OBJEK VII
‘’ANTIINFLAMASI ‘’
Oleh :
I. Tujuan
Setelah menyelesaikan percobaan ini mahasiswa dapat mengetahui dan mengevaluasi ak
tivitas anti inflamasi obat.
Obat ini sering digunakan untuk segala macam nyeri, juga pada migrain dan encok (Tja
y dan Rahardja, 2020). Obat AINS (obat antiinflamasi non steroid) bekerja dengan menghambat
siklooksigenase (COX) dan inhibisi sintesis prostaglandin yang diakibatkannya sangat berperan
untuk efek terapeutiknya (Neal, 2018).
Ketoprofen merupakan salah satu obat golongan NSAID non selektif yang bekerja denga
n menghambat enzim siklooksigenase (COX) yakni COX-1 dan COX-2. Enzim COX-1 bekerja s
ebagai katalisator prostaglandin untuk melindungi mukosa lambung. Penghambatan pada COX-1
oleh NSAIDs menginduksi terjadinya kerusakan pada lambung. COX-2 bekerja dengan merangs
ang respon inflamasi dan mengkatalisis prostaglandin untuk menghasilkan respon inflamasi (Lel
o, 2019)
Efek anti-inflamasi pada ketoprofen berasal dari penghambatan COX-2. Ketoprofen secar
a luas digunakan untuk rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan anti-inflamasi. Disamping memp
unyai beragam efek farmakologi, ketoprofen juga memiliki kelemahan dari sifat fisikokimia yak
ni kelarutan yang rendah dalam air (0,13 mg/mL pada 25ºC) sehingga menyebabkan keterbatasan
dalam proses absorpsi dan mempengaruhi bioavailabilitasnya didalam tubuh .
NSAID adalah singkatan dari nonsteroidal anti-inflamatory drugs dan merupakan sebuah
golongan obat-obatan yang biasanya digunakan untuk bantu meredakan peradangan atau rasa ny
eri. Dalam bahasa Indonesia, golongan obat ini disebut juga sebagai obat antiinflamasi nonsteroi
d atau OAINS.
Ada puluhan jenis obat yang masuk sebagai golongan NSAID dan semuanya bekerja
dengan mekanisme yang sama. Contoh obat NSAID yang paling sering digunakan antara lain
adalah ibuprofen, aspirin, diklofenak, dan asam mefenamat.Obat-obatan tersebut dapat
dikonsumsi untuk meredakan gejala atau penyakit yang menimbulkan gejala berupa nyeri serta
peradangan, seperti sakit gigi, sakit kepala, nyeri sendi, hingga migrain.
4.2 Bahan
1. CMC Na 0,5%
2. Suspense obat deksametason 0,5 mg/kgBB manusia PO
3. Suspense obat melksikam 15 mg/kgBB manusia PO
4. Suspense obat asetosal 500 mg/kgBB manusia PO
V. Cara Kerja
1. Tikus dipuasakan (tetap diberi air minum) sejak lebih kurang 18 jam sebelum percobaa
n
2. Digunakan mencit jantan sebanyak 8 ekor setelah ditimbang, hewan dikelompokkan se
cara rawu yang dibagi dalam 4 kelompok, tiap kelomok terdiri dari 2 ekor
3. Tikus ditimbang, laludiberikan tanda pada sendi kaki belakang sebelah kiri untuk setiap
tikus
4. Volume kaki tikus dengan cara mencelupkan kaki yang telah ditandai sampai batas tand
a yang telah diberikan ke alat pletismometer, lalu dilihat tinggi cairan pada alat (jika me
nggunakan plestimometer manual) atau nilai yang tertera dilayar (jika menggunakan ple
tismometer digital). Nilai ini dinyatakan sebagai volume awal (Vo)
5. Kelompok 1 sebagai control, diberikan suspense N. CMC 0,5% PO
6. Kelompok II sebagai kelompok asetosal diberikan 0,2 ml/20gr BB mencit PO
7. Kelompok III sebagai kelompok melksikam diberikan 0,2ml/20gr BB mencit PO
8. Kelompok IV sebagai kelompok deksametason 0,2ml/20gr BB mencit PO
9. Pada menit ke-30 setelah pemberian obat, disuntikan larutan karagenan 1% dengan volu
me 0,05 l ke telapak kaki belakang kiri setiap tikus.
10. 30 menit kemudian , volume kaki yang telah disu tik keragenn diukur dan dicatat. Pengu
kuran dilakukan selama 3 jam dngan interval 30 menit sekali (utuk praktikum waktu dig
anti selama 1 jm 30 menit dengan interval 15 menit)
11. Catat hasil pengamatan dalam table, lalu untuk setiap tikus, hitung persentase radang da
n persentase inhibisi radang yang terjadi untuk setiap titik waktu (15 menit, 30 menit, 45
menit dan seterusnya) dengan menggunakan rumus:
Perhitungan :
Berat tikus : 005,3 gram
Dosis : 1,95 mg/kgBB
Volume : 10,3 ml
Berat tablet melksikam : 3 mg
Dosis lazim : 15 mg
d. % = 13,15/100 x 100
= 13,15%
Vt-15
V15 = Vt-Vo
= 0,60-0,50
=0,10
% Inhibisi radang
%IR = (%R control - %Robat) / %R control x 100%
= 23,4 – 46, 7 / -23,4
= 21,40%
6.2 Pembahasan
Pada praktikum kalı ini kita menggunakan 4 ekor tikus putih yang disuntikkan
dengan bahan uji yaitu pada tikus 1 diberikan Na.CMC 0,5% sebagai kontrol negatit, tikus
2, 3, 4 diberikan asetosal, meloksikam, dan deksametason sebagai kontrol positif yang
artinya tikus tersebut memberikan respon, bahan uji tersebut diberikan secara ip (intra
peritonial) semua, setelah pemberian bahan uji, tikus-tikus tersebut diberikan penginduksi
udem berupa larutan karagenik 1% sebanyak 0,1 ml secara subplantar pada bagian dorsal
kaki kanan atau kiri. metode pengujian aktivitas anti inflamasi suatu bahan obat dilakukan
berdasarkan pada kemampuan obat uji mengurangi atau menekan derajat udema yang
diinduksi pada hewan percobaan. inflamasi merupakan gangguan yang sering dialami oleh
manusia maupun hewan yang menimbulkan rasa sakit di daerah sekitarnya. sehingga perlu
adanya pencegahan ataupun pengobatan untuk mengurangi rasa sakit, melawan ataupun
mengendalikan rasa sakit akibat pembengkakan.
Percobaan ini dimulai dengan menyiapkan obat yang akan diuji dan hewan coba
(tikus), setelah itu tikus ditimbang untuk mendaptkan berat badanya guna menghitung
dosis yang akan diberikan. selajutnya tikus disuntik secara sublantar, tetapi sebelumnya
kaki kanan atau kiri tikus harus ditandai sebatas mata kaki untuk menyamakan peresepsi
pembacaan saat dicelupkan pada alat pletismometer guna mengetahui volume kaki
sebelum diberikan karagen dalam praktikum ini yang digunakan untuk mengiduksi
inflamasi adalah karagenin 1 % dalam aquades karena ada beberapa keuntungan yang
didapat antara lain tidak menimbulkan kerusakan jaringan, tidak menimbulkan bekas,
membenikan respon yang lebih peka terhadap obat antinflamasi . karagenin sebagai
senyawa irntan menginduksi terjadınya cedera sel melalui pelepaskan mediator yang
mengawali proses intlamasi. pada saat terjadi pelepasan mediator inflamasi terjadi.
Dan diproleh % rata- rata penurunan udem untuk meloxicam -40,41%, untuk meloksikam
166,43%, dan deksametason 16,77%. Oleh karena itu ini terbukti bahwa asetosal dalam
menurunkan volume udem lebih baik dibandingkan dengan dexametason dan meloksikam.
Mekanisme kerja Meloxicam sebagai aniinflamasi adalah berdasarkan
kemampuannya menghambat enzim sikloosogenase (cyclooxygenase/COX), yang
mengkatalisis perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin H2, prostaglandin E2, dan
tromboksan A2. Meloxicam hanya bekerja pada enzim siklooksigenase, tidak pada enzim
lipooksigenase, sehinga tidak menghambat pEmbentukan lekotrien.
Meknisme kerja meloxicam terutama adalah penghambatan sintesis prostaglandin
E2, dan tromboksan A2, akibat penghambatan ini, maka ada tiga aksi utama dari asetosal,
yaitu : salah satunya dalaah antiinflamasi, karena penurunan sintesis prostaglandin
proiflamasi, analgesic karena penurunan prostaglandin E2, akan menyebabkan penurunan
sensitisasi akhiran saraf nosiseptis terhadap mediator pro inflamasi. Dan antipiretik, karena
penurunana prostaglandin E2, yang bertanggung jawab terhadap peningkatan set point
pengaturan suhu tubuh di hipotalamus.
VII.Kesimpulan dan Saran
7.1 Kesimpulan
Inflamasi terjadi karena adanya rangsangan mekanis, fisika dan kimia yang akan meny
ebabkan kerusakan membran sel sehingga terjadi rasa nyeri, panas, bengkak dan keterbatas
an gerak. Obat antiinflamasi dibagi menjadi nonsteroid dan steroid. Hasil dari praktikum k
ali ini didapatkan urutan obat anti inflamasi paling Tinggi adalah Na CMC. Obat anti infla
masi non steroid lebih banyak digunanan karena lebih aman dan mempunyai efek yg lebih
kecil dari pada obat anti inflamasi steroid.
7.2 Saran
1. Melakukan percobaan dengan hati-hati agar mendapatkan hasil yang maksimal
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
( Setelah ditimbang kita beri sonde obat meloxicam )
( pada menit ke-15 setelah pemberian obat, tikus disuntik secara intraplantar)
( setelah menunggu 15 menit, tikus kemudian dibawa ke lab tekfar. Volume kaki tikus
diukur dengan cara mencelupkan kaki yang telah ditandai sampai batas yang telah
diberikan ke alat plestismometer )