Anda di halaman 1dari 14

Penetapan Kadar Asam Salisilat Pada Sediaan Farmasi Menggunakan

Metode Titrasi Asam Basa Tidak Langsung

I. Tanggal Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 20 Februari 2019.

II. Tujuan Percobaan


Adapun tujuan praktikum yaitu sebagai berikut:
a. menetapkan kadar asam salisilat dalam sediaan farmasi (serbuk tabur)
dengan metode titrasi asam basa secara tidak langsung.
b. memisahkan asam salisilat (analit) dari matriksnya pada sediaan farmasi.

III. Dasar Teori


Asam monohidroksi benzoat bisaterdapat sebagai isomer orto, meta, dan para.
Dari semua ini isomer orto, asam salisilat, dan turunannya merupakan senyawa
yang paling penting dalam farmasi karena sifat fisiologis dan antiseptiknya. Yang
termasuk dalam kelompok ini adalah garam, seperti natrium salisilat, ester dari
gugus karboksil, seperti metil salisilat, dan ester dari gugus hidroksil, seperti asam
asetilsalisilat. Contoh turunan isomer para adalah nipagin dan nipasol. Sedangkan
untuk turunan isomer meta hampir tidak digunakan dalam farmasi (Higuchi. T dan
Hanssen. Einar. Brockmann, 1961).
Beberapa senyawa turunan asam benzoat yaitu pada gambar di bawah ini:
COOH COOH COOR COOR

OH OOCR OH

OH

(I) (II) (III) (IV)


Gambar 1. Turunan asam hidroksi benzoat. (I) Asam Salisilat, (II) Ester
hidroksi, (III) Ester karboksil, (IV) Ester p-hidroksi karboksil. R dapat berupa
gugus alkil atau radikal aromatik (Higuchi. T dan Hanssen. Einar.
Brockmann, 1961).

Adanya gugus hidroksil pada asam benzoat, pada posisi orto dapat menaikkan
ionisasi hidrogen karboksi hampir 100 kali ionisasi gugus karboksil pada asam
benzoat yang disebabkan oleh mesomeri dan induksi oleh gugus hidroksil. Asam
meta dan para hidroksi benzoat, isonisasinya hampir sama dengan asam benzoat
(Higuchi. T dan Hanssen. Einar. Brockmann, 1961).
Pada substitusi meta tidak terjadi mesomeri dan hanya efek induksi yang
lebih kecil daripada kedudukan orto. Substitusi pada gugus hidroksil dengan alkil
atau asil tidak mempunyai efek yang besar pada ionisasi asam, karena tidak ada
efek mesomeri, sedangkan efek induksinya sangat lemah. Oleh karena itu, semua
asam hidroksi benzoat dan turunannya yang gugus karboksilnya tidak tersubstitusi
dapat ditetapkan kuantitatif secara titrasi langsung dengan baku basa
menggunakan indikator fenolftalein (Sudjadi dan Rohman, 2018).

IV. Prinsip Percobaan


Adapun prinsip percobaan yaitu penetapan kadar asam salisilat dengan
metode titrasi asam basa secara tidak langsung didasarkan pada reaksi
pembentukan garam antara asam lemah (asam salisilat) dengan asam kuat
(NaOH), dimana garam tersebut bersifat basa karena kation dari garam tersebut
merupakan basa konjugat dari asam lemah. Garam yang terbentuk ditambah
dengan NaOH berlebih agar mencegah terjadinya hidrolisis garam salisilat
menjadi asam salisilat kembali.
V. Persamaan Reaksi
a. Reaksi antara Asam Salisilat dengan NaOH
COOH COONa

OH OH

+ 2NaOH + NaOH berlebih + H2O

b. Reaksi antara NaOH dengan HCl


NaOH + HCl NaCl + H2O

c. Reaksi etanol dengan NaOH


NaOH + CH3CH2OH CH3CH2ONa + H2O

d. Reaksi Asam oksalat dengan NaOH


O ONa

HO C HO
C OH + 2NaOH C + H2O
C OH

O ONa
e. Reaksi antara Asam salisilat dengan FeCl3
3C7H6O3 + FeCl3 Fe(C7H6O3) + Cl3

VI. Monografi
a. Asam Salisilat

Gambar 2. Struktur asam salisilat(Kemenkes RI, 2014)


BM : 138,12(Kemenkes RI, 2014)
Pemerian : Hablur, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk
halus;putih; rasa agak manis, tajam dan stabil diudara.
Bentuk sintetis warna putih dan tidak berbau. Jikadibuat
dari metil salisilat alami dapat berwarnakekuningan atau
merah muda dan berbau lemah miripmentol (Kemenkes
RI, 2014).
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzen,mudah larut
dalam etanol dan dalam eter; larut dalam airmendidih;
agak sukar larut dalam kloroform. (Kemenkes RI, 2014)
Identifikasi : FeCl3—biru-ungu; Folin-Ciocalteu — biru; Test McNally
— merah(Moffat.C.Anthony, Osselton.M.David,
Widdop.Brian, 2004)
pKa : 3,0 (Moffat . C . Anthony, Osselton . M . David, Widdop
.Brian, 2004).

b. Talk
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus, [utih atau putih kelabu.
Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari
butiran. (Kemenkes RI, 1995)
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut. (Depkes RI,
1979)

VII.Alat dan Bahan


A. Alat yang digunakan:
• Mortir dan Stemper
• Neraca Analitik
• Statif dan Klem
• Buret
• Tabung Reaksi
• Rak tabung reaksi
• Tabung Sentrifugasi
• Pipet tetes
• Vortex
• Erlenmeyer
• Pipet Volume
• Pump Pipet Volume
• Labu ukur 50 mL
• Gelas Kimia
• Corong Kaca
B. Bahan yang digunakan:
• Sampel (Asam Salisilat)
• Glycerin
• Etanol 96%
• FeCl3
• Asam Oksalat
• HCl
• NaOH
• Indikator PP

VIII. Perhitungan Penimbangan Sampel


 Konsentrasi As.Salisilat dalam Sediaan : 2 %
 Bobot Sediaan : 10 gram
2
 Bobot/gram : 100 𝑥 10 𝑔 = 0,2 𝑔𝑟𝑎𝑚

 Volume NaOH Berlebih : 25 mL


 Volume NaOH yang bereaksi dengan As.Salisilat : 15 mL
VNaOH . NNaOH = VHCl . NHCl
V . 0,1 N = 15 mL . 0,1 N
V = 15 mL
Volume NaOH berlebih : 25 – 15 mL = 10 ml
VNaOH . NNaOH = VAs.salisilat . NAs.salisilat
mgrek
10 ml . 0,1 N = BE
mg
1 = 138,12
Bobot = 138,12 mg
0,13812 g
 Bobot yang ditimbang = 𝑥 10 gram = 6,9 gram
0,2 g

IX. Prosedur
A. Isolasi Sampel

Sampel

+ gliceryn

Gerus

Vortex Sentrifugasi

F. Etanol F. Padat + Etanol

Vortex Sentrifugasi

F.Etanol F.Padat
tampung

Uji Kualitatif (+FeCl3)

(-)Violet (+) Violet


B. Pembakuan NaOH dengan Asam Oksalat

Masukan larutan NaOH 0,1 N kedalam buret, sebelumnya


bilas terlebih dahulu dengan larutan NaOH tersebut.

10 mL larutan Asam Oksalat di pipet dengan menggunakan


pipet volume dan dimasukan kedalam erlenmeyer 250 mL
kemudian tambahkan 2-3 tetes tetes indikator PP.

Titrasi larutan Asam Oksalat dengan NaOH sampai terjadi


perubahan warna menjadi merah muda. Catat volume
NaOH yang dikeluarkan.

C. Pembakuan HCl dengan NaOH


Masukan larutan HCl 0,1 N kedalam buret, sebelumnya
bilas terlebih dahulu dengan larutan HCl tersebut.

10 mL larutan NaOH di pipet dengan menggunakan pipet


volume dan dimasukan kedalam erlenmeyer 250 mL
kemudian tambahkan 2-3 tetes tetes indikator PP.

Titrasi larutan NaOH dengan HCl sampai terjadi perubahan


warna menjadi merah muda. Catat volume HCl yang
dikeluarkan.
D. Penentuan Kadar Asam Salisilat dengan Metode Titrasi Asam
Basa Tidak Langsung
10 mL larutan sampel di pipet dengan menggunakan pipet
volume dan dimasukan kedalam erlenmeyer 250 mL kemudian
tambahkan 2-3 tetes tetes indikator PP.

Tambahkan larutan sampel dengan NaOH berlebih (10 mL)


sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda.

Titrasi larutan sampel dengan HCl sampai warna pada larutan


sampel hilang. Catat volume HCl yang dikeluarkan.

E. Titrasi Blanko (Etanol)

10 mL etanol di pipet dengan menggunakan pipet volume dan


dimasukan kedalam erlenmeyer 250 mL kemudian tambahkan
2-3 tetes tetes indikator PP.

Titrasi etanol dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna


menjadi merah muda. Catat volume NaOH yang dikeluarkan.

Hitung kadar Asam Salisilat dari sampel.


X. Hasil Percobaan
A. Pembakuan NaOH dengan Asam Oksalat
Titrasi Ke- Volume
1 13,00 mL
2 13,00 mL
3 13,20 mL
Rata-rata 13,06 mL
Perhitungan :
VNaOH . NNaOH = VAs.oksalat . NAs.oksalat
13,06 mL . N = 10 mL . 0,1 N
N = 0,076 N
B. Pembakuan HCl dengan NaOH
Titrasi Ke- Volume
1 10,6 mL
2 10,1 mL
3 10,5 mL
Rata-rata 10,4 mL
Perhitungan :
VHCl . NHCl = VNaOH . NNaOH
10,4 mL . N = 10 mL . 0,076 N
N = 0,07 N
C. Titrasi Sampel (NaOH berlebih) dengan HCl
Titrasi Ke- Volume
1 6,4 mL
2 5,8 mL
3 6,8 mL
Rata-rata 6,3 mL
Perhitungan :
VNaOH . NNaOH = VHCl . NHCl
V . 0,076 N = 6,3 mL . 0,07 N
V = 5,803 mL
D. Titrasi Blanko
Titrasi Ke- Volume
1 0,5 mL
2 0.8 mL
3 0,4 mL
Rata-rata 0,567 mL
Perhitungan :
Volume NaOH berlebih :
10 ml – 5,803 mL = 4,197 mL
Volume NaOH yang bereaksi dengan As.Salisilat :
4,197 mL – 0,567 mL = 3,63 mL
E. Penentuan Kadar Asam Salisilat
VNaOH . NNaOH = VAs.salisilat . NAs.salisilat
mgrek
3,63 ml . 0,076 N = 138,12

Bobot = 0,276 x 138,12


= 38,12 mg x 5 = 190,6 mg
Bobot As.salisilat = 0,1906 g
0,1906 gram
% Kadar = x 100% = 2,76 %
6,9 gram
2%−2,76%
% Kesalahan = x 100 % = -38%
2%

XI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini mengenai analisis kuantitatif senyawa golongan asam
hidroksi benzoat (asam salisilat) dengan metode titrasi asam basa secara tidak
langsung dengan tujuan untuk memisahkan analit dari matriknya dan untuk
mentukan kadar asam saisilat yang terdapat dalam sampel. Titrasi asam basa
memiliki prinsip penetapan kadar asam salisilat dalam suatu sediaan farmasi
dengan metode tirasi asam basa tidak langsung mengunakan NaOH berlebih,
kelebihan larutan tersebut kemudian dititrasi dengan HCl. Prinsip dasar titrasi
asam basa didasarkan pada reaksi antara asam dengan basa membentuk garam.
Karena adanaya ion hidrogen pada asam salisilat yang bereaksi dengan ion
hidroksida pada NaOH.
Metode yang digunakan adalah titasi tidak langsung (balik) karena asam
salisilat merupakan asam lemah jika dititrasi langsung akan terhidrolisis sehingga
sulit untuk menetukan titik akhir. Maka dari itu digunakan titrasi tidak langsung
(balik) karena sampel asam salisilat ditambahkan NaOH berlebih jadi kelebihan
NaOH bereaksi dengan pentiter yaitu HCl. Titik akhir titrasi ditandai dengan
perubahan warna pada larutan titer yang telah di tambahakan indikator. Indikator
yang digunakan adalah indikator fenoptalein karena fenoptalein tergolong asam
yang sangat lemah, dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator tersebut tidak
berwarna. Jika dalam lingkungan basa fenoptalein akan terionisasi lebih banyak
dan memberikan warna yang terang karena anionnya. Perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi merah muda menandakan titik akhir titrasi.
Sampel yang diberikan berupa sediaan serbuk. Sebelum dilakukan penetapan
kadar analit pada sampel, terlebih dahulu dilakukan isolasi tujuannya untuk
menghilangkan matrik yang dapat mengganggu analit pada saat dilakukan
penetapan kadar sehingga kadar yang diperoleh lebih akurat karena hanya milik
analitnya saja. Dalam sampel sediaan serbuk tersebut mengandung asam salisilat
dengan talkum, untuk menghilangkan talkum (matriknya), talkum tersebut di
larutkan dalam gliserin karena talk memiliki kelarutan dalam gliserin, lalu untuk
melarutkan analitnya (asam salisilat) di tambahkan etanol karena asam salisilat
larut dalam etanol, sehingga etanol akan menarik analit dalam sampel. Kemudian
campuran di vortex tujuannya agar terjadi momentum sehingga melarutkan matrik
yang terdapat dalam sampel. Lalu larutan tersebut di sentifugasi agar terjadi
pemisahan antara matrik dengan analit. Kemudian akan membentuk 2 fase,
larutan air (etanol) di ambil karena mengandung asam salisilat. Proses ektraksi
tersebut dilakukan berkali-kali sampai analit tertarik sempurna pada fase air yang
dapat di tes dengan menggunakan FeCl3. Ketika fase air ditambahakan FeCl3
berwarna biru-ungu menandakan masih ada asam salisilat dan harus dilakukan
lagi esktrasi. FeCl3 merupakan senyawa yang cukup spesifik yang dapat
digunakan sebagai analisis kualitatif asam salisilat, FeCl3 akan menyebabkan
perubahan warna menjadi ungu-biru hal ini karena adanya gugus yang terputus
akibat penambahan Fe3+ atau karena resonansi yang terjadi di dalam cincin
aromatik yang dimiliki asam karboksilat sehingga dapat menghasilkan warna yang
berbeda dengan kalorimetri yang berbeda pula.
Sebelum penetapan kadar asam salisilat terlebih dahulu dilakukan pembakuan
NaOH dengan asam oksalat yang merupakan baku primer. Dilakukan pembakuan
karena NaOH bersifat hidrokopis yang memungkinkan konsentrasinya akan
berubah. Dari pembakuan akan didapatkan normalitas NaOH. Normalitasnya
adalah 0,076 N.
Reaksi yang terjadi:
H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4+ 2H2O
Ketika asam oksalat dititrasi dengan natrium hidroksida akan membentuk
natrium oksalat dalam bentuk garam dan air. Kemudian dilakukan pembakuan
HCl dengan NaOH. Di dapat normalitas dari HCl adalah 0,07 N.
Setelah itu dilakukan titrasi blanko. Alasan dilakukan titrasi blanko karena
NaOH bereaksi dengan etanol bereaksi juga dengan asam salisilat, Jadi untuk
mengtahui NaOH yang beraksi dengan etanol berapa sehingga hasilnya dapat
dikurangi dengan yang bereaksi dengan analit. Volume NaOH yang digunakan
adalah 0,567 ml sehingga didapatkan volume NaOH berlebih atau yang beraksi
dengan HCl adalah 4,197 ml dan NaOH yang beraksi dengan asam salisilat adalah
3,63 ml.
Reaksi yang terjadi :
C2H5OH + NaOH C2H5OHNa + H2O
Etanol dititrasi dengan NaOH akan membentuk C2H5OHNa dalam bentuk
garamnya dengan air.
Tahap terakhir adalah penetapan kadar asam salisilat, etanol digunakan
karena asam salisilat hampir tidak larut dalam air. Etanol bersifat asam lemah dan
jumlah asam dalam etanol bervariasi disebabkan terbukanya etanol karena
teroksidasi. Oleh karena itu etanol dinetralkan terlebih dahulu terhadap indikator
yang digunakan supaya tidak beraksi dengan natrium hidroksida ketika titrasi
langsung. Ketika asam salisilat ditambahkan dengan NaOH berlebih reaksi yang
terjadi adalah :
C7H6O3 +NaOH C7H6ONa + H2O
Dan reaksi NaOH berlebih akan bereaksi dengan HCl
NaOH + HCl (aq) NaCl + H2O
Hasil dari penetapan kadar asam salisilat di dapat 2,76% dari 6,9 gram yang
ditimbang.

XII. Kesimpulan
Setelah dilakukan penetapan kadar asam salisilat dalam sediaan farmasi
dengan menggunakan metode Titrasi Asam Basa tidak langsung didapatkan kadar
asam salisilat dalam sampel sediaan serbuk sebesar 2,76%.
DAFTAR PUSTAKA

Day, R. A dan Underwood, A. L . 2002. Analisis Kimia Kuantitatif . Jakarta :


Erlangga

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi


Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Goldberg, David. 2002. Kimia Untuk Pemula. Jakarta : Erlangga

Higuchi, T dan Hanssen, Einar. Brockmann. 1961. Pharmaceutical Analysis. New


York: Interscience Publishers, Inc.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.


Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V.


Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Khopkar, S. M. 2008. Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia Press

Moffat, C.Anthony., Osselton.M.David., dan Widdop, Brian. 2004. Clarke’s


Analysis and Drug Possion. London: Pharmaceutical Press

Sudjadi dan Rohman. 2018. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta: UGM Press

Anda mungkin juga menyukai