Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK 3

VOLUM MOLAL PARSIAL

diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Kimia Fisik 3
Dosen Pengampu : Dr.rer.nat Omay Sumarna, M.Si

Tanggal Percobaan, Awal : 1 Maret 2019


Akhir : 1 Maret 2019

disusun Oleh :
Ayu Nurdiana Putri (1706277)
Dora Refliana Rahmah (1703841)
Raisa Khafifah Alawiyah (1703558
Redi Gunawan (1703778)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUIAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
VOLUM MOLAL PARSIAL
Tanggal Praktikum, Awal : 1 Maret 2019

Akhir : 1 Maret 2019

A. Tujuan
1. Menentukkan volum molal parsial dengan bantuan kurva volum molal nyata (0) untuk zat
terlarut vs jumlah mol zat terlarut pada volum molal parsial tertentu.
2. Menghitung massa jenis larutan.

B. Dasar Teori
Volum molar parsial adalah kontribusi pada volum, dari satu komponen dalam sample
terhadap volum total. Volum molar parsial komponen suatu campurn berubah-ubah tergantung
pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis molekul berubah jika komposisinya berubah
dari a murni ke b murni. Perubahan lingkungan molekuler dan perubahan gaya-gaya yang
bekerja antara molekul inilah yang menghsilkan variasi sifat termodinamika campuran jika
komposisinya berubah.
(Dogra, 1990: 582).
Salah satu sifat-sifat parsial yang ada yakni sifat molal parsial yang lebih mudah
digambarkan dengan volume molal parsial, yaitu konstribusi pada volume dari satu komponen
dalam sampel terhadap volume total
(Dogra, 1990: 582)
Volume molal parsial biasanya digunakan dalam menentukan tekanan uap campuran.
Selain itu dalam mencampurkan suatu zat tertentu dengan zat lain dalam temperature tertentu,
kita juga harus mengetahui volume molal parsial dari zat-zat tersebut. Jadi, sangatlah penting
untuk mengetahui volume molal parsial komponen larutan
(Atkins, 1993: 170).
Dalam termodinamika dikenal adanya 2 tipe peubah yaitu tipe peubah ekstensif yang
bergantung pada jumlah fase misalnya volume, entropi, energy dalam dan entalpi, seta peubah
intensif yaitu peubah yang tidak bergantung pada jumlah fase contohnya tekanan dan suhu.
(Atkins, 1993: 171).
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Definisi lain,
pengenceran diartikan pencampuran yang bersifat homogen antara zat terlarut dan pelarut
dalam larutan. Zat yang jJumlahnya lebih sedikit didalam larutan disebut (zat) terlarut atau
solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut
pelarut atau solven. Jadi, pengenceran merupakan suatu cara atau metode yang diterapkan pada
suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, umumnya
menggunakan aquades dalam jumlah tertentu
(Baharuddin dan Azis,2013:73).
Densitas (rapatan, density) adalah rasio massa terhadap volume.

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝑑=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

Massa dan volume adalah sifat ekstensif.Sifat ekstensif (extensive property) bergantung
pada kuantitas materi yang diamati. Namun, bila membagi massa suatu zat dengan volumenya,
didapatkan densitas, yaitu sifat intensif. Sifat intensif (intensive property) tidak bergantung
pada banyaknya materi yang diamati. Jadi, densitas air murni pada 25 (massa/volume)
memiliki nilai yang khas, apakah sampel mengisi gelas piala kecil (massa kecil/volume kecil)
atau kolam renang (massa besar/volume besar)
(Petrucci dkk, 2007: 13).
Volum molal parsial komponen I dari sistem larutan didefinisikan sebagai:

𝜕𝑉
𝑉𝑖 = (𝜕𝑛) 𝑇, 𝑃, 𝑛𝑖 = 𝑖 persamaan 1

Dimana V adalah volJum, n adalah jumlah mol, T adalah suhu dan P adalah tekanan
sistem. Volum larutan adalah fungsi dari suhu, tekanan dan jumlah mol dan dapat dinyatakan
sebagai:

𝑉 = 𝑓 (𝑇, 𝑃, 𝑛1 , 𝑛2 , … 𝑛𝑖 ) persamaan 2

Atau

∂V ∂V ∂V ∂V
dV = ∂T dT + ∂P dP + ∂n dn1 + ∂n dn2 + ⋯ persamaan 3
1 2

Pada suhu dan tekanan tetap, dari persamaan (1) dan (3) didapat:

∂V ∂V
dV = ∂n dn1 + ∂n dn2 + … persamaan 4
1 2

Integrasi parsamaan (4) pada kondisi tersebut akan memberikan:

V = n1 V1 + n2 V2 + ⋯ + tetapan persamaan 5

Jika n1 = n2 maka tetapan akan sama dengan 0

Contoh perhitungan molal parsial :

Misalkan akan dicari volume molal zat terlarut dalam pelarut sebanyak 1000 gr, maka:
V = n1 V1 + n2 V2 persamaan 6

1000 gr air = 55,51 mol sehingga :

V = n1 V1 + n2 V2

Dimana V adalah volume seluruh larutan, 𝑛1 adalah jumlah mol air dengan volume
molal parsial 𝑉1, dan m adalah jumlah mol zat terlarut dengan volume molal parsial 𝑉2. Jika
𝑉 𝑜 adalah volume molar air murni , dan 𝜙 adalah volume molal nyata untuk zat terlarut, maka:

𝑉 = 𝑛1 𝑉 𝑜 + 𝑚𝜙 persamaan 7

Karena:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝜌=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
Diketahui pula bahwa,
1000+𝑚 𝑀2 1000
𝑉= dan 𝑛1 𝑉 𝑜 = persamaan 8
𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝜌𝑎𝑖𝑟

Dimana 𝑀2 adalah massa molar solut, 𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 adalah massa jenis larutan dan𝜌𝑎𝑖𝑟
adalah massa jenis air murni.

Dari persamaan (7) dan persamaan (8) kita dapat menentukan besar 𝜙 yaitu :

1 1000 𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 − 𝜌𝑎𝑖𝑟


𝜙= (𝑀2 ( ))
𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑚 𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

1 1000 𝑊 − 𝑊𝑜
𝜙= (𝑀2 − ( ))
𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑚 𝑊𝑜 − 𝑊𝑒

Dimana W adalah massa piknometer yang berisi larutan, We adalah massa piknometer
kosong, dan Wo adalah massa piknometer bersisi air murni.

Dari definisi volum molal parsial dan persamaan (6) dan (7) :

𝜕𝑉
𝑉2 = ( ) 𝑇, 𝑃, 𝑛1
𝜕𝑛2

𝜕𝜙
𝑉2 = 𝜙 + 𝑛2 ( ) 𝑇, 𝑃, 𝑛1
𝜕𝑛2

𝜕𝜙
𝑉2 = 𝜙 + 𝑚 ( )
𝜕𝑚

Demikian pula untuk

𝑉 − 𝑛2 𝑉2 1 𝜕𝜙
𝑉1 = ( ) = (𝑛1 𝑉 𝑜 − 𝑛2 ( ) 𝑇, 𝑃, 𝑛1 )
𝑛1 𝑛1 𝜕𝑛2
𝑚2 𝜕𝜙
= 𝑉10 − ( )
55,51 𝑚𝑜𝑙 𝜕𝑚

Pada umumnya untuk larutan elektrolit sederhana, volum molal parsial nyata (apparent
molal volum) adalah linier terhadap√𝑚. Prediksi Debye-Huckel untuk larutan encer sesuai
dengan perilaku ini karena :

𝑑𝜙 𝑑𝜙 𝑑(√𝑚) 1 𝑑𝜙
= × = ×
𝑑𝑚 𝑑(√𝑚) 𝑑𝑚 2√𝑚 𝑑(√𝑚)
Sehingga besar V1 dan V2 bisa diubah menjadi:

𝜕𝜙
𝑉2 = 𝜙 + 𝑚 ( )
𝜕𝑚
1 𝑑𝜙
𝑉2 = 𝜙 + 𝑚 ( × )
2√𝑚 𝑑(√𝑚)
1 𝑑𝜙
𝑉2 = 𝜙 + (√𝑚 )
2 𝑑(√𝑚)
𝑚 √𝑚 𝑑𝜙
𝑉2 = 𝑉1𝑜 − ( )
55,51 2 𝑑(√𝑚)

Pada persamaan penetuan 𝑉2 dapat dibuat grafik 𝜙 vs √𝑚 yang linier, sehingga didapat
𝑑𝜙
gradient 𝑑( 𝑚). Pada √𝑚 = 0, nilai 𝜙 = 𝜙 𝑜 . Selanjutnya dari kedua nilai tersebut dapat

dihitung.
(Tim Kimia Fisik, 2019)

C. Alat dan Bahan


1. Alat
 Neraca analitik : 1 set
 Labu ukur : 1 buah
 Piknometer : 1 buah
 Labu Erlenmeyer : 3 buah
 Batang pengaduk : 1 buah
 Botol semprot : 1 buah
 Kaca arloji : 1 buah
 Termometer : 1 buah
 Gelas ukur 50 mL : 1 buah
 Gelas kimia 50 mL : 1 buah

2. Bahan
 Padatan NaCl : ± 17,55 gram
 Aquades : Secukupnya

D. Spesifikasi Bahan
No. Nama Bahan Spesifikasi Bahan

1. Natrium Sifat Fisika Sifat Kimia


Klorida
 Berwujud padat  pH = 7
 Berwarna putih dan berbau (netral)
 Titik leleh = 801oC
 Titik didih = 1413oC
 Mudah larut dalam air dingin
dan panas

Bahaya Penanggulangan

 Menyebabkan iritasi pada mata  Bilas dengan


dan kulit air mengalir
± 20 menit

2. Aquades Sifat Fisika Sifat Kimia

 Berwujud cairan  Pelarut polar


 Tidak berwarna dan tidak  Pelarut
berbau universal
 Titik leleh = 0oC  pH = 7
 Titik didih = 100oC (netral)
 Kalor jenis = 4,184 J.kg-1.K-1

Bahaya Penanggulangan

 Menimbulkan ledakan jika  Hindari


bereaksi dengan logam reaktif kontak
langsung
dengan
logam reaktif

Sumber : Tim Merck. (Tanpa Tahun). Material Safety Data Sheet. [Online]. Tersedia :
www.merckmillipore.com, diakses pada 13 Maret 2019

C. Set Alat

D. Langkah Kerja dan Pengamatan


No Langkah Kerja Pengamatan

1. Preparasi Larutan NaCl  NaCl berwujud padat berwarna putih, dan


tidak berbau.
Garam NaCl
 Aquades yang digunakan tidak berwarna,
 Ditimbang di neraca analitik berwujud cair, dan tidak berbau.
 Dilarutkan dalam akuades hingga  Labu takar yang digunakan 100 ml
volumenya 200 ml  NaCl yang digunakan 17,55 gram
Larutan NaCl 3 m  Larutan NaCl tidak berwarna dan tidak
berbau.

Garam NaCl

 Dimasukan NaCl yang telah


ditimbang
 Dilarutkan dengan 200 ml hingga
tanda batas
 Dikocok hingga homogen
Hasil

2. Pengenceran Larutan Nacl  Konsentrasi larutan NaCl yang digunakan


3 m ; 1,37 m ; 0,66 m ; 0,33 m ; 0,16 m.
Gelas Kimia
m
 Dimasukan masing – masing 10 ml
larutan NaCl
 Diencerkan hingga konsentrasi
menjadi ½, ¼, 1/8, dan 1/6 dari
konsentrasi semula (berurutan dari
gelas 1 – gelas 4)
Hasil
3. Penentuan Masa Jenis Larutan  Massa piknometer kosong = 34,02 gram
 Piknometer yang digunakan hanya satu
Piknometer 4 buah
 Massa piknometer + air = 83,45 gram
 Ditimbang massa piknometer kosong  Massa piknometer + larutan NaCl 3 m =
 Dimasukan masing – masing dengan 88,85 gram (1)
larutan NaCl yang telah diencerkan  Massa piknometer + larutan NaCl 1,37 m
 Dicatat suhu dalam pinkometer = 86,09 gram(2)
 Ditimbang piknometer yng berisi air  Massa piknometer + larutan NaCl 0,66 m
(wo) dan massa piknometer yang = 84,82 gram (3)
berisi masing – masing larutan  Massa piknometer + larutan NaCl 0,33 m
Hasil = 84,13 gram (4)
 Massa piknometer + larutan NaCl 0,16 m
= 83,66 gram (5)
 Suhu piknometer 25 oC
 Densitas air = 0,9886 g/mol
 Densitas larutan (1) = 1,0966 g/mol
 Densitas larutan (2) = 1,0414 g/mol
 Densitas larutan (3) = 1,0160 g/mol
 Densitas larutan (4) = 1,0022 g/mol
 Densitas larutan (5) = 0,9928 g/mol

 Molar parsial (1) = 22,7597


 Molar parsial (2) = 20,1895
 Molar pasial (3) = 17,1826
 Molar parsial (4) = 17,4820
 Molar parsial (5) = 32,6228

E. Data Pengamatan
Massa Piknometer Kosong = 34,02 gram
Massa Piknometer + air = 83, 45 gram
 Tabel Pengamatan
Konsentrasi Larutan NaCl Massa Piknometer + Suhu (ºC)
(m) Larutan (gram)
3 88,85 25

1,37 86,09 25
0.66 84, 82 25

0, 33 84.13 25

0.16 83.66 25

F. Perhitungan
 Tabel Perhitungan
Massa Piknometer Wo-We
Konsentrasi W-We W-Wo
(gram) (gram)
NaCl (m) (gram) (gram)
We Wo W
3 34,02 83, 45 88,85 54,83 5,4 49,43

1,37 34,02 83, 45 86,09 52,07 2,64 49,43

0.66 34,02 83, 45 84, 82 50,80 1,37 49,43

0, 33 34,02 83, 45 84.13 50,11 0.68 49,43

0.16 34,02 83, 45 83.66 49,64 0,21 49,43

Ket :
We = berat piknometer kosong
Wo = berat piknometer + akuades
W = berat piknometer + larutan

1. Menghitung densitas larutan


𝒘 − 𝒘𝒆
𝒅= × 𝒅𝟎
𝒘𝟎 − 𝒘𝒆
 Menghitung densitas air
𝑚 49,43 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔
d0 = = = 0.9886 ⁄𝑚𝑙
𝑣 50 𝑚𝐿

 Densitas 3 m
54,83 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔
d= x 0,9886 ⁄𝑚𝑙
49,43 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔
d = 1,0966 ⁄𝑚𝑙
 Densitas 1,37 m
52,07 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔
d= x 0,9886 ⁄𝑚𝑙
49,43 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔
d = 1,0414 ⁄𝑚𝑙

 Densitas 0,66 m
50,80 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔
d= x 0,9886 ⁄𝑚𝑙
49,43 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔
d = 1, 0160 ⁄𝑚𝑙

 Densitas 0, 33 m
50,11 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔
d= x 0,9886 ⁄𝑚𝑙
49,43 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔
d =1,0022 ⁄𝑚𝑙

 Densitas 0, 16 m
49,64 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔
d= x 0,9886 ⁄𝑚𝑙
49,43 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑔
d = 0,9928 ⁄𝑚𝑙

2. Menghitung molalitas
𝟏
𝒎=
(𝒅⁄𝒎𝒍 ) − (𝑩𝑴⁄𝟏𝟎𝟎𝟎)
𝒌𝒆𝒕:
𝒎 = 𝒎𝒐𝒍𝒂𝒍𝒊𝒕𝒂𝒔
𝒅 = 𝒅𝒆𝒏𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏
𝒎𝒍 = 𝒎𝒐𝒍𝒂𝒍𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏
𝑩𝑴 = 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒎𝒐𝒍𝒆𝒌𝒖𝒍

1
1. m = = 3,2570 m
(1,0966⁄3,00)− (58,5⁄1000)

1
2. m = = 1,4252 m
(1,0414⁄1,37)− (58,5⁄1000)
1
3. m = 1,0160 = 0,6753 m
( ⁄0,66)− (58,5⁄1000)

1
4. m = = 0,3357 m
(1,0022⁄0,33)− (58,5⁄1000)

1
5. m = = 0,1627 m
(0,9928⁄0,16)− (58,5⁄1000)

3. Menghitung Volum Molar Parsial


𝟏 𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒘 − 𝒘𝟎
Φ= [𝑩𝑴 − ( × )]
𝒅 𝒎 𝒘𝟎 − 𝒘𝒆
𝟏 𝟏𝟎𝟎𝟎 5,4
1. Φ = 𝟏,𝟎𝟗𝟔𝟔 [𝟓𝟖, 𝟓 − (𝟑,𝟐𝟓𝟕𝟎 × 49,43)] = 𝟐𝟐, 𝟕𝟓𝟗𝟕
𝟏 𝟏𝟎𝟎𝟎 2,64
2. Φ = [𝟓𝟖, 𝟓 − ( × )] = 𝟐𝟎, 𝟏𝟖𝟗𝟓
𝟏,𝟎𝟒𝟏𝟒 𝟏,𝟒𝟐𝟓𝟐 49,43
𝟏 𝟏𝟎𝟎𝟎 1,37
3. Φ = 𝟏,𝟎𝟏𝟔𝟎 [𝟓𝟖, 𝟓 − (𝟎,𝟔𝟕𝟓𝟑 × 49,43 )] = 𝟏𝟕, 𝟏𝟖𝟐𝟔
𝟏 𝟏𝟎𝟎𝟎 0,68
4. Φ = 𝟏,𝟎𝟎𝟐𝟐 [𝟓𝟖, 𝟓 − (𝟎,𝟑𝟑𝟓𝟕 × 49,43)] = 𝟏𝟕, 𝟒𝟖𝟐𝟎
𝟏 𝟏𝟎𝟎𝟎 0,21
5. Φ = 𝟎,𝟗𝟗𝟐𝟖 [𝟓𝟖, 𝟓 − (𝟎,𝟏𝟔𝟐𝟕 × 49,43)] = 𝟑𝟐, 𝟔𝟐𝟐𝟖

4. Grafik

Grafik Antara Φ dan √m Pada Larutan


NaCl
Φ 2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 10 20 30 √m 40
Grafik Antara √m dan Φ Pada Larutan
35 NaCl
Φ
30

25

20

15

10

0
0 0.5 1 1.5 2
√m

G. Pembahasan

Pada percobaan volum molal parsial bertujuan menentukkan volum molal parsial
dengan bantuan kurva volum molal nyata (𝜑) untuk zat terlarut vs jumlah mol zat terlarut pada
volum molal parsial tertentu, dan menghitung massa jenis larutan. Prinsip dasar pada
percobaan ini adalah menentukan volum molal parsial larutan natrium klorida dengan
menghitung densitas larutan natrium klorida yang konsentrasinya divariasikan. Bahan yang
digunakan pada praktikum ini adalah NaCl dan akuades dan alat yang digunakannya yaitu
piknometer, neraca analitik, gelas kimia, batang pengaduk, dan labu takar. Volum molal
parsial adalah konstribusi pada volum dari suatu komponen dalam sampel terhadap volum
total. Volum molal parsial adalah volum perbandingan antara pelarut dengan zat terlarut.
Volum molal parsial ditentukan oleh banyaknya mol zat terlarut yang terkandung dalam 1000
gram pelarut. Ada 3 sifat termodinamika molal parsial utama yaitu : 1) volum molal parsial
dari komponen-komponen dalam larutan, 2) entalpi molal parsial (juga disebut sebagai panas
diferensial larutan) dan 3) energi bebas molal parsial (disebut potensial kimia).
Dengan metode grafik sifat-sifat ini dapat ditentukan serta dengan menggunakan suatu
fungsi yang disebut besaran molal nyata ditentukan sebagai: 𝜙. Sifat termodinamika dari molal
parsial jika salah satu sifat volum molal diubah maka akan berpengaruh terhadap harga volum
molal itu sendiri.
Percobaan ini dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi dari larutan NaCl. Padatan
NaCl digunakan sebagai zat terlarut dikarenakan NaCl merupakan elektrolit yang kuat
sehingga dapat terurai menjadi ion Na+ dan ion Cl- didalam pelarut, yaitu Aquades. Ion-ion
tersebut dapat berinteraksi dengan molekul air sehingga terjadi penambahan volume larutan,
dan hal ini disebut sebagai volum molal parsial. Reaksi yang terjadi pada langka ini adalah :
NaCl(aq) → Na+ (aq) + Cl- (aq)
NaCl divariasikan dengan konsentrasi 3 m ; 1,37 m; 0,66 m; 0,33 m; dan 0,16 m.
Variasi konsentrasi ini dapat diperoleh dengan cara mengencerkan larutan NaCl 3 m.
Pengenceran dapat didapatkan dengan persamaan berikut:
1
𝑚=
ρ 𝑀 ̅
.
𝑚 1000
Penentuan volum molal larutan NaCl ini dapat diketahui dengan mengukur berat jenis
dari larutan NaCl. Pengukuran masa jenis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
konsentrasi dengan volum molal parsial. Pada percobaan ini, temperatur dari setiap larutan
NaCl diukur. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berat jenis air. Berdasarkan data yang telah
diperoleh diketahui bahwa semakin besar konsentrasi NaCl dalam larutan maka densitas dari
larutan tersebut juga semakin besar. Perolehan data tersebut sesuai dengan literatur yang
menyebutkan bahwa semakin besar konsentrasi maka massa jenisnya juga akan semakin besar.
Hal tersebut dikarenakan masa jenis NaCl lebih besar dibandingkan air (masa jenis NaCl =
58,5 g/dm3, masa jenis air = 1,00 g/dm3) sehingga apabila komponen NaCl dalam larutan
semakin banyak, masa jenis dari larutan tersebut juga akan semakin banyak pula.
Halpertama yang dilakukan adalah menimbang piknometer kosong dan dicatat sebagai
We. Selanjutnya piknometer diisi dengan air sampai penuh dan ditimbang lalu dicatat sebagai
W0. Selama penimbangan piknometer, berbagai faktor seperti suhu juga diperhatikan. Semakin
tinggi konsentrasi harusnya semakin tinggi suhu yang terjadi. Pertambahan molekul,
menyebabkan pertambahan kemungkinan terjadinya tumbukan. Ketika tumbukan terjadi,
maka hal tersebut menghasilkan energi panas. Sehingga, suhu larutan dapat meningkat seiring
pertambahan konsentrasi.
Berikutnya dilakukan pengenceran larutan NaCl 3,0 m. Larutan NaCl 3,0 m diencerkan
sehingga konsentrasinya menjadi1,37 m; 0,66 m; 0,33 m; dan 0,16 m. Masing-masing larutan
yang sudah diencerkan kemudian dimasukkan ke dalam piknometer dan ditimbang. Massa
hasil penimbangan piknometer dengan larutan selanjutnya disebut sebagai W. Selanjutnya
dilakukan dari nilai W tersebut adalah mengukuran berat jenis larutan NaCl untuk masing-
masing variasi konsentrasi. Pengukuran berat jenis larutan ini menggunakan piknometer.
Massa jenis larutan yang diperoleh dari hasil percobaan untuk masing-masing
konsentrasi untuk NaCl dari konsentrasi terendah antara lain, 0,9928; 1,0022; 1,0160; 1,0414;
dan 1,0966 g/cm3. Hasil ini menujukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan maka
densitasnya juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi suatu
larutan, menunjukkan jumlah partikel dalam larutan tersebut semakin banyak.
Hasil dari densitas yang telah ditentukan maka dapat dicari molal masing-masing
molalitas NaCl dari konsentrasi terendah antara lain 0,1627; 0,3357; 0,6753; 1,4253; dan
3,2570 m. Sehingga, didapat harga 𝜑 masing-masing konsentrasi NaCl dari konsentrasi
terendah antara lain 17,1826; 17,4820; 20,1895; 22,7597; dan 32,6228 cm3/mol. Setelah
didapat harga 𝜑, kemudian dibuat grafik antara 𝜑 dengan akar dari konsentrasi untuk
memperoleh nilai slopenya. Selanjutnya, satuan volume molal parsial yang diperoleh dari
perhitungan tersebut yakni ml/mol. Berikut grafik yang diperoleh untuk volume molar NaCl.

Seperti terlihat pada grafik di atas, nilai 𝜑 semakin kecil dengan bertambahnya
konsentrasi. Hasil ini menunjukkan bahwa volume molal semu berbanding terbalik dengan
konsentrasi. Hal ini disebabkan karena zat terlarutnya semakin banyak sehingga volume yang
diperlukan untuk membentuk konsentrasi tertentu semakin kecil.
Grafik 1. Grafik antara Φ dan √𝑚

Grafik Antara Φ dan √m Pada Larutan


NaCl
Φ 2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 10 20 30 √m 40

Grafik 1. Grafik antara √𝑚 dan Φ


Grafik Antara √m dan Φ Pada Larutan
35 NaCl
Φ
30

25

20

15

10

0
0 0.5 1 1.5 2
√m

Faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan ini yaitu pada saat penentuan
densitas menggunakan piknometer, volume yang ada didalam piknometer tidak penuh
seluruhnya atau masih ada gelembung yang mengakibatkan penghitungan densitas kurang
tepat.
H. Kesimpulan
Dari percobaan penentuan volum molal parsial NaCl dari berbagai konsentrasi yaitu 3 m ;
1,,37 m; 0,66 m; 0,33 m; dan 0,16 m. Kemudian didapat massa jenis masing masing dari
konsentrasi terendah,yaitu 0,9928; 1,0022; 1,0160; 1,0414; dan 1,0966 g/cm3. Molalitas dari
masing masing konsentrasi 0,1627; 0,3357; 0,6753; 1,4253; dan 3,2570 g/mmol dan volum
molal parsial dari masing masing konsentrasi yaitu 17,1826; 17,4820; 20,1895; 22,7597; dan
32,6228 𝑐𝑚3 /mol.
Daftar Pustaka

Atkins.(1993).Kimia Fisik Jilid 1. Jakarta : Erlangga


Baharuddin, Maswati dan Fitria Azis.(2013).Modul Manajemen Laboratorium. Makassar: UIN
Alauddin
Dogra.(1990). Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI Press.
Petrucci dkk. (2007). Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga
Tim Kimia Fisik. (2019). Penuntun Praktikum Kimia Fisik 3. Bandung: Jurusan Kimia FPMIPA
UPI
Tim Merck. (Tanpa Tahun). Material Safety Data Sheet. [Online]. Tersedia :
www.merckmillipore.com, diakses pada 13 Maret 2019
DOKUMENTASI

Gambar 1. Penimbangan Piknometer Kosong Gambar 2. Penimbangan Piknometer berisi Larutan

Gambar 3. Penimbangan Piknometer berisi larutan Gambar 4. Penimbangan Piknometer berisi Larutan

Anda mungkin juga menyukai