Anda di halaman 1dari 22

B.

Energi Dalam Gelombang Elektromagnetik


1. Hubungan Kuat Medan Listrik Dengan Medan Magnetik
Gelombang elektromagnetik adalah gelombang transversal yang terdiri dari
osilasi medan listrik,medan magnetik,yang satu sama lain tegak lurus dan berubah
secara periodik. Arah perambatan gelombang elektromagnetik dalam sumbu x
positif,sedangkan sumbu y menunjukkan arah rambat medan listrik E,dan sumbu z
merupakan arah perambatan medan magnet B.
Berdasarkan persamaan Maxwell,diperoleh bahwa gelombang eletromagnetik
adalah suatu gelombang sinusoida dengan medan listri E dan medan magnet B
berubah terhadap jarak x dan waktu t menurut persamaan :

E = Em cos(kx-𝜔𝑡 ..............................................................................(2.2)

B = Bm cos(kx-𝜔𝑡 ..............................................................................(2.3)

Em dan Bm adalah nilai maksimum amplitudo medan listrik dan medan


magetik. Konstanta k disebut bilangan gelombang ( wave number), yang nilainya
setara dengan 2𝜋/𝜆, dengan 𝜆 adalah panjang gelombang. Adapun 𝜔 = 2 𝜋𝑓 dengan f
adalah frekuensi getaran. Sehingga diperoleh :

𝜔 2 𝜋𝑓
= = 𝜆. f = c..............................................................................(2.4)
𝑘 2𝜋/𝜆

𝜕𝐸
Turunan parsial dari persamaan (2.2),berarti t dianggap bilangan tetap,dan turunan
𝜕𝑥
𝜕𝐵
parsial dari persamaan (2.3),berarti x dianggap tetap,sehingga :
𝜕𝑡

E = Em cos(kx-𝜔𝑡)

𝜕𝐸
= Em [-k sin (kx-𝜔𝑡)
𝜕𝑥

𝜕𝐸
= [-k Em sin (kx-𝜔𝑡).......................................................................(2.5)
𝜕𝑥

𝐵 = 𝐵𝑚 cos(kx-𝜔𝑡)

𝜕𝐵
= 𝐵𝑚 [𝜔𝑠𝑖𝑛(kx-𝜔𝑡)]
𝜕𝑡

𝜕𝐵
− = −𝜔 𝐵𝑚 𝑠𝑖𝑛(kx-𝜔𝑡).................................................................(2.6)
𝜕𝑡
Persamaan gelombang eletromagnetik seperti persamaan 2.2 dan 2. 3 harus memenuhi
hubungan :

𝜕𝐸 𝜕𝐵
= −
𝜕𝑥 𝜕𝑡
Dari persamaan 2.5 dan 2.6,maka :

-kEm sin (kx-𝜔𝑡) = 𝜔 𝐵𝑚 𝑠𝑖𝑛(kx-𝜔𝑡


kEm = 𝜔Bm
𝐸𝑚 𝜔
=
𝐵𝑚 𝑘
𝜔
Karena = 𝑐, dari persamaan 2.4 maka :
𝑘
𝐸𝑚 𝐸
= = c...............................................................................(2.7)
𝐵𝑚 𝐵

Dapat disimpulkan bahwa setiap saat, nilai perbandingan antara amplitudo


edan listrik dan amplitudo medan magnetik dari suatu gelombang elektromagnetik
adalah sama dengan cepat rambat cahaya.
2. Rapat Energi Listrik Dan Rapat Energi Magnetik
Energi yang tersimpan dalam kapasitor merupakan usaha untuk muatan listrik.
Demikian pula untuk mengisi kapasitor dari kosong (nol) sampai bermuatan q
diperlukan sejumlah energi. Besar energi tersebut dirumuskan :
1
W = 𝑞. 𝑉 .............................................................................(2.8)
2
Karena q = C.V, maka berlaku :
1
W = 𝑞. 𝑉 2
2
Dengan :
W = energi yang tersimpan (Joule)
V = beda potensial (volt)
q= jumlah muatan ( coulumb)
C = kapasitas kapasitor ( farad)
Apabila kapasitor keping sejajar mempunyai luas penampang A dan jarak
kedua keping adalah d,maka kapasitasnya dinyatakan :
𝜀0 𝐴
C=
𝑑
Sementara itu,medan listrik E dinyatakan dengan :
V = E.d
Dengan demikian,
1 𝜀0 𝐴
𝑊= ( ) (𝐸. 𝑑)2
2 𝑑
1 2
𝑊= 𝜀 𝐸 V
2 0

Rapat energi listrik (ue) adalah energi persatuan volume,maka :

1
ue =2 𝜀0 𝐸 2 ............................................................................................( 2.9)

dengan :
ue = rapat energi (J/m3 atau Jm-3)
𝜀0 = permitivitas vakum (8,85 X 10−12 𝐶 2 /𝑁𝑚2 )
𝐸 = 𝑘𝑢𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑑𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 (𝑁/𝐶)

Rapat energi magnetik atau energi magnetik persatuan volume


(um),merupakan perbandingan antara energi yang tersimpan dalam selenoida dengan
volumenya.

1 2
𝑊 𝐿𝐼
2
𝑢𝑚 = =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

1 𝜇0 𝐴𝑁2 2
( )𝐼 1 𝑁𝐼 2 1 𝜇0 𝐼𝑁 2
2 𝑙
= = 𝜇 ( ) = ( )
𝐴𝑙 2 0 𝑙 2𝜇 0 𝑙

𝐵2
𝑢𝑚 = .............................................................................(2.10)
2𝜇0

Dengan :

𝑢𝑚 =rapat energi mekanik (J/m3 )

B = kuat medan magnetik (Wb/m2 = tesla)

𝜇0 = permeabilitas vakum ( 4π x 10−7 Wb/Am)


3. Intensitas Gelombang Elektromagnetik

Intensitas gelombang elektromagnetik atau laju energi yang dipindahkan


melalui gelombang elektromagnetik disebut pointing (lambang S). Secara vektor,
pointing didefinisikan sebagai:

1
𝑆 = 𝜇₀ 𝐸 × 𝐵……………..…………………………(1.13)

Arah S adalah searah dengan arah perambatan gelombang elektromagnetik,


dan dinyatakan dalam satuan W/m2. Karena E dengan B saling tegak lurus (sin 90° =
1),sesuai dengan persamaan gelombang bidang elektromagnetik, maka secara skalar
persamaan (1.10) dapat ditulis menjadi:

𝐸𝐵 𝐸𝑚𝐵𝑚 cos² 𝜃(𝑘𝑥−𝜔𝑡)


𝑆= = ………………………………..(1.12)
𝜇₀ 𝜇₀

Untuk cos² 𝜃(𝑘𝑥 − 𝜔𝑡)= 1nilai persamaan (2.12) adalahmaksimum, yaitu


𝐸𝑚𝐵𝑚
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 = . Sementara itu, untuk cos² 𝜃(𝑘𝑥 − 𝜔𝑡)= 0, nilai persamaan (1.12)
𝜇₀

adalah minimum, yaitu 𝑆min = 0. Dengan demikian, nilai intensitas rata-rata adalah:

𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠+𝑆𝑚𝑖𝑛
𝑆̅ = 2

(𝐸𝑚𝐵𝑚/𝜇₀) + 0
𝑆̅ = 2

(𝐸𝑚𝐵𝑚/𝜇₀) + 0
𝑆̅ = ………………………………….(1.13)
2𝜇₀

1
Rapat energi sesaat karena medan listrik (uₑ) dinyatakan dengan 𝑢ₑ = 2 𝜀₀𝐸², dan rapat
𝐵²
energi sesaat medan magnet (um) dinyatakanum= 2𝜇₀Dengan menggunakanhubungan c
1
= E/B dan 𝑐 = , maka persamaan diatas menjadi:
√𝜇₀𝜀₀

(𝐸/𝑐)² (𝐸/√𝜇₀𝜀₀)²
um= =
2𝜇₀ 2𝜇₀

𝐸 2 .𝜇₀.𝜀₀ 1
um= = 𝐸²𝜀₀
2𝜇₀ 2

1 𝐵²
maka, 𝜇 m =𝜇 c = 𝐸²𝜀₀= ……………………………. (1.14)
2 2𝜇₀
Persamaan (2.14) menunjukkan bahwa energi gelombang elektromagnetik
terdiri atas energi medan listrik dan energi medan magnetik. Rapat energi sesaat total
(u) dari gelombang elektromagnetik adalah jumlah rapat energi medan listrik dan
medan magnetik. Jumlah rapat energi medan listrik dan medan magnetik merupakan
rapat energi total gelombang elektromagnetik (u).

𝐵²
𝑢 = 𝜇 e + 𝜇 m = 2 𝜇 m =𝜇₀ …………………………………… (1.15)

𝐸 1
Perbandingan = 𝐶, sedangkan nilai cos2(𝑘𝑥 − 𝜔𝑡) = 2. Maka diperoleh rapat
𝐵

energi total rata-rata adalah:

𝐸̅ 𝐵̅ 𝐸𝑚𝐵𝑚 𝐸𝑚𝐵𝑚 1
𝑢̅ = = 𝑐𝑜𝑠 2 (𝑘𝑥 − 𝜔𝑡) = ( )
𝜇₀𝑐 𝜇₀𝑐 𝜇₀𝑐 2

𝐸𝑚𝐵𝑚
𝑢̅ = ………………………………………….. (1.16)
2𝜇₀𝑐

Bandingkan dengan laju rata-rata, 𝑆̅

𝐸𝑚𝐵𝑚
𝑆̅ = …………………………………………… (1.17)
2𝜇₀𝑐

Sehingga persamaan (1.13) dapat ditulis menjadi :

𝑠̅
𝑢̅ = 𝑐atau𝑆̅ = 𝑐. 𝑢̅

Jadi, laju rata-rata per m3 yang dipindahkan melalui gelombang elektromagnetik


sama dengan rapat energi rata-rata dikalikan dengan cepat rambat cahaya.

C. SIFAT – SIFAT GELOMBANG CAHAYA


1. Dispersi Cahaya
Dispersi gelombang adalah perubahan bentuk gelombang ketika gelombang
merambat pada suatu medium. Medium nyata yang gelombangnya merambat dapat
disebut sebagai medium non dispersi. Dalam medium non dispersi, gelombang
mempertahankan bentuknya. Contoh medium non disperse adalah udara sebagai
medium perambatan dari gelombang bunyi.
Gelombang-gelombang cahaya yang terdapat dalam vakum adalah nondispersi
secara sempurna. Cahaya putih (polikromatik) yang dirambatkan pada prisma kaca
mengalami dispersi sehingga membentuk spektrum warna-warna pelangi. Dispersi
gelombang yang terjadi dalam prisma kaca terjadi karena kaca termasuk medium
dispersi untuk gelombang cahaya.

Dispersi cahaya adalah penguraian cahaya putih atas komponen - komponen


warna pelangi. Dalam percobaan di laboratorium, penguraian cahaya tersebut
menggunakan sebuah kotak sinar dan sebuah prisma kaca. Jika sebuah sinar yang
keluar dari kotak diarahkan ke salah satu bidang pembias prisma, maka sinar yang
keluar dari bidang prisma lainnya akan terpisah menjadi 7 warna pelangi. Dalam
kehidupan sehari hari , contoh penerapan dispersi adalah pembentukan
pelangi.selain itu, dispersi juga mempunyai pengertian sebagai berikut:
Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya polikromarik (putih) menjadi
cahaya-cahaya monokromatik (me, ji, ku, hi, bi, ni, u) pada prisma lewat pembiasan
atau pembelokan. Hal itu membuktikan bahwa cahaya putih terdiri dari harmonisasi
berbagai cahaya warna dengan panjang gelombang yang berbeda.

Pelangi adalah spektrum cahaya matahari yang diuraikan oleh butir - butir
air. Pelangi hanya dapat terlihat jika kita membelakangi matahari dan hujan terjadi
di depan kita. Jika seberkas sinar matahari mengenai butir - butir air yang besar,
maka sinar itu akan dibiaskan oleh bagian depan permukaan air. Sinar akan
memasuki butir air. Sebagian kecil sinar akan dipantulkan oleh bagian belakang
butir air. Selamjutnya sinar pantul ini mengenai permukaan depan dan dibiaskan
oleh permukaan depan. Karena sinar pantul ini dibiaskan, maka sinar ini pun
diuraikan atas spektrum spektrum matahari.
Ketika cahaya merambat dalam suatu medium, maka kecepatan rambat
gelombang umumnya bergantung pada frekuensinya. Dalam kaca misalnya,
kecepatan rambat makin kecil bila panjang gelombang nya makin kecil. Cahaya
warna ungu merambat lebih lambat daripada cahaya warna merah. Jika cahaya putih
jatuh pada bidang batas 2 medium dengan sudut tertentu, maka gelombang yang
masuk ke medium kedua mengalami pembiasan. Besarnya sudut bias bergantung
pada kecepatan rambat cahaya dalam medium tersebut.
Karena gelombang dengan frekuensi berbeda mempunyai v ( kecepatan)
yang berbeda, maka gelombang dengan frekuensi berbeda akan memiliki sudut bias
yang berbeda pula. Akibatnya, dalam medium kedua, berkas dengan frekuensi yang
berbeda bergerak dalam arah yang berbeda. Peristiwa tersebut dapat dikatakan
sebagai penguraian cahaya putih dari spektrum - spektrum yang memiliki frekuensi
yang berbeda atau disebut dispersi.
Sebuah prisma atau kisi kisi mempunyai kemampuan untuk menguraikan
cahaya menjadi warna warna spektralnya. Indeks cahaya suatu bahan menentukan
panjang gelombang cahaya yang dapat diuraikan menjadi komponen -
komponennya. Untuk cahaya ultraviolet digunakan prisma dari Kristal, untuk
cahaya putih digunakan prisma dari kaca, dan untuk cahaya infrarot digunakan
prisma dari garam batu.
Peristiwa dispersi ini terjadi karena perbedaan indeks bias tiap warna
cahaya. Cahaya berwarna merah mengalami deviasi terkecil sedangkan warna ungu
mengalami deviasi terbesar.
Prisma adalah suatu benda tembus Cahaya ( bening ) terbuat dari gelas yang
dibatasi oleh dua bidang datar yang membentuk sudut tertentu satu sama lain.
Bidang datar ini disebut bidang pembias dan sudut yang dibentuk oleh kedua prisma
disebut bidang pembias atau sudut pembias atau puncak prisma yang diberi notasi β.
Penggunaan prisma dilakukan pertama kali oleh Sir Issac Newton untuk
menganalisa pancaran cahaya berdasarkan warna-warna pembentuknya dan besar
panjang gelombangnya. Newton menggunakan prisma untuk menguraikan cahaya
sinar matahari. Cahaya putih dari cahaya matahari merupakan cahaya polikromatis
yang diuraikan menjadi warna-warna monokromatis, yaitu merah, jingga, kuning,
hijau, biru dan ungu.
Apabila spectrum warna yang telah disebutkan diatas diurutkan dari merah
hingga ungu, maka beberapa sifat yang diperoleh adalah sudut deviasi semakin
besar, indeks bias semakin besar, frekuensi semakin besar dan panjang gelombang
semakin kecil. Hubungan indeks bias medium n, dan panjang gelombang dalam
medium  n yang dinyatakan oleh persamaan :

udara
n
n
Persamaan ini menyatakan bahwa indeks bias medium berbanding terbalik
dengan panjang gelombang dalam medium. Karena sinar merah memiliki panjang
gelombnag terbesar, indeks bias prisma untuk warna merah adalah yang terkecil,
sebaliknya indeks bias prisma untuk warna ungu adalah yang terbesar.
nu  n m
Sudut deviasi δ untuk sudut pembias β yang kecil :
 = (n - 1) 
Lebar spectrum yang ditimbulkan oleh prisma bergantung pada selisih
deviasi warna ungu dan warna merah. Selisih sudut antara deviasi warna ungu
dengan sudut deviasi warna merah disebut sudut dispersi . Secara sistematis :
 = u -m
= (n u - 1)  - (n m - 1) 
 (n n - n m ) 

Keterangan:
Φ = sudut dispersi
nu = indeks bias sinar ungu
nm = indeks bias sinar merah
δu = deviasi sinar ungu
δm=deviasi sinar merah
Jika dua prisma segitiga digabungkan dengan menepatkan sudut puncaknya
berseberangan, cahaya akan keluar dari prisma tanpa mengalami dispersi. Susunan
dua prisma yang tidak mengalami dispersi disebut prisma akromatik. Susunan
prisma akromatik diperoleh jika dispersi oleh prisma (1) sama dengan dispersi
prisma (2) sehingga kedua dispersi tersebut saling meniadakan. Secara matematis
persamaannya dapat ditulis sebagai berikut.
=
(n u1 - n m1 ) 1 = (n u2 - n m2 )  2

(n u2 - n m2 )
2 = 1
(n u1 - n m1 )
Untuk menghilangkan dispersi antara sinar ungu dan sinar merah kita gunakan
susunan Prisma Akhromatik.
Ftot = F kerona - F flinta = 0
Untuk menghilangkan deviasi suatu warna, misalnya hijau, kita gunakan
susunan prisma pandang lurus.
D tot = D kerona - D flinta = 0

a. Pembiasan cahaya pada prisma


Prisma adalah benda bening (transparan) terbuat dari gelas yang dibatasi oleh
dua bidang permukaan yang membentuk sudut tertentu yang berfungsi menguraikan
(sebagai pembias) sinar yang mengenainya. Permukaan ini disebut bidang pembias,
dan sudut yang dibentuk oleh kedua bidang pembias disebut sudut pembias (β).
Cahaya yang melalui prisma akan mengalami dua kali pembiasan, yaitu saat
memasuki prisma dan meninggalkan prisma. Jika sinar datang mula-mula dan sinar
bias akhir diperpanjang, maka keduanya akan berpotongan di suatu titik dan
membentuk sudut yang disebut sudut deviasi. Jadi, sudut deviasi (δ) adalah sudut
yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang mula-mula dengan sinar yang
meniggalkan bidang pembias atau pemantul. menunjukkan sudut deviasi pada
pembiasan prisma.
Pada segiempat ABCE berlaku hubungan:
β + ABC = 180
Pada segitiga ABC berlaku hubungan:
r1 + i 2 + ABC = 180
sehingga diperoleh hubungan:
 + ABC  r1 + i 2 + ABC
 = r1  i 2
dengan:
 = sudut pembias prisma
i 2 = sudut datang pada permukaan 2
r1 = sudut bias pada permukaan 1
Pada segitiga ACD, ∠ADC + ∠CAD + ∠ACD = 180o dengan ∠CAD =
i1 – r1 dan∠ACD = r2 – i2, sehingga berlaku hubungan :
∠ADC + (i1 – r1) + (r2 – i2) = 180o
∠ADC = 180o + (r1 + i2) – (i1 + r2)
Jadi, sudut deviasi ( δ ) adalah :
δ = 180o – ∠ADC
δ = 180o – [180o + (r1 + i2) – (i1 + r2)]
δ = (i1 + r2) – (r1 + i2)
Diketahui = r1 + i2 (persamaan (1), maka besar sudut deviasi yang terjadi
pada prisma adalah :
δ = (i1 + r2) – β
dengan:
δ = sudut deviasi
i1 = sudut datang mula-mula
r2 = sudut bias kedua
β = sudut pembias
Gambar Grafik sudut deviasi terhadap sudut datang pada prisma

Sudut deviasi berharga minimum (δ = 0) jika sudut datang pertama (i 1) sama


dengan sudut bias kedua (r2). Secara matematis dapat dituliskan syarat terjadinya deviasi
minimum (δm) adalah i1 = r2dan r1 = i2, sehingga persamaan (2) dapat dituliskan kembali
dalam bentuk :
δm = (i1 + i1) – β
δm = 2i1 – β
i1 = (δ + β) / 2
Selain itu, deviasi minimum juga bisa terjadi jika r1 = i2, maka dari persaman (1)
diperoleh :
β = r1 + r1 = 2r1
r1 = 1/2 β
Bila dihubungkan dengan Hukum Snellius diperoleh:
n1.sin i1 = n2.sin r1
(sin i1/sin i1) = (n2/n1)
Masukkan i1 dari persamaan (3) dan r1 dari persamaan (4) sehingga :

Jika n1 = udara, maka n1 = 1, sehingga persamaan di atas menjadi :

δm = (n2 − n1) β
dengan :
n1 = indeks bias medium
n2 = indeks bias prisma
β = sudut pembias (puncak) prisma
δm = sudut deviasi minimum

a. Sudut Dispersi
Sudut dispersi merupakan sudut yang dibentuk antara deviasi sinar satu
dengan sinar lain pada peristiwa dispersi (penguraian cahaya). Sudut ini merupakan
selisih deviasi antara sinar-sinar yang bersangkutan. Jika sinarsinar polikromatik
diarahkan pada prisma, maka akan terjadi penguraian warna (sinar monokromatik)
yang masing masing sinar mempunyai deviasi tertentu.

Selisih sudut deviasi antara dua sinar adalah sudut dispersi, ϕ . Sebagai contoh, pada
Gambar 2.7 dapat dinyatakan:
deviasi sinar merah 𝛿𝑚 = (𝑛𝑚 − 1) 𝛽
deviasi sinar ungu 𝛿𝑢 = (𝑛𝑢 − 1) 𝛽
Dengan demikian, dispersi sinar merah terhadap ungu sebesar:
𝜑 = 𝛿𝑢 − 𝛿𝑚
= (𝑛𝑢 – 1)𝛽 – (𝑛𝑚 – 1)𝛽
𝜑 = (𝑛𝑢 – 𝑛𝑚)𝛽
dengan:
𝜑 = sudut dispersi
nu= indeks bias warna ungu
nm= indeks bias warna merah
𝛽 = sudut pembias prisma
2. Interferensi
Interferensiadalahpaduanduagelombangataulebihmenjadisatugelombangbaru.
Interferensiterjadijikaterpenuhiduasyaratberikutini.
a. Keduagelombangcahayaharuskoheren,
dalamartibahwakeduagelombangcahayaharusmemilikibedafase yang selalutetap,
olehsebabitukeduanyaharusmemilikifrekuensi yang sama.
b. Keduagelombangcahayaharusmemiliki amplitude yang hampirsama.

1. Interferensi celah ganda Young

Pada eksperimen Young, dua sumber cahaya kohern diperoleh dari cahaya
monokromatis yang dilewatkan dua celah. Kedua berkas cahaya kohern itu akan
bergabung membentuk pola-pola interferensi.

Inteferensi maksimum (konstruktif) yang ditandai pola terang akan terjadi jika kedua
berkas gelombang fasenya sama. Ingat kembali bentuk sinusoidal fungsi gelombang
berjalan pada grafik simpangan (y) versus jarak tempuh (x). Dua gelombang sama
fasenya jika selisih jarak kedua gelombang adalah nol atau kelipatan bulat dari
panjang gelombangnya.
interferensi cahayaditunjukkan oleh percobaan yangdilakukan oleh Thomas Young.
Berkascahaya yang melalui celah S1 dan S2berasal dari celah sempit S0, tampakpada
Gambar 2.8.Jika berkas cahaya melalui S1 danS2, maka celah tersebut (S1 dan
S2)akan berfungsi sebagai sumber cahayabaru dan menyebarkan sinarnya kesegala
arah. Apabila cahaya dari celahS1 dan S2 berinterferensi, maka akanterbentuk suatu
pola interferensi. Polainterferensi tersebut dapat ditangkappada layar berupa pola
garis terangdan gelap. Interferensi dapat terjadikarena adanya beda lintasan berkas
cahaya dari S1 dan S2.ika jarak antara kedua celah (d ), jauh lebih kecil daripadajarak
celah terhadap layar, l (d << l ), maka beda lintasanpada titik sembarang P
adalah𝑠2 𝑝 − 𝑠1 𝑝= d sin θ .

a. Interferensimaksimum
Apabiladuagolombangsalingketemudansalingmenguatkanmakaakanterjadiinterferen
simaksimumdanterjadiplagaristeang.padacelahgandainterferensiiniakanterjadiapabil
akeduagelombangmemilikifase yang
samayaituapabilakeduanyaberfrekuensisamadantitik-titik yang
bersesuaianberadapadatempat yang samaselamaosilasipadasaat yang
sama.Berdasarkan gambar di atas, selisih lintasan antara berkas S1dan d sin θ,
dengan d adalah jarak antara dua celah.Jadi interferensi maksimum (garis terang)
terjadi jika

d sin θ = n λ, dengan n =0, 1, 2, 3, …

karena l>> d makasudut 𝜃sangatkecilsehinggaberlakupendekatan

𝑝
𝑠𝑖𝑛𝜃 = tan 𝜃 =
𝑙
𝑝
Sehinggadapatdituliskanmenjadi:n λ = d
𝑙
Dengan

P = jarakgaristerangdaripusat

d = jarakkeduasumber

l = jaraklayarkesumbercahaya

λ = panjanggelombang

n =ordeataunomorterang(n = 0,1,2,3…)

b. Interferensi minimum
Interferensimaksimumterjadijikaduagelombangbertemudansalingmenguatkan.
Namun, jikaduagelombangtidakbertemu,
danakansalingmeniadakanmakaterjadiinterferensi minimum,
sehinggaterbentukpolagarisgelap. Interferensiiniterjadipadaduagelombangyang
tidaksefase. Jarakgarisgelapke-n daripusatterangadalah:

d sin θ = (n – ½ )λ, dengan n =1, 2, 3, …

Pada perhitungan garis gelap menggunakan rumus di atas, n = 1 untuk terang garis
gelap pertama, n = 2 untuk garis gelap kedua, dan seterusnya. Tidak ada nilai n = 0
untuk perhitungan garis gelap menggunakan rumus di atas.

2. Interferensi pada lapisan tipis

Interferensi dapat terjadi pada lapisan tipis seperti lapisan sabun dan lapisan minyak.
Jika seberkas cahaya mengenai lapisan tipis sabun atau minyak, sebagian berkas
cahaya dipantulkan dan sebagian lagi dibiaskan kemudian dipantulkan lagi. Gabungan
berkas pantulan langsung dan berkas pantulan setelah dibiaskan ini membentul pola
interferensi.
Seberkas cahaya jatuh ke permukaan tipis dengan sudut datang i. Sebagian berkas
langsung dipantulkan oleh permukaan lapisan tipis (sinar a), sedangkan sebagian lagi
dibiaskan dulu ke dalam lapisan tipis dengan sudut bias r dan selanjutnya dipantulkan
kembali ke udara (sinar b).

Sinar pantul yang terjadi akibat seberkas cahaya mengenai medium yang indeks
biasnya lebih tinggi akan mengalami pembalikan fase (fasenya berubah 180o),
sedangkan sinar pantul dari medium yang indeks biasnya lebih kecil tidak mengalami
perubahan fase. Jadi, sinar a mengalami perubahan fase 180o, sedangkan sinar b tidak
mengalami perubahan fase. Selisih lintasan antara a dan b adalah 2d cos r.Oleh karena
sinar b mengalami pembalikan fase, interferensi konstruktif akan terjadi jika selisih
lintasan kedua sinar sama dengan kelipatan bulat dari setengah panjang gelombang (λ).
Panjang gelombang yang dimaksud di sini adalah panjang gelombang cahay pada
lapisan tipis, bukan panjang gelombang cahaya pada lapisan tipis dapat ditentukan
dengan rumus:

λ = λ0/n.

Jadi, interferensi konstruktif (pola terang) akan terjadi jika

2d cos r = (m – ½ ) λ ; m = 1, 2, 3, …

dengan m = orde interferensi.

interferensi destruktif (pola gelap) terjadi jika

2d cos r = m λ ; m = 0, 1, 2, 3, …

3. Cincin Newton

Fenomena cincin Newton merupakan pola interferensi yang disebabkan oleh


pemantulan cahaya di antara dua permukaan, yaitu permukaan lengkung (lensa
cembung) dan permukaan datar yang berdekatan. Ketika diamati menggunakan sinar
monokromatis akan terlihat rangkaian pola konsentris (sepusat) berselang-seling antara
pola terang dan pola gelap.Jika diamati dengan cahaya putih (polikromatis), terbentuk
pola cincin dengan warna-warni pelangi karena cahaya dengan berbagai panjang
gelombang berinterferensi pada ketebalan lapisan yang berbeda. Cincin terang terjadi
akibat interferensi destruktif.

Cincin di bagian luar lebih rapat dibandingkan di bagian dalam. Dengan R adalah jari-
jari kelengkungan lensa, dan panjang gelombang cahaya dalam kaca adalah λ, radius
cincin terang ke-n, yaitu rn dapat dihitung dengan rumus

dengan m = 1, 2, 3, … adalah nomor urut cincin terang.Sedangkan radius cincin gelap


ke-n, yaitu rn dapat dihitung dengan rumus

dengan m = 1, 2, 3, … adalah nomor urut cincin gelap.

3. Difraksi

Difraksi Gelombang Peristiwa difraksi atau lenturan dapat terjadi jika sebuah
gelombang melewati sebuah penghalang atau melewati sebuah celah sempit. Pada suatu
medium yang serba sama, gelombang akan merambat lurus. Akan tetapi, jika pada medium
itu gelombang terhalangi, bentuk dan arah perambatannya dapat berubah.

Sebuah gelombang pada permukaan air merambat lurus. Lalu, gelombang tersebut
terhalang oleh sebuah penghalang yang memiliki sebuah celah sempit. Gelombang akan
merambat melewati celah sempit tersebut. Celah sempit seolah-olah merupakan sumber
gelombang baru. Oleh karena itu, setelah melewati celah sempit gelombang akan merambat
membentuk lingkaran-lingkaran dengan celah tersebut sebagai pusatnya.
Jika muka gelombang bidang tiba pada suatu celah sempit (lebarnya lebih kecil dari
panjang gelombang), maka gelombang ini akan mengalami lenturan sehingga terjadi
gelombang-gelombang setengah lingkaran yang melebar di belakang celah tersebut. Peristiwa
ini dikenal dengan difraksi. Difraksi merupakan pembelokan cahaya di sekitar suatu
penghalang /suatu celah.

a. Difraksi dan teori gelombang dari cahaya.


Ketika cahaya monokromatik dari sumber yang jauh (atau laser) lewat melalui
sebuah celah sempit kemudian ditangkap oleh layar, cahaya ini akan menghasilkan
pola difraksi pada layar tersebut seperti pola yang ditunjukkan pada gambar dibawah
ini

Pola inti terdiri atas maksima sentral yang lebar dan intens (sangat terang)
ditambah sejumlah maksima yang lebih sempit dan kurang intens (yang disebut
maksima sekunder atau sisi) pada kedua sisinya). Diantara maksima ini terdapat
sejumlah minima. Pola seperti itu sama sekali tidak akan diharapkan pada optika
geometris. Jika cahay merambat dalam garis lurus speprti sinyal maka celah ini kakan
membiarkan sebagian dari sinar itu membentuk gambar tersebut pada layar.

b. Difraksi oleh celah tunggal


Pada difraksi celah tunggal tidak terjadi pola terang, tetapi terang pusatnya
sangat lebar. Untuk menentukan difraksi celah tunggal menggunakan rumus berikut :
𝑑 sin 𝜃 = 𝑚λ
𝑚 = 1, 2, 3

Dengan: d = lebar celah

λ = panjang gelombang

c. Intensitas dalam difraksi celah tunggal secara kualitatif

Pada gambar diatas kita bagi celah menjadi N wilayah dengan lebar yang
sama, ∆𝑥 yang cukup kecil sehingga setiap wilayah bertindak sebagai sumber wavelet
Huygens. Kita ingin menumpangkan wavelet-wavelet yang dating pada titik P
sembarang pada layar, dengan sudut 𝜃terhadap sumbu tengah sehingga kita dapat
menentukan amplitudo 𝐸𝜃 komponen listrik gelombang resultan di P. Intensitas
cahaya di P. dengan demikian sebanding dengan kuadrat amplitudonya. Untuk
mencari 𝐸𝜃 kita memerlukan hubungan fase diantara wavelet-wavelet yang dating.
Beda fase diantara wavelet dari wilayah yang berdampingan diberikan oleh

2𝜋
(beda fase) = ( λ ) (beda panjang lintasan)
2𝜋
∆ ɸ = ( λ ) (∆𝑥 sin 𝜃)

d. Intensitas secara kuantatif dalam difraksi celah tunggal


Dalam bagian ini akan menjabarkan rumusan untuk intensitas 𝐼(𝜃) polanya
sebagai fungsi 𝜃. Kita nyatakan dan akan dibuktikan berikut ini bahwa intensitas ini
diberikan oleh
sin 𝛼 1 πα
𝐼(𝜃) = 𝐼𝑚 ( ) , Dengan 𝛼 = 2 ɸ = sin θ
𝛼 λ
Lambing 𝛼 hanyalah hubungan yang memudahkan antara sudut θ yang menentukan
letak suatu titik pada layar dan intensitas cayaha 𝐼(θ) pada titik itu. Intensitas
𝐼𝑚 merupakan nilai terbesar intensitas 𝐼(θ) dalam polanya dan terjadi pada maksima
sentral (𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 θ = 0) dan ɸ merupakan beda fase (dalam radian) antara
sinar=sinar atas dan bawah yang celah yang lebarnya 𝛼.

( SAYA LANGSUNG LANJUT KE MATERI APLIKASI GELOMBANG CAHAYA


KARNA MATERINYA KK DE DAN ABEL BELUM ADA )

E. Aplikasi Gelombang Cahaya

1. Radar
Radar merupakan suatu sistem alat untuk mendeteksi keberadaan, letak,
kecepatan, dan arah gerak benda – benda di kejauhan, seperti pesawat terbang dan
kapal, melalui kemampuan benda – benda tersebut untuk memantulkan seberkas
radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang beberapa sentimeter.
Radar juga digunakan untuk navigasi dan pemamduan. Sistem alat ini terdiri
atas pemancar yang menghasilkan radiasi frekuensi radio, seringkali berupa denyut,
yang diberikan pada antena yang dapat dipindah – pindahkan yang kemudian
dipancarkan sebagai berkas radiasi. Bila berkas terganggu oleh suatu benda padat,
sebagian energi radiasi ini energi radiasi akan dipantulkan kembali keantena. Sinyal
yang diterima antena diteruskan ke penerima, yang kemudian memperkuat dan
mendeteksinya. Gema dari pantulan benda padat dapat ditunjukan oleh kenikan
mendadak pada keluaran detektor. Waktu yang dibutuhkan denyut untuk mencapai
benda dan untuk dipantulkan kembali (𝑡) dapat diketauhi dari persamaan :
𝑐. 𝑡
𝑑=
2

Dengan 𝑑 menyatakan jarak sasaran, dan c merupakan laju cahaya. Keluaran detektor
biasanya ditampilkan pada tabung sinar katoda dan berbagai bentuk tampilan yang
berbeda.
Radar dibedakan beberapa jenis antara lain radar cuaca , radar pengawas pelabuhan
udara, radar pengawas umum, radar pesawat udara , radar sonde, radar surveillence.

2. Sinar gamma
Sinar gamma merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang terpancar
dari inti atom dengan energi sangat tinggi. Sinar gamma mempunyai frekuensi 1020
Hz dengan panjang gelombang 10−11 cm sampai 10−8 cm. Daya tembusnya besar
sekali sehingga dapat menembus pelat timbal dan pelat besi yang tebalnya beberapa
cm. Sinar gamma banyak dimanfaatkan dalam bidang ilmu pengetauhan dan
pengobatan. Dalam bidang pengetauhan, sinar gamma digunakan untuk membantu
studi fisika inti dan astronomi. Dalam bidang pengobatan, sinar gamma dimanfaatkan
dalam diagnosis dan terapi kanker. Saat ini sedang dikembangkan penerapan sinar
gamma penyucihamaan dan pengawet makanan.
3. Sinar- X
Sinar – X ditemukan pada tahun 1895 oleh Wilhelm K Rontgen, disebut juga
sinar rontgen. Sinar- X mempunyai frekuensi 1016 Hz sampai 1020 Hz. Panjang
gelombangnya sangat pendek yaitu 10−9 𝑐𝑚 samapai 10−6 cm. Karena panjang
gelombang sangat pendek sinar- X mempunyai daya tembus yang kuat. Sinar- X
dapat menembus benda – benda lunak seperti daging dan kulit, tetapi tidak dapat
menembus benda keras seperti hidung, gigi, dan gelombang. Kerena itu sinar ini
sering dimanfaatkan di dalam bidang kedokteran terutama untuk melihat kondisi
dalam tubuh tanpa melakukan pembedahan.
Foto sinar- X diambil menggunakan kamera sinar- X . bagian – bagian tubuh
yang keras akan menahan sinar – X sehingga bagian memancarkan sinar fluoresens
pada flim.
Selain dibidang kedokteran, sinar- X juga digunakan untuk mendeteksi suatu
benda. Di bandara, hotel dan pusat pusat perbelajaan untuk melihat barang – barang
yang dibawah oleh pengujung atau penumpang. Sinar – X juga digunakan dalam
teknik radiografi untuk menguji sebuah benda dan meriksa kerusakan atau cacat pada
mesin. Sinar – X juga sering dimanfaatkan untyk memeriksa stuktur kristal.

Anda mungkin juga menyukai