Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL

ANALISIS KANDUNGAN EKSTRAK RIMPANG KENCUR


(Kaempferia Galanga L.) SEBAGAI ANTIBAKTERI ALAMI

DOSEN PEMBIMBING : APT. DWI DINNI AULIA BAKHTRA M.FARM

MATAKULIAH : STATISTIKA & METODE PENELITIAN

OLEH

RONAL PUTRA YUDHA

NO. BP : 1801122

KLS : 5C

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFARM)

PADANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar belakang

Hamida (2007) menyatakan Kencur (Kaempferia galanga L.) adalah tanaman tropis
dan di Indonesia dahulunya merupakan tanaman pekarangan. Hal ini disebabkan karena
secara tradisional kencur termasuk tanaman obat. Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)
merupakan salah satu tanaman herbal dan sudah di kenal luas di masyarakat baik sebagai
pengobatan, diantaranya adalah batuk, mual, bengkak, bisul, diare dan anti toksin seperti
keracunan tempe bongkrek dan jamur. Selain itu dikenal juga untuk bumbu makanan.
Minuman beras kencur berkhasiat untuk menambah daya tahan tubuh, menghilangkan masuk
angin dan kelelahan. Komponen yang terkandung di dalamnya antara lain saponin, flavonoid,
polifenol dan minyak atsiri. Tanaman ini termasuk kelas Monocotyledonae, bangsa
Zingiberales, suku Zingiberaceae dan marga Kaempferia (Winarto, 2007).
Bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia coli yang dapat terjadinya infeksi. Escherichia
coli merupakan bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan manusia sebagai flora
normal, tetapi akan merugikan jika bertambah atau meningkatnya jumlah bakteri tersebut
sehingga dapat mengganggu metabolisme tubuh, terutama dalam saluran pencernaan
(Kairupan et al., 2014)
Staphylococcus epidermidis adalah salah satu spesies bakteri dari genus Staphylococcus
yang termasuk gram positif bersel sferis, biasanya tersusun tidak teratur dalam kelompok
seperti buah anggur. Staphylococcus epidermidis merupakan kelompok staphylococcus
koagulase negatif yang merupakan flora normal dan bisa menyebabkan infeksi, sering
dihubungkan dengan perangkat implan seperti prostetik sendi, kateter intravaskular (Jawetz,
et al., 2013). Bakteri ini menyebabkan bakterimia, endokarditis, infeksi saluran kemih dan
infeksi oportunistik oleh kateter, shunt, alat prostetik, dialisa peritoneum (Murray, et al.,
2016).
Bakteri ini menyerang terutama pada usia sangat muda, tua dan pasien
immunocompromised. Sekitar 75% infeksi oleh staphylococcus koagulase negatifdisebabkan
oleh Staphylococcus epidermidis (Jawetz, et al., 2013). Penelitian pada identifikasi bakteri
udara di instalasi radiologi RSUD Undata Palu menyimpulkan bahwa bakteri terbanyak
adalah Staphylococcus epidermidis (29.17%) (Wahyuni, 2017). Penelitian yang dilakukan di
ruang ICU RSUP Fatmawati Jakarta menunjukan bahwa Staphylococcus epidermidis lebih
dari 60% resisten terhadap ceftriakson (Fauziyah, et al., 2011).
Resistensi antibiotik didefinisikan sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri
dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis normal atau kadar hambat
minimalnya. Masalah editorial penggunaan antibotik yang tidak sesuai merupakan masalah
peresepan yang irasionalpaling besar di dunia, dari dahulu sampai sekarang, di rumah sakit
maupun komunitas (Humaida, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian Hafidza (2014) menunjukkan bahwa ekstrak
rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) dapat menghambat pertumbuhan Escherichia
coli dengan konsentrasi hambat minimal sebesar 80%. Penelitian Gholib (2009)
mengenai daya hambat ekstrak kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap Trichophyton
mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans dengan metode difusi diperoleh hasil
bahwa ekstrak kencur (Kaempferia galanga L.) mampu menghambat pertumbuhan
Trichophyton mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans dengan konsentrasi
hambat minimal ekstrak sebesar 0,15% terhadap Trichophyton mentagrophytes dan
2% terhadap Cryptococcus neoformans maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti
tentang analisis kandungan ekstrak rimpang kencur terhadapap anti bakteri metode
yang di gunakan dalam penelitian adalah metode maserasi

II. Rumusan masalah


1.Apa itu kencur ?

2.Apa Saja senyawa yang terkandung dalam kencur?

3.Apa itu antibakteri?

4.Apa itu maserasi?

III. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu kencur

2. Untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam kencur

3. Untuk mengetahui apa itu anti bakteri

4. Untuk mengetahui apa itu maserasi dan untuk mengangkat kandungan dalam kencur

IV. Hipotesis
Adanya anti bakteri dalam ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga L)

V. Manfaat penelitian
1.Manfaat bagi peneliti :untuk memberikan informasi tentang ekstrak rimpang kencur
sebagai anti bakteri

2.Manfaat bagi peneliti selanjutnya:sebagai informasi dan bahan penelitian

3.Manfaat bagi masyarakat:memberikan informasi kepada masyarakat tumbuhan kencur


sebagi antibakteri alami
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Defenisi kencur

Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu dari lima jenis tumbuhan yang
dikembangkan sebagai tanaman obat asli Indonesia. Kencur merupakan tanaman obat yang
bernilai ekonomis cukup tinggi sehingga banyak dibudidayakan. Bagian rimpangnya digunakan
sebagai bahan baku industri obat tradisional, bumbu dapur, bahan makanan, maupun minuman
penyegar lainnya (Rostiana dkk., 2003).

Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu tanaman herbal dan sudah
di kenal luas di masyarakat baik sebagai pengobatan, diantaranya adalah batuk, mual, bengkak,
bisul, diare dan anti toksin seperti keracunan tempe bongkrek dan jamur. Selain itu dikenal juga
untuk bumbu makanan. Minuman beras kencur berkhasiat untuk menambah daya tahan tubuh,
menghilangkan masuk angin dan kelelahan. Komponen yang terkandung di dalamnya antara lain
saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri. Tanaman ini termasuk kelas Monocotyledonae,
bangsa Zingiberales, suku Zingiberaceae dan marga Kaempferia (Winarto, 2007).

Kaempferia galanga (KG) atau kencur merupakan salah satu jenis dalam famili
Zingiberaceae merupakan salah satu jenis tanaman obat penting bagi masyarakat Asia termasuk
Indonesia. Raina et al. (2015) menyatakan di India, rhizoma KG digunakan sebagai salah satu
bahan dalam praparasi obat-obat Ayurveda, pembuatan parfum, dan kosmetik. Oleh masyarakat
lokal Indonesia, KG digunakan sebagai bahan jamu atau yang dikenal dengan jamu beras kencur
dan sebagai bumbu masak

2.2 Senyawa yang terkandung

Secara empirik, kencur berkhasiat sebagai obat untuk batuk, gatal-gatal pada
tenggorokan, perut kembung, mual, masuk angin, pegal-pegal, pengompres bengkak/radang,
tetanus dan penambah nafsu makan (Miranti, 2009) Komponen yang terkandung di dalamnya
antara lain saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri. Sebagai anti bakteri Tanaman ini
termasuk kelas Monocotyledonae, bangsa Zingiberales, suku Zingiberaceae dan marga
Kaempferia (Winarto, 2007).

Kandungan minyak atsiri dari rimpang kencur diantaranya terdiri atas miscellaneous
compounds (misalnya etil p-metoksisinamat 58,47%, isobutil β-2- furilakrilat 30,90%, dan heksil
format 4,78%); derivat monoterpen teroksigenasi (misalnya borneol 0,03% dan kamfer hidrat
0,83%); serta monoterpen hidrokarbon (misalnya kamfen 0,04% dan terpinolen 0,02%) (Sukari
dkk., 2008).

Kandungan senyawa yang terdapat didalam rimpang kencur salah satunya adalah Etil
parametoksisinamat (EPMS) senyawa ini merupakan senyawa yang paling besar atau yang
paling banyak jumlahnya yang ada didalam rimpang kencur, Senyawa Etil parametoksinamat
sering dipakai sebagai bahan penelitian karena memiliki manfaat sebagai salah satu bahan dasar
sediaan kosmetik yaitu tabir surya (pelindung kulit dari sengatan sinar matahari) selain itu juga
terdapat beberapa penelitian yang menyatakan bahwa kencur memiliki aktivitas sebagai obat
asma, anti jamur dan antibakteri. (Hudha, et al 2017)

2.3 Pengertian anti bakteri

Antibakteri merupakan zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan
bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Mekanisme kerja dari
senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat keutuhan
permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam
nukleat dan protein (Dwidjoseputro, 1980)

Antibiotika adalah senyawa kimia yang khas yang dihasilkan oleh mikroorganisme hidup
termasuk turunan senyawa dan struktur analognya yang dibuat secara sintetik dan dalam kadar
yang rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan suatu mikroorganisme. Pada
awalnya antibiotik diisolasi dari mikrooorganisme, tetapi sekarang beberapa antiboitik
didapatkan dari tumbuhan tingkat tinggi dan binatang (Soekardjo dan Siswandono, 2000)

Salah satu contoh antiboitik adalah obat antibakteri. Antibakteri adalah zat yang
membunuh atau menekan pertumbuhan atau reproduksi bakteri. Suatu zat antibakteri yang ideal
harus memiliki sifat toksisitas selektif, artinya bahwa suatu obat berbahaya terhadap parasit
tetapi tidak membahayakan tuan rumah (hopses). Zat antibakteri dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) dan antibakteri
yang dapat membunuh bakteri (bakteriosid) (Talaro, 2008)

Berdasarkan daya menghambat atau membunuhnya, antibakteri dibedakan menjadi dua


kelompok, yaitu berspektrum sempit (narrow spectrum) dan berspektrum luas (broad spectrum).
Antibakteri yang berspektrum sempit yaitu antibakteri yang hanya dapat bekerja terhadap bakteri
tertentu saja, misalnya hanya terhadap bakteri gram positif saja atau gram negatif saja.
Antibakteri yang berspektrum luas dapat bekerja baik pada bakteri gram negatif maupun bakteri
gram positif (Talaro, 2008)

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibakteri dapat dibagi menjadi empat cara, yaitu :

a. Penghambatan terhadap sintesis dinding sel. Bakteri mempunyai lapisan luar yang kaku
yaitu dinding sel yang mengelilingi secara lengkap sitoplasma membran sel. Dinding sel
berisi polimer mucopeptida kompleks (peptidoglikan) yang secara kimia berisi polisakarida
dan campuran rantai polipeptida yang tinggi, polisakarida ini berisi gula amino N-
acetylglucosamine dan asam acetylmuramic (hanya ditemui pada bakteri) (Jawetz et al.,
2005).
b. Dinding ini mempertahankan bentuk mikroorganisme dan pelindung sel bakteri dari
perbedaan tekanan osmotik di dalam dan di luar sel yang tinggi. Dinding sel bakteri terdiri
dari peptidoglikan dan komponen yang lain. Sel yang aktif secara kontiyu mensintesis
peptidoglikan yang baru dan menempatkannya pada posisi yang tepat pada amplop sel.
Antibakteri bereaksi dengan satu atau banyak enzim yang dibutuhkan pada proses sintesis,
sehingga menyebabkan pembentukan dinding sel yang lemah dan menyebabkan pemecahan
osmotik (Talaro, 2008).
c. Penghambatan terhadap sintesis protein (penghambatan translasi dan transkripsi material
genetik). DNA, RNA dan protein memegang peranan sangat penting di dalam proses
kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada
pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel
(Pelczar et al., 1986). Kebanyakan obat menghambat translasi atau sintesis protein, bereaksi
dengan ribosommRNA. Mekanisme kerjanya antara lain dengan menghalangi terikatnya
RNA pada tempat spesifik ribosom, selama pemanjangan rantai peptida (Pelczar et al.,
1986).
d. Penghambatan terhadap sintesis asam nukleat. Pembentukan DNA dan RNA bakteri
merupakan perjalanan yang panjang dan membutuhkan enzim di beberapa proses.
Pembentukan DNA dan RNA sangat penting dan berefek dalam metabolisme protein.
Antibakteri menginteferensi sintesis asam nukleat dengan menghambat sintesis nukleitida,
menghambat replikasi, atau menghentikan transkripsi. Obat berikatan sangat kuat pada
enzim DNA Dependent RNA Polymerase bakteri, sehingga menghambat sintesis RNA
bakteri. Resistensi pada obat-obat ini terjadi akibat perubahan pada RNA polymerase akibat
mutasi kromosom yang sangat sering terjadi (Talaro, 2008; Jawetz et al., 2005).

2.4 Maserasi

Maserasi merupakan proses penyarian yang paling sederhana dan


banyakdigunakan.Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari. Maserasi adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara
mengekstraksi bahan nabati yang direndam menggunakan pelarut bukan air
(pelarut non polar)selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku
referensi kefarmasian. Maserasi ini disertai dengan pengadukan pada temperatur
ruang (kamar). Metode ini memiliki keuntungan yaitu cara pengerjaannya yang lebih
mudah, alat-alat yang (depkes 1989)

Tujuan maserasi adalah untuk mengangkat kandungan etil para metoksisinamat dari
minyak atsiri dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Setelah di rendam, kemudian
maserat disaring dan menguapkan filtrat dengan cawan di atas penangas air hingga tersisa
volume 10 mL. Filtrat dituang ke erlenmeyer tertutup dan sisa yang tertinggal dicuci dengan
5 mL etanol 95% kemudian di campurkan ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya mengkristalkan
dengan menyimpan cairan dalam lemari es selama 24 jam. Kristal disaring dan kertas saring
dikeringkan di oven pada suhu 60 oC, kemudian menimbang kristal yang terbentuk. Dari
penelitian tersebut didapatkan hasil kristal dengan berat 0,22 gram dan kristal yang diperoleh
berwarna putih bening (Mayasari, 2011)
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Hamid. 2007 “Teori Belajar dana Pembelajaran” Jakarta: Rineka Cipta

Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar fisiologi tumbuhan. Jakarta : Gramedia.

Depkes RI, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, 434, 436, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Fauziyah, Yulia. 2011. Obstetri Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika

Hafidza, M. (2014). Daya Hambat Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Jurnal Penelitian Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Hamidah, A., Sari, E. N., & Budianingsih, R. S. (2014). Persepsi Siswa Tentang Kegiatan
Praktikum Biologi di Laboratorium SMA Negeri Se- Kota Jambi. Jurnal Sainmatika. 8 (1).

Herawati, I., & Wahyuni. (2017). Pemeriksaan Fisioterapi. Surakarta: Muhammadiyah


University Press.

Jawetz, E., Melnick, J.L. & Adelberg, E.A., 2005, Mikrobiologi Kedokteran, diterjemahkan oleh
Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E. B., Mertaniasih, N. M., Harsono, S., Alimsardjono,
L., Edisi XXII, 327-335, 362-363, Penerbit Salemba Medika, Jakarta

Kairupan, C.P., Fatimawali, W.A. Lolo. (2014). Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun
kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia
coli. Pharmacon. 3(2).

Mayasari, Arif. 2011. Sistem Resrvation dan Ticketing PT Sriwijaya Air Distrik Solo, Surakarta:
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Miranti, L., 2009, Pengaruh Konsentrasi Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia galanga L.) dengan
Basis Salep Larut Air terhadap Sifat Fisik Salep dan Daya Hambat Bakteri Staphylococcus
aureus secara In vitro. Skripsi. Universitas Muhamadiyah Surakarta

Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., Rodwell, V.W. (2016). Biokimia Harper. Edisi 25.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pelczar, Michael J., dan Chan, E. C. S., 1986, 190-191, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Universitas
Indonesia, UI-Press, Jakarta.

Raina, A.P., Abraham, Z., & Sivaraj, N. (2015). Diversity analysis of Kaempferia galanga L.
germplasm from South India using DIVA-GIS approach. Industrial Crops and Products 69:
433-439.
Rostiana, O., S. M. Rosita, H. Wawan, Supriadi, dan A. Siti, 2003, Status Pemuliaan Tanaman
Kencur. Perkembangan Teknologi TRO, 15, 2, 25-38.

Siswandono, dan Soekardjo, 2000, Kimia Medisinal, Jilid II, Edisi II, 207-222, Airlangga
University Press, Surabaya.

Talaro, K. P., & Chess, B., 2008, Foundation in Microbiology, Eighth Edition, The McGraw-Hill
Companies, Inc., New york, pp. 8; 100; 111.

Winarto, W. P., 2007, Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan Herbal, 152- 153, Jakarta,
Karyasari Herba Media.

Anda mungkin juga menyukai