Oleh:
M Farhan Fauzan B04160166
Ratu Aesya Adinigntyas B04160167
Anisa Dira Setiadi B04160179
Siow Shuen Yuan B04168010
Latar Belakang
Stimulansia merupakan suatu zat yang dapat merangsang sistem saraf pusat
yang dapat mempercepat proses-proses dalam tubuh, dapat meningkatkan
kemampuan fisik dan mental, meningkatkan konsentrasi, dapat membuat seseorang
lebih siaga serta dapat meminimalisasi kelelahan (Sujatno 2001). Senyawa yang
berkhasiat sebagai stimulan ialah amfetamin, kokain, nikotin (dalam tembakau) dan
kafein baik dalam kopi, teh dan minuman cacao (Sigit et. al 2004). Pada awal
penggunaan obat ini, si pengguna merasa segar, penuh percaya diri, kemudian
berlanjut menjadi susah tidur, perilaku hiperaktif, agresif,denyut jantung menjadi
cepat,dan mudah tersinggung (Sastro, 2008). Masyarakat banyak menggunakan
stimulan dalam bentuk minuman suplemen dengan tujuan untuk menambah tenaga
serta mengurangi kelelahan akibat kerja fisik (Setiabudy et al, 2005). Striknin
adalah alkaloid yang terkenal dan mempunyai efek fisiologis dan psikologis.
Striknin merupakan senyawa yang sangat toksik dengan LD50 10 mg pada
manusia. Full dosis striknin yaitu 32 mg, namun pada manusia dilaporkan bahwa
5mg striknin telah dapat menimbulkan kematian. Striknin juga dapat menyebabkan
perangsangan bagi semua sistem saraf pusat. Keracunan striknin menyerupai
tetanus dengan peningkatan eksitabilitas neuron akubat gangguan pada inhibisi
postsinaps (Muliawan 2009). Pemakaian striknin yang penting antara lain untuk
denaturasi alkohol, pemisahan campuran rasemat, pemberantasan binatang
pengerat, dan antidota beberapa racun (Sumardjo 2009).
Tujuan
METODE
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah spuid 1ml,
stopwatch dan kandang hewan, tikus, striknin, tannin dan penthotal.
Waktu dan Tempat
Prosedur Kerja
Pemeriksaan fisiologis dilakukan pada tiga ekor tikus normal. Pada tikus
pertama diberi tannin secara peroral, tikus kedua and ketiga tanpa pemberian
apapun. Striknin disuntikan ke tikus ketiga tikus secara subkutan dengan dosis sub-
lethal. Perubahan fisiologis diamati setiap 10 menit sampai terjadi konvulsi pada
tikus. Pada tikus kedua, setelah terjadi konvulsi diinjeksi nembuthal secara
intraperitoneal dan pemberian tannin peroral.
0,27 kg
𝑥 5 g/kgBB = 0,1 ml
1%
3
0,1 ml x = 0,075
4
0,27 kg
𝑥 20 g/kgBB = 0,27 ml
2%
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA