Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KI-2142

KIMIA FISIK

MODUL N-1

VOLUME MOLAR PARSIAL


Nama : Nasha Annabiila Risqulia

NIM : 12519024

Tanggal Percobaan : Kamis, 19 November 2020

Tanggal Pengumpulan : Kamis, 26 November 2020

Asisten Praktikum : Jonathan Christianto

LABORATORIUM KIMIA FISIK

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

INTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2020
I. Tujuan
1. Menentukan rapat massa berbagai zat dengan menggunakan piknometer
2. Menentukan volum molar nyata MgCl2
3. Menentukan volum molar parsial komponen dalam larutan garam dengan
variasi konsentrasi dan suhu.

II. Teori Dasar


Variabel termodinamika ada dua , yaitu variabel ekstensif dan intensif yang
dapat diungkapkan sebagai fungsi homogen dengan Teorema Euler :
𝜕𝑓 𝜕𝑓
𝑁1 [ ] + 𝑁2 [ ] + ⋯ = 𝑛 𝑓(𝑁1 , 𝑁2 , … , 𝑁𝑖 )
𝜕𝑁𝑖 𝑁𝑖=1 𝜕𝑁2 𝑁𝑖=1

Terdapat tiga sifat termodinamika molar parsial, yaitu :

1. Volume molar parsial dari komponen-komponen dalam larutan.

2. Entalpi molar parsial.

3. Energi bebas molar parsial.

Pada percobaan ini akan ditentukan volum molar parsial komponen


larutan sebagai fungsi konsentrasi melalui pengukuran rapat massa.
Secara matematis, sifat molar atau molal parsial didefinisikan sebagai :

̅̅̅1 = (𝜕𝑄)𝑃,𝑇,𝑛𝑗≠𝑛𝑖 𝑖
𝑄 (1)
𝜕𝑛

Dengan Q ialah kuantitas ekstensif, N ialah banyaknya mol komponen I,


̅̅̅1 ialah sifat molar parsial komponen 𝑖. Penentuan kuantitas volum
dan 𝑄
molar parsial yang diturunkan dari Teorema Euler untuk larutan biner
pada suhu dan tekanan konstan hanya bergantung pada jumlah mol dari
kedua komponen.
𝑉 = 𝑉(𝑛1 , 𝑛2 ) (2)
Ungkapan ini adalah fungsi homogen berderajat 1, yang memiliki arti
jika 𝑛1 dan 𝑛2 diperbesar dua kali maka V akan menjadi dua kali lebih
besar. Penerapan Teorema Euler pada Persamaan (2) menghasilkan :
𝜕𝑉 𝜕𝑉
𝑉 = 𝑛1 (𝜕𝑛 ) + 𝑛2 (𝜕𝑛 ) (3)
1 𝑛2 ,𝑇,𝑃 2 1,𝑇,𝑃

Atau
V=𝑛1 ̅̅
𝑉̅̅ ̅̅̅̅
1 + 𝑛2 𝑉2 (4)
Secara umum dapat ditulis
𝑉 = ∑~ ̅
𝑖=1 𝑛𝑖 𝑉𝑖 (5)

Dengan 𝑉1dan 𝑉2 berturut-turut adalah volum molar parsial dari


komponen 1 dan komponen 2. Diferensiasi total dari Persamaan (2) pada
kondisi suhu dan tekanan tetap adalah :
𝜕𝑉 𝜕𝑉
𝑑𝑉 = 𝑛1 (𝜕𝑛 ) 𝑑𝑛1 + 𝑛2 (𝜕𝑛 ) 𝑑𝑛2 (6)
1 𝑛2 ,𝑇,𝑃 2 𝑛1 ,𝑇,𝑃

𝑑𝑉 = 𝑉̅1 𝑑𝑛2 + 𝑉̅2 𝑑𝑛2 (7)


Diferensiasi dari Persamaan (4) menghasilkan persamaan sebagai
berikut : 𝑑𝑉 = 𝑛1 𝑑𝑉1 + 𝑉1 𝑑𝑛1 + 𝑛2 𝑑𝑉2 + 𝑉2 𝑑𝑛2 (8)

Dengan mensubstitusi Persamaan (7) ke dalam Persamaan (8)


menghasilkan persamaan sebagai berikut 𝑛1 ̅̅̅̅
𝑑𝑉1 + 𝑛2 ̅̅̅̅
𝑑𝑉2 = 0 (9)
Persamaan (9) ini dikenal sebagai Persamaan Gibbs-Duheim untuk
system biner yang dapat dituliskan dalam bentuk fraksi mol sebagai
berikut :
𝑥𝑥
𝑑𝑉̅1 = 𝑥 −1 𝑑𝑉̅2 (10)
2

Dari Persamaan (10) dapat disimpulkan bahwa jika 𝑉̅1 diketahui sebagai
𝑛
fungsi 𝑛1 maka nilai 𝑉̅2 dapat ditentukan.
2

A. Penentuan volum molar parsial dengan metoda grafik


Dengan menggunakan metoda grafik, volume V dialurkan sebagai
fungsi dari komposisi larutan. Volume larutan diukur pada variasi
penambahan jumlah suatu komponen yang sudah ada dalam system
dengan tetap mempertahankan komposisi total semua komponen
peyusunnnya. Volum molar parsial komponen ini tidak bergantung pada
konsentrasi jika aluran dua variabel itu menghasilkan suatu garis linier
sehingga besarnya volum molar parsial dari komponen yang
ditambahkan itu sama dengan gradient garis tersebut. Jika aluran V
terhadap komposisi tidak linier maka,
𝜕𝑉 𝜕𝑉
𝑉𝑖 = lim ( ) =( ) (11)
∆𝑛→0 𝜕𝑛1 𝑛𝑗 ≠𝑖,𝑇,𝑃 𝜕𝑛1 𝑛 ≠𝑖,𝑇,𝑃
𝑗

Untuk keadaan ini volume molar parsial komponen tersebut dapat


∆𝑉
diperoleh berupa intersep pada aluran [∆𝑛 ] Terhadap 𝑛𝑖, 𝑛𝑖 → 0 adalah
1

𝑉̅𝑙 .

B. Penentuan volum molar parsial dengan metoda analitik


Jika sifat ekstensif dapat dinyatakan sebagai fungsi aljabar dari
komposisi sistem, maka sifat molar parsial dapat dihitung secara
analitik. Dengan mengintegrasikan Persamaan (10) diperoleh hasil
sebagai berikut :
𝑥2 𝜕𝑉
𝑉𝑖 = ∫ 𝑥 ( 𝑥 2) 𝑑𝑥2 + 𝐶1 (12)
2 −1 2

Konstanta integrasi, C1 dapat ditentukan dengan cara pendekatan yaitu


sebagai volum molar dari komponen 1 murni. Untuk 𝑥2 → 0 berarti
komponen 1 murni, maka 𝑉1 = 𝑉1 𝜃 = 𝐶1 dengan 𝑉1 𝜃 ialah volum molar
pelarut murni.

C. Penentuan volum molar parsial dengan metoda volum molar nyata


Volum molar parsial dapat juga ditentukan dengan menggunakan suatu
fungsi volum molar nyata, yang didefinisikan sebagai berikut : ∅ =
𝑉−𝑛1 𝑉1
(13)
𝑛2
dengan ∅ ialah volum molar nyata dan 𝑉1 ∅ ialah volum molar parsial
komponen murni. 𝑉̅ =𝑛2 ∅ + 𝑛1 𝑉1 ∅ Untuk sistem biner, Persamaan (13)
dapat dituliskan sebagai berikut :
Sehingga diperoleh,
𝜕𝑉 𝜕
𝑉̅2 = (𝜕𝑛 ) = ∅ + 𝑛2 (𝜕𝑛∅ ) (14)
2 𝑛1 2 𝑛1

Dan
𝜕𝑉 𝜕
𝑉̅1 = (𝜕𝑛 ) = ∅ + 𝑛2 (𝜕𝑛∅ ) (15)
1 𝑛2 1 𝑛2

Berdasarkan Teori Debye-Huckel untuk larutan elektrolit encer,


Persamaan (14) dan (15) dapat dimodifikasi dengan ungkapan sebagai
berikut :
𝑛 𝜕𝑛 3√𝑛2 𝜕𝑛
𝑉2 = ∅ + √2 2 (𝜕 ) = ∅0 + (𝜕 ) (16)
√𝑛2
2 √𝑛2
𝑛1 𝑛1

𝑛2 3/2 𝜕∅ 𝑛2 3/2 𝜕∅
dan 𝑉1 = 𝑉1 ∅ + (𝜕 ) = 𝑉1 ∅ − (𝜕 ) (17)
2 √𝑛1
55,51𝑋2 √𝑛1
𝑛2 𝑛2

dengan ∅∅ adalah volum molar nyata hasil ekstrapolasi ke konsentrasi


→ 0. Dengan mengalurkan nilai 𝑉̅1 terhadap 𝑛21/2 akan diperoleh garis
𝜕∅
lurus. Dari koefisien arah, (𝜕√𝑛 ) dan harga ∅∅ maka 𝑉1dan 𝑉2dapat
1

dihitung.

D. Penentuan volum molar parsial dengan metode intersep


Intersep adalah Suatu besaran baru, yaitu harga rata-rata dari volume
molar campuran per mol didefinisikan sebagai berikut :
𝑉
𝑉̅ = 𝑛 (18)
1 +𝑛1

Atau dapat didefinisikan juga sebagai berikut:


𝜕𝑉 𝜕𝑉
𝑉̅2 = (𝜕𝑛 ) = 𝑉 + ( 𝑛1 + 𝑛2 ) (𝜕𝑛 ) (19)
2 𝑛1 2 𝑛1
Persamaan (19) dapat disusun ulang dalam bentuk :
𝜕𝑉 ̅
𝑉̅2 = 𝑉̅ − 𝑋1 (𝜕𝑋 )
1

Nilai V dialurkan terhadap 𝑋1, intersep pada 𝑋1 → 0 menghasilkan nilai


𝑉̅2 dan pada 𝑋1 → 1 menghasilkan nilai 𝑉̅1 . Sehingga dapat disimpulkan
bahwa dengan menggunakan metode ini dapat ditentukan nilai 𝑉̅1 dan 𝑉̅2
secara serentak.
E. Penentuan Volum Molar ∅
Dari Persamaan (4), volume total dari sejumlah larutan yang
mengandung 1000 gram air (55,51 mol) dan m mol zat terlarut
dinyatakan dengan persamaan berikut :
𝑉 = 𝑛1 ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝑉1 + 𝑛2 𝑉̅2 = 55,51 𝑉̅1 + 𝑚𝑉̅1 (20)

Dengan indeks 1 untuk pelarut dan 2 untuk zat terlarut. Jika diketahui
𝑉1∅ adalah volum molar air murni.
18,016
𝑉1∅ =0,9974 = 18,069 𝑐𝑚3 𝑚𝑜𝑙 −1 (pada 25℃) (21)

Persamaan volum molar nyata, ∅ dapat didefinisikan sebagai berikut,


1 ̅̅̅̅∅ ) (22)
∅ = 𝑚 (𝑉 − 55,51𝑉 1
1000+𝑚𝑀2
Dengan 𝑉 = 𝑐𝑚3 (23)
𝑑

Dan 𝑛1 ̅̅̅̅
1000
𝑉1∅ = 𝑐𝑚3 (24)
𝑑0

Dengan 𝑑 dan 𝑑0 berturut-turut adalah rapat massa dari larutan dan


pelarut murni, sedangkan 𝑀2 adalah massa molekul zat terlarut.
Dengan mensubstitusi persamaan (23) dan (24) ke
dalam Persamaan (25) diperoleh :
1 1000 𝑑−𝑑0
∅ = 𝑑 (𝑚2 − 𝑥 ( ) (25)
𝑚 𝑑0
1 1000 𝑤−𝑤0
∅ = 𝑑 (𝑚2 − 𝑥 (𝑤 ) (26)
𝑚 0 −𝑤𝑒

Dengan 𝑤𝑒 , 𝑤𝑒 , dan w berturut-turut ialah massa piknometer kosong,


massa piknometer + massa air dan massa piknometer + massa larutan.
Dari Persamaan (26) dapat disimpulkan bahwa Persamaan tersebut lebih
baik dibandingkan dengan Persamaan (25) karena dapat menghindari
kesalahan yang diakibatkan oleh perbedaan rapat massa (hasil
pengukuran) yang sangat kecil.

III. Alat dan Bahan


Alat Bahan
• Gelas kimia 1000ml
• Larutan FeCl3
• Labu takar 50ml
• KCl
• Gelas kimia 100 ml
• CaCl2
• Piknometer
• MgCl2
• Corong
• NaCl
• Klem
• Tabung reaksi
• Termometer
• Batang pengaduk

IV. Langkah Kerja

Pertama-tama dibuat 4 macam larutan KCl dari larutan yang telah


disediakan. Selanjutnya keempat larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berada di dalam penangas udara untuk disamakan suhunya. Larutan
yang tidak diencerkan pun dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berada di
dalam penangas udara sehingga ada 5 variansi konsentrasi. Setelah itu,
penangas diisi dengan air dan didiamkan selama 15 menit dengan suhu 30℃.
Kemudian, piknometer kosong ditimbang. Piknometer yang berisi air juga
ditimbang setelahnya untuk mengetahui volume piknometer. Selanjutnya
kelima larutan yang sudah dibuat tadi dimasukkan ke dalam piknometer yang
selanjutnya ditimbang untuk mengetahui rapat massanya. Setelah kedelapan
Langkah di atas dilakukan, hal yang sama dilakukan kembali kepada larutan
lainnya.

V. Data Pengamatan
Suhu ruang = 25℃
w pikno kosong = 20,23 gram
w pikno+air = 46,30 gram
[MgCl2] =2M

Tabel 1 Data pengamatan


Volume Larutan
Molalitas MgCl2 (M) wpikno+zat (gram)
MgCl2 (mL)
7,5 0,3 46,9
15 0,6 47,48
22,5 0,9 48,00
30 1,2 48,5
37,5 1,5 49,11
26,1471 2 49,99

VI. Pengolahan Data


1. Penentuan Volume Piknometer
(𝑤𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑎𝑖𝑟 − 𝑤𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 )
Vpikno = 𝜌𝑎𝑖𝑟
(46,30− 20,23)
= 0,9970476

= 26,20878179 mL
2. Penentuan Massa Jenis MgCl2
(𝑤𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑧𝑎𝑡 − 𝑤𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 )
𝜌𝐌𝐠𝐂𝐥𝟐 = 𝑉𝐩𝐢𝐤𝐧𝐨

(45,9−20,23)
= 26,20878179

= 1.01759785 g/mL
Dengan menggunakan cara yang sama, didapatkan data sebagai berikut
Tabel 2 Massa jenis MgCl2

Molalitas MgCl2 Wpikno+zat 𝜌𝐌𝐠𝐂𝐥𝟐


(M) (gram) (g/mL)

0,3 46,9 1,01759785


0,6 47,48 1,03973
0,9 48 1,05957
1,2 48,5 1,07865
1,5 49,11 1,10192
2 49,99 1,1355

3. Penentuan Mol MgCl2


Mol MgCl2 = [MgCl2] × Vpikno
= 0,3 × 26,20878179
= 0,007862635 mol
Dengan menggunakan perhitungan diatas, didapatkan variasi mol MgCl2
berikut

Tabel 3 Mol MgCl2


Molalitas MgCl2 Mol MgCl2
(M)
0,3 0,00786263
0,6 0,01572527
0,9 0,0235879
1,2 0,03145054
1,5 0,03931317
2 0,05241756

4. Penentuan Massa MgCl2 dan Massa Zat Pelarut


W MgCl2 = Mol MgCl2 × Mr MgCl2
= 0,00786263 × 95
= 0,74694985
W pelarut = W pikno+zat - W MgCl2 - W kosong
= 45,9 – 20,23 - 0,74694985
= 24,9231 g
Dengan menggunakan perhitungan yang sama, didapatkan data sebagai
berikut

Tabel 4 Massa MgCl2 dan massa zat pelarut


Mol MgCl2 Massa MgCl2 mpikno+zat Massa pelarut
(gram) (gram) (gram)
0,00786263 0,74694985 45,9 24,9231
0,01572527 1,49390065 47,48 25,7561
0,0235879 2,2408505 48 25,5291
0,03145054 2,9878013 48,5 25,2822
0,03931317 3,73475115 49,11 25,1452
0,05241756 4,9796682 49,99 24,7803

5. Penentuan Mol Pelarut


𝑾
Mol pelarut = 𝑴𝒓𝒑𝒆𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕
𝒑𝒆𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕

𝟐𝟓,𝟔𝟕
= 𝟏𝟖

= 1,4261 mol
Dengan menggunakan perhitungan yang sama, maka didapatkan data
sebagai berikut

Tabel 5 Mol pelarut


Mol MgCl2 Massa Pelarut Mol Pelarut
(gram)
0,00786263 25,67 1,4261
0,01572527 27,25 1,5139
0,0235879 27,77 1,5428
0,03145054 28,27 1,5706
0,03931317 28,88 1,6044
0,05241756 29,76 1,6533
6. Penentuan Volume Molar Nyata
1 1 𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑧𝑎𝑡 − 𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑎𝑖𝑟
∅ =𝜌 [𝑀𝑟𝑀𝑔𝐶𝑙2 − ( )]
𝑀𝑔𝐶𝑙2 𝑚𝑜𝑙𝑀𝑔𝐶𝑙2 𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑎𝑖𝑟 − 𝑊𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔

1 1 45,9 − 46,30
= 3,422667 [95 − ( )]
7,8441 46,30 − 20,23

= 27,7567 mL/mol
Dengan menggunakan cara yang sama seperti di atas, didapatkan data
sebagai berikut

Tabel 6 Volume molar nyata


Mol MgCl2 𝝆𝐌𝐠𝐂𝐥𝟐 wpikno+zat ∅ 𝑴𝒈𝑪𝒍𝟐 √𝒎𝒐𝒍 𝑴𝒈𝑪𝒍𝟐
(g/mL) (gram) (mL/mol)
0,00786263 1,01759785 46,9 90,6978 0,088671
0,01572527 1,03973 47,48 88,8141 0,1254
0,0235879 1,05957 48 87,2585 0,153584
0,03145054 1,07865 48,5 85,7904 0,177343
0,03931317 1,10192 49,11 83,9256 0,198275
0,05241756 1,1355 49,99 81,4802 0,228949

∅ Volum Molar Nyata MgCl2


92

90

88
(mL/mol)
∅ 𝑴𝒈𝑪𝒍𝟐

86

84
y = -65.456x + 96.934
82
R² = 0.9861
80
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
√(𝒎𝒐𝒍 𝑴𝒈𝑪𝒍𝟐)

Grafik 1 Volume molar nyata MgCl2 terhadap √𝒏𝑴𝒈𝑪𝒍𝟐


7. Penentuan Volum Molar Parsial
a. Volum Molar Parsial Zat
y = mx +c
𝜕Ø˚
dengan m = 𝜕√𝑚𝑜𝑙𝑀𝑔𝐶𝑙2

y = -65,456x + 96,934
𝜕Ø˚
maka 𝜕√𝑚𝑜𝑙𝑀𝑔𝐶𝑙2 = -65,456
3
(𝑚𝑜𝑙 𝑀𝑔𝐶𝑙2)2 𝜕Ø˚
Volume Molar Parsial MgCl2 = Ø˚ + ( )
2 𝑥 𝑚𝑜𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝜕√𝑚𝑜𝑙𝑀𝑔𝐶𝑙2

3
0,00786263 2
= 90,6978 + × -65,456
2 × 1,4261

= 90,68179995
b. Volum Molar Parsial Pelarut
3
𝑀𝑟 𝐴𝑖𝑟 (𝑚𝑜𝑙 𝑀𝑔𝐶𝑙2)2 𝜕Ø˚
Volume Molar Parsial Pelarut = + 2 𝑥 𝑚𝑜𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝜕√𝑚𝑜𝑙𝑀𝑔𝐶𝑙2)
𝜌 𝑎𝑖𝑟
3
18 0,00786263 2
= 0,9970476 + × -65,456
2 × 1,4261

= 18,03730052

Dari dua perhitungan seperti di atas, didapatkan data sebagai berikut

Tabel 7 Volume molar parsial


Molalitas Volume Molar Volume Molar Parsial
MgCl2 (M) Parsial MgCl2 Pelarut

0,3 90,68179995 18,03730052


0,6 88,7714696 18,01067016
0,9 87,18165002 17,97645059
1,2 85,67417594 17,93707651
1,5 83,76659385 17,89429442
2 81,2426347 17,81573527
VII. Pembahasan
Volum molar parsial merupakan kontribusi pada volume dari satu
komponen dalam sampel terhadap volume total. Volum molar parsial
komponen suatu campuran berubah – ubah tergantung pada komposisi, karena
lingkungan setiap jenis molekul berubah jika komposisinya berubah dari murni
ke b murni. Perubahan lingkungan molekuler dan perubahan gaya yang bekerja
antara molekul inilah yang menghasilkan variasi sifat termodinamika campuran
jika komposisinya berubah.
Volume molar parsial memiliki 3 sifat termodinamik utamanya, yakni
(i) volume molar parsial dari komponen-komponen dalam larutan, (ii) entalpi
molar parsial dan (iii) energi bebas molar parsial.
Digunakan larutan MgCl2 sebesar 2M pada percobaan kali ini. Larutan
tersebut diencerkan menjadi beberapa variasi konsentrasi, yakni 0,3 M, 0,6 M,
0,9 M, 1,5 M, dan 2 M. Hal ini dilakukan untuk mengamati perubahan volume
larutan yang terjadi pada berbagai konsentrasi laruta tersebut. Perubahan
volume larutan ini diamati agar mengetahui seberapa besar pengaruh
konsentrasi larutan terhadap volume molar parsial tiap komponen di dalam
larutan.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan bahwa konsentrasi larutan
berbanding lurus dengan densitasnya. Artinya, setiap konsentrasi larutan
dinaikkan akan menyebabkan kenaikan densitasnya pula. Terbukti dari data
yang tertera pada Tabel 2 Massa jenis MgCl2. Hal ini terjadi karena ketika
suatu larutan memiliki konsentrasi yang lebih besar berarti larutan tersebut
memiliki jumlah partikel yang lebih banyak sehingga ketika dibandingkan
dengan volume piknometer yang konstan akan didapatkan besaran densitas
yang lebih besar juga.
Dari percobaan ini juga didapatkan data nilai volume molar nyata dari
larutan MgCl2 sepert yang tertera pada Tabel 6 Volume molar nyata. Dari
pengolahan data yang dihasilkan, didapatkan kesimpulan bahwa semakin tinggi
konsentrasi larutan maka akan semakin kecil volume molar nyata dari larutan
tersebut

Dari percobaan ini pula dihasilkan volume molar parsial tiap komponen
pada larutan MgCl2. Hal ini didapatkan dari persamaan Y = = -65.456x +
96.934 yang datanya berasal dari perhitungan volume molar nyata. Persamaan
tersebut didapat dari plotttingan grafik seperti pada Grafik 2 Volume molar
nyata MgCl2 terhadap √𝒏𝑴𝒈𝑪𝒍𝟐 . Grafik ini berupa grafik regresi dari data
yanga ada. Volum molar nyata sebagai sumbu x pada grafik dan
√𝒏𝑴𝒈𝑪𝒍𝟐 sebagai sumbu y nya. Volum molar nyata pada sumbu x digunakan
𝜕∅
untuk mencari besaran 𝜕 yang merupakan gradien dari persamaan pada
√𝒏𝑴𝒈𝑪𝒍𝟐

. Grafik 3 Volume molar nyata MgCl2 terhadap √𝒏𝑴𝒈𝑪𝒍𝟐 . Besaran inilah


𝜕∅
yang digunakan untuk perhitungan volum molar parsial, yakni seperti
𝜕√𝒏𝑴𝒈𝑪𝒍𝟐

yang tertera pada Tabel 7 Volume molar parsial.


Dari percobaan ini juga didapatkan bahwa konsentrasi suatu larutan
berbanding terbalik dengan volume molar parsialnya yang dapat dilihat dari
hasil pengolahan data pada Tabel 7 Volume molar parsial. Volume molar
parsial ini dibutuhkan ketika kita menginginkan suatu hasil campuran yang
memiliki komposisi tertentu agar campuran tersebut dapat digunakan
sebagaimana mestinya. Contoh pengaplikasian dari volume molar parsial
cukup banya, yakni ketika seorang ilmuwan ingin meneliti suatu campuran
yang memerlukan campuran dengan komposisi tertentu maka dibutuhkanlah
volume molar parsial ini.

VIII. Kesimpulan
• Dari pengolahan data, didapatkan data rapat massa berbagai zat seperti
yang tertera dalam tabel di bawah ini
Molalitas MgCl2 Wpikno+zat 𝜌𝐌𝐠𝐂𝐥𝟐
(M) (gram) (g/mL)

0,3 46,9 1,01759785


0,6 47,48 1,03973
0,9 48 1,05957
1,2 48,5 1,07865
1,5 49,11 1,10192
2 49,99 1,1355
• Volume molar nyata yang didapatkan dari hasil praktikum adalah
sebagai berikut

Mol MgCl2 𝝆𝐌𝐠𝐂𝐥𝟐 wpikno+zat ∅ 𝑴𝒈𝑪𝒍𝟐 √𝒎𝒐𝒍 𝑴𝒈𝑪𝒍𝟐


(g/mL) (gram) (mL/mol)
0,00786263 1,01759785 46,9 90,6978 0,088671
0,01572527 1,03973 47,48 88,8141 0,1254
0,0235879 1,05957 48 87,2585 0,153584
0,03145054 1,07865 48,5 85,7904 0,177343
0,03931317 1,10192 49,11 83,9256 0,198275
0,05241756 1,1355 49,99 81,4802 0,228949

• Volume molar parsial setiap komponen yang didapatkan dari


pengolahan data adalah sebagai berikut

Molalitas Volume Molar Volume Molar Parsial


MgCl2 (M) Parsial MgCl2 Pelarut

0,3 90,68179995 18,03730052


0,6 88,7714696 18,01067016
0,9 87,18165002 17,97645059
1,2 85,67417594 17,93707651
1,5 83,76659385 17,89429442
2 81,2426347 17,81573527
IX. Daftar Pustaka
Dessauges,G., Miljevic, N., Hook, W.A.V. “Isotope effect in aqueous
system. Partial molar volumes of sodium chloride/water and sodium
chloride/water-d2 solutions at 15, 30, and 45 degree.C. Journal of physical
chemistry. 1980. 84 (20). 2587-2595.
Marcus, Y. The Standard Partial Molar Volumes of Ions in Solution.
Part 5. Ionic Volumes in Water at 125–200 °C. J. Phys. Chem. B. 2012,
116(42), 7232-7239.
P.W. Atkins. 2010. “Physical Chemistry” 9th. Ed. Pp. 157-167. Oxford
University
Palmer, D.S., Frolov, A.I., Ratkova, E.L., Fedorov, M.V. Towards a
universal
method for calculating hydration free energies: a 3D reference interaction site
model with partial molar volume correction. J. Phys.: Condens. Matter. 2010,
22, 492101.
Lampiran

Pertanyaan

1. Mengapa penentuan volum molar parsial dengan piknometer harus


menggunakan thermostat?
Digunakannya thermostat untuk menjaga kestabilan dan temperatur dari zat
agar tetap konstan dan data yang didapatkan akan lebih akurat
2. Selama piknometer ditempatkan dalam thermostat selama 15 menit,
mengapa anda harus melakukan penambahan larutan ke dalam
piknometer?
Ditambahnya larutan ke dalam piknometer dilakukan untuk menjaga volume
agar tetap konstan, karena diperkirakan aka nada larutan yang tumpah saat
direndam dalam termostat
3. Mengapa variabel suhu, tekanan dan volume harus dijaga konstan?
Karena ketiga komponen itu sangat memengaruhi perubahan volume molar
parsial maka harus dijaga agar tetap konstan.

Anda mungkin juga menyukai