Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

OBJEK VII
‘’ANTIINFLAMASI ‘’

Oleh :

Kelompok III ( 2019 C )


Siti Harina 19011147
Dwi Suci Julianti 19011135
Hanaya Fathiha Rakhmil 19011158
Arya Trinuansa 19011159
Putri Handayani 19011149
Putri Rahdatul Zahra 19011134
Ela rusmita 19011143

Nama Dosen :Ifora, M.Farm. Apt


Fitratul Wahyuni, M.Farm. Apt

Nama Asisten Dosen : Ahmad Syukur


Amelia Gusti Sandra
Seprika Prameshwari
Annisa rahmidasari
Nurayni

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI PADANG


2021
“ANTI INFLAMASI”

I. Tujuan
Setelah menyelesaikan percobaan ini mahasiswa dapat mengetahui dan mengevaluasi ak
tivitas anti inflamasi obat.

II. Prinsip Percobaan


1. Prinsip antiinflamasi adalah dengan menghambat kerja enzim-enzim yang menyeb
abkan proses inflamasi terjadi
2. Suntikan intraplantar karagenan pada telapak kaki belakang tikus menyebabkan u
dema yang dapat dihambat oleh obat antiinflamasi yang diberikan sebelumnya de
ngan cara mengukur volume telapak kaki tikus.
3. Aktivitas antiinflamasi obat uji ditunjukkan oleh kemampuan mengurangi udema
yang diinduksikan pada kaki tersebut.
III. Teori
Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusa
k. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, bradiki
nin, dan prostaglandin yang menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak, da
n disertai gangguan fungsi. Kerusakan sel yang terkait dengan inflamasi berpengaruh pada selap
ut membran sel yang menyebabkan leukosit mengeluarkan enzim-enzim lisosomal dan asam ara
kidonat, selanjutnya dilepaskan dari persenyawaan-persenyawaan terdahulu. Jalur siklooksigenas
e (COX) dari metabolisme arakidonat menghasilkan prostaglandin yang berperan dalam menyeb
abkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas vaskular (Katzung dan Trevor, 2020). Diklof
enak termasuk jenis obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dengan aksi antiradang paling kuat,
dan efek samping obat relatif lebih ringan dibanding obat segolongan.

Obat ini sering digunakan untuk segala macam nyeri, juga pada migrain dan encok (Tja
y dan Rahardja, 2020). Obat AINS (obat antiinflamasi non steroid) bekerja dengan menghambat
siklooksigenase (COX) dan inhibisi sintesis prostaglandin yang diakibatkannya sangat berperan
untuk efek terapeutiknya (Neal, 2018).

Mekanisme kurkumin sebagai antiinflamasi adalah dengan menghambat produksi prostaglan


din yang dapat diperantarai melalui penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase. Secara tradis
ional rimpang temulawak digunakan untuk peluruh batu empedu, pelancar ASI, pelancar pencern
aan, penurun panas, peluruh batu ginjal, menurunkan kolesterol, dan anti jerawat (Sudarsono dan
Agus, 2017).

Antiinflamasi atau antiradang adalah sifat (misalnya sifat suatu obat atau makanan) yang me


ngurangi radang (inflamasi). Antiradang juga memberikan efek analgesik dan antipiretik serta an
ti penyakit-penyakit di sistem saraf pusat lainnya seperti migrain. Dalam beberapa kelompok, ant
iradang juga digunakan untuk penyakit alergi termasuk asma. Kelompok-kelompok bagian obat i
ni adalah obat antiinflamasi nonsteroid yang termasuk banyak obat seperti (aspirin (asam asetilsa
lisilat), ibuprofen, asam mefenamat, diklofenak, dan naproksen), kortikosteroid yang termasuk b
anyak obat seperti flutikason, beklometason, prednisolon, prednison, mometason, 

deksametason, klobetasol, betametason, dan hidrokortison), antileukotrin yang termasuk banyak


obat dengan akhiran -kast, dan beberapa obat lainnya yang juga memiliki efek anti inflamasi sep
erti ketotifen dan pizotifen. Antiradang yang sering digunakan untuk asma ialah antileukotrin, ko
rtikosteroid, pizotifen, dan ketotifen. AINS dan antileukotrin merupakan antiradang non steroid.
Namun, AINS tidak bisa digunakan untuk penyakit asma seperti antileukotrin karena dapat meny
ebabkan asma kambuh. Dalam studi tidak resmi, antileukotrin juga dapat menyembuhkan penyak
it-penyakit di sistem saraf pusat.

Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAI


Ds) adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengurangi peradangan, sehingga meredakan n
yeri dan menurunkan demam. NSAIDs sering dikonsumsi untuk mengatasi sakit kepala, nyeri m
enstruasi, keseleo, atau nyeri sendi.

Ketoprofen merupakan salah satu obat golongan NSAID non selektif yang bekerja denga
n menghambat enzim siklooksigenase (COX) yakni COX-1 dan COX-2. Enzim COX-1 bekerja s
ebagai katalisator prostaglandin untuk melindungi mukosa lambung. Penghambatan pada COX-1
oleh NSAIDs menginduksi terjadinya kerusakan pada lambung. COX-2 bekerja dengan merangs
ang respon inflamasi dan mengkatalisis prostaglandin untuk menghasilkan respon inflamasi (Lel
o, 2019)

Efek anti-inflamasi pada ketoprofen berasal dari penghambatan COX-2. Ketoprofen secar
a luas digunakan untuk rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan anti-inflamasi. Disamping memp
unyai beragam efek farmakologi, ketoprofen juga memiliki kelemahan dari sifat fisikokimia yak
ni kelarutan yang rendah dalam air (0,13 mg/mL pada 25ºC) sehingga menyebabkan keterbatasan
dalam proses absorpsi dan mempengaruhi bioavailabilitasnya didalam tubuh .

NSAID adalah singkatan dari nonsteroidal anti-inflamatory drugs dan merupakan sebuah
golongan obat-obatan yang biasanya digunakan untuk bantu meredakan peradangan atau rasa ny
eri. Dalam bahasa Indonesia, golongan obat ini disebut juga sebagai obat antiinflamasi nonsteroi
d atau OAINS.

Ada puluhan jenis obat yang masuk sebagai golongan NSAID dan semuanya bekerja
dengan mekanisme yang sama. Contoh obat NSAID yang paling sering digunakan antara lain
adalah ibuprofen, aspirin, diklofenak, dan asam mefenamat.Obat-obatan tersebut dapat
dikonsumsi untuk meredakan gejala atau penyakit yang menimbulkan gejala berupa nyeri serta
peradangan, seperti sakit gigi, sakit kepala, nyeri sendi, hingga migrain.

 Cara kerja obat golongan NSAID


Saat rusak atau mengalami gangguan, jaringan tubuh akan mengeluarkan zat kimia yang
disebut sebagai prostaglandin. Prostaglandin inilah penyebab membengkaknya jaringan dan
yang mengirimkan sinyal elektrik ke otak, dan kemudian diterjemahkan sebagai rasa
nyeri.Ketika dikonsumsi, obat golongan NSAID tersebut akan bekerja dengan menghambat
efek dari enzim yang dinamakan Cox-1 dan Cox-2. Kedua enzim ini berperan memproduksi
prostaglandin. Dengan menghambat kerja kedua enzim tersebut, obat NSAID juga
menghalangi produksi prostaglandin. Sehingga, pembengkakan dan rasa nyeri di tubuh bisa
berkurang.
IV. Alat dan bahan
4.1 Alat
1. spuit
2. oral sonde
3. pletismometer digital/manual

4.2 Bahan
1. CMC Na 0,5%
2. Suspense obat deksametason 0,5 mg/kgBB manusia PO
3. Suspense obat melksikam 15 mg/kgBB manusia PO
4. Suspense obat asetosal 500 mg/kgBB manusia PO

V. Cara Kerja
1. Tikus dipuasakan (tetap diberi air minum) sejak lebih kurang 18 jam sebelum percobaa
n
2. Digunakan mencit jantan sebanyak 8 ekor setelah ditimbang, hewan dikelompokkan se
cara rawu yang dibagi dalam 4 kelompok, tiap kelomok terdiri dari 2 ekor
3. Tikus ditimbang, laludiberikan tanda pada sendi kaki belakang sebelah kiri untuk setiap
tikus
4. Volume kaki tikus dengan cara mencelupkan kaki yang telah ditandai sampai batas tand
a yang telah diberikan ke alat pletismometer, lalu dilihat tinggi cairan pada alat (jika me
nggunakan plestimometer manual) atau nilai yang tertera dilayar (jika menggunakan ple
tismometer digital). Nilai ini dinyatakan sebagai volume awal (Vo)
5. Kelompok 1 sebagai control, diberikan suspense N. CMC 0,5% PO
6. Kelompok II sebagai kelompok asetosal diberikan 0,2 ml/20gr BB mencit PO
7. Kelompok III sebagai kelompok melksikam diberikan 0,2ml/20gr BB mencit PO
8. Kelompok IV sebagai kelompok deksametason 0,2ml/20gr BB mencit PO
9. Pada menit ke-30 setelah pemberian obat, disuntikan larutan karagenan 1% dengan volu
me 0,05 l ke telapak kaki belakang kiri setiap tikus.
10. 30 menit kemudian , volume kaki yang telah disu tik keragenn diukur dan dicatat. Pengu
kuran dilakukan selama 3 jam dngan interval 30 menit sekali (utuk praktikum waktu dig
anti selama 1 jm 30 menit dengan interval 15 menit)
11. Catat hasil pengamatan dalam table, lalu untuk setiap tikus, hitung persentase radang da
n persentase inhibisi radang yang terjadi untuk setiap titik waktu (15 menit, 30 menit, 45
menit dan seterusnya) dengan menggunakan rumus:

Untuk volume radang


Vr = Vt-Vo
Keterangan :
Vr : Volume radang
Vt : Volume kaki tikus pada waktu t
Vo : Volume kaki sebelum injeksi karagenan
Untuk presentase radang (%R)
%R = (Vt-Vo) / Vo x 100%
Dimana : V1 = Volume telapak kaki pada waktu t
Vo = Volume telapak kaki awal
Untuk persentase inhibisi radang (%IR)
%IR = (%R kontrol - % R obat) / %R control x 100%
Dimana : %Rkontrol = persentase rata-rata radang kelompok control
%Robat = persentase rata-rata kelompok obat
Berdasarkan data yang diperoleh, gambarkanlah grafik persentase radang dan persentase inhibisi
radang yang tergantng pada waktu!
VI. Hasil dan Pembahasan
6.1 Hasil
Groups Vo Volume edema (cm3) (Vr) Rata- Rata % %
Rata Radang Inhibisi
Vol.
Udema
15 30 45 60

Kel. 1 0,48 0,42 0,74 0,79 0,64

Kel. 2 0,77 0,72

Kel. 3 0,50 0,60 0,70 0,90 0,73 46,7 166,43

Kel. 4 0,87 0,64 0,85

Perhitungan :
Berat tikus : 005,3 gram
Dosis : 1,95 mg/kgBB
Volume : 10,3 ml
Berat tablet melksikam : 3 mg
Dosis lazim : 15 mg

a. Dosis = dosis lazim x Fk


= 15 x 0,018
= 0,27
b. VaO = 1/100 x 205,3
= 2, 053 ml melksikam

c. Sediaan yang dibuat = 100/ 2,059 x 0,27


= 13,15

d. % = 13,15/100 x 100
= 13,15%

e. Bobot yang ditimbang = 13,15/1,95 x 3


= 20,23

Indicator = 10ml/1000gr x 205,3


= 2,053 (indicator subcutan)

 Vt-15

V15 = Vt-Vo
= 0,60-0,50
=0,10

%R = 0,60 – 0,50 x 100%


0,50
=20%

V30 = 0,70 – 0,50


= 0,20 ml
%R = 0,70 – 0,50 x 100%
0,50
= 40%

V45 = 0,40 – 0,50


= 0,40 ml
%R = 0,40/0,50 x 100% = 80%

% Inhibisi radang
%IR = (%R control - %Robat) / %R control x 100%
= 23,4 – 46, 7 / -23,4
= 21,40%

6.2 Pembahasan
Pada praktikum kalı ini kita menggunakan 4 ekor tikus putih yang disuntikkan
dengan bahan uji yaitu pada tikus 1 diberikan Na.CMC 0,5% sebagai kontrol negatit, tikus
2, 3, 4 diberikan asetosal, meloksikam, dan deksametason sebagai kontrol positif yang
artinya tikus tersebut memberikan respon, bahan uji tersebut diberikan secara ip (intra
peritonial) semua, setelah pemberian bahan uji, tikus-tikus tersebut diberikan penginduksi
udem berupa larutan karagenik 1% sebanyak 0,1 ml secara subplantar pada bagian dorsal
kaki kanan atau kiri. metode pengujian aktivitas anti inflamasi suatu bahan obat dilakukan
berdasarkan pada kemampuan obat uji mengurangi atau menekan derajat udema yang
diinduksi pada hewan percobaan. inflamasi merupakan gangguan yang sering dialami oleh
manusia maupun hewan yang menimbulkan rasa sakit di daerah sekitarnya. sehingga perlu
adanya pencegahan ataupun pengobatan untuk mengurangi rasa sakit, melawan ataupun
mengendalikan rasa sakit akibat pembengkakan.

Tujuan dilakukan percobaan ini untuk mengetahui efek obat-obat antiinflamasi


terhadap hewan coba (tikus). alasan pemilihan percobaan adalah agar pengamatan terhadap
pembengkakan kaki tikus mudah diamati dan diukur pada hewan coba (tikus) sebagai
hewan pada percobaan ini digunakan pletismometer untuk mengukur volume udem telapak
kaki hewan uji (tikus) yang bekerja sesuai hukum archimedes, dimana volume udem
telapak kaki yang dicelupkan pada air raksa adalah sama banyaknya dengan skala yang
ditunjukkan. pada rangkaian modifikasi alat pletismometer digunakan air raksa dengan
tujuan untuk menghindari berkurangnya volume cairan pada alat tersebut ketika telapak
kaki dicelupkan oleh karena untuk mencegah hal demikian air tidak digunakan untuk
serangkaian alat tersebut.

Percobaan ini dimulai dengan menyiapkan obat yang akan diuji dan hewan coba
(tikus), setelah itu tikus ditimbang untuk mendaptkan berat badanya guna menghitung
dosis yang akan diberikan. selajutnya tikus disuntik secara sublantar, tetapi sebelumnya
kaki kanan atau kiri tikus harus ditandai sebatas mata kaki untuk menyamakan peresepsi
pembacaan saat dicelupkan pada alat pletismometer guna mengetahui volume kaki
sebelum diberikan karagen dalam praktikum ini yang digunakan untuk mengiduksi
inflamasi adalah karagenin 1 % dalam aquades karena ada beberapa keuntungan yang
didapat antara lain tidak menimbulkan kerusakan jaringan, tidak menimbulkan bekas,
membenikan respon yang lebih peka terhadap obat antinflamasi . karagenin sebagai
senyawa irntan menginduksi terjadınya cedera sel melalui pelepaskan mediator yang
mengawali proses intlamasi. pada saat terjadi pelepasan mediator inflamasi terjadi.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada pemeriksaan volume udema


pada kaki tikus seharuanya terjadi peningkatan pada volume udema tetapi pada percobaan
ini tikus yang diberikan perlakuan (obat antiinflamasi) mengalami kenaikan dan penurunan
pada volume udema.
Hal ini bisa diakibatkan dari pemberian penginduksi yang tidak tepat pada saat
penyuntikan atau pemberian dosis antiinflamasi yang kurang dari dosis yang telah
ditetapkan. Dari analisis data yang ada hasil dari perhitungan setiap perlakuan di rata-rata.

Dan diproleh % rata- rata penurunan udem untuk meloxicam -40,41%, untuk meloksikam
166,43%, dan deksametason 16,77%. Oleh karena itu ini terbukti bahwa asetosal dalam
menurunkan volume udem lebih baik dibandingkan dengan dexametason dan meloksikam.
Mekanisme kerja Meloxicam sebagai aniinflamasi adalah berdasarkan
kemampuannya menghambat enzim sikloosogenase (cyclooxygenase/COX), yang
mengkatalisis perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin H2, prostaglandin E2, dan
tromboksan A2. Meloxicam hanya bekerja pada enzim siklooksigenase, tidak pada enzim
lipooksigenase, sehinga tidak menghambat pEmbentukan lekotrien.
Meknisme kerja meloxicam terutama adalah penghambatan sintesis prostaglandin
E2, dan tromboksan A2, akibat penghambatan ini, maka ada tiga aksi utama dari asetosal,
yaitu : salah satunya dalaah antiinflamasi, karena penurunan sintesis prostaglandin
proiflamasi, analgesic karena penurunan prostaglandin E2, akan menyebabkan penurunan
sensitisasi akhiran saraf nosiseptis terhadap mediator pro inflamasi. Dan antipiretik, karena
penurunana prostaglandin E2, yang bertanggung jawab terhadap peningkatan set point
pengaturan suhu tubuh di hipotalamus.
VII.Kesimpulan dan Saran

7.1 Kesimpulan
Inflamasi terjadi karena adanya rangsangan mekanis, fisika dan kimia yang akan meny
ebabkan kerusakan membran sel sehingga terjadi rasa nyeri, panas, bengkak dan keterbatas
an gerak. Obat antiinflamasi dibagi menjadi nonsteroid dan steroid. Hasil dari praktikum k
ali ini didapatkan urutan obat anti inflamasi paling Tinggi adalah Na CMC. Obat anti infla
masi non steroid lebih banyak digunanan karena lebih aman dan mempunyai efek yg lebih
kecil dari pada obat anti inflamasi steroid.

7.2 Saran
1. Melakukan percobaan dengan hati-hati agar mendapatkan hasil yang maksimal

2. Gunakan handscoon untuk melindungi tangan.


3. Pahami cara kerja agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan percobaan.

DAFTAR PUSTAKA

Katzung , Trevor. ( 2020 ). Uji Aktivitas Antiinflamasi . Jakarta : UI Press


Lelo. ( 2019 ). Mekanisme Antiinflamasi . Jakarta : EGC

Neal. ( 2018 ). Obat-obatan Antiinflamasi. Bandung : Publisher

Sudarsono , Agus. ( 2017 ). Obat-obatan Penting. Semarang: Jaya Pustaka

Tjay, Rahardja. ( 2020 ). Farmakologi Antiinflamasi. Bandung : Universitas Padjajaran


\

LAMPIRAN
( Setelah ditimbang kita beri sonde obat meloxicam )

( pada menit ke-15 setelah pemberian obat, tikus disuntik secara intraplantar)
( setelah menunggu 15 menit, tikus kemudian dibawa ke lab tekfar. Volume kaki tikus
diukur dengan cara mencelupkan kaki yang telah ditandai sampai batas yang telah
diberikan ke alat plestismometer )

Anda mungkin juga menyukai