Anda di halaman 1dari 5

Ekologi, Semester Ganjil (5) (1-5)

2018 @Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau

ANALISIS KOMPOSISI ARTHOPODA TANAH PADA HABITAT


TERNAUNG DAN TERDEDAH DI UNIVERSITAS RIAU

Viola Vinca Valisa


1605111582
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP
Universitas Riau, Pekanbaru 28293
viola.vdd@gmail.com

ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui diversitas Arthropoda tanah di kawasan Laboratorium
Alam Pendidikan Biologi Universitas Riau. Praktikum ini dilaksanakan pada 8 & 9 November 2018 dengan
menggunakan teknik observasi dan metode pit fall trap (botol jebak) di dua habitat berbeda, yaitu daerah
ternaung (Kebun Buah) dan daerah terdedah (Laboratorium PMIPA) dengan total 10 titik. Alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah gelas plastik, penggali tanah, alat tulis, kantong plastik, Alkohol 70%,
dan larutan deterjen. Pada habitat ternaung diperoleh indeks diversitas sebesar 1,96 dan habitat terdedah sebesar
1,65. Pada kedua habitat didominasi oleh Componotus caryae dengan indeks kemerataan berkisar antara 0,30-
0,33. Analisis Bray-Curtis menunjukan hasil 55% untuk tingkat kesamaan kedua lahan. Faktor abiotik dan
dominasi koloni mempengaruhi diversitas dan kondisi lingkungan.

Kata kunci: Diversitas, Arthropoda Tanah, Pitfall Trap

PENDAHULUAN
Arthropoda berasal dari kata arthron yang berarti ruas dan podos yang berarti kaki.
Arthropoda merupakan serangga yang memiliki 3 bagian tubuh utama yaitu tubuh
bersegmen (ruas), rangka luar (eksoskeleton) yang keras, dan ekor, tubuh dibungkus oleh
kutikula sebagai rangka luar yang terbuat dari protein dan kitin, memiliki esoskleten yang
bersifat kaku dan keras dan dapat mengalami pergantian pada kurun waktu tertentu yang
disebut eksidisis, ukuran tubuh bervariasi, memiliki bentuk tubuh simetris bilateral, sifat
hidupnya parasit, heterotropik, dan hidup secara bebas, memiliki alat pernapasan trakea,
insang, dan paru-paru (berbuku), memiliki alat pencernaan lengkap (mulut, kerongkongan,
usus, dan anus), bereproduksi secara seksual dan aseksual, memiliki sistem saraf berupa
tangga tali dan alat peraba berupa antena, hidup di darat, air tawar dan laut, serta memiliki
sistem peredaran darah terbuka, darah tidak memilikik hemoglobin (Prihantoro, 2014).
Contoh arthropoda adalah nyamuk, lalat, kecoak, kutu, udang, kaki seribu, dan lain
sebagainya.
Arthropoda tanah berperan penting dalam perbaikan kesuburan tanah. Arthropoda
dapat digunakan sebagai bioindikator perubahan lingkungan. Arthropoda berperan dalam
dekomposisi bahan organik tanah untuk penyediaan unsur hara. Umumnya keberadaan
fauna tanah pada lahan yang tidak terganggu seperti padang rumput, hal ini dikarenakan
siklus hara berlangsung secara kontinyu (Halli, 2014).
Sebagai konsekuensi struktur komunitas arthropoda akan mencerminkan faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap tanah, termasuk aktivitas manusia. Identifikasi
kelimpahan serta keanekaragaman jenis merupakan hal yang penting, sehingga dapat
diketahui peran organisme terhadap lingkungan (Samudra, 2013). Apabila perubahan
disebabkan oleh faktor lingkungan tersebut tidak menguntungan bagi Arthropoda tanah,
maka respon yang diberikan oleh Arthropoda tanah adalah penyesuaian terhadap perubahan
tersebut. Jika Arthropoda tanah tidak mampu menyesuaikan diri maka arthropoda tanah akan

1
Ekologi, Semester Ganjil (5) (1-5)
2018 @Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau

memberikan respon bermacam-macam terhadap perubahan faktor lingkungan tersebut


(Risca Dwi, 2014).
Berdasarkan tempat hidupnya di tanah, hewan tanah di bagi menjadi dua yaitu
Epifauna dan Infauna tanah. Epifauna tanah adalah hewan yang hidup di atas permukaan
tanah. Sedangkan Infauna adalah hewan yang hidup di dalam tanah (Mas’ud, 2011).
Pitfall trap merupakan salah satu metode yang digunakan untuk sampling arthropoda
yang hidup di tanah (Buchholz et al. 2010).
Oleh karena itu, tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui indeks diversitas,
indeks kemerataan, dan indeks similaritas arthopoda tanah pada dua habitat berbeda.
Manfaat dilakukanya praktikum ini adalah memperluas wawasan tentang keanekaragaman
Athropoda yang ada kawasan Laboratorium PMIPA FKIP Biologi Universitas Riau
mengenai peran arthropoda untuk keseimbangan ekosistem serta sebagai bioindikator.

METODE PENELITIAN
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Alam Pendidikan Biologi Universitas
Riau pada tanggal 8 dan 9 November 2018. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
ini adalah gelas plastik, penggali tanah, alat tulis, kantong plastik, Alkohol 70%, dan larutan
deterjen. Prosedur kerja pada pratikum ini menggunakan teknik observasi dan metode pit
fall traps (botol jebak) yang ditanam sedemikian rupa sehingga permukaan gelas rata dengan
permukaan tanah dan gelas di isi dengan 30 ml alkohol 70% dengan diberi 3-4 tetes larutan
deterjen. Pengambilan sampel dilakukan pada dua habitat yang berbeda yaitu daerah
ternaung dan daerah terdedah. Gelas plastik diletakkan pada lima titik yang berbeda pada
setiap habitat, kemudian dibiarkan selama semalam (1x24) jam.
Lalu hewan sampel diidentifikasi berdasarakan ciri-ciri morfologi. Data komposisi
spesies dan jumlah individu Arthropoda tanah digunakan untuk analisis keragaman dan
kelimpahan.

Gambar 1. Metode pit fall traps

HASIL DAN PEMBAHASAN


Komposisi spesies hasil pengamatan pitfall traps di kawasan Laboratorium
Universitas Riau dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi spesies Arthropoda pada dua habitat

Habitat
No Spesies
Ternaung Terdedah
1 Camponotus caryae 4 32
2 Gryllus assimilis 0 3

2
Ekologi, Semester Ganjil (5) (1-5)
2018 @Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau

3 Lumbricus terrestris 1 1
4 Monomonium minimum 3 14
5 Oecophylla smaragdina 0 1
6 Oryches rhinoceros 0 2
7 Periplaneta americana 1 1
8 Salenopsis sp. 3 19
9 Spesies A (Laba-laba kecil) 2 0
10 Spesies B ( Laba-laba besar) 1 0
11 Spesies C 3 0
12 Sampel D (Nyamuk) 0 6
13 Sampel E (Lebah) 0 1

Hasil pengamatan dan identifikasi arthropoda di Laboratorium Pendidikan Biologi


Universitas Riau pada dua habitat berbeda diperoleh 13 jenis spesies. Pada habitat ternaung
berjumlah 18 spesies dan habitat terdedah berjumlah 80 spesies. Maka total individu secara
keseluruhan yaitu 98 individu arthopoda. Jumlah individu yang terbanyak adalah
Combonotus caryae dengan total keseluruhan yaitu 36 individu.

A. Indeks Diversitas Spesies (H’)


Indeks Diversitas Spesies (H’) komunitas hewan arthropoda tanah habitat ternaung
dan terdedah dapat dilihat pada gambar 2.

HABITAT TERNAUNG HABITAT TERDEDAH


0.340.36
Indeks Keanearagaman

0.4
0.35
Indeks Keanearagaman

0.33 0.3
0.3 0.29 0.29 0.29 0.3
0.25 0.24
0.2 0.19
0.15 0.16 0.16 0.16 0.2 0.12
0.1 0.09
0.05 Nilai H' 0.1 0.05 0.050.050.05
Lumbricus…
Periplaneta…
Monomonium…

Componotus…
Spesies B (…
Spesies A (Laba-…

0
Spesies C
Salenopsis sp.

Indeks Keanearagaman

Gambar 2. Indeks Diversitas Spesies Arthropoda pada habitat ternaung dan terdedah

Dari gambar diatas menunjukkan diversitas tertinggi pada habitat ternaung terdapat
pada Camponotus caryae dengan nilai H’= 0,33 sedangkan pada habitat terdedah/terbuka
terdapat pada Camponotus caryae dengan nilai H’= 0,36. Tingginya jumlah individu
Arthropoda tanah ini mempengaruhi tingginya indeks diversitas Shanon-Weiner. Menurut
(Michael, 1994) bahwa keanekaragaman yang tertinggi menunjukkan suatu komunitas itu
memiliki kompleksitas tinggi, karena dalam komunitas terjadi interaksi jenis yang tinggi
pula, jumlah jenis dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi, karena
keanekaragaman jenis nampaknya akan bertambah.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelimpahan Arthropoda tanah antara lain
serasah, suhu dan kelembapan relatif. Faktor lingkungan berperan sangat penting dalam
mempengaruhi struktur dan komposisi komunitas Arthropoda. Faktor biotik dan abiotik

3
Ekologi, Semester Ganjil (5) (1-5)
2018 @Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau

bekerja bersamaan dalam suatu ekosistem, menentukan diversitas, kelimpahan, dan


komposisi Arthropoda (Mustofa Halli, 2013).

B. Indeks Kemerataan (E’)


Indeks Kemerataan (E’) komunitas hewan arthropoda permukan tanah habitat
ternaung dan terdedah dapat dilihat pada gambar 3.

HABITAT TERNAUNG HABITAT TERDEDAH


Indeks Kemerataan

0.35 0.27 0.3 0.33


0.31
0.27 0.27 0.35
0.3 0.22 0.27

Indeks Kemerataan
0.25 0.3
0.2 0.14 0.14 0.14 0.25 0.17
0.15 0.2
0.1
Indeks
0.15 0.11
Kemera 0.08
0.05 taan 0.1 0.05 0.05
0.05
0.05 Indeks
0
Lumbricus…
Monomonium…
Periplaneta…

Spesies B (…
Spesies A…

0.05 Kem…
Semut Hitam

Spesies C
Salenopsis sp.

Camponotus…
Oryches…

Periplaneta…
Gryllus…
Monomoniu…

Sampel E…
Oecophylla…

Sampel D…

Sampel A
Salenopsis sp.
Gambar 2. Indeks Kemerataan Arthropoda pada habitat ternaung dan terdedah

Nilai indeks kemerataan dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, jika nilai
E’<0,3 maka menunjukkan kemerataan jenis tergolong rendah, jika nilai E’ 0,3-0,6 maka
menunjukkan kemerataan jenis tergolong sedang dan nilai E’>0,6 maka menunjukkan
kemerataan jenis tergolong tinggi.
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa pada habitat ternaung spesies tertinggi
terdapat pada Componotus caryae dengan E’= 0,30 dan pada habitat terdedah/terbuka
spesies tertinggi juga terdapat pada Componotus caryae dengan E’=0,33 maka spesies ini
pada habitat yang berbeda menunjukkan kemerataan jenis tergolong sedang. Nilai indeks
kemerataan jenis (E’) dapat digunakan sebagai indikator adanya gejala dominansi diantara
tiap jenis dalam komunitas. Nilai Indeks Kemerataan yang diperoleh berkisar antara 0,30-
0,33, maka hal ini menyatakan bahwa pada tipe habitat ternaung dan terdedah/terbuka ada
jenis arthropoda yang mendominansi yaitu pada Componotus caryae.

C. Indeks Similaritas Spesies


Nilai koefisien kesamaan komunitas arthropoda berkisar antara 0-100%. Semakin
mendekati nilai 100% keadaan yang dibandingkan memiliki kesamaan yang tinggi.
Berdasarkan hasil praktikum berdasarkan Analisis Bray Curtis dari kedua habitat diperoleh
nilai 0,55 atau 55%. Hal ini menunjukan bahwa antara habitat ternaung dan habitat terdedah
memiliki struktur komunitas yang hampir sama karena memiliki kesamaan sebesar 55%.
Jumlah jenis hewan arthropoda permukaan tanah yang ditemukan di kedua jenis habitat tidak
sama, karena jumlah jenis hewan pada habitat ternaung berjumlah 18 spesies dan pada
habitat terdedah berjumlah 80 spesies. Sehingga jumlah jenis hewan pada habitat terdedah
lebih banyak dari pada habitat ternaung. Hal ini dapat di sebabkan karena adanya faktor
fisika-kimia pada kedua habitat. Pada daerah terdedah intensitas cahaya lebih tinggi dari
pada habitat ternaung. Perubahan faktor fisika kimia tanah berpengaruh terhadap kehadiran
dan kepadatan populasi arthropoda. Keanekaragaman arthropoda tanah lebih rendah pada
habitat ternaung dari pada habitat yang terdedah.

4
Ekologi, Semester Ganjil (5) (1-5)
2018 @Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau

Komposisi jenis hewan arthropoda yang dominan ditemukan pada insekta, karena
kelas insecta merupakan hewan yang sering dijumpai di sekitar kita seperti pada habitat
terdedah maupun ternaung yaitu kecoa, semut hitam, laba-laba, jangkrik dan nyamuk.
Hewan yang menjadi bioindikator pada kedua habitat tersebut yaitu Camponotus
caryae. Camponotus caryae merupakan semut dari genus Camponotus. Semut ini dapat
menjadi bioindikator karena termasuk kelompok serangga yang kosmopolit, memiliki
jumlah keanekaragaman dan kelimpahan jenis yang tinggi, serta kondisi hidup yang sensitif
pada perubahan lingkungan. Kemudian kondisi di tempat yang ternaung juga turut
mendukung kehidupan semut ini, mulai dari mikro iklim (temperatur dan kelembapan).
Ketersediaan makanan, tempat membuat sarang, struktur dan komposisi tanaman serta
topografinya.

KESIMPULAN
Habitat terdedah memiliki kelimpahan spesies yang lebih banyak dari habitat
ternaung akan tetapi memiiki tingkat diversitas spesies yang lebih rendah. Hal ini disebabkan
adanya dominasi dari Camponotus caryae yang menggangu keseimbangan koloni
arthropoda yang lain. Adanya insektivora pada lahan transisi juga mempengaruhi tingkat
diversitas. Perbedaan faktor abiotik terutama suhu, struktur tanah dan juga dominasi dari
vegetasi pohon yang menyediakan serasah pada kedua habitat tersebut juga mempengaruhi
dalam kelimpahan spesies arthropoda. Indeks similaritas antara kedua habitat menunjukkan
kesamaan dengan nilai 55%.

DAFTAR PUSTAKA
Dwi, R., Rohman, F., Dharmawan, A. 2014. Struktur dan Komposisi Komunitas Artropoda
Tanah di Lahan Perkebunan Kopi (Coffea spp.) di Kecamatan Wonosari Kabupaten
Malang. Universitas Negeri Malang : Malang

Halli, M., Dewa, I., Yanuwiadi, B. 2014. Diversitas Arthropoda Tanah di Lahan Kebakaran dan
Lahan Transisi Kebakaran Jalan HM 36 Taman Nasional Baluran. Jurnal Biotropika 2 (1).
Universitas Brawijaya : Malang
Mas’ud, A.S. 2011. Kajian Struktur Komunitas Epifauna Tanah di Kawasan Hutan
Konservasi Gunung Sibela Halmahera Selatan Maluku Utara. Bioedukasi Volume 2,
nomor 1: 7-15

Prihantoro, T., 2014. Pengertian, Ciri-Ciri, dan Klasifikasi Arthropoda. http://taufan-


web.blogspot.com/2014/04/pengertian-ciri-ciri-dan-klasifikasi. html. Diakses pada
tanggal 20 November 2018.

Samudra, B.F. Izzati. M. Purnaweni, H. 2013. Kelimpahan dan KeanekaragamanArthropoda


Tanah di Lahan Sayuran Organik “Urban Farming”.ProsidingSeminar Nasional
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan”.ISBN 978-602-17001-1-2.

Anda mungkin juga menyukai