae.
Salah satu organisme penyakit yang banyak menyerang ikan adalah dari kelompok
jamur (fungi). Menurut Ratentondok.,A, (1985), infeksi oleh jamur dapat menyerang
telur ikan, larva ikan, tokolan (juvenil) dan ikan-ikan dewasa. Pada umumnya infeksi
terjadi jika ikan mendapat luka baik secara mekanik maupun infeksi oleh parasit yang
lain
Penyakit ikan yang diakibatkan oleh jamur sudah lama diketahui, namun
pengetahuan tentang jenis jamur tertentu yang merupakan patogen primer pada suatu
jenis penyakit masih relatif tertinggal dibanding dengan penyakit ikan yang disebabkan
oleh bakteri maupun virus. Masalah utama yang umum dihadapi antara lain adalah-
teknik untuk mendapatkan isolat murni, identifikasi dan menentukan apakah jenis jamur
tersebut benar-benar patogen atau hanya jamur saprofitik yang mengambil keuntungan
dari suatu luka.
Kasus penyakit jamur pada ikan di Indonesia umumnya tidak atau belum
dianggap serius, karena munculnya kasus tersebut lebih banyak disebabkan oleh
kondisi lingkungan yang buruk, malnutrisi, atau akibat agen penginfeksi primer lain
seperti parasit, bakteri dan virus. Beberapa faktor yang memicu terjadinya infeksi jamur
antara lain ; penanganan yang kurang baik (terutama transportasi) sehingga
menimbulkan luka pada tubuh ikan, kekurangan gizi, suhu dan oksigen terlarut yang
rendah, bahan organik tinggi, kualitas telur buruk/tidak terbuahi, dan kepadatan
telur/ikan yang terlalu tinggi.
Beberapa jenis jamur telah digolongkan sebagai patogen berbahaya karena
berpotensi sebagai parasit yang sifat dan daya serangnya dapat mengakibatkan
kematian ikan, namun hingga saat ini belum terdeteksi keberadaannya di wilayah
Indonesia. Jenis-jenis jamur tersebut adalah Ichthyophonus hofferi (sand paper
disease), Branchiomyces sanguinis dan Branchiomyco Demigrans (Branchiomycosis),
Aphanomyces invandans (Epizootic Ulcerative Syndrome) dan A.astaci (Crayfish Plaque)
(Nursanto Didik Budi 2007).
Jenis jamur yang umum dikenal menyerang ikan-ikan peliharaan adalah
jamur Saprolegnia sp , Achlya rasemosa, Aphanomyces stellatus, Branchiomyces dll. Di
Indonesia pada umumnya ikan-ikan Labirinthici seperti ikan gurame, ikan sepat dan
ikan dari family Cyprinidae misalnya ikan Catla catla, Cyprinus carpio apabila terdapat
luka pada tubuhnya maka akan ditumbuhi oleh jamur. Selain itu juga terdapat
beberapa jenis jamur yang biasanya menyerang udang yang masih berukuran larva
yaitu jenis Lagenidium sp, dan Sirolphidium sp (Rotentondok A., 1985).

Karakteristik Umum Jamur


Peranan jamur di alam sangat besar, ada yang merugikan, berbahaya
maupun yang menguntungkan. Jenis jamur yang non patogen meliputi spesies yang
melakukan perombakan bahan-bahan organik, dalam tanah, perusak kayu dan bahan
lain ( Jutono, 1975). Dalam Nursanto Didik Budi , (2007) juga dinyatakan bahwa fungsi
jamur dalam kehidupan antara lain sebagai pengurai bahan organik (penyubur tanah),
sumber antibiotik, vitamin dan asam amino. Sedangkan kerugian yang diakibatkan
antara lain dapat menyebabkan penyakit, dan merusak kulit, kayu, kertas dan lain-lain
Kata jamur berasal dari kata mycotic dari bahasa Yunani "mykes" yang berarti
jamur. Karakter dari kelompok organisme ini adalah heterotrophic dan karakter ini
berbeda dengan tanaman hijau yang mampu mensintesa nutrien yang dibutuhkannnya.
Jamur memiliki struktur yang lebih komplit dibanding bakteri, karena masing-masing sel
jamur memiliki satu atau lebih inti sel. Mampu beradaptasi hampir di segala habitat di
muka bumi, dan umumnya menyukai kondisi yang lembab, pH asam, dan sedikit
cahaya (Nursanto Didik Budi 2007). Dalam perkembangannya, mycologist membedakan
kelompok organisme ini ke dalam 3 (tiga) golongan yaitu jamur, khamir dan kapang.
Ciri khas dari golongan jamur adalah memiliki dinding sel dari kitin atau selulose dan
tidak berklorofil. Sedangkan kapang umumnya tidak memiliki struktur hypha yang jelas,
dan khamir tidak membentuk hypha tetapi membentuk pseudomycelium.
Sementara itu menurut Srikandi Fardiaz (1992) Jamur/Fungi (jamak) atau
fungus (tunggal) diartikan sebagai suatu organisme eukariotik yang mempunyai ciri-ciri
; (1) Mempunyai inti sel (2) Memproduksi spora (3) Tidak mempunyai klorofil sehingga
tidak dapat melakukan fotosintesa (4) Dapat berkembang biak secara seksual maupun
aseksual (5) Beberapa mempunyai bagian-bagian tubuh berbentuk filamen dengan
dinding sel yang mengandung selulosa atau khitin, atau kedua-duanya. Selain itu fungi
dapat bersifat parasit (memperoleh makanan dari benda hidup) atau saprofit
(memperoleh makanan dari benda mati).
Menurut Jutono (1975) jamur adalah jasad yang berbentuk benang,
multiseluler, tidak berklorofil dan belum mempunyai deferensiasi dalam jaringan. Ada
pula yang terdiri atas satu sel. Sedangkan Tjitrosoepomo (1989) menyatakan bahwa
jamur umumnya tidak berwarna, sel-selnya mempunyai membrane yang terdiri dari
kitin dan bukan selulosa. Struktur jamur sangat variatif, beberapa jenis jamur terdiri
atas satu sel seperti ragi (yeast) dan sebagian lagi terdiri atas lebih dari satu sel yang
bergabung menjadi satu membentuk filament panjang atau hypha. Hypha jamur
bercabang ke segala arah dan kumpulan hypha disebut mycelium atau thallus. Hypha
dibedakan menjadi dua yaitu (1) bersepta (septate) yang menyerupai buku-buku pada
batang bambu, dan (2) tidak bersepta (aseptate). Hypha aseptate sebenarnya juga
bersepta, namun karena sangat halus dan rapi sehingga tidak terlihat adanya
pembatas. Hypha juga dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu (1) hypha
vegetatif/somatik yang menempel di substrat, mampu mengekskresi enzim sebagai
pelarut substrat sehingga senyawa komplek dapat terurai untuk diserap. (2) Hypha
fertil, keluar dari hypha vegetatif dan berfungsi dalam proses reproduksi (Nursanto
Didik Budi,2007).
2.2 Klasifikasi Jamur Saprolegnia sp
Menurut Srikandi Fardiaz (1992), kalsifikasi jamur Saprolegnia sp
selengkapnya adalah sebagai berikut :
Kelas : Phycomycetes
Subklas : Oomycetes
Bangsa : Saprolegniales
Suku : Saprolegniaceae
Marga : Saprolegnia
Jenis : Saprolegnia sp
Sementara itu menurut (Meyer, F.P., 1991) Klasifikasi Saprolegnia sp adalah:
Dunia : Prototista
Phyla : Heterkonta
Kelas : Oomycotea
Bangsa : Saprolegniales
Suku : Saprolegniaceae
Marga : Saprolegnia
Jenis : Saprolegnia spp
Termasuk kedalam spesies jamur Saprolegnia spp adalah ; Saprolegnia australis,
Saprolegnia ferax, Saprolegnia declina, Saprolegnia longicaulis, Saprolegnia mixta,
Saprolegnia parasitica, Saprolegnia sporongium, Saprolegnia variabilis.
Jamur Saprolegnia sp termasuk kedalam Klas Phycomycetes (klas
Oomycetes), disebut juga dengan jamur ganggang sebab sifatnya mirip dengan
ganggang hanya tidak mengandung clorofil. Disusun oleh benang-benang hyfa yang
tidak mempunyai sekat pemisah (septa), tetapi bercabang banyak menjadi misellium.
Klas Phycomycetes ialah klas pertama dari jamur dan dianggap berasal dari
algae, (algae-hijau), dan dalam bahasa Belanda jamur ini disebut ”Wierzwammen” .
Klas ini terdiri dari 300 genera dengan 1200 spesies yang umumnya mempunyai fungsi
untuk menghilangkan partikel organik yang ada dalam air tawar. (Ratentondok A.,
1985).
Menurut Srikandi Fardiaz (1992), kalsifikasi jamur Saprolegnia sp
selengkapnya adalah sebagai berikut :
Kelas : Phycomycetes
Subklas : Oomycetes
Bangsa : Saprolegniales
Suku : Saprolegniaceae
Marga : Saprolegnia
Jenis : Saprolegnia sp
Sementara itu menurut (Meyer, F.P., 1991) Klasifikasi Saprolegnia sp adalah:
Dunia : Prototista
Phyla : Heterkonta
Kelas : Oomycotea
Bangsa : Saprolegniales
Suku : Saprolegniaceae
Marga : Saprolegnia
Jenis : Saprolegnia spp
Termasuk kedalam spesies jamur Saprolegnia spp adalah ; Saprolegnia australis,
Saprolegnia ferax, Saprolegnia declina, Saprolegnia longicaulis, Saprolegnia mixta,
Saprolegnia parasitica, Saprolegnia sporongium, Saprolegnia variabilis.
Klas Phycomycetes dapat dibedakan atas ; (1) Zygomycetes, melakukan
reproduksi seksual dengan membentuk spora seksual yang disebut zigospora dan (2)
Oomycetes, merupakan jamur yang terdapat diperairan dan tidak umum terdapat
dalam makanan. Anggota dalam Oomycetes disebut jamur tingkat rendah, spesiesnya
bervariasi dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Kapang air yang
sederhana bersifat uniseluler dan tidak membentuk miselium serta melakukan
reproduksi aseksual dengan membentuk zoospora yang motil, yang mempunyai satu
atau dua flagela seperti pada protozoa. Termasuk kedalam oomyces adalah jamur
Saprolegnia sp dan Allomyces (Srikandi Fardiaz, 1992)
2.3 Habitat dan Morfologi Jamur Saprolegnia sp
Jamur Saprolegnia sp juga diistilahkan dengan jamur "air dingin" karena
menyebar di air dingin, namun ia bisa hidup secara baik di air dengan suhu dari 37°F
hingga 91°F (3 sampai 31°C) (Carlson 2007).
Pertumbuhan jamur Saprolegnia sp pada tubuh ikan/telur atau substrat yang
cocok dipengaruhi oleh suhu air. Sebagian besar saprolegniaceae mampu berkembang (
minimum ) pada suhu air antara 0 – 5 °C, tumbuh sedang pada 5 - 15°C,
pertumbuhan optimum pada 15 – 30 °C, dan menurun pada suhu 28 - 35 °C. Walaupun
sebagian besar ditemukan di air tawar, namun jamur ini juga toleran dengan air payau
sehingga ditemukan juga hidup di air payau (Nursanto Didik Budi, 2007).
Menurut Wilfred, dkk (1965) jamur famili Saprolegniaceae hidup di air tawar
dan air asin, umumnya saprofit, menyerang insang ikan dan selanjutnya tumbuh pada
jaringan setelah beberapa lama. Di dalam air beberapa bagian dari ordo ini sering
disebut water mold, yang biasa hidup ditempat tersembunyi dari daging, albumin telur
atau bebas di air.
Jamur cenderung memerlukan lingkungan asam dan melakukan aktifitas
metabolisme (respirasi dan sekresi asam organik). Sebagian besar jamur adalah
mesophilik yaitu tumbuh pada suhu 50 – 400 C, beberapa psikrophilik yaitu tumbuh
dibawah 50 C dan lainnya thermotoleran dan dapat tumbuh di atas 500 C (Micklin, dkk,
1999).
Jamur Saprolegnia sp adalah jamur air tawar yang hidup di lingkungan air
tawar dan memerlukan air untuk tumbuh dan bereproduksi. Jamur Saprolegnia sp
dapat juga ditemukan di air payau dan air asin. Sementara itu Saprolegnia sp juga
digambarkan sebagai "mold", dengan perbedaan bahwa menjadi "mold" adalah massa
jamurnya. Makanan favorit dari jamur Saprolegnia sp adalah jaringan organik yang
sudah mati. Kita dapat melihat bukti dari jamur saprolegnia pada ikan yang mati, telur
ikan yang hidup dan yang mati bahkan pada makanan yang tersisa di air. Secara
khusus kita melihat telur koi yang terinfeksi pertama-tama dengan jamur selanjutnya
menyebar untuk membunuh telur yang subur. Telur-telur yang terinfeksi memiliki
penutup seperti kapas berbenang halus. Jamur Saprolegnia sp juga suka makan pada
jaringan yang terbuka dan busuk yang disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti borok.
Hal ini lazim terjadi pada kepala atau sirip ikan
Dengan menggunakan mikroskop, akan terlihat jamur Saprolegnia sp
tersusun atas filamen-filamen yang cenderung memiliki ujung-ujung berbentuk speris.
Di ujung-ujung inilah yang menjadi rumah bagi zoospore, atau sebagai "benih" dari
jamur Saprolegnia sp, yang memungkinkan bisa berkembangbiak. Filamen-fIlamen
tersebut disebut dengan hyphae dan inilah yang membuat jamur Saprolegnia sp
terlihat seperti kapas. Hyphae inilah yang menyerang jaringan ikan. Pada gambar dapat
dilihat hyphae dengan ujung-ujungnya yang berbentuk speris. Dengan menggunakan
mikroskop 400x, struktur tersebut akan terlihat sama.

Di air, jamur Saprolegnia sp terlihat seperti kapas, namun jika tidak di air
akan terlihat sebagai kotoran kesat. Jamur Saprolegnia sp memiliki warna putih
ataupun abu-abu. Warna abu-abu juga bisa mengindikasikan adanya bakteri yang
tumbuh bersama-sama dengan struktur jamur Saprolegnia sp tersebut. Selama
beberapa saat, jamur Saprolegnia sp bisa berubah warna menjadi coklat atau hijau
ketika partikel-partikel di air (seperti alga) melekat ke filament.

2.4 Reproduksi Jamur Saprolegnia sp


Reproduksi jamur dapat berlangsung secara sexual dan asexual. Reproduksi
sexual dapat berlangsung melalui: zygospora, oospora, ascospora atau basidiospora.
Reproduksi sexual berlangsung melalui penggabungan inti dari dua sel (antheridium +
antheridial) untuk menghasilan oogonium atau bakal jamur (Srikandi Fardiaz, 1992).
Reproduksi asexual (somatic vegetatif) dapat berlangsung melalui dua proses
yaitu sporulasi dan mycelia terpotong. Dari kedua proses tersebut, reproduksi melalui
proses sporulasi umumnya lebih produktif. Hampir sebagian besar jenis jamur akuatik
mampu memproduksi spora (zoospora) berflagel dan dapat berenang bebas sehingga
sangat efektif untuk penyebarannya. Spora dari jamur parasitik (obligat atau fakultatif)
merupakan unit penginfeksi primer, resisten terhadap panas, kekeringan, dan
desinfektan serta mampu melawan mekanisme pertahanan tubuh inang.
Jamur Saprolegnia sp memiliki siklus kehidupan diploid, baik dengan
reproduksi seksual maupun aseksual, spora dari Saprolegnia sp akan melepaskan
zoospore utama. Dalam beberapa menit, zoospore ini akan melakukan encyst,
berkecambah, dan melepaskan zoospore lainnya. Zoospora yang kedua ini memiliki
siklus yang lebih lama selama dispersal terjadi; Saprolegnia sp akan terus melakukan
encyst dan melepaskan spora-spora baru didalam proses yang disebut dengan
polyplanetism sampai bisa menemukan substrat yang cocok. Ketika media ditemukan
tepat, maka rambut-rambut yang menutupi spora akan mengunci kedalam substrat
tersebut sehingga fase reproduksi seksualnya dapat dimulai. Didalam tahap
polyplanetisme juga terjadi bahwa Saprolegnia sp dapat menyebabkan infeksi;
sebagian besar spesies pathogenic memiliki kait-kait yang sangat kecil pada ujung
Rambutnya untuk mendukung kemampuan infeksinya. Ketika sudah terlekatkan secara
kuat, maka reproduksi seksual dimulai dimana jantan dan betinanya mengeluarkan
gametangium, antheridia dan oogonium. Penyatuan dilakukan melalui tabung fertilisasi.
Zygote yang dihasilkan disebut dengan oospora (Meyer, F.P., 1991).

2.5 Infeksi Jamur Saprolegnia sp pada ikan


Selama ini, kasus saprolegniasis belum pernah dilaporkan sebagai pathogen
primer pada kasus penyakit ikan. Penyakit ini sangat nyata sebagai penginfeksi
sekunder, setelah dipicu oleh beberapa faktor seperti: penanganan yang kurang baik
(terutama transportasi) sehingga menimbulkan luka pada tubuh ikan, kekurangan gizi,
suhu dan oksigen terlarut yang rendah, bahan organik tinggi, kualitas telur buruk/tidak
terbuahi, dan kepadatan telur pada kakaban terlalu tinggi. Zoospore kelompok jamur ini
mencari substrat yang subur (luka fisik infeksi atau telur infertile), kemudian menetap
dan mulai memproduksi hypha vegetatif. Mycelia tumbuh menutupi jaringan yang luka
atau tempat infeksi, kemudian menyebar ke jaringan normal di sekitar lokasi infeksi.
Enzim pelisis yang dikeluarkan jamur akan merusak jaringan di sekitarnya, mematikan
sel dan perkembangan mycelia semakin progresif, sangat padat dan menjulur ke air
sehingga terlihat seperti kapas.
Keberadaan ikan/telur yang mati di suatu perairan merupakan media yang
sangat baik untuk pertumbuhan jamur. Pada kondisi tersebut produksi spora infektif
juga akan berlangsung secara eksponensial, sehingga peluang terjadinya infeksi jamur
pada seluruh populasi tersebut akan sangat mudah meskipun hanya dengan luka atau
stressor yang sangat kecil. Hampir semua jenis ikan air tawar termasuk telurnya rentan
terhadap infeksi ketiga jenis jamur tersebut, dan transmisi (penularan) yang paling
potensial adalah melalui spora di air (horizontal transmission) .
Menurut Carlson (2007) jamur Saprolegnia sp umumnya merupakan patogen
sekunder, meskipun dalam lingkungan yang bagus, namun tidak menutup kemungkinan
ia bertindak sebagai pathogen primer. Umumnya target dari saprolegnia ini adalah ikan,
baik yang hidup di alam liar ataupun yang sudah dibudidayakan. Melalui necrosis seluler
dan kerusakan epidermal lainnya, Saprolegnia sp akan menyebar ke permukaan dari
host-nya seperti kapas. Meskipun sering berada di lapisan-lapisan epidermal, namun
jamur ini tidak muncul pada jaringan tertentu saja. Infeksi jamur saprolegnia biasanya
berakibat fatal, yang pada akhirnya menyebabkan heamodilution yaitu "penurunan
konsentrasi (sebagai pendarahan) dari sel dan cairan didalam darah yang disebabkan
oleh meningkatnya zat cair dari jaringan tersebut. " Hal ini menyebabkan darah
kehilangan elektrolit (garam darah) dan membuatnya tidak mampu mendukung
kehidupan. Selanjutnya seiring dengan penetrasi hyphae Saprolegnia sp ke lapisan
jaringan dari kulit ikan akan menyebabkan air masuk dan akan ikan mengganggu
garam ikan. Hal inilah yang menjelaskan mengapa ikan yang dipengaruhi oleh
Saprolegnia sp akan terlihat lethargic dan seringkali kehilangan keseimbangan,
selanjutnya dapat menyebar dengan cepat ke jaringan-jaringan permukaan dari ikan
tersebut. Sementara itu terkadang terjadi bahwa Saprolegnia sp akan menyerang
sampai kedalam lapisan jaringan, bahkan kerusakan dangkal pada lapisan jaringan awal
ikan (dan khususnya anak ikan) dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu,
semakin banyak infeksi Saprolegnia sp yang menyebar maka semakin tinggi tingkat
hemodilution dan semakin kecil kemungkinan bagi si ikan untuk bisa sembuh kembali.
Oleh karena itu, menangani infeksi Saprolegnia sp harus dilakukan dengan cepat
(Meyer, F.P ., 1991).

aprolegnia Advanced Saprolegnia Saprolegnia infected gill infected


from infected rainbow trout infected rainbow trout rainbow trout fry

2.5.1 Gejala klinis .


 Infeksi saprolegniasis relative mudah dikenali, yaitu terlihat adanya benang benang
halus menyerupai kapas yang menempel pada telur atau luka pada bagian eksternal
ikan. Gejala tersebut juga dapat digunakan sebagai diagnosa awal.
 Diagnosa juga dapat dilakukan secara laboratories dengan cara mengambil mycelia,
diletakkan pada permukaan slide glas dan ditetesi sedikit air untuk selanjutnya diamati
di bawah mikroskop.
 Mycelia penyebab saprolegniasis memiliki percabangan dengan struktur hypha
aseptate. Reproduksi asexual dapat diamati dari keberadaan zoosporangium pada ujung
hypha: Saprolegnia sp sp. menghasilkan zoospore primer & sekunder.
 Saprolegnia sp biasanya ditandai dengan munculnya "benda" seperti kapas, berwarna
putih, terkadang dengan kombinasi kelabu dan coklat, pada kulit, sirip, insang, mata
atau telur ikan. Apabila anda sempat melihatnya di bawah mikroskop maka akan
tampak jamur ini seperti sebuah pohon yang bercabang-cabang

Anda mungkin juga menyukai