Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I

“KONSTANTA STABILITAS SENYAWA KOMPLEKS”

OLEH :
NAMA : MUHAMMAD RAFI

NIM : 1903111776

KELAS/KELOMPOK : C/III

TANGGAL PERCOBAAN : 28 NOVEMBER 2020

ASISTEN : ADE AYU SUSILA

RATIH MUTIARA SUKMA

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS RIAU

2020
I.TUJUAN PERCOBAAN

Adapun Tujuan dari percobaan mengenai konstanta stabilitas senyawa


kompleks adalah sebagai berikut:

1.1 Mendeskripsikan proses standarisasi NaOH pada percobaan

1.2 Menghitung konstanta stabilitas hasil senyawa kompleks

1.3 Mengetahui Hasil reaksi dari percobaan ini

1.4 Mendeskripsikan titran dan titrat pada percobaan

1.5 Mengetahui nilai konstanta stabilitas senyawa


kompleks

II.TINJAUAN PUSTAKA

Senyawa koordinasi umumnya terdiri atas ion kompleks dan ion lawan (counter
ion) molekul atau ion yang mengelilingi logam dalam ion komplekas dinamakan ligan
interaksi antara atom logam dan ligan-ligan dapat dibayangkan bagaikan reaksi reaksi
asam basa lewis basa lewis adalah basa yang mampu memberikan elektronn
valensinya(Chang,2004)

Titrasi asam basa sebagai penambahan secara hati hati sejumlah larutan basa dengan
kosentrasi yang diketahui ke dalam larutan asam dengan kosentrasi yang tidak
diketahui atau penambahan asam ke dalam basa untuk mencapai titik akhir titik akhir
ditandai dengan perubahan warna indicator atau kenaikan atau penurunan PH tiba tiba
grafik PH versus volume dari larutan titrasi V disebut kurva titrasi(Suminar,2001)

Metode gravimetri dan polarografi memberikan hasil yang cukup teliti tetapi
kurang cepat, sedangkan cara Konduktometri cukup cepat namun Ketelitiannya
kurang. Adapun metode potensiometrik memiliki ketelitian yang relatif
tinggi, dapat dilaksanakan secara cepat dan preparasinya sangat sederhana, biaya yang
diperlukan juga relatif murah Oleh karena Itu, dalam penelitian penentuan uranium ini
digunakan metode potensiometrik(sigit,2015)
Senyawa kompleks dapat disintesis dari ligan dengan ion logam serta melakukan
peran penting dalam berbagai bidang dan sistem biologis. Salah satu ligan yang dapat
digunakan adalah basa Schiff. Kompleks logam transisi-basa Schif memiliki banyak
aplikasi di bidang antitumor, aktivitas katalis dan antikorosi indikator (Osowole et al.,
2008; Kumar et al., 2009) serta sistem yang dapat meniru model enzim
(Montazerozohari et al., 2008). Kemampuan ligan basa Schiff untuk bertindak sebagai
ligan netral pada logam transisi, terutama Ni (II), Cu (II), Co (II), Fe(II) sebagai
akseptor telah banyak dipulikasikan dalam berbagai laporan(zipora,dkk.2020)

Urea adalah senyawa kimia yang dapat terbentuk secara biologis dalam tubuh
makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan (Khairi, 2003). Dalam tubuh
manusia pembentukan urea terjadi sebagai produk akhir dari metabolisme protein yang
menghasilkan urea. Senyawa ini digunakan dalam pembentukan asam-asam amino
sebagai unsur-unsur protein yang berguna bagi tubuh. Kadar urea pada tubuh manusia
memiliki batas yang telah ditetapkan yaitu 1,8 – 4,0 mg/L pada darah(debbi,T.2016)

III ALAT DAN BAHAN

3.1 ALAT

Adapun alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Erlemenyer (3 buah)

2. Neraca analitik (1 buah)

3. Gelas ukur (1 buah)

4. Beaker gelas 500 mL (1 buah)

5. Statif dan klem (1 buah)

6. Buret (1 buah)

7. Magnetik stirrer (1 buah)

8. Gelas arloji (1 buah)


9. Spatula (1 buah)

0. Pipet tetes (1 buah)

11. Corong (1 buah)

12. Labu takar 50 ml (1 buah)

13. Labu takar 100ml (1 buah)

3.2 BAHAN

Adapun bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Asam oksalat(H2C2O4)0,1M (10ml)


2. Asam nitrat(HNO3) 0,1M (40ml)
3. Aquades(H2O)
4. Natrium Hidroksida(NaOH)0,5M (100ml)
5. Kristal glisinat (N2CH2COO) (1,7 g)
6. Kristal nikel klorida heksa hidrat (NiCl2 6H2O) (1 mmol)
7. Larutan indicator fenoftalein(PP)
8. Larutan kalium nitrat(KNO3)0,2M (100ml)
9. Kertas saring
10. Kristal natrium oksalat dihidrat (Na2C2O4.2H2O) (1,26 gr)
IV.SKEMA KERJA

4.1 Standarisasi larutan NaOH menggunakan HNO3

1. Kristal asam oksalat sebanyak 1,26 gram ditimbang ditimbangan


digital

2. kristal asam oksalat tadi dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan
aquades dimasukkan sampe tanda batas
3. larutan indicator fenoftalein sebanyak 2 tetes dimasukkan ke dalam
larutan asam oksalat

4.larutan asam oksalat dititrasi dengan 0,5M NaOH yang


distandarisasi sebanyak 3x lalu amati perubahan yang terjadi

5. kemudian dilakukan standarisasi HNO3 sama dengan standarisasi


NaOH dengan asam oksalat

4.2 Penentuan konstanta stabilitas kompleks Nikel Glisinat


1.kristal glisinat dicampurkan sebanyak 1,7 gram dengan NaOH sebanyak
40 Ml dan diencer dengan aquades sampai tanda batas sebanyak 50 Ml

2.kemudian campuran tersebut dimasukkan dalam buret dan KNO3 0,2M


sebanyak 100 Ml HNO3 10Ml dan aquades sebanyak 90 Ml dimasukkan
ke dalam homogen

3.kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam stirrer menjadi


homogen

4.larutan homogen dititrasi dengan larutan natrium glisinat ke dalam


erlemenyer dicatat PH larutan setiap penambahan 1,3,5,8 dan 10 Ml
larutan glisinat
V DATA PENGAMATAN

Konstanta Stabilitas Senyawa Kompleks

I. Data Pengamatan

Tabel 1. Standarisasi NaOH

No. H2C2O4 (ml) NaOH terpakai (ml) Warna


1 10 4,0 Merah muda
2 10 4,2 Merah muda
3 10 4,0 Merah muda

Tabel 2. Standarisasi HNO3

No. HNO3 (ml) NaOH terpakai (ml) Warna


1 10 1,6 Merah muda
2 10 1,5 Merah muda
3 10 1,6 Merah muda

Tabel 3. Pengamatan Pengaruh Penambahan Na-Glisinat terhadap pH Larutan


Homogeny

No. Penambahan Na-glic (ml) pH Warna


1 0 3
2 1 4
3 3 5
4 5 6
5 8 7
6 10 8
VI PERHITUNGAN

I. PERHITUNGAN
1.1 Standarisasi Larutan NaOH dan HNO3
a. Konsentrasi Asam Oksalat
W = N x V x BE
W
N=
V x BE
1,26 gram
N=
0,1 L x 63 gr/mol

N = 0,2 N

b. Konsentrasi NaOH sebenarnya


(4,0+4,2+4,0)mL
V NaOH rata-rata =
3
V NaOH rata-rata = 4,067 mL

Vb x Nb = Va x Na
4,067 mL x Nb = 10 mL x 0,2 N
2
Nb = N
4,067

Nb = 0,49 N

c. Konsentrasi HNO3 sebenarnya


1,6+1,5+1,6
V NaOH rata-rata =
3
V NaOH rata-rata = 1,567 mL

Vb x Nb = Va x Na
1,567 mL x 0,48 N = 10 mL x Na
0,75
Na = N
10
Na = 0,075 N

1.2 Penentuan Konstanta Stabilitas Kompleks Nikel Glisinat


W
a. Mol glisinat =
Mr
1,7 gr
Mol glisinat =
74 gr/mol

Mol glisinat = 0,023 mol

b. Mol NaOH = M x L
Mol NaOH = 0,5 mol/L x 0,04 L
Mol NaOH = 0,02 mol

NH2CH2COOH + NaOH  NH2CH2COONa + H2O


m 0,023 mol 0,02 mol
b 0,020 mol 0,02 mol 0,02 mol 0,02 mol
s 0,002 mol - 0,02 mol 0,02 mol

Mol NH2CH2COONa = 0,02 mol


Total volume 0,05 L
n
M=
v
0,02 mol
M=
0,05 L

M = 0,4 mol/L

c. Perhitungan Massa NiCl2.6H2O yang Ditimbang dan Konsentrasinya


W NiCl2 = n x Mr
W NiCl2 = 0,001 mol x 273,6 g/mol
W NiCl2 = 0,2736 gram

Total volume = 100 ml + 10 mL + 90 mL


Total volume = 200 mL

1000
M NiCl2 = n x V
1000
M NiCl2 = 0,001 mol x
200 mL
M NiCl2 = 0,005 mol/L

d. Penentuan Konsentrasi [H+]


pH = - log [H+]
[H+] = 10-pH
1) 0 mL = 3
[H+] = 10-3
[H+] = 0,001
2) 1 mL = 4
[H+] = 10-4
[H+] = 0,0001
3) 3 mL = 5
[H+] = 10-5
[H+] = 0,00001
4) 5 mL = 6
[H+] = 10-6
[H+] = 0,000001
5) 8 mL = 7
[H+] = 10-7
[H+] = 0,0000001
6) 10 mL = 8
[H+] = 10-8
[H+] = 0,00000001

e. Penentuan Jumlah Molekul [A-]


Ka Kw
[A-] = x {CH + – [H+]
[H+] [H+]

1) [A-] = 0
10−5 10−14
[A-] = x {0,075 N + – 10-3}
10−3 10−3
[A-] = 10-2 x (0,075 N + 10-11 – 10-3)
[A-] = 10-2 x (0,074)
[A-] = 7,49 x 10-4

2) [A-] = 1
10−5 10−14
[A-] = x {0,075 N + – 10-4}
10−4 10−4
[A-] = 10-1 x (0,075 N + 10-10 – 10-4)
[A-] = 10-1 x (0,0749)
[A-] = 7,49 x 10-3

3) [A-] = 3
10−5 10−14
[A-] = x {0,075 N + – 10-5}
10−5 10−5
[A-] = (0,075 N + 10-9 – 10-5)
[A-] = (0,0749)
[A-] = 7,49 x 10-2

4) [A-] = 5
10−5 10−14
[A-] = x {0,075 N + – 10-6}
10−6 10−6
[A-] = 10 x (0,075 N + 10-8 – 10-6)
[A-] = 10 x (0,0749)
[A-] = 7,49 x 10-1

5) [A-] = 8
10−5 10−14
[A-] = x {0,075 N + – 10-7}
10−7 10−7
[A-] = 102 x (0,075 N + 10-7 – 10-7)
[A-] = 102 x (0,075)
[A-] = 7,5

6) [A-] = 10
10−5 10−14
[A-] = x {0,075 N + – 10-8}
10−8 10−8
[A-] = 103 x (0,075 N + 10-6 – 10-8)
[A-] = 103 x (0,075)
[A-] = 75

f. Penentuan Jumlah Rata-rata Molekul Ligan Glisinat (n)


[Ka] [Kw]
n = a – {1 + } x {CH + – [H+]} / m
[H+ ] [H+ ]

1) n = 0
10−5 10−14
n = 0,4 mol L-1 – {1 + −3
} x {0,075 N + } – 10-3} / 0,005 mol L-1
10 10−3
n = 0,4 mol L-1 – {1 + 10-2} x {0,074} / 0,005 mol L-1
n = 65,052

2) n = 1
10−5 10−14
n = 0,4 mol L-1 – {1 + −4
} x {0,075 N + } – 10-4} / 0,005 mol L-1
10 10−4
n = 0,4 mol L-1 – {1 + 10-1} x {0,0749} / 0,005 mol L-1
n = 63,52

3) n = 3
10−5 10−14
n = 0,4 mol L-1 – {1 + −5
} x {0,075 N + } – 10-5} / 0,005 mol L-1
10 10−5
n = 0,4 mol L-1 – {1 + 1} x {0,0749} / 0,005 mol L-1
n = 50

4) n = 5
10−5 10−14
n = 0,4 mol L-1 – {1 + −6
} x {0,075 N + } – 10-6} / 0,005 mol L-1
10 10−6
n = 0,4 mol L-1 – {1 + 101} x {0,0749} / 0,005 mol L-1
n = -84,99
|n| = 84,99

5) n = 8
10−5 10−14
n = 0,4 mol L-1 – {1 + −7
} x {0,075 N + } – 10-7} / 0,005 mol L-1
10 10−7
n = 0,4 mol L-1 – {1 + 102} x {0,075} / 0,005 mol L-1
n = -1.435
|n| = 1.435

6) n = 10
10−5 10−14
n = 0,4 mol L-1 – {1 + −8
} x {0,075 N + } – 10-8} / 0,005 mol L-1
10 10−8
n = 0,4 mol L-1 – {1 + 103} x {0,075} / 0,005 mol L-1
n = -14.935,19
|n| = 14.935,19

Tabel 4. Nilai [A-] dan n terhadap Volume Penambahan Natrium Glisinat


No Vol Na-Glis (mL) [A-] n
1. 0 mL 7,49 x 10-4 65,052
-3
2. 1 mL 7,49 x 10 63,52
3. 3 mL 7,49 x 10-2 50
-1
4. 5 mL 7,49 x 10 84,99
5. 8 mL 7,5 1.435
6. 10 mL 75 14.935,19

1.3 Pembuatan Grafik I


(2−n)[A−] n
vs (1−n)[A−]
1−n
(x) (y)

a. Nilai x
(2 − 65,052)(7,49 x 10−4 ) −0,047
X0 = = = 0,0007373
1 − 65,052 −64,052

(2 − 63,52)(7,49 x 10−3 ) −0,4587


X1 = = = 0,007393
1 − 63,52 −62,052

(2 − 50)(7,49 x 10−2 ) −3,5952


X3 = = = 0,073371
1 − 50 −49
(2 − 84,99)(7,49 x 10−1 ) −62,15
X5 = = = 0,74008
1 − 84,99 −83,99

(2 − 1.435)(7,5) −10.747,5
X8 = = = 7,4947
1 − 1.435 −1.434

(2 − 14.935,19)(75) −1.119.989,25
X10 = = = 74,9949
1 − 14.935,19 −14.934,19
b. Nilai y
65,052 65,052
Y0 = = = -1.355,95
(1 − 65,052)(7,49 x 10−4 ) (−0,04797)

63,52 63,52
Y1 = = = -136,2359
(1 − 63,52)(7,49 x 10−3 ) (−0,46625)

50 50
Y3 = = = -13,6236
(1 − 50)(7,49 x 10−2 ) (−3,6701)

84,99 84,99
Y5 = = = -1,351
(1 − 84,99)(7,49 x 10−1 ) (−62,90851)

1.435 1.435
Y8 = = = -0,1334
(1 − 1.435)(7,5) (−10.755)

14.935,19 14.935,19
Y10 = = = -0,013334
(1 − 14.935,19)(75) (−1.120.064,25)

Tabel 5. Nilai x dan y untuk Grafik I


x y
0,0007373 -1.355,95
0,007393 -136,2359
0,073371 -13,6236
0,74008 -1,351
7,4947 -0,1334
74,9949 -0,013334
1.4 Pembuatan Grafik II (untuk mendapatkan nilai β3)

(3−n)[A−] {n−(1−n)𝛽1[𝐴− ]
vs (2−n)[𝐴− ]2
2−n
(x) (y)

a. Nilai x
(3 − 65,052)(7,49 x 10−4 ) −0,046
X0 = = = 0,0007371
2 − 65,052 −63,052

(3 − 63,52)(7,49 x 10−3 ) −0,45329


X1 = = = 0,007368
2 − 63,52 −61,52

(3 − 50)(7,49 x 10−2 ) −3,5203


X3 = = = 0,073339
2 − 50 −48

(3 − 84,99)(7,49 x 10−1 ) −61,41


X5 = = = 0,73997
2 − 84,99 −82,99

(3 − 1.435)(7,5) −10.740
X8 = = = 7,4947
2 − 1.435 −1.433

(3 − 14.935,19)(75) −1.119.914,25
X10 = = = 74,9949
2 − 14.935,19 −14.933,19

b. Nilai y
65,052 − (1− 65,052)(−315,4)(7,49 x 10−4 ) 49,9207
Y0 = = = -1.411.385,35
(2 − 65,052)(7,49 x 10−4 ) 2 (−3,537 x 10−5 )

63,52 − (1− 63,52)(−315,4)(7,49 x 10−3 ) −84,173


Y1 = = = 24.288,93
(2 − 63,52)(7,49 x 10−3 ) 2 −0,003451

50 − (1− 50)(−315,4)(7,49 x 10−2 ) −1.107,54


Y3 = = = 4.112,99
(2 − 50)(7,49 x 10−2 ) 2 −0,269

84,99 − (1 − 84,99)(−315,4)(7,49 x 10−1 ) −19.756,35


Y5 = = = 424,343
(2 − 84,99)(7,49 x 10−1 ) 2 −46,5574

1.435 − (1 − 1.435)(−315,4)(7,5) −3.390.692


Y8 = = = 42,064
(2 − 1.435)(7,5) 2 −80.606,25

14.935,19 − (1 − 14.935,19)(−315,4)(75) −353.253.329,26


Y10 = = = 4,2054
(2 − 14.935,19)(75) 2 −83.999.193,75
Tabel 6. Nilai x dan y untuk Grafik II
x y
0,0007371 -1.411.385,35
0,007368 24.288,93
0,073339 4.112,99
0,73997 424,343
7,4947 42,064
74,9949 4,2054
1.5 Penentuan Nilai Konstanta
a. K1 = β1 = -315,4
4,624
b. K2 = β2 / β1 = = -0,013
−315,4
4.243
c. K3 = β3 / β2 = = 917,405
4,624

VII.REAKSI KIMIA

7.1 reaksi standarisasi NaOH

H2C2O4(aq) + NaOH(aq) → Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)

HNO3(aq) + NaOH(aq) → NaNO3(aq)+ H2O(l)

NH2CH2COOH(aq) + NaOH(aq) → H2NCH2COOH(aq) + Na2O(aq)

7.2 reaksi pembentukan kompleks

Ni(OH2)6 2+(aq) + NH2CH2COO- (aq) → Ni(NH2CH2COO)(OH2)5+(aq) +


H2O(l)

Ni(NH2CH2COO)(OH2)4+(aq) + NH2CH2COO-(aq) →
Ni(NH2CH2COO)2(OH2)4 + H2O(l)
Ni(NH2CH2COO)2(OH2)2(aq) + NH2CH2COO-(aq) →
Ni(NH2CH2COO)3(OH2)3-(aq) + H2O(l)
VIII TUGAS DAN PERTANYAAN

IX PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini membahas senyawa kompleks dimana


senyawa kompleks atau senyawa koordinasi merujuk pada molekul atau entitas yang
terbentuk dari penggabungan ligan dan ion logam. Dulunya, sebuah kompleks artinya
asosiasi reversibel dari molekul, atom, atau ion melalui ikatan kimia yang lemah.
Pengertian ini sekarang telah berubah. Beberapa kompleks logam terbentuk secara
irreversibel, dan banyak di antara mereka yang memiliki ikatan yang cukup kuat Harga
konstanta stabilitas menunjukkan kestabilan dari suatu kompleks. Semakin besar
konstanta stabilitasnya semakin stabil senyawa kompleksnya. Konstanta stabilitas
dapat diaplikasikan dalam analisis spektrofotometri serapan atom untuk mengatasi
terjadinya interferensi. Atas dasar harga konstanta stabilitas terjadinya interferensi oleh
ion logam lain dapat dikurangi.

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan standarisasi larutan NaOH dan HNO3 serta
menentukan konstanta stabilitas kompleks nikel glisinat. Metode yang digunakan dalam
percobaan ini yaitu metode analisa akurasi dan presisi yaitu dimana akurasi merupakan
ketepatan data yang kita dapatkan dan presisi merupakan suatu metode analisis untuk
menunjukkan kedekatan dari suatu seri pengukuran yang diperoleh dari sampel yang
homogen.

Konstanta stabilitas senyawa kompleks merupakan harga konstanta stabilitas yang


menunjukkan kestabilan dari suatu kompleks. Semakin besar konstanta stabilitasnya
maka semakin stabil senyawa kompleksnya. Pada percobaan ini dilakukan dengan dua
tahapan. Yang pertama diawali dengan menstandarisasi larutan NaOH dan HNO3.
Standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan mengencerkan natrium oksalat sebanyak
1,26 gram dengan akuades dalam labu takar 100 mL, yang akan digunakan sebagai
titrat yang merupakan larutan baku primer. Kemudian ditambahkan 2 tetes indikator
PP kedalam larutan yang berfungsi untuk menentukan titik akhir titrasi yang ditandai
dengan perubahan warna menjadi merah muda. Setelah itu di titrasi dengan NaOH yang
merupakan larutan baku sekunder, yang dijadikan sebagai titran dan yang akan
ditentukan molaritasnya. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali, supaya hasil yang
didapatkan lebih akurat dengan mempertimbangkan kira-kira dimana titik akhir akan
terjadi. Kemudian dilakukan dengan cara yang serupa untuk standarisasi larutan
HNO3.

Pada percobaan ini dilakukan dengan dua tahapan. Yang pertama diawali dengan
menstandarisasi larutan NaOH dan HNO3. Standarisasi larutan NaOH dilakukan
dengan mengencerkan natrium oksalat sebanyak 1,26 gram dengan akuades dalam labu
takar 100 mL, yang akan digunakan sebagai titrat yang merupakan larutan baku primer.
Kemudian ditambahkan 2 tetes indikator PP kedalam larutan yang berfungsi untuk
menentukan titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna menjadi merah
muda. Setelah itu di titrasi dengan NaOH yang merupakan larutan baku sekunder, yang
dijadikan sebagai titran dan yang akan ditentukan molaritasnya. Titrasi dilakukan
sebanyak 3 kali, supaya hasil yang didapatkan lebih akurat dengan mempertimbangkan
kira-kira dimana titik akhir akan terjadi. Kemudian dilakukan dengan cara yang serupa
untuk standarisasi larutan HNO3.
Yang kedua yaitu menentukan konstanta stabilitas kompleks Nikel Glisinat. Pada
percobaan ini ditentukan konstanta stabilitas kompleks Nikel Glisinat, digunakan
glisinat karena bias terbentuk 3 kompleks sehingga bias dibandingkan kestabilannya.
Ion glisinat (NH2CH2COO-) merupakan ligan bidentat yang dapat membentuk
senyawa kompleks dengan beberapa logam seperti nikel, kobalt, tembaga dan seng.
Dalam senyawa kompleks tersebut terjadi ikatan koordinasi antara logam Ni dengan
atom N pada NH2 dan atom O, dengan atom N dan O berfungsi sebagai donor pasangan
elektron.

X KESIMPULAN

1. Proses standarisasi NaOH itu dimulai dari pembuatan asam


oksalat(H2C2O4)namun nanti diberikan indicator PP dan akhirnya campuran yang
berawal dari warna merah menjadi warna merah muda dan warna merah muda
menjadi titik akhir titrasi
2. Menghitung konstanta hasil senyawa kompleks menggunakan rumus fungsi x dan
y dimana nanti fungsi x dan y tersebut didapat dari perhitungan mencari normalitas
mencari mol bereaksi hingga penentuan jumlah mol
3. Merah muda menandakan titik akhir titrasi
4. Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya sudah
diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi
sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk
diketahui konsentrasi komponen tertentu.
5. Nilai konstanta hasil senyawa kompleks adalah 0,013
XI DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Edisi ke-3. Erlangga:Jakarta.

Debbi.T.2016. IMMOBILISASI ENZIM UREASE UNTUK PEMBUATAN


SENSOR KIMIA DALAM PENENTUAN UREA.fakultas MIPA Universitas Negeri
Medan:Medan

Sigit,dkk.2015.modifikasi metoda ASTM untuk analisis uranium dengan kosentrasi


1Gu/L menggunakan titroprosesor.fakultas MIPA Universitas Andalas:Padang

Suminar.2001.Prinsip-prinsip Kimia Modern.Jakarta : Erlangga

Zipora Sembiring,dkk.2020. SENYAWA KOMPLEKS Fe(II)-BASA SCHIFF: SINTESIS,


KARAKTERISASI SPEKTROSKOPI DAN STUDI TERMAL.Kimia FMIPA universitas
lampung:lampung
XII LAMPIRAN

https://www.youtube.com/watch?v=THqnlOoK4hs&feature=youtu.be

REFERENSI

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Edisi ke-3. Erlangga:Jakarta

Debbi.T.2016. IMMOBILISASI ENZIM UREASE UNTUK PEMBUATAN SENSOR


KIMIA DALAM PENENTUAN UREA.fakultas MIPA Universitas Negeri
Medan:Medan
Sigit,dkk.2015.modifikasi metoda ASTM untuk analisis uranium dengan kosentrasi 1Gu/L
menggunakan titroprosesor.fakultas MIPA Universitas Andalas:Padang

Suminar.2001.Prinsip-prinsip Kimia Modern.Jakarta : Erlangga


Zipora Sembiring,dkk.2020. SENYAWA KOMPLEKS Fe(II)-BASA SCHIFF: SINTESIS,
KARAKTERISASI SPEKTROSKOPI DAN STUDI TERMAL.Kimia FMIPA universitas
lampung:lampung

Anda mungkin juga menyukai