Anda di halaman 1dari 3

Analgesik

Latar belakang :
- apa itu analgesik
Menurut Wilmana dan Gunawan (2012), analgesik merupakan senyawa yang dapat menekan
fungsi saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa
menghilangkan kesadaran. Analgesik termasuk dalam golongan Non Steroidal Anti
Inflammatory Drugs (NSAID) bekerja menghambat enzim siklooksigenase (COX). NSAID
termasuk dalam kelompok obat yang paling sering diresepkan untuk pengobatan. Umumnya,
NSAID menurunkan sensitivitas pembuluh darah terhadap bradikinin dan histamin,
mempengaruhi produksi limfokin dari limfosit T, dan melawan vasodilatasi yang terjadi saat
inflamasi. Aspirin, Parasetamol, dan tramadol merupakan contoh obat yang sering digunakan
dan terbukti efektif untuk mengobati nyeri sedang hingga berat (Pergolizzi et al., 21012).
merupakan salah satu obat yang paling banyak dan paling luas digunakan di seluruh dunia.
Aspirin adalah obat dalam kelompok salisilat dan merupakan salah satu jenis dari golongan
NSAID yang biasanya digunakan sebagai analgesik, antipiretik dan antiinflamasi (Wilmana
dan Gunawan, 2012). Namun aspirin dilaporkan sering menimbulkan keracunan hingga
kematian. Keracunan aspirin bisa terjadi akut maupun kronik. Keracunan akut terjadi pada
penggunaan aspirin dosis tunggal yang berlebihan, sedangkan keracunan kronik pada
penggunaan dosis supra therapeutik dalam jangka waktu yang lama (Paikin dan Eikelboom,
2012).

Tujuan :
1. Mengamati respon geliat atau writhing reflex pada mencit akibat induksi kimia
2. Mengetahui mula kerja obat (onset of action), lama kerja obat (duration of action)
dan saat obat mencapai efek yang maksimum
Alat :
Spuit injeksi 1 ml
jarum sonde oral
timbangan hewan
bejana untuk pengamatan
stop watch
Bahan :
Mencit putih, jantan (jumlah 9 ekor), bobot tubuh 20-30 g
Larutan asam asetat glasial 3% sebanyak 0,5 ml secara IP
CMC Na 1% secara PO
Asam mefenamat 500 mg/ 70 kg BB manusia secara PO 31
Parasetamol 500 mg/ 70 kg BB manusia secara PO

Cara Kerja :
Siapkan mencit. Sebelum pemberian obat, amati kelakuan normal masing-masing mencit
selama 10 menit. 2. Mencit dibagi menjadi 3 kelompok dimana masing-masing kelompok
terdiri dari 3 ekor mencit dengan perbedaan dosis obat yang diberikan (faktor perkalian 2):
Kelompok I : CMC Na 1% secara PO Kelompok II : asam mefenamat 500 mg/ 70 kgBB
manusia secara PO Kelompok III : parasetamol 500 mg/ 70 kgBB manusia secara PO 3.
Hitung dosis dan volume pemberian obat dengan tepat untuk masing-masing mencit. 4.
Berikan larutan obat sesuai kelompok masing-masing dan catat waktu pemberiannya. 5.
Setelah ditunggu 15-30 menit, kemudian diberi penginduksi nyeri asam asetat glasial 3%
sebanyak 0,5 ml secara IP. 6. Tempatkan mencit ke dalam bejana untuk pengamatan. 7.
Amati, catat dan tabelkan pengamatan respon geliat mencit. (Azzami,2019)
Pembahasan
- macam analgesik
- Berdasarkan pada penelitian Prayitni et al., 2020 jumlah geliat mencit untuk masing-
masing replikasi yang telah diinduksi asam asetat 1 % setelah pemberian suspensi
antalgin, dapat dilihat jumlah geliat mencit pada masing-masing replikasi untuk menit
ke 5 sampai menit ke 35 setelah pemberian suspensi antalgin mengalami penurunan
jumlah geliat dan pada menit 40 sampai menit ke 60 dapat dilihat bahwa tidak terjadi
lagi geliat pada masing-masing replikasi hewan uji tersebut. Dari tabel tersebut dapat
dilihat rata-rata jumlah geliat mencit pada kontrol positif untuk masing-masing replikasi
yaitu replikasi I ( 1,7), replikasi II (1,83), dan replikasi III (1,33). Dan memperoleh
daya analgetik sebesar 91%. Berdasarkan tabel 4. 2dapat dilihat pada penelitian jumlah
geliat mencit untuk masing-masing replikasi yang telah diinduksi asam asetat 1 % setelah
pemberian fraksi eter dapat dilihat bahwa untuk replikasi 1 pada menit ke 5 setelah
pemberian bahan uji fraksi eter secara oral jumlah geliat 25, pada menit ke 10 jumlah
geliat turun menjadi 18, pada menit ke 15 jumlah geliat turun menjadi 15, pada menit
ke 20 sampai 25 jumlah geliat yang dihasilkan sama 12, pada menit ke 30 jumlah
geliat turun menjadi 11, pada menit ke 35 jumlah geliat turun menjadi 10, pada menit
ke 40 jumlah geliat turun menjadi 8, pada menit ke 45turun menjadi 6, pada menit ke
50 jumlah geliat turun menjadi 3, dan pada menit ke 55 jumlah geliat naik menjadi 4, dan
pada menit ke 60 jumlah geliat turun menjadi 2. Begitu pula mencit pada replikasike II
dan III sama halnya dengan jumlah geliat pada replikasiI mengalami penurunan dan
pada menit ke 60 setelah pemberian bahan uji fraksi eter hanya 2 kali jumlah geliat.
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah geliat untuk masing-masing
replikasi adalah replikasi I (10,5),replikasi II ( 10,2), replikasi III ( 10,1).
- penggunaan analgesik memperhatikan Kerja suatu obat dapat dipengaruhi oleh konsentrasi
obat, spesies hewan, faktor endogen (usia, berat badan, jenis kelamin,kesehatan hewan), dan
memperhatikan Cara pemberian obat atau dosis pada pemberiannya di hewan coba
(Kurniawan et al., 2018).

DAPUS LNGSUNG DIBIKIN URUT


1. Kurniawan, S. N., & Raisa, N. (2018). Penggunaan Hewan Coba pada Penelitian di
Bidang Neurologi. Universitas Brawijaya Press.
2. Paikin, J. S., & Eikelboom, J. W. (2012). Aspirin. Circulation, 125(10), e439-e442.
3. Prayitno, S., & Ahung, M. S. (2020). Uji Efek Analgetik Fraksinasi Ekstrak Etanol
Batang Brotowali (Tinospora Crispa L.) Terhadap Mencit (Mus Musculus). Fito
Medicine: Journal Pharmacy and Sciences, 12(1), 48-61.
4. Pergolizzi Jr, J. V., van de Laar, M., Langford, R., Mellinghoff, H. U., Merchante, I.
M., Nalamachu, S., & Raffa, R. B. (2012). Tramadol/paracetamol fixed-dose
combination in the treatment of moderate to severe pain. Journal of pain research, 5,
327.
5. Wilmana, P.F., Gunawan, S.G., 2012. Analgesik-antipiretik, Analgesik. Antiinflamasi
nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya : Farmakologi dan Terapi. Edisi 5.
Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapetik FK UI pp. 230-237.
6. Azzami, N. A., & Nugroho, T. E. (2019). PENGARUH PEMBERIAN ANALGESIK KOMBINASI
PARASETAMOL DAN MORFIN TERHADAP KADAR UREUM SERUM PADA TIKUS
WISTAR JANTAN. DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN
DIPONEGORO), 8(1), 323-332.

Anda mungkin juga menyukai