Anda di halaman 1dari 16

FISIKA KUANTUM

POTENSIAL TANGGA

Dosen Pengampu :
Jamrud Aminuddin, S. Si, M. Si, Ph.D

Disusun oleh :
Fian Achfizal Achmad (K1C019007)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. i


DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... ii
1. Persamaan Schroedinger ........................................................................................ 1
1.1 Operator.......................................................................................................... 1
1.2 Penurunan persamaan Schroedinger ................................................................ 2
2. Potensial Tangga .................................................................................................... 3
2.1 Potensial tangga E>V ...................................................................................... 4
2.2 Potensial tangga E<V ...................................................................................... 9
3. Contoh Soal ......................................................................................................... 12

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Potensial tangga. ........................................................................................ 3


Gambar 2. Potensial tangga ketika E>0........................................................................ 5
Gambar 3. Fungsi gelombang pada potensial tangga dengan E>V................................ 9
Gambar 4. Fungsi gelombang pada potensial tangga dengan E<0. ............................. 12

ii
1. Persamaan Schroedinger
Dalam mekanika kuantum, gerak partikel dalam suatu sistem berhubungan dengan
gerak partikel lainnya yang kompleks, akibatnya setiap partikel tidak berada pada
posisi tertentu dan tidak dapat dideskripsikan dengan cara fungsi gelombang satu
partikel, namun harus menggunakan fungsi gelombang dari partikel keseluruhan
dalam sistem tersebut.

Keadaan sistem secara keseluruhan dideskripsikan oleh fungsi


gelombang yang bergantung pada koordinat dan variabel spin dari semua partikel
yang membentuk sistem. Interaksi dari partikel yang tersisa dihitung dengan
mengenalkan gerak rata-rata partikel dalam medan sebagai fungsi gelombang satu
partikel. Cara ini merupakan solusi dari persamaan Schrodinger untuk gerak
partikel tunggal, dalam medan rata-rata yang dihasilkan partikel lain.

1.1 Operator
Penyelidikan fenomena fisis suatu sistem terpusat pada pengukuran atau
penentuan observabel-observabelnya maupun parameter penyusun sistem
tersebut. Observabel adalah besaran yang dapat diukur dan dimiliki oleh sistem,
serta menggambarkan perilakunya sehingga nilainya dapat berubah, sedangkan
parameter sebagai alat penyusun sistem.

Karena keadaan sistem kuantum diwakili oleh fungsi gelombang


sedangkan perangkat yang dapat dikerjakan pada fungsi gelombang adalah
operator, maka satu-satunya pilihan untuk mendapatkan besaran fisika adalah
dengan menggunakan operator. Operator dilambangkan dengan huruf abjad
̂.
dengan topi di atasnya, misal operator H ditulis menjadi 𝐻

1
Bagi suatu operator besaran fisis, berlaku istilah matematis berikut:

1. Harga suatu besaran fisis adalah nilai eigen dari operatornya;


2. Setiap nilai eigen dari suatu operator berkaitan dengan suatu fungsi eigen
(nilai eigen adalah riil).
Operator yang digunakan untuk penurunan persamaan Schrodinger
adalah:
1. Operator momentum linier 𝑝̂ = −𝑖ℏ∇ (dalam ruang satu dimensi 𝑝̂𝑥 =

−𝑖ℏ ∂x)
ℏ2
̂
̂ = − ∇2 + V(x)
2. Operator Hamiltonian 𝐻 2𝑚

1.2 Penurunan persamaan Schroedinger


Tinjaulah sebuah partikel yang memiliki massa m bergerak dengan
momentum p di dalam suatu medan konservatif. Menurut mekanika klasik,
energi total partikel adalah jumlah energi kinetik dan potensialnya.

𝑝2 (1)
𝐸= +𝑉
2𝑚

Misalkan 𝜓(𝑥, 𝑡) adalah fungsi gelombang partikel, maka persamaan


gelombangnya menjadi:

𝜕 2 𝜓(𝑥, 𝑡) 2𝑚(𝐸 − 𝑉) 𝜕 2 𝜓(𝑥, 𝑡) (2)


=
𝜕𝑥 2 𝐸2 𝜕𝑡 2

Suatu fungsi gelombang partikel dengan energi tetap berkaitan dengan frekuensi
tetap. Untuk itu 𝜓(𝑥, 𝑡) memenuhi

𝜓(𝑥, 𝑡) = 𝜓(𝑥 )𝑒 −𝑖𝜔𝑡 (3)

2
Mengingat 𝐸 = ℏ𝜔 dan ℏ = ℎ/2𝜋, maka

𝜕 2 𝜓(𝑥, 𝑡) 2𝑚(𝐸 − 𝑉 ) (4)


= − 𝜓(𝑥, 𝑡)
𝜕𝑥 2 ℏ2

Sehingga diperoleh persamaan Schrodinger 1 dimensi

𝜕 2 𝜓(𝑥, 𝑡) 2𝑚 (5)
+ 2 (𝐸 − 𝑉 )𝜓 (𝑥 ) = 0
𝜕𝑥 2 ℏ

Atau dapat juga ditulis sebagai persamaan Schrodinger 1 dimensi bebas waktu

ℏ2 𝜕 2 𝜓𝑥 (6)
𝑉 𝜓 = 𝐸𝜓𝑥
2𝑚 𝜕𝑥 2 𝑥 𝑥

2. Potensial Tangga
Tinjau suatu partikel bermassa m bergerak dari kiri ke kanan pada suatu daerah
berbentuk tangga seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Potensial tangga.

Bentuk fungsi gelombang partikel tersebut dibagi menjadi dua keadaan, yaitu
ketika energi partikel bebas lebih besar dari potensial (E>V), dan ketika energi
partikel bebas lebih kecil dari potensial (E<V), dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Pada daerah x < 0, V = 0;


2. Pada daerah x > 0, V = V0.

3
2.1 Potensial tangga E>V
Jika kita memasukkan ketentuan potensial tangga ke dalam persamaan
(5), maka persamaan tersebut dapat ditulis

𝜕 2 𝜓𝑥 2𝑚 (7)
+ 2 𝐸𝜓𝑥 = 0
𝜕𝑥 2 ℏ

Dengan menggunakan persamaan

2𝑚 (8)
𝑘1 = 𝐸
ℏ2
maka persamaan (7) dapat ditulis

𝜕 2 𝜓𝑥 (9)
+ 𝑘1 𝜓𝑥 = 0
𝜕𝑥 2

sehingga solusi persamaannya menjadi

𝜓1 = 𝐴𝑒 𝑖𝑘1 𝑥 + 𝐵𝑒 −𝑖𝑘1 𝑥 (10)


dengan A dan B merupakan konstanta bebas. Persamaan diatas adalah
persamaan gelombang ketika x < 0. Elemen Ae ik1x mewakili gelombang yang
datang, sedangkan elemen Be -ik1x mewakili gelombang yang dipantulkan.
Demikian pula jika diberlakukan ketentuan kedua ke persamaan (5), maka
persamaannya menjadi

𝜕 2 𝜓𝑥 2𝑚 (11)
+ 2 (𝐸 − 𝑉0 )𝜓𝑥 = 0
𝜕𝑥 2 ℏ

Jika elemen kedua diwakili dengan variabel k2

2𝑚 (12)
𝑘2 = (𝐸 − 𝑉0 )
ℏ2

4
maka persamaannya juga akan menjadi

𝜕 2 𝜓𝑥 (13)
+ 𝑘2 𝜓𝑥 = 0
𝜕𝑥 2
sehingga, solusi dari persamaan di atas dapat ditulis seperti berikut

𝜓2 = 𝐶𝑒 𝑖𝑘2 𝑥 + 𝐷𝑒 −𝑖𝑘2 𝑥 (14)

dengan C dan D merupakan variabel bebas. Seperti halnya persamaan (10),


elemen Ceik2x mewakili gelombang yang datang (dalam hal ini adalah
ditransmisikan), dan elemen De -ik2x mewakili gelombang yang kembali.
Persamaan diatas merupakan persamaan gelombang ketika x > 0.

Gambar 2. Potensial tangga ketika E>0.

Untuk mencari berapa besar gelombang yang ditransmisikan dan


direfleksikan, maka koefisien A, B, C dan D haruslah diketahui. Namun karena
persamaan gelombang kedua telah melewati potensial penghambat, maka
koefisien D dianggap tidak ada, karena tidak ada gelombang yang direfleksikan
ketika x > 0. Maka persamaannya menjadi 𝜓2 = 𝐶𝑒 𝑖𝑘2 𝑥 saja. Refleksi adalah
perbandingan antara rapat arus gelombang yang dipantulkan dengan rapat arus
𝐽
gelombang datang (𝑅 = 𝑟⁄𝐽 ), sedangkan transmisi adalah perbandingan rapat
𝑖

5
𝐽
arus yang dilewatkan dengan rapat arus gelombang datang (𝑇 = 𝑡⁄𝐽 ). Rapat
𝑖

arus datang (Ji) dapat diketahui melalui persamaan

𝑖ℏ 𝜕𝜓𝑖 ∗ 𝜕𝜓𝑖 (15)


𝐽𝑖 = (𝜓𝑖 − 𝜓𝑖 ∗ )
2𝑚 𝜕𝑥 𝜕𝑥

Jika gelombang datang adalah 𝜓𝑖 = 𝐴𝑒 𝑖𝑘1 𝑥 , maka persamaan (15) akan menjadi

ℏ𝑘1 2 (16)
𝐽𝑖 = |𝐴|
𝑚

Dengan cara yang sama, maka akan diperoleh

ℏ𝑘1 (17)
𝐽𝑟 = − |𝐵 |2
𝑚

dan

ℏ𝑘1 2 (18)
𝐽𝑡 = |𝐶 |
𝑚

Kemudian mensubstitusikan persamaan (17) dan persamaan (16) ke persamaan


refleksi, serta persamaan (18) dan persamaan (16) ke persamaan transmisi, maka
akan didapatkan

−ℏ𝑘1⁄ | |2 |𝐵 |2
𝑚 𝐵
𝑅=| |= (19)
ℏ𝑘1⁄ | |2 |𝐴 |2
𝑚 𝐴

dan

6
ℏ𝑘1⁄ | |2 |𝐶 |2
𝑚 𝐶
𝑇=| |= (20)
ℏ𝑘1⁄ | |2 |𝐴 |2
𝑚 𝐴

Dengan begitu, maka dibutuhkan syarat batas untuk mengetahui


konstanta B dan C agar dapat menemukan besar gelombang yang ditransmisikan
maupun yang direfleksikan. Syarat batas yang pertama adalah ketika x = 0, maka
persamaan gelombang pertama akan sama dengan persamaan gelombang kedua
(𝜓1(0) = 𝜓2(0), sehingga persamaannya akan menghasilkan A + B = C.
Kemudian syarat batas kedua adalah turunan dari kedua persamaan gelombang
𝜕𝜓1(0) 𝜕𝜓2(0)
pada syarat batas pertama akan juga bernilai sama ( = ). Sehingga
𝜕𝑥 𝜕𝑥

𝑖𝑘1 𝐴𝑒 𝑖𝑘1 (0) − 𝑖𝑘1 𝐵𝑒 −𝑖𝑘1 (0) = 𝑖𝑘2 𝐶𝑒 𝑖𝑘2 (0) (21)

𝑘1 (𝐴 − 𝐵) = 𝑘2 𝐶 (22)

𝑘1 (23)
𝐶= (𝐴 − 𝐵)
𝑘2

Dan apabila kedua syarat batas dihubungkan, maka

𝑘1 (24)
𝐴+𝐵 = (𝐴 − 𝐵 )
𝑘2

𝑘1 − 𝑘2 (25)
𝐵= (𝐴 )
𝑘1 + 𝑘2

2𝑘1 (26)
𝐶= (𝐴 )
𝑘1 + 𝑘2

Sehingga persamaan transmisi dan refleksinya menjadi

7
2
𝑘 −𝑘
(𝑘1 + 𝑘2 (𝐴)) (27)
1 2
𝑅=
𝐴2
𝑘2 2
1−𝑘
1 (28)
𝑅=( )
𝑘2
1+𝑘
1

Telah diketahui sebelumnya nilai k1 dan k2 pada persamaan (8) dan persamaan
(12), sehingga jika disubstitusikan ke dalam persamaan diatas, akan
𝑉0
menghasilkan nilai √1 − yang dapat diwakili dengan variabel 𝜘. Sehingga
𝐸

1−𝜘 2 (29)
𝑅=( )
1+𝜘

dan dengan cara yang sama, dapat diperoleh juga

4𝜘 2 (30)
𝑇=
(1 + 𝜘 )2

Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa persamaan transmisi dan


refleksi tidak bernilai 0, sehingga partikel yang ditembakkan ke arah potensial
penghambat dengan energi yang lebih besar dari potensial penghambatnya, akan
menghasilkan bagian yang ditransmisikan (diteruskan) dan direfleksikan
4𝜘 2
(dipantulkan). Dengan nilai bagian yang ditransmisikan sebesar = (1+𝜘)2 , dan

1−𝜘 2 𝑉
nilai bagian yang direfleksikan sebesar 𝑅 = (1+𝜘) dengan 𝜘 = √1 − 𝐸0 .

8
Gambar 3. Fungsi gelombang pada potensial tangga dengan E>V

2.2 Potensial tangga E<V


Pada kasus E>V telah didapatkan bahwa gelombang yang merambat ke
arah potensial penghambat, akan menghasilkan bagian yang terefleksi dan
tertransmisi. Secara intuitif dalam dunia klasik menyatakan seharusnya jika
sebuah benda ditembakkan ke arah potensial penghambat dengan energi yang
lebih besar dari potensial penghambat, maka benda itu akan menembus potensial
penghalang. Namun ternyata dalam dunia kuantum, ada bagian yang
terpantulkan.

Sebaliknya, jika benda ditembakkan ke arah potensial penghambat


dengan energi yang lebih kecil dari potensial penghambat, maka secara intuitif
dalam dunia klasik benda itu akan seluruhnya terpantul. Untuk mengetahui
jawabannya, maka diperlukan perhitungan matematis untuk mengetahui
koefisien refleksi dan transmisinya. Telah diketahui pada kasus E>0, solusi
persamaan gelombang pertama ditunjukkan pada persamaan (10) untuk keadaan
x < 0. Namun berbeda dengan keadaan x > 0, persamaan gelombang kedua dapat
ditulis

𝜕 2 𝜓𝑥 2𝑚 (31)
− 2 (𝑉 − 𝐸 )𝜓𝑥 = 0
𝜕𝑥 2 ℏ

𝜕 2 𝜓𝑥 2𝑚 (32)
= 2 (𝑉 − 𝐸 )𝜓𝑥
𝜕𝑥 2 ℏ

9
𝜕 2 𝜓𝑥 (33)
= 𝑘2 ′ 𝜓𝑥
𝜕𝑥 2

Sehingga solusi persamaannya menjadi

′ ′
𝜓2 = 𝐶𝑒 𝑖𝑘2 𝑥
+ 𝐷𝑒 −𝑖𝑘2 𝑥 (34)

dengan

2𝑚 (35)
𝑘2 ′ = (𝑉 − 𝐸)
ℏ2

Salah satu syarat persamaan gelombang agar memenuhi persamaan


Schrodinger adalah persamaan gelombang harus bernilai berhingga saat x
menuju tak hingga. Sehingga ketika x menuju tak hingga, persamaannya
menjadi

𝜓2 = 𝐶𝑒 ∞ + 𝐷𝑒 −∞ = ∞ + 0 (36)

Dengan demikian, solusi persamaan Schrodinger pada masing-masing daerah


adalah

𝜓1 = 𝐴𝑒 𝑖𝑘1 𝑥 + 𝐵𝑒 −𝑖𝑘1 𝑥 (37)


𝜓2 = 𝐶𝑒 𝑖𝑘2 𝑥 (38)

Menggunakan metode yang sama dengan keadaan E>0, secara singkat akan
didapatkan koefisien B sebagai berikut

10
𝑘1 − 𝑖𝑘2 ′ (39)
𝐵= (𝐴 )
𝑘1 + 𝑖𝑘2 ′

2𝑘1
𝐶= (𝐴) (40)
𝑘1 + 𝑖𝑘2 ′

Jika koefisien ini disubstitusikan ke persamaan (19), maka secara langsung akan
didapatkan

2
𝑘1 − 𝑖𝑘2 ′
| (𝐴 )| 2
|𝐵 |2 𝑘1 + 𝑖𝑘2 ′ 𝑘1 − 𝑘2 ′ |𝐴|2 (41)
𝑅= = =| | =1
|𝐴 |2 |𝐴 |2 𝑘1 − 𝑘2 ′ |𝐴|2

Hasil diatas menunjukkan bahwa seluruh gelombang akan direfleksikan, namun


hasil ini tidak sesuai dengan keadaan dunia kuantum. Mengingat perhitungan
gerak partikel bebas dalam dunia kuantum menggunakan prinsip probabilitas
dalam statistika, dan dalam prinsip ini tidak ada probabilitas yang memiliki nilai
0. Maka perlu dilakukan perhitungan matematis untuk menghitung probabilitas
gelombang yang di transmisikan di daerah x > 0.

𝑃𝑇 = |𝜓2 |2 (42)

2
′ 2 ′ 2𝑘1
𝑃𝑇 = |𝐶𝑒 𝑖𝑘2 𝑥 | |2 2𝑖𝑘2 (0)
= |𝐶 𝑒 =| (𝐴)| 𝑒 0 (43)
𝑘1 + 𝑖𝑘2 ′

4𝑘1 2
𝑃𝑇 = |𝐴 |2 (44)
(𝑘1 + 𝑖𝑘2 ′ )2

11
Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa terdapat bagian gelombang
yang ditransmisikan.

Gambar 4. Fungsi gelombang pada potensial tangga dengan E<0.

Gambar diatas menunjukkan partikel yang bergerak dengan energi yang lebih
kecil daripada potensial penghambat masih dapat menembus potensial
penghalang dengan probabilitas (PT), sedangkan dalam dunia klasik, hal ini
mustahil terjadi.

3. Contoh Soal
3.1 Elektron dengan energi 1 eV dan 2 eV datang pada perintang setinggi 5 eV dan
lebar perintang yaitu 0,5 nm. Carilah peluang transmisinya!
 Penyelesaian
Untuk elektron dengen energi 1 eV, kita perlu mendapatkan nilai k 2 terlebih
dahulu.

2m(V  E )
k2 

2  (9,110 31 kg)  (5  1)eV  (1,6 10 19 J / eV )
k2 
1,054 10 34 Js
k 2  1,0 1010 m 1

Kemudian mengubah satuan lebar perintang dari nm ke m, sehingga menjadi


5 × 10−10 𝑚, lalu disubstitusikan ke dalam peluang transmisi.

T1  e2 k2 L  e10  4,5 105

12
Dengan cara yang sama untuk elektron dengan energi 2 eV, peluang transmisi
yang akan didapat sebesar 1,4 × 10−4 .

3.2 Apabila sebuah neutron memasuki sebuah inti, maka neutron tersebut
mengalami energi potensial yang sangat rendah dengan cepat sekali, yakni dari
V = 0 (diluar inti) menjadi V = -50 MeV (di dalam inti). Energi potensial
menurun seperti ini memungkinkan sebuah neutron terikat inti. Misalkan sebuah
neutron dengan energi kinetik luar 5 MeV ditujukan ke permukaan inti.
Hitunglah probabilitas bahwa neutron tersebut akan dipantulkan dari permukaan
inti!
 Penyelesaian
Dengan menganggap bahwa V0 = 50 MeV, dan E = 55 MeV, maka koefisien
refleksi sebagai peluang adanya bagian neutron yang terpantulkan dapat
dihitung.
2 2
𝑉0 𝑉0 50 50
𝑅 = |1 − √1 − | |1 + √1 − | = |1 − √1 − | |1 + √1 − | = 0.29
𝐸 𝐸 55 55

𝑃𝑅 = 𝑅 × 100% = 0.29 × 100% = 29%

Jadi, peluang adanya bagian neutron yang terpantulkan sebesar 29%.

13

Anda mungkin juga menyukai